By: Jonathan Lim & Stevanus Heryanto XI AK 2
Aksi kriminalitas selalu marak terjadi dimana saja, bahkan di seluruh penjuru dunia pun ada. Salah satunya adalah Indonesia terutama di daerah ibukota yaitu Jakarta. Aksi kriminalitas di Jakarta cukup tinggi mulai dari preman biasa hingga gangster/mafia kelas kakap bahkan aparat kepolisian pun cukup kewalahan menghadapi para penjahat tersebut, salah satu penyebab pentingnya adalah banyak atasan polisi yang disuap oleh para bos gangster tersebut. Hal ini lah yang menjadi alasan mengapa para penjahat tersebut bisa dengan leluasa menguasai Jakarta sehingga tingkat kriminalitas di Jakarta naik dan menjadi no 1 dari seluruh daerah di Indonesia.
Siapa yang tidak kenal dengan Tommy, dia adalah salah satu dari bos gangster yang menguasai Jakarta. Seluruh masyarakat terutama yang telah masuk dunia hitam pasti sudah tau betapa kejam dan sadisnya dia, mulai dari menyuap para petinggi polisi, menyewakan kamar-kamar di apartemennya untuk para gangster, bisnis narkoba, hingga tak segan membunuh siapa saja yang berani menghalangi bisnisnya sekalipun orang tersebut adalah aparat keamanan. Hingga saat ini aparat kepolisian tidak ada yang berani menyentuh wilayah kekuasaannya, karena pernah ada kejadian beberapa anggota polisi berani menyergap apartment nya untuk menangkap dan membunuh Tommy tapi sayang nya usaha tersebut hanya lah sia-sia, para polisi itu pun mati dibunuh oleh anak buah Tommy.
Beberapa pimpinan polisi sedang rapat rahasia tentang bagaimana menyingkirkan Tommy. Alasannya tidak lain karena pimpinan polisi tersebut ingin membersihkan nama mereka yang telah menerima suapan dari Tommy, yang dimana kalau mereka sampe ketauan bekerja sama dengan penjahat, maka nama mereka akan hina di kepolisian, dicopot jabatannya dan dipenjara dengan kurun waktu yang sangat lama. Jika mereka mau menangkap dan membunuh Tommy maka mereka harus menyiapkan pasukan yang banyak.
Saat pagi buta telah tiba, Louis yang merupakan anak baru di kepolisian tampak sedang sarapan kopi dan roti panggang sebelum bertugas. Setelah selesai sarapan dia pun lanjut berolahraga dan latihan bela diri, dengan samsak yang ada di hadapannya lalu dia menonjok bertubi-tubi samsak tersebut hingga puas. Louis pun bersiap-siap sambil mengenakan seragam polisinya dan mengambil sepucuk pistol berjenis Glock 17. Tak lupa juga Louis pamitan dengan bapaknya sebelum pergi bertugas.
Singkat cerita Louis bersama 1 tim anggota kepolisiannya telah berkumpul dan langsung naik ke bus polisi untuk menjalankan misi. Dalam bus tersebut ada seorang letnan polisi yang bernama Joe yang sedang memberikan aba-aba dan informasi, dia memiliki sifat yang disiplin dan tegas sehingga anak buahnya segan dengannya.
“Dengar semuanya, Mari kita tangkap kepala penjahat itu! Saya yakin kalian disini sudah tau siapa dia.” ucap Letnan Joe.
Letnan Joe masih lanjut berbicara.
“Semua penjahat di kota ini menganggap dia sebagai legenda dunia hitam. Selama sepuluh tahun terakhir ini markasnya menjadi tempat persembunyian para gangster, saya tidak perlu tau siapa di belakangnya, tugas kita sederhana yaitu kita masuk dan seret dia keluar!” seru Letnan Joe.
“Siaaap letnan!” jawab 1 tim dengan kompak.
“Periksa lantai demi lantai supaya tidak ada anggota gangster yang bisa kabur”. Letnan Joe memberikan perintah ke semua anggota.
“Kenapa kita? Kenapa harus hari ini?” Louis tiba-tiba bertanya karena dia merasa seharusnya mereka semua tidak melaksanakan misi ini.
Semua mata pun tertuju kepada Louis.
“Kenapa enggak?” ujar Alfred.
“Lho, itu kan pertanyaan yang sah.” ujar Louis.
“Sama sahnya dengan jawaban gw.” ucap Alfred yang kurang begitu menyukai Louis.
“Udah selesai bacotnya?” Letnan Joe bertanya kepada mereka berdua.
Louis dan Alfred seketika terdiam.
“Ok, biar saya lanjutkan, yang akan kita hadapi nanti itu orang-orang yang terlatih, yang sudah siap berperang.” ucap Letnan Joe.
Tiba-tiba supir mengetok kaca dan memberikan info bahwa sebentar lagi sampai.
“Cek kembali perlengkapan kalian!” ucap Letnan Joe.
Bus mereka pun sampai di lokasi apartemen yang akan mereka kepung. Seluruh anggota tim turun satu persatu sambil berlari kecil, dan yang terakhir Letnan Joe yang turun dari bus tersebut. Lalu ada seorang atasan Letnan Joe yang bernama Pierre yang sudah lama menunggu. Pierre ini merupakan kapten polisi yang memberikan misi kepada Letnan Joe untuk menyingkirkan bos gangster yang bernama Tommy.
“Pagi pak!” sapa Letnan Joe, sambil memberikan sepucuk senapan serbu kepada Kapten Pierre.
“Pagi!” sapa balik Kapten Pierre.
“Para anggota baru itu apa bisa dipercaya?” Tanya Kapten Pierre.
“Bisa pak, mereka semua tanggung jawab saya.” ucap Letnan Joe.
“Tapi kamu beneran yakin kan kalo mereka itu bisa dipercaya?” Tanya Kapten Pierre.
“Tenang aja kapten, untuk melawan para penjahat yang sangat berbahaya itu, kita butuh pasukan yang banyak.” jawab Letnan Joe.
“Tapi mereka ini pemula, ini bukan tempat latihan!” ucap Kapten Pierre dengan kesal.
“Ok, saya tempatkan mereka di barisan belakang.” ucap Letnan Joe.
“Nah bagus!” ucap Kapten Pierre.
Seluruh anggota pun langsung menyiapkan formasi sesuai arahan Letnan Joe. Para anggota polisi yang masih tergolong pemula itu ditempatkan dibelakang setelah letnan Joe dan Kapten Pierre. Mereka semua tampak fokus menjalankan misinya dengan menelusuri halaman belakang agar aman. Setelah lama menelusuri akhirnya mereka sampai di apartment kumuh tempat persembunyian para gangster yang dipimpin oleh Tommy.
Letnan Joe pun membagi tim menjadi 2, Tim 1 yaitu Letnan Joe beserta anggota lainnya akan masuk melalui pintu utama untuk mencari jalan alternatif, sedangkan tim 2 masuk lewat pintu samping dan nantinya disuruh bertemu di gerbang. Tim 2 berhasil membobol pintu samping yang terkunci dan membunuh seorang penjaga yang sedang bersantai membaca koran. Alhasil tim 1 dan tim 2 berhasil ketemu kembali dan bergegas masuk ke gedung apartemen. Tampak seorang bapak mau masuk apartment untuk mengantarkan obat ke istri nya yang sedang sakit tapi langsung dicegat oleh Alfred.
Louis langsung mendorong Alfred dengan maksud memisahkan.
“Mau jadi jagoan?” tanya Alfred karena tidak terima didorong oleh Louis.
Louis tidak menanggapi perkataan Alfred tersebut.
“Nama bapak siapa?” Tanya Louis kepada bapak tersebut.
“William.” Jawab bapak tersebut.
Louis pun langsung menolong bapak itu dengan mengambil obat2 yang jatuh. Bapak tersebut tampak buru-buru karena istrinya sedang sakit, tapi Louis mencoba menenangkannya.
“Tenang, nanti saya antar ke kamar bapak, tapi bapak tetap harus tenang sampai keadaan ini aman.” ucap Louis dengan tenang.
“Lalu bagaimana dengan istri saya diatas?” Tanya si bapak dengan perasaan kuatir.
“Saya ngerti, tapi bapak tetap harus tenang.” ucap Louis yang masih menenangkan bapak tersebut.
“Omong kosong!” ucap bapak itu dengan kesal.
“Dengar, pilihannya hanya 2, sama saya atau sama dia (Alfred)?” ucap Louis sambil memberikan pilihan kepada bapak tersebut.
Seketika bapak tersebut terdiam, namun tiba-tiba…
“Ok semuanya, Lu tempel dan awasi dia terus!” ucap Letnan Joe dengan nada tinggi dan menyuruh Louis untuk mengawasi bapak itu.
“Kalau boleh tau kamar bapak nomor berapa?” Tanya Louis.
“726.” jawab bapak itu.
Setelah itu Letnan Joe langsung bergegas membuka pintu masuk apartemen dan diikuti oleh seluruh anggota tim. Keadaan Apartment tersebut tampak gelap, kumuh dan tua sekaligus menyeramkan karena disanalah tempat tinggalnya para gangster. Seluruh anggota tim memeriksa setiap kamar satu per satu, dan tampak ada seorang anggota gangster yang ingin kabur lewat jendela kamarnya tapi langsung dicegat oleh salah satu polisi dengan cara dibanting sampai dia jatuh lalu diborgol. Anggota tim yang lain juga menelusuri lantai atas dan masuk ke salah satu kamar yang dihuni oleh orang gila yang sangat jorok.
Sampai pada akhirnya, mereka telah tiba di lantai 5, Seluruh anggota tim kepolisian pun bersiaga dan siap menembak. Lalu datanglah seorang anak laki-laki yang abis dari toilet, dia merasa ketakutan saat menoleh kepalanya ke samping kanan karena terdapat banyak polisi. Letnan Joe pun menenangkan nya dan berkata “Jangan bergerak dek, diam ditempat kamu!”. Lalu Letnan Joe pun berusaha mendekati anak tersebut dan berkata “Sekarang…”. Belum selesai berbicara, anak tersebut langsung lari terbirit-birit sambil menekan tombol alarm bahaya.
“Poliisiii!” ucap seorang anak itu kepada salah seorang penghuni apartemen.
Lalu dengan spontan Kapten Pierre menembak anak itu.
“Dessshuuut!” bunyi tembakan dari senapan serbu Kapten Pierre.
Seketika anak itu tewas tepat dibagian lehernya.
Alarm bahaya pun berbunyi. Seluruh anggota tim cukup panik dan tetap bersiaga. Sebagai informasi, kalau alarm tersebut telah berbunyi berarti itu menandakan bahwa bahaya telah datang. Seluruh penghuni apartemen itu pun langsung bersiaga untuk menghadapi para polisi. Sedangkan Tommy ini dia sudah tau kalo para polisi ini bakal datang karena dia telah diberitahu oleh pimpinan polisi yang telah menerima suap darinya. Tommy memantau dari layar CCTVnya untuk melihat pergerakkan para polisi itu sudah sampai mana.
Letnan Joe pun kesal dengan aksi yang dilakukan Kapten Pierre tersebut. “Apa itu perlu?!” ucap Letnan Joe dengan marah sambil menurunkan senjata nya Kapten Pierre. Karena menurut Letnan Joe itu adalah hal bodoh yang bisa memancing musuh keluar.
“Perlu!” ucap Kapten Pierre dengan nada tinggi. Menurut nya itu perlu dilakukan agar anak tersebut tidak bisa lapor ke penghuni lainnya, tetapi menurut Letnan Joe itu malah mendatangkan bahaya, dan benar apa yang dikuatirkan oleh Letnan Joe. Salah satu penghuni apartemen telah melihat kejadian tersebut dan langsung lari. Beberapa anggota polisi pun sempat mengejarnya namun tidak berhasil karena dia terlalu cepat.
Tommy yang melihat kejadian itu langsung memerintahkan salah satu anak buahnya yang bernama Paul untuk mematikan komunikasi dan kunci semua akses keluar.
“Gw pengen liat seberapa hebat para polisi itu.” ucap Tommy dengan raut wajah santainya.
Tommy menelpon anak buahnya yang lain, yaitu 2 orang sniper. 2 orang sniper itu sedang bersiap mencari posisi yang pas untuk membunuh para polisi di salah satu ruangan.
“Lu ambil yang kiri, Gw ambil yang kanan.” ucap sniper 1.
“Ok!” ucap sniper 2.
“Sekarang!” ucap sniper 1.
Terdengar bunyi “Dorrr, dorrr!” dari kedua sniper tersebut.
“Aaaaggghhh, Aaaaggghh!!” Suara sekarat dari seorang polisi karena tertembak sniper.
Sniper 2 ingin menembak polisi tersebut sampai mati tapi langsung dicegat oleh sniper 1.
“Tahan, biarkan dia bertahan.” ucap sniper 1
Tak lama kemudian polisi itu mati, kemudian sniper 1 langsung menghubungi Tommy lewat HT (Handy Talky) untuk memberitahu bahwa keadaan diluar sudah aman. Anak buah Tommy yang lain sedang berjaga di tempat parkir dan melihat ada 2 orang polisi di dalam bus, 2 orang polisi itu bertugas sebagai supir dan mereka sedang menunggu para polisi yang lain kembali ke bus, kedua polisi ini sedang bersantai sambil baca koran tiba2 mereka ditembak secara membabi buta oleh 3 anak buah Tommy yang memakai senapan laras panjang. Seketika mereka tewas mengenaskan.
Salah satu anak buah Tommy berhasil meloloskan diri dari penjagaan polisi dan menggorok leher polisi tersebut menggunakan golok yang disimpan dibawah meja lalu dia langsung mengambil pistol dari polisi tersebut. Kemudian dia bergegas pergi namun di depan pintu terdapat seorang polisi yang sedang berjaga. Dengan pintarnya dia mengelabui polisi tersebut dengan berpura-pura sebagai orang yang minta tolong, lalu ketika polisi itu lengah dia langsung menembak polisi tersebut hingga tewas. Tak lupa dia memberitahu Tommy bahwa lantai 5 sudah aman.
Tiba-tiba lampu di apartment mati semua, yang dimana ini adalah ulah Tommy. Seluruh anggota tim langsung bersiap. Bapak William yang ingin mengantarkan obat untuk istrinya itu pun langsung lari dari pengawasan polisi. Louis ingin mengejarnya tapi Letnan Joe menyuruhnya untuk membiarkannya pergi.
Tidak lama kemudian, Tommy mengirimkan pesan melalui microphone dan terdengar di seluruh lantai apartemen.
“Selamat pagi teman-teman, mungkin anda sudah mendengar bahwa kita kedatangan tamu yang tak diundang. Bukan saya yang mengundang dan tentunya mereka tak kita terima disini. Demi kepentingan kita semua, anda bisa memberikan bantuan anda dalam mengusir kutu-kutu ini dan anda akan mendapatkan imbalan tinggal tanpa biaya. Anda bisa menemui tamu tak diundang ini di lantai 6. Selamat bekerja dan jangan lupa bersenang-senang.”
Seluruh anggota tim cukup panik karena mereka dijadikan sayembara oleh Tommy dan menjadi target pembunuhan oleh seluruh penghuni apartemen.
“Kapten, kita butuh bala bantuan sekarang.” Ucap Letnan Joe.
“Kita masih bisa bertahan sendiri.” jawab Kapten Pierre.
“Dengan segala hormat kapten, karena kalau tidak penjahat itu akan membunuh kita semua.” seru Letnan Joe dengan panik.
“Tidak mungkin.” ucap Kapten Pierre dengan ngos-ngosan.
“Apanya yang tidak mungkin?!” ucap Letnan Joe dengan sedikit emosi.
