Reset
Reset
Sumber Gambar : Pinterest
Sumber Cerpen : Cerpenmu
Cerpen Karangan: Hamzah Tegar Ashari
Kategori: Cerpen Fantasi (Fiksi), Cerpen Kehidupan
Perkembangan dunia berjalan dengan sangat pesat bahkan diluar kendali banyak orang. Perkembangan itu telah memunculkan wajah baru dan menenggelamkan wajah lama. Dalam beberapa kasus, hal ini menyebabkan munculnya rasa stress dan depresi. Ketidakmampuan untuk mengikuti arus perkembangan dunia juga telah menimbulkan rasa kecemasan bagi beberapa orang. Beberapa keluhan keluar tiap harinya. Salah satu keluhan berbunyi, “Andai waktu bisa diputar kembali, pasti kesalahan akan dapat diperbaiki dan seseorang bisa mendapatkan versi lebih baik dari dirinya yang sekarang.”
Budi, seorang mahasiswa seni yang akan berusia berusia 20 pada tahun 2020 mendatang. Ia adalah seorang pecundang yang selalu menghabiskan waktunya untuk mengeluh. Budi selalu mengeluh tentang kembali ke masa lalu dan merubah nasib. Budi sendiri merupakan seorang mahasiswa yang suram di jurusan seni. Menjadi mahasiswa seni sebenarnya bukanlah hal yang diinginkannya. Ia terpaksa masuk jurusan seni demi bisa masuk kampus negeri. Begitu ia menyadari bahwa ia tidak cocok dengan jurusan tersebut, ia benar-benar jatuh dalam kekecewaan. Hari-hari dipenuhi dengan keluhan dan caci maki terhadap dunia yang ia tempati. Ditambah lagi, ia kini menyadari bahwa peluang kesuksesan dari jurusan seni tidak sebesar jurusan lain. Akan sangat sulit meraih kesuksesan di jurusannya saat ini yang tidak ia sukai. Hal ini memperbesar rasa putus asa-nya sebagai mahasiswa dan sebagai seorang remaja menjelang dewasa yang seharusnya sudah siap kerja.
Dalam hidupnya, Budi dipenuhi oleh kegagalan. Dalam ujian tes masuk SMP dan SMA negeri, Budi selalu mengalami kegagalan. Karena itulah Budi benar-benar ingin masuk ke dalam kampus negeri. Bahkan ia rela untuk masuk jurusan yang bukan sesuai keinginannya. Tidak hanya itu, dalam banyak ujian, Budi juga sering mendapati dirinya dalam kegagalan sekalipun ia sudah meluangkan waktu untuk belajar. Hidup jadi terasa sulit bagi Budi.
31 Desember 2020, secara tiba-tiba Budi didatangi oleh seorang wanita cantik berbusana serba putih. Tampangnya begitu anggun dan elok. Budi terpesona akan penampilannya. Kedatangan wanita tersebut ialah untuk menyampaikan suatu penawaran. Awalnya Budi mengira wanita ini hanya seorang sales yang berjualan rokok dengan memamerkan kecantikan supaya seseorang mau membeli rokoknya. Hanya saja, pakaiannya kurang terbuka dan kurang seksi untuk seorang sales rokok wanita. Anggapan Budi salah. Budi ternyata ditawarkan untuk dapat kembali pada masa 15 tahun yang lalu, tepat pada saat Budi berusia lima tahun. “Wanita ini tidak menawarkan rokok..!” Dengan kembalinya Budi ke masa lalu, maka keinginan Budi untuk memperbaiki kehidupannya yang suram akan menjadi kenyataan. Tampang cantik dari wanita tersebut membuat Budi hampir saja percaya mentah-mentah akan ucapannya. Namun, pada akhirnya Budi tidak langsung percaya. Sekalipun itu nyata, pasti ada syarat-syarat yang memberatkan. Nyatanya tidak, ia hanya perlu menyatakan setuju sembari memberikan setetes darahnya pada surat kontrak sebagai tanda bukti persetujuan. Tidak ada syarat khusus. Budi akan otomatis kembali pada 15 tahun yang lalu ketika terbangun dari tidurnya nanti malam. Hanya itu syaratnya. Tidur dan terbangun pada paginya. Begitu ia terbangun, maka ia akan ada di masa 15 tahun yang lalu.