“Karna penyerbuan ini bukan…” seketika Kapten Pierre terdiam.
“Siapa saja yang tau kita disini? Apa yang sudah anda perbuat? Tanya Letnan Joe .
“Kita sendiri.” ucap Kapten Pierre tanpa menjawab pertayaan yang kedua.
“Letnaaan!” teriak salah satu anggota tim dengan panik.
Terdengar suara musuh dari lantai atas. Seketika mereka melihat ke arah atas. Ternyata benar ada 4 orang musuh di atas sambil membawa senjata laras panjang berjenis AK-47. Salah satu anggota tim tanpa sengaja menembakkan senjata nya ke pintu kamar karena dia melihat pintu kamar terbuka dan itu merupakan kesalahan fatal karena musuh sudah mengetahui posisi mereka dari percikkan api peluru yang ditembakkan tadi. Suasana sempat hening sebentar dan…..
“Dor…dor…dor…dor…dor…dor…dor…dor….dor..dor…dor…dor..dor…dor..!!!” Suara tembakan musuh yang membabi buta.
“Aaaghhh…Aaaghhh…Aaaghhh!!” suara teriakan dari 3 polisi karena tertembak bertubi-tubi dan langsung tewas.
Baku tembak pun tak terhindarkan masing-masing dari kedua kubu saling menembak. Di sisi lain Tommy beserta 2 anak buah andalan nya yaitu Paul dan Dominic sedang mengawasi lewat monitor CCTV.
“Lu gila ya?” tanya Dominic dengan raut kesal.
“Ngomong apa lu? Ini urusan gw.” jawab Paul sambil menantang.
“Lu pake otak lu bangsat!! kalo bekingannya dateng gmn? Lu gk bisa nembak polisiii, polisi lu bayar kelar!!” ucap Dominic sambil marah.
“Emang lu pikir mereka kemari untuk minta duit?” ucap Paul.
“Gk akan ada bantuan, gk ada bukti apa-apa, pokoknya gak ada cerita, kita libas mereka semua!” ucap Tommy dengan raut sadis nya.
“Yakin?” Tanya Dominic.
“Gw udh tau siapa dalangnya.” ucap Tommy dengan santai.
“Tuh si tua bajingan ini, berani betul dia masuk di wilayah kekuasaan gw.” ucap Tommy sambil menunjuk Kapten Pierre di layar CCTV nya.
Tanpa sengaja Dominic melihat Louis di layar CCTV dan dia heran sekaligus tidak menyangka.
Baku tembak antara polisi dan gangster pun masih berlangsung, keduanya saling menembak secara membabi buta. Tapi disisi polisi mereka lebih banyak korbannya karena kebanyakan dari mereka pemula dan posisi mereka tidak menguntungkan, sedangkan dari pihak gangster belum ada korbannya karena mereka menembak dari lantai atas secara membabi buta sehingga posisi mereka lebih unggul. Letnan Joe langsung mengambil tindakan untuk masuk ke sebuah kamar, dan di kamar tersebut terdapat seorang gangster. Gangster tersebut langsung ditembak oleh anggota tim. Seluruh anggota tim yang tersisa langsung menghalangi pintu masuk kamar dengan menggunakan meja, lemari, kursi agar para gangster yang lain tidak bisa masuk. Namun tempat tersebut tidak akan aman karena musuh terus mengejar sampai mereka mati. Letnan Joe langsung memerintah kan yang lain untuk meninggalkan tempat tersebut. Louis pun sedang mencari jalan keluar dan dia menemukan ide dengan memecahkan lantai kayu dengan menggunakan kapak. Selagi Louis menghancurkan lantai kayu tersebut tiba-tiba pintu kamar ditembak oleh gangster menggunakan senapan serbu, beberapa anggota polisi terkena tembakan dan tewas.
Louis sudah berhasil menghancurkan lantai kayu tersebut dan membuat lubang agar mereka bisa terjun ke kamar bawah. Seketika Letnan Joe langsung terjun ke kamar bawah dan langsung dikeroyok oleh para gangster. Seluruh anggota tim langsung bergegas terjun dan langsung membantu Letnan Joe. Musuh yang dikamar bawah sudah berhasil dibunuh, namun musuh yang lain terus berdatangan sehingga anggota tim sangat kewalahan dan seakan-akan mereka tidak dikasih nafas. Dengan keadaan yang terdesak seperti ini, Louis melihat ada tabung gas dan kulkas lalu dia bergegas mengambil tabung gas tersebut dan memasukkan ke dalam kulkas kemudian dia bersama anggota tim yang tersisa mendorong kulkas tersebut ke pintu masuk kamar, lalu Louis memasukkan granat ke dalam kulkas tersebut dan seketika tabung gas itu meledak dengan besar. Sehingga menyebabkan kehancuran yang cukup dahsyat, layar monitor CCTV di ruangan Tommy sampai hitam putih. Akhirnya cara tersebut membuahkan hasil, para gangster yang mengejar tadi seketika tewas semua walaupun Louis dan tim juga ikut terpental karena ledakan tersebut.
Tommy yang melihat kejadian itu melalui layar monitor cctv nya pun kaget dan bertanya kepada anak buahnya.
“Apaan nih?” Tanya Tommy.
“Segelas info dengan siapa kita berhadapan.” jawab Dominic dengan santai karena sebelumnya dia sudah memberi tahu bahwa bahaya berurusan dengan polisi.
“Seberapa parah?” Tanya Tommy.
“Cuman 2 kamar.” jawab Paul.
“Lumayan.” ucap Tommy dengan tidak terlalu peduli.
“Dan sekitar 30 orang yang mengontrak mati berantakan.” ucap Dominic.
“Cek kamar dimana mereka tinggal dan ambil barangnya, dan turun bawa pasukkan untuk beresin semuanya.” ucap Tommy dengan kejamnya dia menyuruh menjarah barang orang yang sudah mati.
“Siap!” ucap Paul dan Dominic dengan kompak. Paul dan Dominic langsung bersiap mengumpulkan anak buahnya dan mereka membagi tim. Paul bersama 3 anak buahnya pergi lewat tangga dan Dominic bersama 2 anak buah nya naik lift. Saat di dalam lift, Dominic mengeluarkan sangkur dari pinggang nya dan langsung membunuh 2 anak buahnya dengan sadis. Setelah lift sampai di lantai 7, Dominic langsung pergi ke sebuah kamar.
Terlihat penghuni apartemen yang masih hidup karena ledakan tadi dengan penuh darah diseluruh tubuhnya. Dia berjalan tengkurap dan tiba-tiba datang seorang ketua gang parang bernama Dominggus. Dengan sadisnya dia langsung membacok orang tersebut sampai mati tanpa belas kasihan sedikitpun. Louis yang baru sadar dari pingsannya akibat ledakan tadi, dia sedang mencari teman-temannya. Terlihat juga Letnan Joe dan teman setimnya yang masih hidup dan sebagian dari mereka terluka parah seperti Kapten Pierre. Kemudian Louis melihat ada sebuah meja kecil dan bergegas mengambil sebuah meja kecil itu untuk dijadikan tumpuan agar mereka bisa ke lantai atas. Alfred yang terluka parah langsung disuruh naik terlebih dahulu lalu disusul Louis. Letnan Joe bersama Kapten Pierre dan satu anggota tim yang masih hidup tidak ikut naik keatas, mereka mencari jalan lain.
Tidak lama setelah Louis naik keatas, datang Dominggus bersama anak buah nya dengan raut sadisnya yang siap membunuh siapa saja. Tampak dia sedang mencari polisi yang masih hidup. Letnan Joe bersama Kapten Pierre dan satu anggota tim sedang bersembunyi menghindari Dominggus sebab Dominggus mendekat ke persembunyian mereka sambil membunyikan parangnya di tembok. Setiap pintu kamar yang dia lewati, dia langsung membuka pintu tersebut dengan raut sadis, mata melotot dan siap menebas musuh. Tinggal beberapa langkah lagi Dominggus sampai ke tempat persembunyian Letnan Joe. Letnan Joe yang melihat itu dia bergegas mengambil sebilah sangkur dari pinggangnya dan bersiap untuk duel lawan Dominggus. Namun beruntungnya hal tersebut tidak terjadi karena Dominggus mendengar suara tembakan dari lantai atas dan dia pun langsung pergi bersama anak buahnya.
Rupanya suara tembakan diatas itu berasal dari penghuni apartemen yang ingin menembak Louis tapi tidak kena dan Louis langsung merebut pistolnya dan langsung menembak orang tersebut hingga tewas. Setelah itu Louis mengecek peluru dalam pistol tersebut yang ternyata tinggal satu peluru. Tidaklah mungkin Louis melawan musuh dengan hanya satu peluru saja apalagi melihat kondisi Alfred yang terluka parah, oleh karena itu Louis teringat nomor kamar Bapak William dan dia langsung mencari kamar 726 dan meminta bantuan.
“Tolong buka pintunya!!!” ucap Louis sambil menggedor pintu dengan panik nya.
“Tolong buka pintunya, ini ada yang terluka kalo gak ditolong kami bisa mati!!!” ucap Louis dengan nada tinggi.
“Jangan pak…jangan dibuka!” ucap istri Bapak William.
“Mereka sudah dekat, demi Tuhan lihat mata saya pak.” ucap Louis dengan pasrah nya.
Akhirnya Bapak William membukakan pintunya untuk mereka berdua masuk.
Segera Bapak William membawa mereka ke ruangan dibalik tembok agar tidak diketahui oleh musuh.
“Aaagghhhhh…Aaagghhh!!” teriak kesakitan Alfred.
Setelah Bapak William memasukkan mereka di ruangan balik tembok, tiba-tiba Dominggus beserta anak buahnya mendobrak pintu kamar dan langsung masuk. Disitu istri Bapak William teriak ketakutan.
“Woi…woi...woi… apaan ini!” Teriak Bapak William dengan marah karena kamar nya diacak-acak.
“Tutup mulut ko bangsat!” Bentak Dominggus.
“Ko mo mati sekarang? Hah!!” Dominggus mengancam bapak itu dengan logat Papuanya.
“Kamorang periksa semua lemari, kamar mandi jangan sampai ada sisa!!” Dominggus memerintahkan anak buahnya dengan logat Papuanya.
“Hei!! Ko sembunyikan apa?” tanya Dominggus dengan logat Papuanya
“Gak ada.” Ucap Bapak William dengan ketakutan.
“Ko stop tipu tipu eee, Saya trada waktu untuk ko tipu tipu!!!” Dominggus marah dengan menggunakan logat Papuanya.
“Mereka ini bikin saya muak saja!” Luap kekesalan Dominggus.
“Hey! Kalo saya muak saya potong ko!! Ancaman Dominggus sambil menggunakan logat Papuanya.
“Demi Tuhan, saya tidak menipu.” Ucap Bapak William dengan keringat dingin sambil ngos-ngosan.
Dominggus mendorong bapak tersebut dan pandangannya tertuju kepada tembok tempat Louis dan Alfred bersembunyi. Dominggus pun mendekat dan menghantam semua foto-foto yang ada di tembok dan juga benda disekitar tembok tersebut dengan parangnya. Setelah merusak semuanya Dominggus menusuk ruangan dibalik tembok yang terbuat dari kayu itu menggunakan parang nya secara bertubi-tubi di setiap sisi. Hal itu membuat Louis dan Alfred ketakutan karena mereka tidak bisa kabur kemana-mana dari ruangan tersebut dan jika mereka tidak menghindar, mereka sendiri yang akan mati tertusuk parangnya Dominggus. Louis pun terkena goresan parang dipipi nya, hal itu membuat Louis sangat kesakitan tapi tidak bisa berteriak selain diam dan bertahan dari rasa sakit.
Bapak William yang melihat bahaya sedang menimpa mereka langsung menghentikan aksinya Dominggus.
“Woy brengsek lu semua...bajingan…bajingan kalian semua!!!” ucap Bapak William dengan emosinya sambil mendorong anak buah Dominggus.
“Hei! Ko tra bisa diam napa? Hah!! Ucap Dominggus sambil menghampiri bapak tersebut dengan logat Papuanya.
“Tidak ada apa-apa disini dan lu malah hancurin semuanya!” Ucap Bapak William dengan marahnya.
“Jangan coba-coba ko tipu saya eee!!” Ancam Dominggus dengan menggunakan logat Papuanya.
“Saya mau tipu apaa!!!” Ucap Bapak William dengan nada tinggi.
“Hei! Ko punya istri mo saya cincang kah!? Tanya Dominggus dengan logat Papuanya sambil mengancam dengan mencekik bapak itu.
“Ko mo saya cincang istri ko? Jawab bangsat!” Ucap Dominggus dengan logat Papuanya dan lagi-lagi Dominggus mengancam sadis bapak tersebut setelah itu dia mendorongnya.
“Ayo cabut semua!” Dominggus memerintahkan anak buahnya untuk pergi dari tempat itu. Tidak lupa Dominggus mengambil parangnya yang masih tersangkut di tembok itu.
Akhirnya setelah situasi yang sangat mengerikan, Dominggus beserta anak buahnya pergi dari kamar itu. Louis beserta Alfred pun bisa keluar dari ruangan sempit itu dan Alfred langsung dibaringkan ke sofa. Louis menyuruh Bapak William mengambilkan pisau atau apapun itu yang bisa digunakan untuk mengeluarkan peluru di tubuh Alfred. Bapak William langsung bergegas ke dapur nya.
“Cuman ada ini.” Bapak William menunjukkan pisau kecil dan juga gunting serta kain.
“Cepat cari yang bener, bangsat!” Ucap Alfred karena kaget yang dibawa alatnya kurang memadai sambil merintih kesakitan.
“Cuman ada ini. Atau kamu mau sendok, sumpit?” tanya Bapak William dengan panik.
Louis pun tampak kebingungan karena alatnya hanya seadanya. “Cepaaatt bantuin gw!!” teriak Alfred sambil merintih kesakitan.
Louis pun langsung bertindak.
Louis melihat perut Alfred yang tampak bolong karena terkena ledakan, dan dia langsung mengobatinya. Setelah selesai Louis melihat dari jendela, para polisi yang tewas itu dikumpulkan mayatnya dan bus polisi itu didorong keluar halaman oleh belasan orang. Louis langsung menghampiri Bapak William yang sedang merawat istrinya dan mengobrol sebentar. Sebelum Louis keluar kamar, dia berpesan kepada Bapak William untuk menjaga Alfred.
”Dia memang keras kepala gak jelas, tapi dia orang baik. Jagain dia...saya akan kembali secepatnya.”
Saat keluar kamar, Louis sangat berhati-hati karena keadaan belum aman sama sekali. Terdengar juga suara orang minta ampun dengan disiksa “Ampuuun..aaaghhh..ampuun!!!” dan saat Louis mendekat. Tiba-tiba salah satu anggota gang parang tanpa sengaja melihatnya ingin kabur. “Hei! Itu dia!!” ucap seorang anggota geng parang. Seluruh anggota geng parang pimpinan Dominggus ini langsung mengejarnya. Terjadi pertarungan sengit antara Louis seorang diri melawan 5 orang gang parang. Salah satu anggota gang parang itu berhasil dibunuh Louis dengan cara dihajar dan dilempar ke lantai bawah. Dominggus langsung memainkan parangnya dan untungnya Louis berhasil menghindari serangan dan lari ke lantai atas. Anak buah Dominggus pun terus mengejar sampai di lantai atas Louis mendapatkan jalan buntu dan terpaksa harus melawan mereka. Pertarungan sengit kembali terjadi dan tak dapat dihindarkan. Beberapa kali Louis terkena pukulan dari anggota gang parang tetapi dia masih bisa melawan. Sampai suatu saat Louis terkena sayatan parang dan itu hanya mengenai punggungnya saja.
Satu per satu anggota geng parang berhasil dia bunuh dan tersisa Dominggus. Mereka pun berduel dengan tangan kosong dan Louis sempat dibanting oleh Dominggus dan dicekek, namun Louis berhasil bangkit dan kemudian menghajar mata Dominggus hingga berdarah sampai tak bisa melihat lagi kemudian mencekik leher Dominggus dengan gerakan silatnya. Namun Dominggus berhasil lepas dan langsung ngamuk mengangkat dan melempar Louis. Dalam keadaan tidak bisa melihat Dominggus masih sempat mengambil parangnya kemudian menyerang Louis secara membabi buta tapi berhasil dilumpuhkan. Tidak lama setelah itu ternyata Dominggus masih bisa berdiri dan Louis langsung mengangkat dan membanting Dominggus hingga keluar jendela. Louis pun ikut jatuh dan disitulah Dominggus akhirnya tewas. Saat bangkit Louis bangkit berdiri tiba-tiba dia diberondong peluru dan Louis langsung masuk ke sebuah kamar lewat jendela, untungnya peluru tersebut tidak ada yang mengenainya. Louis langsung membuka rompinya dan berjalan keluar kamar dengan sempoyongan karena banyak luka yang diakibatkan dari banyaknya aksi tembak menembak, pertarungan melawan musuh serta jatuh dari ketinggian.
Tiba-tiba Louis ditarik masuk ke sebuah kamar. Louis pun kaget dan hendak menyerang orang tersebut. Orang tersebut berhasil menenangkan Louis yang ternyata adalah Dominic.
“Tenang..Tenang!!!” Dominic Menenangkan Louis.
Seketika Louis kaget melihat Dominic. Ternyata Dominic ini merupakan kakak dari Louis.
“Ngapain Lu disini?” Tanya Dominic dengan nada tinggi.
“Gw disini jalanin tugas.” jawab Louis.
“Lu seharusnya gk disini bro.” ucap Dominic sambil mencuci kain
“Sama, lu juga Dom. Oh ya ngomong-ngomong mereka siapa?” tanya Louis sambil menunjuk kearah 2 mayat yang telah dibunuh oleh Dominic pada saat di lift.
“Bukan siapa-siapa.” jawab Dominic dengan raut santainya.
“Eh, tuh para polisi tim lu gak tau kalo kita ini kakak adik?” tanya Dominic dengan sedikit panik.
“Tenang aja, mereka gak bakal tau tentang data informasi keluarga kita.” jawab Louis dengan santainya.
“Baguslah kalo mereka gak tau.” ucap Dominic dengan tenang sambil menghembuskan nafas.
“Weh, Gw nih muak liat muka lu dipasang di tiang listrik sebagai daftar buronan. Setelah 5 tahun lu hilang gak ada kabar, eh sekarang baru muncul, kemana aja lu selama ini?” Ucap Louis sambil mengungkapkan kekesalannya dan juga rasa kuatirnya .
“Ya biasalah gini-gini aja kerjaan gw sebagai gangster. Oh ya lu sekarang juga harus tinggalin neraka ini!” ucap Dominic sambil menyuruh Louis untuk segera pergi.
“Gak bisa kalo tanpa temen-temen gw.” Jawab Louis.“Hah? Lu sekarang ngerti gak sih kondisinya lagi gmn?” Tanya Dominic.
“Iya, gw ngerti kondisinya sekarang, cuman gimana nasib temen-temen gw tuh?” ucap Louis sambil mempedulikan keadaan teman-temannya.
“Lu gak usah peduliin temen-temen lu lagi, karena gw yakin mereka semua dh jadi mayat tuh.” ucap Dominic dengan yakinnya.
“Woooy!! Jaga omongan lu, seharian gw nemenin temen-temen gw untuk ngabisin para gangster sialan ini termasuk lu! Satu lagi, gw bisa nyelamatin lu keluar dari neraka ini.” Ucap Louis dengan emosi nya.
“Apa lu bilang? Lu mau nyelamatin gw? Yang gw tau orang-orang disini lagi ngumpulin mayat temen-temen lu dan gw gak akan pergi dari sini karena ini tempat udh jadi rumah kedua gw.” Ucap Dominic dengan kekehnya.
“Pokoknya lu ikutin aja apa yang gw minta. Lu harus pulang!” Ucap Louis dengan memaksa.
“Ngapain gw pulang? Bapak udah pasti gak mau nerima gw lagi!” Ucap Dominic dengan emosinya.
“Justru bapak pengen banget lu pulang Dom. Dia kanget bener sama anaknya.” Ucap Louis dengan menasehati Dominic.
“Tapi gw yang sekarang ini bukan gw yang dulu lagi. Gw punya kuasa di tempat ini, semua orang hormat sama gw!” Ucap Dominic dengan sombongnya.
“Yaudah terserah kalo itu semua udah jadi keputusan lu. Dah gw gk punya banyak waktu lagi, gw musti pergi.” Ucap Louis dengan pasrahnya karena itu semua sudah keputusan Dominic.
“Yaudah lu ganti baju dulu lah sebelum lu pergi.” Ucap Dominic.
“Gak usah, ini aja soalnya udah pas sama gw.” Jawab Louis sambil melihat seragamnya.
“Ok deh, gw jalan duluan ya…celaka dan aman biar gw yang nanggung.” Dominic berpamitan dengan Louis.
“Hati-hati Dom. Gw selalu peduli sama lu karena cuman lu satu-satu nya abang gw.” ucap Louis dengan raut sedihnya sambil meneteskan air mata terharu.
“Gw jg sayang sama lu karna cuman lu lah satu-satunya adek gw.” Dominic dengan raut sedihnya dan juga meneteskan air mata terharu.
Dan mereka saling berpelukan sambil menangis haru sebagai tanda kasih sayang antara adik-kakak dan untuk melepas rindu karena sudah 5 tahun tidak bertemu. Setelah itu Dominic langsung pergi dan Louis tetap di kamar untuk beristirahat sejenak dan tidur.
Di lantai bawah, Letnan Joe beserta 2 orang rekannya sedang bersembunyi di sebuah kamar sambil merencanakan sesuatu untuk menghadapi para musuh.
“Mereka semua sudah mati.” ucap Kapten Pierre sambil duduk termenung.
“Kita belum tau itu pasti.” ucap Letnan Joe dengan muka dinginnya.
“Lu pikir Joe pake otak, anak buah lu yang lain pasti udah mati dibunuh sama para gangster itu. Dan saya tidak mau berkorban demi menyelamatkan anak buahmu itu!” ucap Kapten Pierre dengan egois nya.
“Aaaaaaa bacot lu bajingan!!!!” Letnan Joe yang emosi mendengarnya pun langsung mengangkat dan mencekik Kapten Pierre ke tembok.
“Diem lu brengsek! Apapun yang berhubungan tentang hidup mati anak buah gw, lu jangan ikut campur…anak buah gw banyak yang mati itu gara-gara lu karena lu ngejebak kita semua cuman untuk ngebersihin nama baik lu.” emosi Letnan Joe memuncak sampai dia tak segan untuk menghajar atasannya.
“Inget Joe..pangkat lu itu dibawah gw.” ucap Kapten Pierre yang memandang pangkat.
“Persetan dengan pangkat!! Abis kita selesai misi ini..gw bakal masukin lu kepenjara agar lu dipenjara seumur hidup!” Letnan Joe mengancam Kapten Pierre.
“Gw gak takut dipenjara.” ucap Kapten Pierre dengan angkuhnya.
“Pokoknya sekarang lu kasih tau siapa dalang dibalik semua ini?” Tanya Letnan Joe agar Kapten Pierre memberi tahu.“Belum saatnya gw kasih tau lu.” jawab Kapten Pierre.
“Terserah lu! Sekarang tugas kita naik ke lantai atas cari anggota tim kita yang masih selamat abis tuh kita pergi dari sini!” ucap Letnan Joe sambil menatap tajam matanya dan juga dia menurunkan dan melepaskan cekekan Kapten Pierre.
Kapten Pierre hanya bisa pasrah saja dengan nasibnya.
Letnan Joe bergegas pergi keluar kamar, setelah membuka pintu kamar tiba-tiba dia ditendang kepalanya oleh Paul yang sudah berada di samping pintu kamar. Salah satu anggota tim beserta Kapten Pierre langsung keluar kamar dan bergegas menghajar Paul, tapi mereka semua berhasil dihajar oleh Paul sampai akhirnya Letnan Joe bangkit kemudian membanting Paul ke arah tembok. Paul langsung mengeluarkan pistolnya, bersamaan dengan Letnan Joe yang juga mengeluarkan sangkurnya, mereka saling menodong satu sama lain. Tiba-tiba 3 anak buah Paul datang dan Letnan Joe menyuruh Kapten Pierre dan 1 orang timnya untuk kabur. Sekarang tinggal menyisahkan Letnan Joe dan Paul saja, Paul menyuruh Letnan Joe untuk menjatuhkan sangkurnya lalu menyuruhnya masuk ke kamar. Setelah masuk kamar, Paul juga menjatuhkan pistolnya dan mengajak Letnan Joe untuk berduel dengan tangan kosong.
“Kalo cuman pake senjata gini kagak ada gregetnya, pake tangan kosong nih baru ada gregetnya.” ucap Paul sambil mengepalkan kedua tangannya.
“Ayo, siapa takut, sini maju lu goblok!!” Letnan Joe menantang sambil pasang kuda-kuda.
Seketika Paul langsung menyerang secara membabi buta sampai Letnan Joe tersungkur dan tidak sempat memberikan perlawanan. Lalu Letnan Joe berusaha bangkit dan mencoba menghajarnya dan kali ini Letnan Joe membanting Paul dengan teknik judonya tetapi Paul tidak merasakan sakit yang berarti dan langsung menghajar dan menendang Letnan Joe hingga terpojok ke tembok. Disaat Letnan Joe terpojok itu lah dia langsung mengeluarkan seluruh tenaganya dengan mengangkat dan membanting Paul, tidak sampai disitu saja dia juga mendorong Paul hingga terpojok dan menendang bagian kepalanya serta mencoba mengunci lehernya. Serangan Letnan Joe yang kali ini cukup membuat Paul kesakitan, tapi Paul tetap pantang menyerah dan dia mencoba melepaskan kuncian sikut itu dengan menonjok perut Letnan joe dan membenturkan kepalanya ke sikut kakinya sampai Letnan Joe terbaring dan Paul tidak mau menyia-nyiakan kesempatan ini untuk menghabisinya tetapi berhasil ditangkis oleh Letnan Joe sehingga berhasil membuat Paul jatuh terbaring dan mencoba untuk mencekiknya tapi lagi-lagi Paul bisa membalikkan keadaan dengan menendang perut Letnan Joe hingga cekikannya lepas. Sekarang mereka kembali bertarung dengan posisi berdiri dan Paul langsung menyeleding kaki Letnan Joe hingga terjatuh dan menghajar mukanya dengan sikut kakinya sampai muka Letnan Joe berdarah. Letnan Joe berusaha bangkit meskipun dia sudah sekarat dan dengan sadisnya Paul langsung menggenggam kepala Letnan Joe lalu dipatahkan batang lehernya. Hingga terdengar bunyi “Kreeeekk!!!” Letnan Joe pun auto tewas dan kini hanya tinggal nama.
Paul Terlihat puas setelah berhasil membunuh musuhnya dengan cara yang sadis. Lalu dia membawa mayat Letnan Joe menuju lift dan tanpa sengaja dia melihat Dominic yang mau ke lantai atas juga.
“Tungguuu…Tahan pintunya!!” ucap Paul yang sambil membawa mayat Letnan Joe.
“Tuh mayat mau lu bawa kemana?” Tanya Dominic.
“Ke bos.” Jawab Paul.
“Apa gunanya lu bawa mayat itu ke bos?” Tanya Dominic.
“Biar bos tau kalo gw berhasil ngebunuh polisi dengan tangan gw sendiri.” jawab Paul dengan bangganya.
“Kalo lu sendiri udah bunuh berapa polisi?” Tanya Paul.
Seketika Dominic terdiam.
Louis yang terbangun dari tidurnya, dia tidak sengaja mendengar obrolan Dominic dan Paul dan dia penasaran dengan apa yang terjadi. Lalu saat membuka pintu, Louis kaget melihat Letnan Joe sudah tewas dan mayatnya dibawa. Pintu lift kemudian terbuka dan mereka segera masuk untuk menuju lantai 15. Louis yang tidak bisa berbuat apa-apa hanya merenung sedih dan menyimpan dendam terhadap Paul. Singkat cerita mereka sampai di ruangan bos mereka yaitu Tommy, dan Paul langsung menyerahkan mayat Letnan Joe dihadapan Tommy.
“Siapa itu yang lu bawa?” Tanya Tommy.
“Polisi, cuman gw gk tau pangkat ini orang apa.” jawab Paul.
“Meskipun lu bukan bawa mayat si tua bajingan itu (Kapten Pierre) tapi gw tetep bangga karena lu udah berhasil bawa mayat polisi di hadapan gw.” ucap Tommy dengan raut senangnya.
“Eh lu tadi belum jawab pertanyaan gw, Dah bunuh berapa polisi lu?” tanya Paul.
“Ha ha ha ha…Dominic mana berani dia bunuh polisi.” Tommy tertawa sekaligus menyindir Dominic.
“Maksudnya apa ini?” Tanya Dominic dengan raut yang pura-pura gak tau.
“Gak nyangka aja gw ngeliat lu gak bawa apa-apa, Lu kan jago dalam hal ginian apa lagi tuh polisi udah banyak yang mati.” ucap Tommy yang sepertinya sudah tau kejadian sebenarnya.
“Ya emang gak ada yang bisa gw bawa.” Ucap Dominic.
“Menurut lu masih ada berapa polisi lagi yang masih hidup?” Tanya Tommy.
“Menurut gw sih 2.” Jawab Dominic.
“Yakin lu cmn 2? Menurut gw 3.” ucap Tommy yang sambil tertawa ngeledek.
“Ya kurang lebih antara 2 kalo gak 3 lah soalnya terlalu banyak lantai untuk di cek.” Dominic mengeles agar tidak dicurigai.
“Hmm gitu ya..” ucap Tommy sambil memberikan kode ke Paul dengan cara mengedipkan sebelah matanya.
Paul yang peka dengan maksud bosnya pun langsung menendang engsel kaki nya Dominic hingga dia jatuh dan mengambil pisau yang ada di hadapannya lalu menusukkan pisau tersebut ke tangannya Dominic.
“Aaaggghhhh!!!” Dominic menjerit kesakitan.
“Dengar bangsat! Gw akui nyali lu itu gede tapi lu jangan main-main sama perasaan curiga gw. Lu liat nih monitor…lu bawa tuh polisi kedalem kamar tanpu lu bunuh, maksud lu apa tolol?” Tommy sudah mengetahui semua apa yang dilakukan Dominic (sambil memperlihatkan rekaman CCTV ke Dominic).
“Gw mau liat reaksi tuh polisi yang lu selamatin tadi kalo seandainya lu gw gorok di depan mata dia atau dia yang gw gorok di depan mata lu!!!” Tommy dengan sadisnya akan membunuh Dominic beserta Louis.
“Aaagghhh…Anjing lu!!” Dominic yang mendengarnya langsung memaki Tommy sambil berteriak kesakitan.
Di sisi lain Louis berusaha mencari anggota tim yang masih hidup dan tidak sengaja dia melihat Kapten Pierre dan seorang anggota tim sedang bersembunyi di suatu kamar.
“Tok..tok..tok…psssttt” Louis mengetuk pintu dan memberikan bisikan.