Singkat cerita malam pun tiba. Setelah menyetujui penawaran dari wanita cantik dan misterius itu, Budi terus memikirkan apa yang akan terjadi setelah ia terbangun nanti. Tapi pada akhirnya ia tidak peduli. Nyata atau tidaknya tawaran tersebut, tidak akan memberikan kerugian padanya. Namun ia begitu ingin dan berharap bahwa tawaran tersebut menjadi nyata. Menjadi orang yang dipenuhi kegagalan membuatnya hampir menyerah pada hidup. Ingin sekali rasanya kembali ke masa lalu untuk membentuk diri yang lebih baik, lebih cerdas dan bersemangat. Dengan harapan yang begitu besar itu, budi pun bersiap untuk tidur. Ia melewatkan perayaan tahun baru yang penuh dengan kemeriahan. Perayaan itu tidaklah penting bagi seorang yang dikelilingi kesialan dan kegagalan seperti Budi. Ia pun beranjak untuk tidur. Namun sebelum tidur, ia menulis sesuatu di kertas kosong yang ia letakkan di meja. Tulisan itu berbunyi “SELAMAT TINGGAL”. Suatu tanda bahwa ia akan meninggalkan kehidupannya saat ini untuk kembali ke masa lalu. Karena meskipun ragu, Budi tetap sangat berharap dan ingin percaya dengan penawaran dari wanita yang ditemuinya siang tadi.
Januari hari pertama, 2006. Budi benar-benar terkejut mengenai apa yang ia lihat. Ia berada di ruangan kamar yang ada di 15 tahun yang lalu. Ia bergegas untuk mengambil cermin dan mendapati bahwa dirinya kini kembali pada usia lima tahun. Ingatannya pun masih sama sebagaimana saat ia masih berusia 20 tahun. Hanya waktu yang direset, tidak beserta ingatannya. Ini merupakan kesempatan besar untuk merubah nasib! Budi bersorak kegirangan dan berlari-lari mengelilingi ruangan. Budi memulai hari pertamanya yang telah direset dengan melakukan adaptasi terhadap lingkungan barunya. Bukan, ini bukanlah lingkungan baru. Ini merupakan lingkungan lama yang memang sangat dirindukan Budi untuk didatangi dalam rangka merubah nasib. Ia sedang membayangkan keberhasilannya di masa depan. “Masa depan gemerlap, aku datang!!” Budi begitu percaya diri karena ia menyadari bahwa di usianya yang masih lima tahun ini, ia dibekali daya kognisi remaja berusia 20 tahun! Betapa luar biasa! Budi bertekad untuk tidak menyia-nyiakan peluang ini untuk melampaui batasan dirinya sendiri dari kehidupan sebelumnya yang penuh kegagalan.
Hari pertama di taman kanak-kanak. Budi begitu bersemangat. Saat ini, ia memang masih di taman kanak-kanak. Namun ia sudah bertekad untuk tidak menyia-nyiakan waktu. Ia melibas semua aktivitas pembelajaran ringan di taman kanak-kanak itu dengan nilai sangat baik. Memuaskan! Pada tahun berikutnya, ia sudah duduk di bangku sekolah dasar. Seperti biasa, Budi langsung tancap gas. Pekerjaan yang diberikan adalah terlampau mudah bagi Budi yang sebenarnya sudah berusia 20 tahun. Ia selalu menjadi peringkat pertama di kelasnya dengan nilai 100% sempurna. Budi benar-benar tidak mau menyia-nyiakan kesempatannya. Karena itulah ia selalu diikutkan lomba akademik oleh pihak sekolah. Hasilnya, hampir semua perlombaan berhasil dimenangkan. Orangtua dan gurunya begitu terkejut dan bangga terhadap Budi. Semua hal jadi terasa mudah bagi Budi. Kebahagiaan dan rasa bangga terus-terusan menghampiri Budi. Ia semakin yakin kehidupannya akan menjadi jauh lebih baik di masa depan di kehidupannya saat ini.
Berkat kepintarannya, Budi masuk SMP lebih cepat. Ia masuk di sekolahan elit tempatnya para anak-anak cerdas dan berprestasi. Namun tetap saja, bagi Budi rintangan akademik di tingkat menengah masih terlalu mudah. Hanya saja tidak semudah di tingkatan dasar. Nilai yang didapatkan Budi memang tidak sesempurna pada saat masih di SD. Namun tetap dalam kategori nilai yang tinggi. Terutama pada mata pelajaran ilmu sosial dan Bahasa. Budi masih begitu menguasai dan mampu bersaing dengan teman-temannya. Bahkan cenderung lebih unggul.