“Hei Louis, untung masih selamat lu.” ucap seorang anggota tim dengan raut senangnya.
“Ngomong-ngomong tadi lu liat Letnan Joe gak?” Tanya seorang anggota tim.
“Letnan udah mati dibunuh sama anak buahnya Tommy terus mayatnya dibawa.” jawab Louis dengan sedih
“Kurang ajar tuh bangsat!” seorang anggota tim yang tidak terima karena Letnannya dibunuh.
“Kapten kenapa tuh termenung gitu?” Tanya Louis.
“Dia lagi pusing karna dia penyebab masalah semua ini, tadi pas kita bareng sama Letnan, Letnan diserang sama anak buahnya Tommy terus nih orang malah kabur dan gw disuruh Letnan untuk ngejagain dia.” jawab seorang anggota tim.
“Pokoknya bapak yang akan bertanggung jawab dengan semua hal yang terjadi ini, sekarang kita harus secepatnya membunuh gangster yang masih ada dan tangka si Tommy.” ucap Louis.
“Tidak segampang itu kamu mau menangkap Tommy, kamu lupa ya kalau Tommy itu sangat berbahaya? Dan kemungkinannya sangat kecil apa lagi sekarang kita tidak punya senjata dan kita hanya bertiga.” ucap Kapten Pierre yang tidak berani melawan Tommy karena melihat kondisi sekarang.
“Saya tau Tommy memang berbahaya tapi bagaimanapun kita harus menangkapnya walaupun kita cuman bertiga dan gak ada senjata itu gak jadi masalah yang penting udah berusaha. Pokoknya sekarang kita harus tangkap Tommy gimanapun caranya dan bunuh semua anak buahnya.
Mereka langsung bergegas keluar kamar secara perlahan dan suatu ketika mereka melihat musuh diatas, Louis langsung mengeluarkan sangkurnya lalu melemparnya hingga tepat menancap di kepala orang tersebut. Kemudian mereka bertiga langsung menuju lantai atas yang dimana tempat tersebut adalah tempat pembuatan narkoba. Terjadi pertarungan sengit jarak dekat antara anak buah Tommy melawan Louis dan timnya, sampai akhirnya anak buah Tommy berhasil dikalahkan. Setelah mengalahkan anak buah Tommy, mereka bertiga langsung lari menuju lantai atas dan pada saat Louis ingin menuju lantai atas juga, pandangannya tertuju pada suatu ruangan yang ditutup oleh pintu besi karena Louis mendengar suara orang disiksa. Louis langsung membuka pintu tersebut dan ternyata orang yang disiksa itu adalah Dominic yang digantung dan disiksa oleh Paul sebagai hukuman karena Dominic ketahuan menyelamatkan seorang polisi yaitu Louis. Louis yang melihatnya langsung melepaskan rantai yang terikat di tangan Dominic dan mereka berdua siap menghadapi Paul yang hanya seorang diri. Pertarungan sengit pun kembali terjadi dengan menggunakan tangan kosong.
Dimulai dari tendangan kombo Louis dan Dominic lalu Paul menangkis menggunakan tangannya sampai Paul berhasil menjatuhkan mereka berdua, dan Louis langsung bangkit lalu melakukan tendangan membabi-buta sampai akhirnya menyeleding Paul hingga jatuh. Paul lalu bangkit tapi langsung mendapatkan serangan dari Dominic dan Paul berhasil memutar balikkan keadaan. Hingga Louis menghajar Paul bersamaan dengan Dominic dan kali ini mereka melakukan serangan yang kompak sehingga Paul kewalahan tapi Paul masih bisa menyerang mereka dan menjatuhkan mereka berdua dengan cara dibanting. Pada saat Paul ingin menendang Louis, kaki kiri Paul langsung ditarik dan diseret oleh Dominic dan langsung dihajar, tapi sayang Paul terlalu kuat dan malah Dominic yang di sleding hingga jatuh. Louis segera bangkit lalu melempar Paul dan langsung melakukan serangan hingga Dominic ikut menyerang lalu membantingnya dan mengunci leher Paul, tapi Paul berhasil melepaskannya dengan cara menghajar kepala Dominic dan menendang Louis hingga tersungkur. Pada saat Louis tersungkur itulah kesempatan Paul untuk mengakhiri Louis dengan cara yang sama seperti dia menghabisi nyawa Letnan Joe dengan cara dicekik lalu dipatahkan lehernya. Tapi beruntung hal tersebut tidak terjadi karena Dominic langsung menusuk leher Paul menggunakan pecahan kaca hingga Paul kesakitan dan melepaskan Louis. Louis yang emosi langsung menghajarnya dan mematahkan kedua tangan Paul, dibantu dengan Dominic yang menyeleding Paul hingga terjatuh sehingga dengan mudah Louis menggorok lehernya menggunakan pecahan kaca yang masih tertancap di leher Paul sehingga Paul pun tewas dengan bersimbah darah.
“Mati lu bangsat!” ucap Louis yang sedang menggorok leher Paul.
“Mampus lu bajingan!” ucap Dominic dengan raut senangnya.
Kakak beradik ini pun langsung pergi dari ruangan itu menuju lantai atas dan meninggalkan mayat Paul.
Louis dan Dominic bertemu Kapten Pierre dan satu anggota timnya di tangga. Terlihat Kapten Pierre dan satu anggota tim mereka ini sudah berhasil menangkap Tommy. Pada saat Kapten Pierre melihat Louis dan Dominic, dia dengan sengaja menembak satu anggota timnya tepat di kepalanya dan juga dia menembak ke arah Louis dan Dominic tapi tidak kena.“Apa-apaan ini anjing! Ada masalah apa lu?” tanya Louis dengan emosinya.
“Semuanya akan beres jadi lu tenang aja.” jawab Kapten Pierre dengan membingungkan Louis.
Louis dan Dominic langsung cepat-cepat bersembunyi.
“Woi tua bajingan…lu gak bisa keluar dari sini, anak buah gw lebih banyak dari anak buah lu.” ucap Tommy dengan raut santainya.
“Kata siapa? Yang penting gw dah berhasil nangkep lu dan lu tinggal nunggu waktunya untuk mati!” ucap Kapten Pierre dengan menodongkan pistolnya ke arah bawah.
“18 anak buah lu udah jadi mayat termasuk bus sampah lu udah dibakar sama anak buah gw, jadi lu mending nyerah aja.” ucap Tommy dengan menyuruh Kapten pierre untuk menyerah kepadanya.
“Gak perlu gw nyerah sama lu karena gw cmn butuh satu butir peluru untuk ngehancurin kepala lu!!” ucap Kapten Pierre dengan percaya dirinya.
“Lu pasti gak tau kalo gw dah telfon Raymond atasan lu atas dasar lu si tua bajingan telah menerima suap dari gw sang ketua gangster dan abis ini lu pasti bakal mampus dibunuh ha..ha..ha..ha..ha” Tommy yang kegirangan karena Kapten Pierre bakal mati dibunuh atasannya karena sebelum Kapten Pierre masuk ke ruangannya Tommy, Tommy sudah menelpon atasannya Kapten Pierre yaitu Raymond.
“Anjiiinnnggg lu bangsat!!!” Kapten Pierre yang kaget campur panik setelah mendengarnya pun sontak langsung memukul kepala Tommy dengan menggunakan gagang pistolnya.
“Baaabii lu bajingan!!! Denger gw, setelah ini semua berakhir lu pikir lu bakal dapet penghargaan ato jabatan lu naek? Enggak sama sekali malah yang ada lu bakal diberondong peluru dan akhirnya jadi mayat kayak anak buah lu!” Tommy memperingatkan Kapten Pierre dengan makian.
Kapten Pierre yang mendengarnya pun terdiam sambil termenung dan tiba-tiba…
“Dooorr!!!” suara tembakan dari pistol Kapten Pierre dan Tommy pun tewas ditembak tepat di kepalanya.
Setelah membunuh Tommy, Kapten Pierre ingin bunuh diri dengan menodongkan pistol di kepalanya namun sayang pelurunya abis. Tommy dan Dominic yang melihat itu langsung menghampirinya dan memborgolnya lalu mereka bergegas keluar dari apartemen itu dengan dikawal Dominic. Tak lupa juga Louis mendatangi kamar Bapak William untuk menjemput Alfred.
“Terimakasih ya pak sudah menjaga teman saya dengan baik.” ucap Louis dengan raut senangnya.
“Sama-sama nak, kamu polisi yang baik dan jujur…saya bangga bisa bertemu dengan mu.” ucap Bapak William dengan tersenyum kecil.
“Oh iya ini sebagai tanda terimakasih saya karena bapak sudah banyak menolong kami…mohon diterima pak walau jumlahnya tidak banyak.” Louis mengeluarkan dompetnya dan memberikan Bapak William sejumlah uang sebesar 500 ribu rupiah.
“Tidak usah nak, kamu pakai uang ini untuk keperluanmu saja. Saya ikhlas menolong kalian.” ucap Bapak William sambil menolak uang tersebut
“Saya juga ikhlas kok menolong bapak, lagian berkat tidak boleh ditolak pak hehe.” ucap Louis sambil tersenyum.
“Ya sudah saya terima uang ini dan terimakasih banyak nak…uang ini sangat berharga berapapun jumlahnya, terimakasih juga kamu telah berhasil mengalahkan Tommy beserta anak buahnya.” Ucap Bapak William sambil menerima uang tersebut dengan menangis terharu atas kebaikan Louis kepadanya.
“Terimakasih banyak nak atas kebaikanmu dan maafkan saya yang awalnya tidak percaya sama kalian” ucap Istrinya Bapak William sambil menangis terharu di tempat tidurnya.
“Iya sama-sama pak..bu, sudah sewajarnya saya sebagai seorang polisi menolong masyarakat dengan ikhlas dan jaga diri bapak sama ibu masing-masing ya…saya pamit pergi” ucap Louis yang juga meneteskan air mata terharunya.
“Iya nak, jaga dirimu juga beserta kawanmu” ucap Bapak William dengan mata yang masih berkaca-kaca.
Louis menangguk-anggukan kepalanya sambil tersenyum kepada mereka berdua dan setelah itu membawa Alfred keluar kamar dengan dirangkul.
Singkat cerita mereka berhasil keluar dari gedung apartemen itu dan sampai di halaman apartment dan Dominic menyuruh anak buahnya yang berjaga di gerbang untuk buka gerbang tersebut agar Louis beserta timnya bisa keluar.
“Louis, jaga diri lu diluar sana, gw sebagai abang selalu sayang sama lu meskipun gw begini orangnya.” ucap Dominic kepada Louis sebelum Louis pergi meninggalkan apartment.
“Lu juga Dom, gw sebagai adek juga sayang banget sama lu mau kondisi lu kayak apa pun gw gak peduli.” ucap Louis sambil tersenyum.
Louis dan Dominic merangkul dan berpelukan satu sama lain sebelum mereka berpisah. Setelah itu Louis dan Kapten Pierre beserta Alfred keluar dari apartemen tersebut dengan selamat dan pada saat mereka sudah jauh dari apartemen tiba-tiba mereka dihadang oleh 4 mobil dan dari salah satu mobil itu keluarlah seseorang yang berbadan tinggi besar, berkumis, memakai pakaian serba hitam, kumis hitam dan mengeluarkan sepucuk pistol, diikuti oleh anak buahnya. Louis dan Alfred yang melihatnya pun tampak panik, takut dan bingung mereka ini siapa. Berbeda dengan Kapten Pierre yang sudah pasrah dengan nasibnya.
“Siapa kalian?” Tanya Louis.
“Lu gak usah takut. Gw Raymond, gw juga sama kayak lu yaitu polisi cuman gw diatas lu dan juga diatas si tua bajingan ini.” Jawab Raymond.
“Sekarang lu berdua minggir!” Raymond menyuruh Louis dan Alfred untuk menyingkir dari Kapten Pierre.
Louis dan Alfred pun nurut. Tampak Kapten Pierre menatap tajam Raymond sang atasannya yang ingin membunuhnya.
“Dor…dor…dor…dor…dor…dor…dor…dor…dor…dor…dor…Ratatatattatttttatatatatatatatat…Terrrtt..terrtt…terrrttt…terrttt…terrttt…terrrttt…terttt..DuaaarrrDuaarrr…Duarrr…!!!” Suara tembakan dari berbagai macam senjata yang memberondong Kapten Pierre. Seketika Kapten Piere auto tewas dengan puluhan peluru bersarang di tubuhnya dan juga di kepalanya. Louis dan Alfred hanya bisa melihat dari kejauhan dan Louis pun sudah tau alasan kenapa Kapten Pierre dibunuh karena tadi dia mendengar percakapan antara Tommy dan Kapten Pierre waktu di apartment. Raymond membunuh Kapten Pierre karena dia sudah tau sejak lama hubungan antara Kapten Pierre dan Tommy. “Gw salut sama lu berdua karena masih jadi polisi yang jujur, bukan kayak ini orang, si polisi korup yang matinya di tangan gw.” Raymond salut kepada mereka berdua.
Singkat cerita Louis dan Alfred berhenti menjadi polisi. Alfred dirawat dirumah sakit akibat luka parah yang dialaminya dan Louis yang masih tidak tahu apa yang akan dia lakukan selanjutnya, tapi ia sudah berpikiran untuk menikahi seorang gadis yang cocok dengan dirinya.
Setelah Louis keluar dari rumah sakit, Louis pun bergegas kembali ke rumah orangtuanya setelah mendapatkan telepon dari mamanya yang menginformasikan kanker yang diidap oleh papanya memburuk.
“De, akhirnya kamu pulang juga, sudah beberapa bulan kamu sudah tak pulang kerumah” ucap mamanya Louis
“Maaf ma, Akhir-akhir ini Louis sedang sibuk mengatasi kasus besar, sehingga tidak bisa pulang ke rumah. Oh iya ma, bagaimana keadaan papa sekarang? ”Jawab Louis
“Papamu sudah stadium akhir de” Papa dirawat dikamarnya, sana gih liat “
“Iya ma “gumam Louis lemas
Pada saat makan bersama mamanya, Louis bertanya kepada mamanya
“Ma, Penyakit kanker papa kenapa bisa tiba-tiba memburuk? bukannya beberapa bulan yang lalu masih baik-baik saja?” Tanya Louis
“Iyaaa, Perusahaan papamu sekarang sedang berkembang, papamu kerja pagi siang malam, sudah pasti kelelahan.” Sambil mengambilkan sayuran untuk Louis
“Pasti sih. Nah, jadi sekarang perusahaan siapa yang memegang?” Tanya Louis khawatir
“Untuk saat ini posisi papamu digantikan oleh para pemegang saham.”
“Ma, bagaimana kalau Louis aja yang menduduki posisi CEO menggantikan papa? Ucap Louis percaya diri “Bagaimanapun aku ini lulusan manajemen bisnis lohh, hanya saja Louis setelah lulus berubah pikiran untuk menjadi polisi” gumam Louis
“Kamu yakin Louis?! Bagaimanapun juga ini perusahaan papamu yang butuh bertahun-tahun untuk sebesar ini loh!” Tanya mama Louis
“Dalam nama Tuhan Yesus ma, Louis pasti akan kerja dengan baik” ucap Louis
“Baik, Mulai bulan depan perusahaan akan diserahkan ke kamu, untuk saat ini kamu persiapkan dirimu dengan mempelajari lagi ilmu bisnis.”
“Siap ma.”
2 Tahun Kemudian
Louis menjadi pria sekaligus CEO yang sangat dikagumi oleh wanita-wanita diluar sana, Louis sekarang dipanggil Direktur Lee, Bukan hanya nama Direktur Lee saja tetapi dia juga dikenal sebagai Iblis Dingin. Iblis Dingin ini merupakan panggilan kutukan karyawan terhadap Louis. Louis juga berubah dari sikapnya yang kasar menjadi dingin.
“Pasti surat pengunduran diri,” Ucap Louis melihat amplop putih panjang yang ada di mejanya.
Dan benar saja, isi dari amplop itu adalah surat pengunduran diri dari Maya, sekretarisnya yang pergi tanpa pamit.
“JASONNN!!” Louis berteriak kencang dari ruangannya.
Jason yang merupakan tangan kanan dari Louis segera berlari menuju ruangan boss nya itu.
“Siapp, Pak!” Jason terengah-engah
“Seperti biasa, pasanglah iklan lowongan di koran atau dimanapun itu untuk posisi sekretaris saya yang baru. Saya tidak mau tahu, minggu depan saya sudah harus mempunyai sekretaris baru. Mengerti?!” Teriak Louis
“Siap laksanakan Pak!” Jason lari dengan cepat keluar dari ruangan Luois.
● ● ● ●
Emily pada saat itu sedang mencari pekerjaan. Hari pun sudah mulai gelap, Matahari yang cerah mulai tertutup oleh awan mendung yang merupakan tanda-tanda akan turun hujan, namun sampai saat ini dirinya belum juga menemukan pekerjaan. Angin yang kencang menerpanya, tiba-tiba ada selebaran yang terbawa angin mengarah ke Emily dan benar saja selembaran itu menempel di dahinya, ternyata selembaran itu adalah sebuah lowongan pekerjaan. Dia pun mencoba untuk melamar pekerjaan tersebut, dan keesokan harinya pun langsung diinformasikan bahwa dia diterima diperusahaan ini dan dapat masuk mulai senin depan.
8:00
Emily berjalan tergesa-gesa karena dia bangun kesiangan di hari pertama dia bekerja. Dia bangun kesiangan karena dia terkena insomnia semalaman karena rasa gugup.
Saat dia berlari masuk ke perusahaan, dia menabrak seseorang yang berbadan tegap yang sedang memegang kopi panasnya, sehingga kopi panas itu tumpah dan membasahi kemeja putih Emily.
“Aduh, Engko ini gimana sih? Panas tau!” Emily mencium-cium badannya yang kini bau kopi.
“Anda yang bagaimana. Saya terburu-buru dan tiba-tiba anda menabrak saya, buat saya rugi aja, belom aja diminum.” Ucap pria itu.
“Kok malah nuduh saya yang nabrak sih, engkonya tuh, jalan gak pake mata!”
“Oh jelas, saya jalan pakai kaki.” Ucap pria itu
Emily pun memasang muka kesal “maksud saya itu, punya mata ya dipake buat melihat dong Ko!” Kalo lagi di jalan, yang dilihat ya jalan, bukan ponsel!” ucap Emily emosi
Pria itu hanya diam, “Pokoknya saya gak mau tau, engkonya harus tanggung jawab!”
Pria itu menaikkan alis kanannya, “Apa saya menghamili anda?”
Emily yang kaget pun spontan berkata “Amit-amit, jangan sampai dan jangan pernah, ya Tuhan....”
“Saya juga gak akan mau dengan wanita kerempeng dan tidak berisi seperti anda.” Ucap pria itu, lalu pergi meninggalkan Emily.
“Gila ya, baru kali ini gua ketemu cowok macam gini. Eh Ko baju saya gimana ini?” Teriak Emily.
Emily sama sekali gak peduli dengan banyaknya karyawan yang dari tadi melihat kelakuannya.
“Sial! Gara-gara cowok sialan itu gue jadi telat.” Emily membersihkan tumpahan kopi di dalam kamar mandi.
Kemudian Emily berjalan menuju resepsionis, “Permisi, Kakk “
“Iya, ada yang bisa saya bantu?” Tanya resepsionis dengan senyuman
“Emm, Saya sekretaris baru. Ruangan direktur di mana ya?” Tanya Emily.
“Sekretaris baru? Naik lift ke lantai 10. Sekeluarnya dari lift belok ke kanan mentok. Setelah itu ada belokan lagi, belok ke kiri. Disana ruangan direktur.” Jelas resepsionis.
“Makasih ya.” Ucap Emily
“Kak…..” Panggil resepsionis
“Iyaa?”
“Siap batin ya.” Sambung resepsionis
● ● ● ●
Emily menarik nafas panjang, lalu memberanikan diri untuk mengetuk pintu besar dihadapannya.
“Masuk!” Hawa dingin terasa saat Emily masuk kedalam ruangan itu.
Sang boss sedang membelakangi nya.
“Kamu tau ini jam berapa?” Tanya sang boss dengan nada sinis.
“Jam 10 boss“Ucap Emily keceplosan.
Pria itu membalikkan duduknya dan sedikit terkejut setelah melihat siapa sekretaris barunya.
“Engko?!”Kaget Emily begitu melihat wajah bosnya, “Eh salah, maksud saya BAPAK?!”
Pria itu berdehem, melihat kelakukan sekretaris barunya. Emily langsung tertunduk.
“Maaf pak, saya gak bermaksud untuk telat. Saya memang bangun kesiangan, tapi tiba-tiba saat saya berlari ada orang yang menumpahkan kopi di kemeja saya jadi mau gak mau saya harus membersihkan pakaian saya.” Ucap Emily tak sadar
Emily membaca papan nama yang diletakkan di atas meja
LOUIS HILMAN
“Apa saya minta penjelasan anda?” Tanya Louis dingin.
“Tidak pak.” Ucap Emily
“Kamu masih saja menjawab?!” Louis meninggikan nada bicaranya.
“Karena hari ini kamu telah merusak mood saya dengan datang telat dan terang-terangan menyindir saya, saya akan memberi hadiah.”
● ● ● ●
Sudah pukul 11 malam. Di hari pertamanya bekerja, Emily lembur. Ini adalah hadiah dari boss nya tadi siang.
Emily mengangkat tangannya lalu sedikit melakukan peregangan dengan menggerakan tangan beserta lehernya, Tinggal dia sendiri di sudut kantor.
“Siapa itu?” Emily tetap di tempat duduknya. Dia mengambil high heels nya yang tinggi. Mendengar ada suara langkah kaki yang mendekatinya.
Suara langkah kaki pun semakin mendekat, Emily memukuli dan menendangi makhluk itu tanpa ampun, “Hyakk! Hyakk!”
“Aduhh, STOPP…..STOPPP!”
Emily merasa kenal dengan suara itu. Akhirnya dia berhenti memukuli dan menendangi orang itu. Emily mengambil ponselnya dan menghidupkan senternya dan dihadapkan ke arah lelaki yang baru saja dipukulinya.
“Pak…Louis?”
Disinilah Emily sekarang. Di kamar pribadi rahasia Louis yang berada di belakang kantornya. Sudah hampir jam 12 malam, tapi Emily masih belum pulang kerja juga. Semua itu karena kebodohannya memukuli boss sialannya tapi karena itu Emily mendapat satu fakta bahwa kantor adalah rumah Louis. Emily berada di kamarnya mencari-cari kotak P3K.
“Duh, lama banget dah. Kotak P3K nya ada disebelah vas bunga.” Ucap Louis dari ranjang
“Ohh, ngomong dari tadi napa!”
Emily segera membuka kotak P3K itu dan mencari kapas. Setelah itu dia memberi antiseptik pada kapas itu, lalu menekan-nekannya pada pipi Louis yang terkena high heels nya.
“Eii sakit tauu! Kasar banget dah. Pelan dikit napa!” Bentak Louis.
“Iya, pak maaf” ucap Emily yang mengantuk
Setelah memberi antiseptic untuk bossnya, Emily pun pulang kerumahnya
● ● ● ●
Tokk…tokk…tokk
“Masuk!”
Pintu dibuka dan keluarlah Emily dari balik pintu, Dia sedang memegang jadwal Louis untuk hari ini pada tangan kirinya, sedangkan tangan kanannya ia gunakan untuk memegang kopi panas dengan satu sendok teh gula, dengan air 150cc.
“Mana kopi saya?” Tanya Louis memandang komputernya.
Emily menyodorkan kopi di tangan kanannya. Louis tak sengaja melihat sesuatu yang menarik di lengan Emily, Lebam luka
Louis ingin bertanya tapi dia gengsi…. “Jadwal saya hari ini apa saja?”
“Hari ini ada meeting dengan KimKim Company di jam makan siang, lalu dilanjutkan dengan meeting bersama PT.Berkat Jaya.”
“Hmm oke. Kamu bisa kembali.” Ucap Louis cuek
“Permisi pak.” Emily berbalik badan
“By the way… kopi kamu lumayan…. Gak sempurna sihh.” Ucap Louis
“Makasih pak.”
Setelah Emily keluar dari ruangannya, Louis berdiri membawa kopinya menatap gedung pencakar langit dari kaca ruangannya sambil tersenyum.
● ● ● ●
“EMILYY!!”Teriak Louis dari kantornya
Emily yang baru saja dari ruangan bosnya itu berlari dan menghampiri bossnya
“Siapp, Ada perintah apa pak?”
Tanpa memandang Emily, disertai gaya arogannya,”buatkan saya secangkir kopi dengan sat…..“
Emily langsung memotong ucapan bossnya itu, “satu sendok teh gula dan air 150cc. Saya sudah hafal.”
Louis melirik Emily. Louis terkejut, lebam yang kemarin ada di tangan kanan Emily kini bertambah dan menyebar kemana-mana. Emily yang melihat Louis memerhatikan tangan kanannya, dia segera meletakkan tangan kanan dibalik punggungnya. Kemudian Louis langsung mengalihkan perhatiannya ke mata Emily.
Mata tajam itu menatap Emily yang membuat Emily gugup. Dia tiba menunduk, dan memutuskan kontak mata “emm, saya permisi dulu pak, mau buat kopi.”
“Apa yang sekretaris itu rahasiakan” ucap Louis dalam hati. Ingin rasa Louis bertanya kepada sekretarisnya itu tapi mana bisa dia menghancurkan kesan arogannya begitu saja. Wanita itu sungguh membuat Louis penasaran, dia mengambil ponsel dari sakunya, kemudian menelpon seseorang, “Jason, saya perlu bantuan kamu, cari tahu semua informasi tentang sekretaris baru saya.”
● ● ● ●
Louis membolak-balik data sekretaris barunya yang baru saja diberikan oleh Jason.
❖ Nama Lengkap: Emily Patricia Lim
❖ Tempat & Tanggal Lahir : 5 Juli 1993, Jakarta, Indonesia
❖ Umur : 28 Tahun
❖ Tempat Tinggal : Apartemen Delimas, Lantai 15, Studio 1504
❖ Riwayat Hidup:
- Ranking 1 sejak kelas 1 SD – 3 SMP
- Anak Piatu
- Tinggal sendiri namun mama tirinya sering mengunjunginya
- Ayah kandung sedang sakit
- Kerja untuk membiayai rumah sakit ayahnya serta kebutuhan mama tirinya dan adik tirinya.
“Wanita ini mempunyai banyak rahasia ternyata!” Ucap Louis dalam hati sambil perlahan meminum kopi yang Emily buatkan hingga tak tersisa.
● ● ● ●
Louis keluar dari ruangannya dan melihat Emily yang masih di kantor sendirian, padahal sudah waktu makan siang. Louis pun mendekat. Dia mendapatkan Emily sedang menangis dalam diam dengan keadaan menunduk. Beberapa detik kemudian dia kembali duduk tegak, lalu menghapus sisa air mata di sudut mata dan pipinya. Dia mencoba tersenyum walau senyumnya ketara kalau sedang di paksakan. Saat dia berdiri dan hendak pergi ke kamar mandi, Louis menahan tangan Emily
Emily kaget dan segera melepas genggaman Louis darinya, “Ada yang bisa saya bantu, Pak?” Emily berusaha menghapus sisa air matanya, sehingga menunjukkan lebam di tangannya.
“Ikut saya makan siang.” Ucap Louis, berjalan pergi.
“Tapi sayaa….” Ucapan Emily terpotong.
“Saya tidak terima penolakan.” Ucap Louis segera.
“Baik pak” ucap kesal Emily
Begitu sampai di parkiran, Emily terdiam di samping pintu penumpang
“Apa lagi yang kamu tunggu? Mau saya bukain pintu? Jangan harap deh!”
Emily tergerak untuk membuka pintu belakang, “Saya bukan supir kamu, duduk di samping saya!”
“Iyaa, maaf pak”
Beberapa saat kemudian, keadaan mobil berubah menjadi hening karena Emily mulai asik memainkan ponselnya. Louis melirik Emily yang sedang serius menatap ponselnya. Wajahnya lucu, matanya membesar setiap kali dia menggeser layarnya ke bawah. Louis yang penasaran apa yang dilihat oleh Emily melirik ponsel Emily. Emily yang merasa dilirik akhirnya menghadap ke arah Louis
“Ngapain kamu lirik-lirik saya?” ucap Louis.
“Jangan GR deh pak.Orang daritadi bapak yang ngelirik saya geh.” Jawab Emily
Wajah Louis tiba-tiba hanya berjarak kurang dari 5cm dari hadapan Emily. Louis segera memutus kontak mata itu dan menarik sabuk pengaman Emily.
“Saya Cuma mau benerin sabuk pengaman kamu, soalnya didepan sana ada polisi.” Ucap Louis kembali mengemudikan mobilnya.
Emily hanya terdiam, pipinya memerah karena dia malu
Louis diam-diam melirik Emily dan tersenyum tipis.
Pada saat makan, Ponsel Emily berdering “Kringg….kringgg….kringgg”
Emily melirik ponselnya kemudian kembali melirik Louis. Dia mengambil tissue lalu mengelap bibirnya dan berdiri,
“Permisi pak, ada telepon”
Louis melihat Emily dari kejauhan. Raut wajahnya berubah seketika dia mengangkat teleponnya
Beberapa menit kemudian, Emily kembali ke meja makannya dan kembali memakan makanannya, tapi raut wajahnya berubah yang tadinya dia ceria berubah menjadi murung.
Louis mengangkat tangannya dan memanggil pelayan untuk meminta bill. Emily yang mendengarnya langsung membuka tasnya dan mencari dompetnya.
“Tidak usah cari lagi, kali ini saya yang bayar.” Ucap Louis sambil menyerahkan kartu hitamnya pada pelayan.
Setelah pelayan mengembalikan kartu hitam Louis, mereka kembali menuju kantor.
“Pak….” Ucap Emily di dalam mobil.
“Hmm?” Gumam Louis.
“Saya boleh ambil lembur gak hari ini pak?” Tanya Emily.
“…..Oke, mulai kapan?”
“Malam ini” Jawab Emily.
“Baiklah” Jawab Louis.
Emily tersenyum kemudian ringtone ponselnya kembali berdering.
“Kringg….kringgg….kringgg”
“Permisi, Pak.” Ucap Emily.
“Hallo?”…..
“Saya lagi kerja.” Ucap Emily sambil memainkan kukunya…..
“Apaa? tiga puluh juta?!” Kaget Emily, Louis yang sedang menyetir diam-diam melirik Emily.
“Tapi, Ma…. Hallo? Hallo, Ma?” Ucap Emily
Emily kemudian menyimpan ponselnya di sakunya. Keadaan mobil pun menjadi hening canggung.
Pada saat di kantor, Emily bekerja dengan pikiran yang tidak tenang. Pikiran dia hanya double gaji dan cuti kerja. Tapi tiba-tiba
“Emily segera ke ruangan saya, yang lainnya lanjutkan kerjanya!” Teriak Louis. Emily kemudian memasuki ruangan bosnya
“Apa apa bos?” Jawab Emily sambil menunduk
Louis dengan kasar melempar data yang diberi oleh Emily tadi pagi, Emily terkejut, kemudian memunguti kertas-kertas yang berserakan itu.