Namun perasaan itu hanya di awal saja. Budi memang unggul. Namun di sekolah itu terdapat empat siswa yang selalu mendapatkan nilai yang sempurna. Budi benar-benar terkejut. Bahkan di kehidupan sebelumnya, belum pernah ada siswa yang mampu meraih hasil sempurna sebanyak itu di sekolah ini. Budi pun penasaran akan apa yang sebenarnya terjadi. Bahkan, kini ia menyadari bahwa keempat siswa tersebut merupakan lulusan akselerasi dari sekolah mereka sebelumnya. Yang berarti, mereka sama seperti Budi. Namun apakah ini hanya kebetulan? Atau apakah yang mendapat kesempatan kedua bukan hanya Budi?
Seiring berjalannya waktu, Budi mendapat kesempatan untuk berbincang dengan salah seorang dari keempat siswa yang memiliki nilai sempurna tersebut. Perbincangan tersebut dimanfaatkan Budi untuk menggali informasi untuk membuktikan asumsinya. Tentang apakah benar mereka juga mendapatkan kesempatan yang sama dengannya? Budi berusaha untuk membangun komunikasi intens dengan siswa tersebut demi mendapat informasi yang lebih. Kecurigaan Budi pun terbukti. Ketika Budi menanyai tentang apa yang dilakukan siswa tersebut pada saat malam tahun baru 2021? Siswa itu menjawab bahwa ia pada siang harinya ditemui oleh seorang wanita cantik yang memakai jilbab dan membuatnya terpesona. Namun Budi tidak mendapatkan jawaban lanjutan mengenai pertemuan tersebut. Lawan bicaranya menolak untuk memberikan jawaban lanjutan. Meskipun begitu, Budi akhirnya mendapatkan jawaban bahwa apa yang dialaminya juga terjadi pada orang lain. Karena di kehidupannya yang sekarang, Budi masih berada pada tahun 2013! Masih jauh untuk sampai pada tahun baru 2021. Lantas bagaimana mungkin lawan bicaranya bisa menjawab tanpa ada keraguan sedikit pun? Ini membuktikan bahwa lawan bicaranya sudah pernah mengalami perihal apa yang ditanyakan oleh Budi. “Dia juga berasal dari masa depan”.
Menyadari bahwa pengalaman magis itu tidak hanya dialami olehnya sendiri, Budi pun berusaha untuk mendekati siswa lainnya. Kali ini, yang ia temui adalah seorang siswi. Yang juga memiliki nilai sempurna pada seluruh mata pelajaran. Siswi yang diajak bicara kini lebih terbuka saat diajak bicara. Dengan singkat, Budi mendapati fakta bahwa siswi ini ditemui oleh pria tampan beraroma harum pada saat sore hari sebelum malam tahun baru. Siswi tersebut menyampaikan bahwa pria itu sangat mempesona dan menawarinya untuk kembali pada masa 15 tahun yang lalu. Budi pun hanya berpura-pura menganggap cerita tersebut hanyalah lelucon belaka. Setelah pamit, Budi kini mendapati bahwa kedua orang yang mengalami reset waktu itu berusia sama dengannya, 20 tahun, dan timing penawaran reset waktu itu terjadi pada waktu yang sama. Satu hal lagi, masing-masing orang yang datang memberi penawaran cenderung datang sebagai sosok yang memberikan kesan mempesona, sesuai dengan selera kecantikan atau ketampanan targetnya. Hal ini membuat Budi berasumsi bahwa penampilan tersebut disengaja untuk memperkuat persuasi supaya target mau untuk mengambil tawaran tersebut. Entah apapun tujuannya.
Seiring berjalannya waktu, Budi kini menyadari bahwa terdapat begitu banyak orang yang melakukan reset waktu. Tidak hanya empat, tidak hanya di sekolahnya, melainkan hampir di seluruh penjuru negeri. Pemberitaan di televisi menyampaikan bahwa indeks prestasi siswa dan siswi dalam negeri pada tahun tersebut meningkat begitu pesat. Bahkan cenderung abnormal dan bisa dianggap sebagai anomali. Namun karena anomali tersebut justru membawa keberuntungan terutama bagi negara, maka banyak orang menolak untuk menganggap realitas itu sebagai anomali. Para ahli bahkan memberikan hipotesisnya bahwa, tingginya indeks prestasi yang terjadi secara masif itu selaras dengan tingginya angka ketersediaan pangan. Yang kemudian hal tersebut menyebabkan menurunnya angka stunting. Sebaliknya, angka ketercukupan gizi meningkat sehingga menyebabkan perkembangan kognisi generasi pada tahun tersebut ikut naik dengan pesat. Karena itulah, indeks prestasi siswa pada tahun tersebut jadi meningkat dengan masif.