“Kerja gak bener! Data yang kamu masukkan salah! Total Pengeluaran bulan ini adalah 89.800.000,- dan yang kamu masukkan adalah 89.700.000,- , Salah ini cukup fatal loh!”
Emily menatap Louis, “Saya minta maaf, saya akan perbaiki sekarang, permisi” Ucap Emily
Tanpa penolakan Emily segera kembali ke meja kerjanya dan Louis merasa aneh karena tidak biasanya sekretarisnya tidak membantah apa yang diucapkan oleh bosnya. Beberapa menit kemudian Emily kembali keruangan Louis dengan membawa data yang baru. Dia meletakkan data itu diatas meja Louis,
“Saya sudah revisi data pengeluarannya Pak.”
“Oke” Jawab Louis.
Waktu sudah menunjukkan jam 8 malam, teman-teman kantor Emily sudah pulang sejak pukul 6 sore tadi. Tapi sampai saat ini Emily masih saja di kantor demi uang lemburnya.
Louis kemudian melihat Emily yang masih dikantor meminta tolong Emily untuk membangunkan dia besok pagi pukul 6.30 karena pukul 7.30 ada meeting, Emily tanpa menolak “Baik Pak”. Tak lama kemudian Emily pun balik kerumah.
Sesampainya dia di rumah mata nya mulai berlinang, lama kelamaan, matanya mengeluarkan air. Setiap malam selalu mendapat perlakuan kasar dari orang didekatnya. “Hidup gue kok berat banget ya?” Ucap Emily dalam hati. Kemudian dia melihat jam dindingnya yang sudah menunjukkan 6.00, Dia pun siap-siap untuk berangkat kerja.
“Pakk, bangunn, pakkk!” Teriak Emily yang sudah di depan kamar rahasia Louis, tapi tidak ada jawaban dari dalam. Emily pun membuka pintu kamarnya, dan melihat Louis yang masih tidur nyenyak. Kemudian Emily mendekati dirinya ke tempat tidurnya Louis. Karena masih tidak ada jawaban sama sekali jadi Emily menutup hidungnya Louis kemudian Louis yang mulai sadar dari bangunnya itu menarik tangan Emily, sehingga Emily terjatuh keatas tubuh Louis, “ADUHH!!!”
Jantung Emily dalam sekejap berdegup kencang. Emily segera bangkit dari posisinya, lalu merapikan setelannya.
“Siapa yang suruh kamu masuk ke kamar saya tanpa ngetuk?!” Ucap Louis.
“Bukan begitu pak, tadi saya……..”
“Sudah kamu jangan banyak ngomong! Buatkan saya teh dan juga sarapan!” Perintah Louis.
“Hahh Sarapan?!.....Baik pak” Jawab Emily pasrah.
Emily menatap bahan-bahan yang tersusun rapi di kulkas dapur kantornya. Kemudian dia mengambil bahan-bahan yang digunakan untuk membuat nasi goreng. Dia menatap telur yang dia pegang dan bertanya kepada Mba Marni selaku kepala dapur.
“Misi mba, Pak Direktur kira-kira lebih suka telor dadar apa telor ceplok ya?”
“Iyaa, Pak Direktur lebih suka telor ceplok yang setengah matang” Jawab Mba Marni
“Oh gitu ya mba, Ok, Makasih ya” Ucap Emily.
“Butuh dibantuin gak bu?” Tanya Mba Marni dengan senyuman
“Gak mba, Terima Kasih yaa” Ucap Emily
Lalu Emily mulai membersihkan bahan-bahannya dan membuat sarapan untuk boss nya.
Setelah selesai membuat sarapan dan kopinya. Emily masuk kedalam ruangan Louis.
“Permisi, Pak” Ucap Emily lalu meletakkkan nampan yang terdapat nasi goreng dan teh hangat di meja kerja Louis.”
Louis mulai menyuap nasi goreng yang dibuat oleh sekretarisnya itu.
“Lumayan….. Kalau begitu, mulai besok kamu buatkan saya sarapan dan teh.” Ucap Louis
“Okee, tapi kalau gaji saya naik, baru saya mau” Jawab Emily
Louis menunjuk teh hangatnya
“Minum tuh, saya minum air mineral saja” Ucap Louis
Emily mengambil cangkir teh hangat kemudian menghirupnya, Louis mengamati Emily. Lebam biru menghiasi tangan kanan Emily juga bibir Emily yang sobek. “Sebenernya, apa yang dirahasiakannya sih” Ucap Louis dalam hati.
“Bibir dan tangan kamu kenapa?” Tanya Louis terbata-bata
Pertanyaan itu terus bermunculan di pikiran Emily. Untung saja, dering telepon ponsel milik Louis bunyi sehingga Emily dapat kabur dari pertanyaan itu.
“Emily!” Teriak Louis “Masuk ke ruangan saya!”
Emily bergegas masuk ke dalam ruangan
“Ada apa, pak?” Tanya Emily
“Setelah meeting siang ini, segere berkemas. Ikut saya untuk menghadiri pertemuan di China.” Ucap Louis sambil mengutak-atik ponselnya.
“CHINA?!” Teriak Emily, “Naik apa?”
“Naek pesawat lahh, ya kali naek bajaj?”
Emily tersenyum, lalu segera mengangguk, “Baik pak, saya ikut”
Sesampainya mereka di bandara, mereka langsung check in dan masuk ke dalam pesawat.
“Saya boleh duduk disamping jendela nggak pak? Saya pengen melihat pemandangan dari atas pak” Ucap Emily
Lalu Louis memberi jalan untuk Emily agar dapat duduk di samping jendela. Emily tersenyum bahagia lalu duduk, “Makasih, Pak”.
Emily memandangi awan-awan putih dari dalam jendela. Dia menghela nafas panjang bersyukur karena ini pertama kalinya Emily pergi keluar negeri. Louis yang sibuk membaca majalah melirik Emily yang sedang melamun melihat awan-awan. Beberapa lama kemudian, Emily tertidur di pundak Louis. Kemudian Louis menutup majalahnya dan menjauhkan kepala Emily dari pundaknya tapi kepala Emily kembali jatuh ke pundaknya. Setelah itu Louis tak tega memindahkan kepala Emily lagi karena melihat muka polos dari Emily. Akhirnya Louis membiarkan Emily tertidur di pundaknya dan tidak lama kemudian Louis ikut tertidur dan kepalanya ada diatas kepala Emily.
● ● ● ●
Emily langsung terbangun seketika dia mendengar suara alarm yang berbunyi sangat kencang. Tangannya meraba-raba keberadaan ponselnya lalu mematikan alarmnya. Dia bangun dari ranjang, saat ini dia telah berada di sebuah hotel dimana perjamuan itu akan berlangsung nanti sore. Dia bergegas mencuci muka dan menyikat gigi lalu keluar dari kamar, menuju kamar Louis.
Tok…tokk...tokk…
Setelah beberapa kemudian masih saja tidak ada jawaban, kemudian Emily segera menekan pin yang telah diberikan Louis kemarin. Setelah pintu kamar terbuka, Emily segera membangunkan Louis dengan cara yang pernah dia gunakan sebelumnya yaitu menutup lubang hidung Louis. Louis yang tidak bisa bernafas akhirnya menggerak-gerakkan kepala lalu membuka matanya. Louis kemudian menarik tangan Emily sehingga Emily terjungkir ke ranjang Louis dengan posisi Emily diatas Louis. Emily tak sadar menelan air liurnya pelan. Wajah keduanya kini hanya berjarak sekitar 3 cm. Jantung mereka berdua berdegup kencang, mereka berdua saling tatap-menatap.
Kemudian Emily bangkit dari posisinya, Louis pun ikut bangkit dari bangunnya dan terlihat gugup. Rambut acak-acakan dan keringat membuat Emily tampak cantik dan mempesona.
“Katanya mau makan pagi.” Ucap Emily
Louis hanya diam, dia tidak tahu apa arti debaran yang ia rasakan saat ini mengartikan apa.
“Ayo kita sarapan.” Ucap Louis gugup.
● ● ● ●
Emily berjalan tergesa mengikuti Louis. Saat ini mereka sedang berada di salah satu pusat perbelanjaan terbesar di China kota Shanghai. Louis memasuki satu toko pakaian ternama yang membuat Emily kaget, Dia pertama kali melihat baju yang harganya diatas 5 juta.
“Gila mahal banget, sultan-sultan ini mah yang beli.”Ucap Emily dalam hati sambil membalik-balikkan price tag.
“Pilih gaun yang kamu suka.” Ucap Louis
“Hahh, beneran pak?”Ucap tak yakin Emily
“Iyaa tapi potong gaji”….. “Gaklah saya yang bayar kok, tenang saja. Ini baju kerja untuk nanti malam”
“Huhh, kirain saya beneran saya yang disuruh bayar.”
Setelah beberapa waktu, Emily menyerahkan pilihan gaun nya yang cukup mahal tapi Emily sangat menyukainya. Setelah itu Louis menyuruh Emily untuk menunggu diluar, dia memutuskan untuk membeli ice cream di kedai sampingnya. Tidak lama kemudian Louis keluar dari toko pakaian tadi. Kemudian mereka berdua kembali ke hotel.
Emily sedang asyik mencoba pakaian barunya tadi, pintu tiba-tiba terbuka membuat Emily kaget dan menutupi dirinya. Louis yang terkejut akhirnya membalik badan
“Kamu akan menghadiri pertemuan atau akan menggoda pria di sana?” Ucap sinis Louis
Emily hanya terdiam, Kemudian Louis berbalik badan sambil memberi tas yang cocok dengan setelan Emily.
“Pak ini pasti mahal tasnya, nanti saya gak sanggup bayarnya.” Ucap Emily.
Louis kemudian memberi paksa shopping bag nya ke Emily
“Anggap saja itu kado ulang tahun dari saya.” Lalu pergi meninggalkan Emily.
“Ulang tahun? Emang ini tanggal berapa dah?” Emily sambil mengecek ponselnya.
6 Juli, Emily terdiam sebentar. “Udah lewat 1 hari” Ucap Emily. Emily sedikit terkejut karena dia tidak menyadari kemarin adalah hari ulang tahunnya. “Tapi kok si boss tahu tanggal ulang tahunku?” Ucap Emily dalam hati sambil memiringkan kepalanya.
Emily sudah siap dengan gaun cantiknya. Dia tersenyum sebentar di depan cermin, lalu keluar dari kamarnya. Dia bertemu dengan Louis di depan pintu kamar Louis. Louis memperhatikan Emily mulai dari atas hingga bawah. Lebam di tangan kanannya tidak bertambah selama dia ada disini. Louis kemudian menatap wajah Emily, “Cantik…” Ucap Louis spontan membuat pipi Emily memerah “Maksud saya gaunnya yang cantik, jangan GR deh.” Lanjut Louis. Emily lalu balik menilai Louis, sepatu pantofel hitam, setelan jas biru dengan kemeja putih dan warna dasi yang cocok dengan setelannya. “Tampan…” Ucap Emily “Dasinya” lanjut Emily. Louis yang sudah GR itu berusaha menstabilkan detak jantungnya.
“Ayo kita ke acara” Ucap Louis.
● ● ● ●
Semua mata tertuju pada pasangan yang memasuki ballroom, beberapa orang berjalan mendekati mereka, berbasa-basi dengan Louis untuk menanyakan siapa wanita yang dia bawa kali ini
“Heii, gimana kabarnya Louis?” Tanya seorang pria dalam bahasa Indonesia dan mereka berpelukan.
“Ehh, Alfred!! Gua Baik-baik aja, gimana kabar luu tahun ini?.Sekejap lu udah jadi boss aja!” Tanya balik pada pria bernama Alfred yaitu teman seperjuangannya pada saat Louis masih menjadi polisi yang kini terkenal sebagai pengusaha suka bermain-main dengan wanita dari Jakarta akibat stress yang dialami setelah operasinya.
“Gua sangat baik sekarang, bro”, Pria itu kemudian menunjukkan bahwa sekarang dia sudah sehat total, “Siapa cewek cantik ini, gemes pula.” Lanjut Alfred.
Emily menunduk sopan, “Hallo, nama saya Emily, saya sekretarisnya Pak Louis.”
“Ooh hello Emily, nama yang bagus. Saya Alfred, teman Louis.” Alfred mengulurkan tangannya untuk bersalaman dengan Emily justru tangan Louis yang bersalaman dengan Alfred.
“Sudahlah Alfred, dia sekretaris gua.” Ucap Louis.
“Teruss? Dia juga bukan pacar lu, kalo gua mau gak boleh?” Jawab Alfred sambil mengedipkan mata kirinya.
“Dia pacar gue, napa lu!” Ucap Louis sambil merangkul bahu Emily.
“Bukan saya bukan…” Ucap Emily terpotong
“Kamu diam saja, Alfred ini ingin menggodamu, saya hanya ingin menyelamatkanmu.”
“Hah lu bilang ini pacar lu? Bukannya lu masih belom bisa move on dari…” Jawab Alfred lugas
“Diem lu fred” Potong Louis sebelum Alfred menyebutkan nama itu.
“Oh okay, sorry sorry, gua pergi dulu kalo gitu.” Ucap Alfred sambil mengedipkan mata kirinya pada Emily.
Mereka berdua terdiam. Akhirnya Emily berpisah dengan Louis. Dia mengambil beberapa macam kue cantik dan Louis sibuk berbicara mengenai bisnisnya dalam bahasa mandarin.”
“Emily…” seseorang memegang pundak Emily saat dia sedang mencoba kue cantiknya. Emily menoleh dan tersedak saat mengetahui siapa yang ada di hadapannya pada saat ini.
“Ko James?” Tanya Emily
“Kamu makin cantik …” Ucap James begitu mereka duduk bersebelahan di bangku taman.
Emily yang masih tak percaya ia bisa bertemu dengan mantan kakak kelasnya hanya bisa tersenyum malu, “koko juga makin ganteng.”
James tersenyum. “Kamu udah tambah dewasa ya” setelah melihat pakaian dan riasan Emily.
“Hehehe, iya dong ko” Jawab Emily
“Berarti sekarang udah boleh pacaran dong?” Tanya James
Pertanyaan James membuat dirinya teringat akan penolakan Emily pada saat SMA karena tidak diperbolehkan untuk pacaran oleh papanya. Emily hanya tersenyum canggung dan berusaha untuk mengalihkan pembicaraan
“Koko sekolah disini?”
“Ku sudah menyelesaikan studiku disini tapi sekarang bekerja di Jakarta.” Ucap James, “Ngomong-ngomong, kamu ngapain disini?”
“Aku…”
“Emilyy….” Tiba-tiba Louis datang memandangi mereka berdua.
“Heyy Louis!” James bangkit dari duduknya lalu memeluk Louis.
“Kalian…saling kenal?” Tanya Louis segera
“Dia adik kelasku sewaktu SMA.” Ucap James sambil melirik Emily.
“Ohh” Jawab Louis sambil menarik Emily kesampingnya.
“Emily, boleh aku minta nomormu?” Tanya James
“Nggak boleh” Ucap Louis segera
“Kenapa?” Tanya James
“Dia sekretarisku…….. juga pacarku.” Ucap Louis dengan bangga.
“Bener itu?” Tanya James memastikan
“Kami tidak punya banyak waktu, permisi.” Lalu menarik Emily kembali ke kamar hotel.
“Bapak gila ya? Saya cuman ketemu kakak kelas saya, lagipula dia juga bukan tipe cowok yang gak bener seperti teman bapak yang sebelumnya, kenapa bapak malah ketagihan bilang saya pacar bapak dah.” Ucap Emily dalam perjalanan kembali ke kamar hotel.
Sesampainya di lift Louis tiba-tiba mendorong Emily kesudut dan semakin mendekatkan wajahnya ke wajah Emily. Karena merasa canggung Emily pun memalingkan wajahnya. Kemudian Louis memegang dagu Emily dan membuat Emily menghadap wajah Louis, “Pak sakit tau”.
Tak lama kemudian pintu lift terbuka, dan Emily langsung mendorong Louis dan lari menuju kamarnya dengan jantung yang berdetak tak karuan.
● ● ● ●
Emily memegangi kedua pipinya yang terasa panas. Dia sambil melihat ke cermin dan membayangkan betapa dekatnya wajahnya Louis tadi.
“Ahh Louis, Gila kali dia!”
“Siapa yang gila?” Tiba-tiba Louis sudah berada di kamar Emily, membuat Emily kaget setengah mati setelah ada orang yang menjawab perkataannya.
“Aihh, kok loo bisa masuk ….. Mestinya gak gua kasih kartu kamar gue.” Ucap Emily memelan.
“Kamuu! Ikut saya sekarang!” Ucap Louis sambil menunjuk Emily
“Hahh? Kemana pak?” Ucap Emily, Louis pun langsung keluar dari kamar Emily.
Tidak lama kemudian mereka tiba di sebuah Gedung tinggi yang cukup terkenal di Shanghai
“Pak, ini kita mau ngapain?”
“Udah, pokoknya kamu ikuti saya saja.” Jawab Louis
Mereka menuju lantai 60, pada saat pintu lift terbuka sudah terasakan kemewahan dengan desain kaca di seluruh sisi dinding sehingga bisa melihat keindahan kota itu dari atas situ dan lampu-lampu yang redup sehingga membawa suasana romantis.
Setelah selesai makan, Emily bangkit dari duduknya lalu menuju sudut restoran, menatap indahnya pemandangan Kota Shanghai di malam hari.
“Cantik” Ucap Louis tiba-tiba yang membuat Emily berbalik badan dan ternyata Louis sedang berdiri di belakangnya.
“Iya.” Ucap Emily lalu kembali menatap kearah kaca luar.
“Kamu” Ucap Louis
Emily berbalik badan “Hahh?”
“Kamu cantik” Ucap Louis sambil tersenyum.
Pipi Emily mulai memerah dan berbalik menghadap kaca kembali.
“Emily…Lihat saya.” Panggil Louis
Kemudian Emily berbalik badan dan perlahan menatap mata Louis.
“Saya bilang kamu cantik, Emily.”
Louis perlahan mendekati wajah Emily, Dia memegang pipi Emily dan kemudian mencium Emily. Emily terkejut dan tetap dalam keadaan diam karena ini adalah ciuman pertamanya. Setelah beberapa detik, Louis memundurkan wajahnya dan mereka berdua saling menatap dan Louis mengelus pipi Emily,”Kamu itu cantik. Sangat cantik.”
Emily menampar pipi kanan Louis. Emily berbalik dan berjalan pergi
“Saya mau pulang.” Ucap Emily sambil berjalan
“Baik, Mari kita balik ke hotel.” Ucap Louis mengikuti Emily
“Saya mau pulang ke Indonesia!” Jawab Emily
“Besok kita pulang ke Indonesia kok, Emily.” Ucap Louis tapi Emily tak menjawabnya.
Setelah itu Emily berhenti berjalan tiba-tiba dan bertanya
“Kenapa bapak mencium saya?”
Louis hanya terdiam.
Sesampainya di kamar masing-masing Louis mengirimkan pesan pada Emily “Saya minta maaf atas kejadian tadi” kemudian Emily kembali membalasnya “Kenapa bapak mencium saya?”. Setelah beberapa menit menunggu, masih saja tidak ada balasan dari Louis. Hal ini membuat kesal Emily. Karena tak ada balasan dari Louis, akhirnya Emily memutuskan untuk tidur. Dia ingin tidur tapi terus mengingat kejadian itu. Dia memaksakan matanya untuk tidak terbuka.
Srekkk…….
Gorden kamar Emily dibuka dengan kasar. Cahaya matahari menyinari Emily yang membuatnya pelan-pelan membuka matanya. Dia membukanya dan mendapati bahwa boss-nya sedang duduk di kursi samping ranjangnya memainkan tabletnya. Emily kemudian melihat jam di ponselnya dan sudah jam 9:30
“Kamu mimpi apa sampai bangun kesiangan gini, Jangan-jangan kamu mimpiin saya karena kejadian tadi malam.” Ucap Louis
“Mana ada, Situ ngarep bener.Masih pagi pak jangan bikin emosi dong!” Ucap Emily
Louis bangkit dari duduknya dan mendekat kearah Emily, Emily segera menutupi tubuhnya dengan selimut, “Ehh, Ehh, Bapak mau ngapain?!”
Louis perlahan mendekati Emily dan melingkarkan tangannya di pinggang.
“Aduhh pak, jangan deket-deket dehh, saya kan belom mandi, nanti bapak kebauan!” Ucap Emily gugup
“Justru itu yang buat kamu jadi lebih mempesona, bodoh!!” Jawab Louis dengan arogan
“Cepat mandi setelah itu kita pergi sarapan.” Lanjut Louis.
● ● ● ●
Louis hanya focus melihat kegemasan yang dipancarkan Emily saat makan dengan lahap. Louis tersenyum.
“Ngapain bapak ngeliatin saya si h, saya jadi agak gak enak tau makannya.” Ucap kesal Emily
“Kamu makan rakus banget, kamu gak gengsi apatah? Diliatin cowok ganteng dan mapan seperti saya.” Tanya Louis.
Emily tersedak sebentar karena dia menahan tawanya. “Kenapa saya harus gengsi depan bapak? Orang bapak cuman atasan saya!”
“Ya memang, saya atasan kamu! Dan kamu bawahan saya! Tahu?!” Bentak Louis karena kesal atas perkataan Emily.
“Ya..” Jawab Emily pelan
“Bayar semua makanan ini, bahkan saya belum menyentuh makanan saya!” Ucap Louis kemudian pergi meninggalkan Emily
“Sial.” Emily emosi.
Tidak lama kemudian, Emily masuk kedalam kamar Louis tanpa mengetuk
“Heh, kamu main masuk-masuk aja, untung saya lagi tiduran, kalau saya lagi ganti baju gimana? Kamu mau tanggung jawab?” Gerutu Louis
“Ini makanan bapak.” Sambil meletakkan paper bag di meja kamar Louis. “Saya permisi.” Lalu keluar dari kamar Louis.
Louis bangkit dari kasur lalu melihat isi paper bag yang Emily berikan,” Kenapa kamu ngaku aja sih kamu khawatir sama saya?” sambil tersenyum.
● ● ● ●
Emily baru saja sampai di apartemen-nya. Kepulangannya malah disambut oleh tamparan di pipi kanannya.
Plakkk….
“Dari mana aja lu?”
“Saya kerja” Emily menunduk.
“Heh, katanya kerja mana uang tiga puluh juta yang kamu bilang?”
“Saya memang kerja, Ma. Tapi saya gak bisa secepat ini ngasihnya.” Ucap Emily
“Jangan sebut gua emak !” Gua bukan emak lu!” Teriak wanita itu.
“Anda Cuma perlu menjaga papa saya, dan saya segera akan memberi uangnya.” Ucap Emily.
Plakk……
Emily ditampar kembali tapi kali ini di pipi sebelah kirinya.
“Kalo lu gak ngirim uangnya secepatnya, gua gak segan-segan nyabut alat bantu nafas papa lu! Inget itu!”
Emily terduduk lemas, lalu mulai menangis. Dia ingin berteriak tapi hanya bisa menangis dalam kediaman. Setiap hari hampir setiap saat dia diancam dengan kata-kata yang menyakitkan bahkan dipukuli
Louis yang ternyata berada di depan pintu selama ini hanya terdiam, dan tak lama kemudian kembali ke dalam mobilnya.
Keesokan harinya,
Emily yang sedang membangunkan Louis itu merasakan getaran telepon dari dalam baju yang dikenakannya, ternyata mama tirinya yang menelponnya. Setelah mengabaikannya beberapa kali, Dia pergi ke kamar mandi dan akhirnya dia mengangkatnya
“Hallo Ma?” Ucap Emily.
“Lu kok bayar semua biaya pengobatan bapak lu? Gua maunya lu kirim uang itu ke gua biar gua yang bayar nanti, lu gak percaya sama gua?” Ucap emosi Myra, Nama mama tiri Emily
“Saya belum kirim uang sama sekali, Ma.”
“Halahh bohong aja lu! Jelas-jelas tadi kata susternya dah dibayar lunas!” Ucap Myra
“Semua tagihan udah dibayar? Udah lunas?” Emily kaget.
“Nggak usah sok bego deh lu” Lanjut kesal Myra
“Saya bener-bener gak tahu ma.” Ucap Emily.
“Awas lu ya kalau gua cek bener lu ternyata yang ngelunasin, lu gak bisa ketemu lagi sama bapaklu!” Bentak Myra
“Tapi ma……… Hallo? Hallo ma?” Emily melihat ponselnya dan ternyata Myra telah menutup teleponnya.
“Siapa orang baik hati ini?” Ucap Emily
Louis yang menguping tiba-tiba tersenyum
“Ini pantes untuk kamu, Emily.” Ucap Louis
●
Kemudian Louis menyuruh Emily untuk pindah kedalam ruangan Louis yang hanya berjarak beberapa meter dari Louis.
“Kamu jangan GR ya, Kaya gini biar gampang kalo kamu kerjanya gak bener bisa langsung dimarahi.”
“Ya pak” Jawab Emily sambil tersenyum.
Kemudian Emily keluar dari ruangan Louis untuk mengambil barang-barangnya dari meja kerjanya.
Malamnya, Louis mengajak makan Emily ke restoran dan kemudian berencana untuk mengantarkan Emily untuk pulang.
“Terima Kasih Pak!” Ucap Emily
Emily balik badan dan pergi menuju pintu apartemen, tiba-tiba Louis memanggil Emily.
“Emily… Kalau dipikir-pikir kenapa kamu nggak jadi pacar saya aja?”
Emily pada saat itu kaget dan merasa ingin pingsan pada saat itu juga.
Emily menoleh,”Bapak ngomong apaan sih.”
“Saya serius, saya benar-benar suka sama kamu.”
“Nggak, Pak. Itu cuman perasaan sebentar.” Jawab Emily
Setelah itu Louis turun dari mobil dan mendekatkan diri dengan Emily dan memegang tangan Emily kemudian menaruhnya di dada Louis yang berdegup kencang.
“Saya serius dengan kamu Emily, saya benar-benar menyukaimu.” Ucap Louis.
Kemudian Louis memeluk Emily, Seketika angin bertiup dengan kencang, hujan pun turun. Emily yang terbawa suasana dengan nuansa hujan dan pelukan Louis perlahan memeluk kembali Louis.
“Saya memang tidak pandai berkata-kata mil.” Ucap Louis sambil menatap mata Emily.” Tapi saat ini saya tahu, saya ingin kamu ada di masa depan saya.”
Louis kemudian mencium pipi kiri Emily. Emily hanya terdiam dalam hujan bersama Louis.
“Saya ingin menginap di tempatmu malam ini.” Ucap Louis sesampainya dia di apartemen Emily.
“Bapak pulang saja, nanti bapak sakit.” Geleng Emily.
“Gak apa saya selalu bawa baju ganti di mobil. Saya ganti baju dulu nanti baru nemenin kamu mala mini.” Ucap Louis
“Ahh, Baiklah.” Jawab Emily.
Beberapa lama kemudian Emily sudah tertidur di bahu Louis. Setelah itu Louis menggendong dan memindahkan Emily ke ranjang dengan hati-hati. Dia mengambil selimut dan menyelimutkannya pada tubuh Emily yang kedinginan. Kemudian dia mengecup kening Emily, “Selamat tidur, Mil.”
● ● ● ●
Emily membuka matanya perlahan. Kemudian dia mengambil ponselnya dan melihat waktu sudah menunjukkan jam 9 pagi. Emily perlahan duduk di ranjang dan kepalanya tiba-tiba pusing, namun dia memaksakan untuk bangun dari ranjangnya.
Dia berjalan kearah dapur dan mendapati Louis yang sedang sibuk membuat suatu kuah.
“Ehh udah bangun, ini cepat diminum.” Ucap Louis
“Hahh, ini apa?” Tanya Emily
“Ini kuah penghangat tubuh.” Jawab Louis
“Terima kasih Pak.” Ucap Emily,
“Ihh perhatian banget ya tuhan.” Ucap Emily dalam hati.
Malamnya Louis mengajak Emily pergi ke restoran dan memakan berbagai macam makanan mewah. Emily memakannya dengan lahap dan menghabiskan semua makanannya.
“Mil…bagaimana?” Tanya Louis
“Apanya gimana?” Bingung Emily
Louis kemudian menggenggam kedua tangan Emily,”Kalau kita sebaiknya bersama.”
“Hah?” Emily berpura-pura tidak mengerti.
Setelah 1 menit Emily tak menjawabnya.
“Saya rasa saya akan menjawab ya..” Ucap Emily sambil menunduk.
Louis yang tak percaya lalu memeluk tubuh mungil Emily. Louis berbisik “Selamat datang di duniaku, Mil.”
● ● ● ●
Hari ini adalah hari pertama Emily bekerja di kantor dengan status ‘Pacar Boss’. Tidak ada yang tahu bahwa mereka telah menjadi sepasang kekasih saat ini. Louis sibuk memandangi wajah lucu Emily yang dia perintahkan untuk merevisi banyak dokumen. Emily kesal dengan bos nya itu yang selalu mengganggu dia saat dia sibuk. Louis hanya tersenyum melihat wajah pacarnya yang kesal itu.
Setelah Emily menyelesaikan semua pekerjaannya, Louis mengajak Emily untuk pergi makan siang. Kemudian Louis menarik tangan Emily di depan para karyawan, membuat Louis dan Emily menjadi pusat perhatian mereka semua.
Saat ini Louis dan Emily sedang berada di salah satu mall di Jakarta untuk makan siang. Setelah makan siang, mereka berdua keliling di mall itu dan Emily tidak sengaja bertemu dengan kakak kelasnya
“Ko James?” Tanya Emily
James tersenyum lalu menghampiri Emily
“Apa kabar Mil? Kita ketemu lagi nihh.” Ucap James
Emily tersenyum, “Iyaa nihh, baik ko.”
“Oh iya, masih pacaran sama Louis?” Tanya James hati-hati.
Senyuman Emily pudar seketika, “Lagi ke supermarket beli minum."
Melihat Louis yang hendak berjalan ke arah mereka, “Kayanya aku gak punya banyak waktu lagi deh mil. Boleh minta nomor ponselmu?” Ucap James dengan terburu-buru.
Emily mengangguk lalu mengetikkan nomor ponselnya di ponsel James.
“Koko pergi dulu ya, pacarmu akan segera datang.” James menepuk pundak Emily, “Byee ko!”
Emily melambai ke arah James yang berbalik arah. Dia terkejut karean tiba-tiba ada yang memegang pundaknya. Emily kemudian menoleh.
Ternyata si Louis
“Apa?” Tanya Emily cuek
“Ngobrol sama siapa tadi?” Tanya Louis
“Ihh kepo!” Jawab Emily.
● ● ● ●
Louis diam mulai dari mobil sampai sekarang mereka berdua sudah berada di ruangan kerja. Emily sibuk pada pekerjaannya sesekali melirik ponselnya.