Kenyataan ini membuat Budi sedikit syok. Awalnya ia mengira hanya dirinya yang mengalami reset waktu. “Aku terlalu egois…” ucap Budi. Kini ia kembali dihantui dengan rasa depresi yang telah dialami di masa kehidupan sebelumnya. Berita tentang tingginya prestasi dan inovasi terus-terusan tampil di televisi. Barang atau aplikasi digital yang seharusnya ada di tahun 2020 malah sudah muncul saat ini. Kemajuan peradaban yang terkesan dipercepat. Tuntutan sosial kembali menjadi tinggi. Tidak jauh berbeda dengan kehidupannya sebelumnya. Bahkan sekarang cenderung lebih tinggi. Kemampuan kognisi yang dibawa Budi pada usia 20 tahun terasa sia-sia. Dengan cepat, kurikulum pendidikan diubah. Siswa lebih dituntut untuk berkreasi dan berinovasi. Beban kerja mahasiswa yang pada masa kehidupan sebelumnya, kini dibebankan pada siswa SMP dan SMA. Pemerintah menganggap, saat ini merupakan kesempatan untuk memaksimalkan bonus demografi dan angka ketercukupan gizi. Kini, kehidupan benar-benar berbeda dengan yang dialami Budi sebelumnya.
Budi kini hanya menjadi siswa biasa yang berusaha untuk bertahan dan melewati tantangan zaman yang kini berkembang melewati batas kemampuannya. Gedung-gedung yang ada di masa kehidupan sebelumnya, bahkan sudah terbangun di kehidupannya saat ini, saat kalender tahun masehi belum sampai pada angka 2020. Bahkan, jumlah gedung saat ini menjadi jauh lebih banyak dibanding akhir tahun 2020 pada masa kehidupan Budi yang sebelumnya. Investor asing banyak yang melakukan investasi di dalam negeri. Mereka memanfaatkan tingginya indeks prestasi dan inovasi dalam negeri untuk mengembangkan bisnis dan potensi keuntungan yang besar. Pembangunan berkembang pesat. Semua ini terjadi seolah-olah dengan bantuan magis.
Bersamaan dengan perkembangan yang begitu eksponensial, beban kerja masyarakat saat itu menjadi lebih tinggi pula. Tuntutan inovasi, dan tuntutan kerja lainnya kini menjadi begitu besar. Kondisi perubahan ini disadari Budi sebagai konsekuensi logis dari begitu banyaknya orang yang melakukan reset waktu dengan membawa ingatan dan daya kognisi semula pada saat mereka melakukan reset waktu. Fenomena bocah berusia awal belasan tahun dengan daya dan kemampuan yang setara dengan remaja usia 20 an tahun, seolah merupakan hal yang wajar. Fenomena ini justru membawa pada situasi perubahan sosial yang begitu besar. Seolah telah terjadi revolusi sosial secara otomatis. Semua aspek kehidupan masyarakat mengalami kemajuan. Terutama pada aspek pendidikan dan teknologi, serta ekonomi.
Situasi ini membawa Budi pada kondisi semula sebagai pecundang. Kini Budi tidak tahu harus berbuat apa. Gedung-gedung menjulang tinggi, bersamaan dengan tuntutan sosial yang tidak kalah menjulang tinggi. Beban kerja, beban ekonomi, sosial dan pendidikan, semuanya mendadak berkembang secara cepat. Kini Budi sudah berganti-ganti pekerjaan. Memang, tempat kerjanya selalu ada di balik meja di dalam gedung yang tinggi. Masalahnya, mampukah Budi menanggung beban yang ada di dalam gedung-gedung megah tersebut? “Ini sudah di luar kesanggupanku…” Ucap Budi. Setiap kali ia pulang ke rumah, langit sudah menjadi petang beriringan dengan gemerlap lampu-lampu kota. Meskipun demikian, gemerlap itu tidak mampu menyinari pikiran Budi yang gelap dan suram. Hari libur pun tidak berasa libur. Hidupnya kini seolah untuk menyembah pekerjaan. Memenuhi tuntutan kerja dan tuntutan sosial yang begitu tinggi.
Suatu hari, saat Budi pulang ke apartemennya yang suram, Budi mendapati toko pertanian yang cukup ramai. Pikirannya yang kosong seolah membawanya pada toko tersebut. Pemandangan saat ia keluar dari toko tersebut adalah seorang pemuda dengan wajah pecundang yang membawa potassium sianida di tangannya. Begitu sampai di ruangan apartemennya, Budi menyeduh teh hijau favoritnya. Selama ini, teh hijau yang telah menemaninya saat mengalami depresi. Iya, selama ini Budi telah mengalami depresi. Sayangnya, teh hijau tidak mampu mengentaskan Budi dari rasa pecundang yang selama ini menghantuinya. Budi kini menambah suatu variasi baru dalam minuman favoritnya itu. Suatu variasi yang baru saja ia dapatkan dari toko pertanian saat ia dalam perjalanan pulang tadi. Sebelum ia meneguk teh hijau favoritnya, Budi menulis sesuatu pada secarik kertas. Suatu tulisan yang sama yang ia tuliskan pada saat kehidupan sebelumnya, sesaat sebelum ia mengalami reset waktu. Suatu tulisan yang berbunyi “SELAMAT TINGGAL”. Kini Budi benar-benar tertidur dengan tenang tanpa terbebani dengan kehidupannya lagi.
Beberapa hari setelahnya, berita tentang maraknya kasus bunuh diri mulai menyebar. Rata-rata penyebab kematian disebabkan oleh konsumsi zat beracun. Kini, isi berita sudah bukan tentang betapa berkembangnya situasi sosial dan inovasi teknologi serta pasar saham. Berita sudah didominasi oleh tingginya angka bunuh diri di dalam negeri. Budi benar-benar tidak sendirian. Mereka yang memutuskan untuk melakukan reset waktu, beberapa di antaranya berhasil bertahan hidup dan menjadi sukses di kehidupannya yang sudah direset. Sebaliknya, banyak di antara mereka justru syok dan malah tenggelam dalam rasa depresi mendalam yang berujung pada kematian. Beban sosial dan pekerjaan yang tidak seimbang dengan kesanggupan mental dan fisik menjadi latar belakangnya.
Faktanya, pada masa kehidupan sebelumnya di akhir tahun 2020, tepatnya pada saat munculnya seseorang misterius yang menawarkan reset waktu, sebenarnya seluruh orang yang berusia 20 tahun di tahun 2020 mendapatkan tawaran yang serupa. Banyak yang menerima, banyak pula yang menolak. Rata-rata yang menolak adalah orang-orang cerdas dan idealis yang beranggapan bahwa kegagalan di masa lalu bukan untuk diperbaiki, melainkan dipelajari untuk dapat memaksimalkan peluang yang ada di kemudian hari. Karena apapun keputusan yang diambil, pastinya memiliki konsekuensi. Apapun konsekuensi dari keputusan yang diambil, hendaknya adalah yang memberikan peluang paling menguntungkan dan yang paling realistis. Kembali ke masa lalu bukanlah solusi melainkan justru menimbulkan konsekuensi berbeda, di luar perkiraan dan daya pengetahuan. Intinya kembali ke masa lalu sebenarnya sama saja menimbulkan masalah. Hanya saja bentuknya yang berbeda.
Berkebalikan dengan yang menolak, orang-orang yang menerima tawaran tersebut justru merupakan kumpulan orang-orang yang tidak rasional, mudah menyerah, berfikiran pendek dan rakus. Mereka yang memiliki mental seperti ini justru malah menghadapi tantangan zaman dengan begitu berat. Sebagai konsekuensi, mereka menjadi tidak sanggup dan kembali membuat keputusan yang didasarkan pada kondisi mental dan pemikiran mereka yang lemah, yaitu mendatangi kematian. Pada akhirnya, setelah melihat situasi mengenaskan tersebut, pemerintah setempat mengeluarkan kebijakan untuk mengurangi beban kerja dengan memangkas jam kerja dan menambah durasi libur dan istirahat. Tidak hanya itu, perusahaan dan instansi dalam negeri kini juga diwajibkan untuk memiliki divisi khusus yang berfokus pada aspek psikologi orang-orang dalam perusahaan atau instansi tersebut. Suatu kisah yang berawal dengan harapan manis, justru berakhir dengan sangat tragis.