“James kakak kelasmu, menurut kamu kayak gimana?” Tanya Louis sambil memainkan tablet nya.
“Aduhh, Dia itu baik, ganteng, pinter, sopan, ramah, humoris, paket komplit lah kalo Ko James.” Jawab Emily
“Kalau saya gimana?” Tanya Louis.
“Nyebelin, sok keren, narsis, sok arogan.” Jawab Emily lalu kembali mengerjakan pekerjaannya.
“Ohh jadii gituu? Pacaran aja sama James sana.” Louis geram
Emily tersenyum lalu berjalan ke belakang Louis tanpa sepengetahuan Louis dan memeluk leher Louis dari belakang.
“Tapi Emily kan pacarnya Louis. Emang rela dibagi-bagi?” Ucap Emily.
Louis yang terkejut langsung mematikkan tabletnya dan melemparkannya ke atas meja.Ia mengelus tangan Emily.
“Gak boleh, Emily kan milik Louis.” Balas Louis
Louis berdiri lalu menatap Emily, “Mil, Saya jatuh cinta sama kamu.”
Emily tersipu mendengarnya. Dengan keberaniannya, ia menatap mata Louis lalu berkata, “Saya rasa saya juga jatuh cinta sama kamu Ouis.”
Louis tersenyum lalu mengelus rambut Emily.
Setelah itu Louis berbisik kepada Emily, “2 hari lagi. Siap-siap. Ada pertemuan di Bali.” Lalu Louis mencium pipi Emily
● ● ● ●
“WOHOO!!” Teriak Emily begitu menginjakkan kaki di Pantai Canggu. Emily memejamkan mata, merasakan angin yang berhembus.
Lalu datanglah satu orang pria bule yang tinggi dan tampan menghampiri Emily untuk berkenalan, hal itu jelas membuat Louis yang melihatnya cemburu.
“Honeyy, cepetan sini kita mau pergi makan.”Teriak Louis
Bule tampan yang mendengar sebutan honey itu pun langsung melontarkan maafnya kepada Louis karena seperti sedang menggoda istrinya.
“Sorry, sorry man”Ucap bule itu
Louis tersenyum lalu membawa Emily pergi menjauh dari bule itu.
Setelah itu, Louis diam sampai mereka masuk ke dalam mobil dan Louis membawa Emily pergi entah kemana.
Ternyata Louis membawa Emily kesalah satu restoran di Bali. Mereka hanya berdiam-diaman saja. Beberapa menit kemudian, Albert, sobat Louis datang sambil menepuk pundak Louis dari belakang,”Hello Louis.”
“Ehh elu Bert, sini duduk,” Jawab Louis
“Siapa nihh? Sekretaris lu?” Tanya Louis mengetahui wanita cantik yang mengikuti Albert dari belakang, yaitu Carol istrinya.
“Cantik juga, buat gue boleh gak?” Gurau Louis
“Gila kali luu, ini istri gue tau.” Ucap Albert
“Oohh, iyaa ya pas nikahan lu kan gua gak bisa datang, Lupa gua. Istri lu cantik banget.” Ucap Louis.
Emily yang berada disampingnya hampir meluapkan emosinya.
“Lu bawa siapa tuhh?” Albert melirik Emily
“Ooh, sekretaris gua.” Ucap Louis langsung mengubah ekspresinya.
“Hai, namaku Emily.” Jawab Emily.
Beberapa menit kemudian, meja mereka yang awalnya hanya terdengar obrolan pria, sekarang mulai terdengar candaan dari para wanita.
“Wahh, lucu banget ini boneka!” Carol menunjuk layar ponselnya yang sedang menunjukkan boneka penguin berukuran besar.
“Wah, gua punya itu” Ucap Emily.
“Hahh yang bener? Mau jugaaa!!” Jawab Carol.
“Iyaa, dulu gua punya kakak kelas, baik banget. Nah pas gua ulang tahun gua dikasih itu sama dia.” Emily mengenang masa SMA nya.
Setelah makan selesai, Emily pergi ke toilet dan tiba-tiba kakak kelas yang baru dibahas menelponnya. Setelah itu Emily kembali ke meja makannya.
“Rol, lu harus tauu” Ucap Emily.
“Apaan, apaan?” Paket lu udah nyampe rumah?” Mata Carol berbinar.
“Bukan itu Rol” Jawab Emily
“Apa dongg?” Tanya Carol
“Kakak kelas yang barusan gue omongin tadi nelpon gue!” Jawab Emily
“Hah??Beneran?? Kakak kelas lu yang kasih boneka ituu? Sweet banget!!”
“Kita pulang.” Tiba-tiba Louis menarik tangan paksa lengan Emily.
“PULANG!!” bentak Louis membuat mata Emily berkaca-kaca.
Louis dan Emily pun pamit.
Namun sebelum mereka jauh, Carol berteriak, “REN! MULAI HARI INI KITA TEMENAN YA!”
Emily tersenyum sebentar sampai akhirnya Louis mendorongnya masuk ke dalam mobil.
● ● ● ●
Louis menggebrak pintu kamarnya membuat Emily semakin ketakutan. Dia merasakan dadanya sesak. Emily hendak mengetuk pintu kamar Louis, namun dia berpikir kembali mungkin Louis butuh waktu sendirian. Emily pun kembali ke kamarnya.
Besok paginya Emily menunggu Louis didepan pintu kamar dengan perut perihnya. Akhirnya dia berjongkok dengan mencengkram perutnya karena tak kuat.
Tidak lama dari itu Louis keluar dari kamar dan mendapati wajah pucat Emily yang sedang berjongkok di samping pintu kamarnya. Louis yang khawatir reflex mendekati Emily dan memeluknya, “Kenapa mil? Maag nya kumat ya? Ayo Makan!”
Emily mengangguk, “Ya, Pak. Maag saya kaya nya kambuh.”
Louis dengan cepat langsung menggendong Emily ke restoran hotel.
“Saya pesen semua menu disini.” Ucap Louis membuat waitress tampak kaget.
Pada saat makan Emily berusaha meminta maaf kepada Louis atas yang terjadi tadi malam.
“Eemm Pak, saya minta maaf.” Ucap Emily tiba-tiba.
Louis yang awalnya mengambil makanan untuk Emily mulai mengambil untuk diri sendiri. Louis hanya diam dan melanjutkan makannya.
● ● ● ●
“Senang bekerja sama dengan anda” Louis tersenyum sambil menjabat Bu Melika, kliennya.
“Ya, saya juga senang bekerja sama dengan anda.” Melika tersenyum.
“Kami pergi duluan ya bu” Ucap Louis.
Setelah keluar dari tempat pertemuan
“Mau main dulu? Mumpung ada di daerah Sanur.” Tawar Louis sementara Emily masih terdiam, “kalau gak mau ya gak apa sih”
“MAU! YES!” Sorak Emily girang.
Setelah itu mereka pun pergi ke pantai untuk bermain-main dan jalan-jalan. Karena hal ini hubungan mereka kembali baik. Setelah bermain-main air dan jalan-jalan di daerah Sanur mereka pun beristirahat. Emily menyandarkan kepalanya ke pundak Louis, dan Louis pun akhirnya mengelus rambut Emily perlahan. Emily mendekatkan kepalanya pada dagu Louis, mendongak sedikit lalu menciumnya sekilas, “Terimakasih.”. Louis menoleh, Louis menatap kedua mata Emily, lalu perlahan mendekatkan kepalanya dengan kepala Emily. Emily memejamkan mata, membuat Louis ikut memejamkan matanya. Louis memiringkan kepalanya lalu mengecup bibir Emily. Emily kemudian membalas ciuman Louis.
Ombak dan sunset adalah saksi keromantisan mereka disini.
Sorenya saat di pinggir pantai sedang bersantai, Louis menceritakan semua hal tentang dirinya mulai dari dia menjadi polisi sampai dia menjadi seorang direktur perusahaan juga memberi tahu bahwa dia sudah membunuh banyak penjahat di masa lalu. Karena Emily yang penasaran dengan masa lalu Louis, Louis menceritakan perjuangan dia untuk melawan penjahat dan memperlihatkan kenangan dari beberapa penjahat yang dia bunuh seperti luka tusuk di perut, pundak, dan di punggung, luka tembak di dada dan kaki. Hal itu membuat Emily semakin kagum dengan latar belakang Louis. Pada malam ini lah mereka saling bercerita tentang diri sendiri. Emily juga menceritakan kehidupan yang dia jalankan sebelumnya, perlakuan ibu tiri dan adik tirinya yang sangat menyakiti perasaan Emily.
● ● ● ●
“De….. Papa udah gak kuat.” Satu kalimat membuat Louis membuka matanya lebar-lebar.
“Hahh, A-apaa mama bilang?” Tanya Louis, berusaha memastikan.
“Papamu udah gak kuat de. Saat ini papa ada di UGD.” Jawab Mama Louis.
“Di rumah sakit mana? Tanya Louis
Louis menunggu mama nya memberikan alamat rumah sakit dan akhirnya dia segera menutup telepon.
Emily yang memandangnya tadi hanya terdiam dan sedikit bingung ketika Louis mengucap kata rumah sakit.
“Mil, pesankan saya pesawat secepatnya. Kamu juga. Kita harus beres-beres sekarang. Papa saya udah gak kuat selama beberapa tahun dirumah sakit dirawat.” Ucap Louis panic.
Emily terkejut mendengar ucapan Louis. Dia segera mengambil ponselnya lalu mencarikan tiket pesawat. Dia juga sedikit kaget melihat kekhawatiran Louis pada papanya.
“Penerbangan paling cepat yaitu malam ini, jam 7.” Ucap Emily.
Emily mengangguk cepat, “pesan dua kursi. Sekarang kita harus berkemas.”
●
Louis dan Emily lari secepat mungkin menuju ruang operasi. Dan benar saja, keluarga dan saudara-saudara Louis yang sedang menunggu operasi Louis. Begitu sampai, Louis diam sejenak mengatur nafasnya yang masih ngos-ngosan. Jujur saja, dia kehabisan kata-kata di depan keluarganya ini.
“Louis….” Sang mama berjalan mendekati Louis lalu memeluknya. Mama Louis menangis di dada Louis. Louis membeku sejenak, lama tak merasakan pelukan sang mama. Louis perlahan mengelus punggung sang mama, berusaha memberikan ketenangan.
“Kita tunggu saja hasilnya sambil terus berdoa.” Ucap Louis.
Beberapa menit kemudian, dokter keluar dari ruang operasi. Dia melepas maskernya sambil menarik nafas panjang.
“Bagaimana keadaan papa saya, dok? Baik-baik saja kan?” Ucap Louis mengguncang tubuh dokternya.
“Kami sudah melakukan yang terbaik.” Ucap dokter.
Dada Louis terasa sesak seketika. Dia berlari ke dalam ruang mayat dan mendapati papanya terbaring tak bernyawa diatas papan besi. Louis perlahan mulai mengeluarkan mata, air mata Louis yang berjatuhan membuat Emily menjadi ikutan sedih.
Sampai pada hari pemakaman Louis dan Emily seperti orang asing karena tidak berbicara sepatah katapun sekalipun Emily memanggil Louis, Louis hanya diam. Setelah pemakaman selesai Louis akhirnya mulai membuka mulutnya.
“Maaf Emily, Sepertinya saya butuh waktu sendirian. Nanti saya akan mencari mu, kamu pulang saja.” Ucap Louis lalu pergi meninggalkan Emily.
“Baik pak, Turut berduka cita Pak.” Jawab Emily.
Selama beberapa hari, Louis tidak pergi kerja. Emily pun khawatir akan kondisi Louis. Louis juga tidak ada di kamar rahasianya. Emily menjalani hari dengan berat tanpa keberadaan kekasihnya itu. Selama satu bulan, Louis masih saja tidak ada kabar. Emily masih berpikir mungkin Louis masih membutuhkan ketenangan jadi dia membiarkan hal itu. Setelah 2 bulan Louis menghilang tidak ada kabar sama sekali dan tidak pergi ke kantor, Emily pun sudah terbiasa dengan tidak adanya keberadaan sang kekasih. Emily juga mulai sering pergi dengan kakak kelasnya yaitu James.
Louis yang selama beberapa bulan ini ternyata mengurung dirinya di rumah lamanya yaitu rumah orang tuanya karena merasa bersalah, setelah menjadi polisi dia seharusnya lebih sering pulang ke rumah untuk bertemu dengan papanya. Tetapi setelah 2 bulan dia berada dirumah itu pikiran itu perlahan mulai abu-abu. Mama Louis yang selama ini menjaga Louis itu merahasiakan sesuatu dari Louis dan berencana untuk memberi tahu Louis saat kondisi Louis mulai stabil.
“Louis….. Sebenernya mama sudah lama pengen ngomongin hal ini sama kamu.” Ucap mama Louis
“Iya ma, mau ngomongin apa?”
“Sebenarnya sebelum papamu meninggal, papamu ada menitipkan pesan untukmu.”
“Hah, apa itu ma?”
“Sebenarnya sudah lama papamu ingin melihat kamu menikah dengan orang yang kamu cintai, dari saat kamu masih jadi polisi papamu sudah bercita-cita untuk melihat kamu menikah tapi papamu selalu mengerti akan cita-citamu yaitu menjadi polisi. Jadi papamu selalu menyimpan kata-kata itu sampai pada saat terakhirnya.” Ucap mama Louis.
Louis mendengar hal itu pun perlahan mengeluarkan air mata
“Maafin aku pa.”
“Ma, sebenarnya saya sudah mempunyai wanita yang ingin saya nikahi.” Ucap Louis tiba-tiba. Louis kembali semangat berharap dapat mengabulkan permintaan terakhir papanya.
“Yang bener de? Coba nanti bawa pulang kasih mama kenal dulu.” Ucap mama Louis.
“Baik ma” Jawab Louis
Louis ingin menelponnya tapi sadar sudah tidak memberi kabar kepada pacarnya selama 2 bulan. Louis pun mulai resah takut Emily sudah tidak mencintainya lagi, dia segera pergi ke perusahaannya dan melihat James dan Emily sedang mengobrol asik sambil makan bersama di taman perusahaan.
Louis hanya mendengar perbincangan asik mereka dari kejauhan dan tidak berani menyapa Emily. Emily yang kemudian menoleh kebelakang dan melihat Louis yang sedang berjalan pergi
“Louis….” Teriak Emily membuat James ikut menoleh ke belakang
Louis bergegas pergi tapi tetap saja terkejar oleh Emily.
“Louis…. Kemana aja kamu selama ini?” Tanya emosi Emily.
“Emm, maaf selama ini aku di rumah papa. Ku hanya mencoba untuk menenangkan diri saja.” Ucap Louis
“Kamu tidak perlu menjelaskan. Aku paham.”
Louis yang mendengarnya terkejut karena tidak menyangka Emily akan memahami perasaannya dan tetap setia menunggu kehadiran Louis.
“Hallo, Louis. Masih inget gua kan, gua kakak kelasnya Emily. Emily banyak cerita tentang lu. Ya bener dulu gua sempet suka sama Emily tapi sekarang udah gak kok. Lu tenang aja. Lu jaga dia baik-baik ya.” Ucap James.
“Tenang aja, gua pasti akan jaga dia dengan baik kok.” Jawab Louis
Louis pun membawa pergi Emily dari James. Mereka pergi ke sebuah kafe untuk berbicara.
“Emily, sebenarnya ada yang ingin saya katakan padamu.” Ucap Louis
“Apa?” Jawab Emily.
“Maukah kamu menikah dengan saya?” Ucap Louis
“Hah, Nikah? Apa tidak terlalu cepat?” Tanya Emily gelisah.
“Walaupun terlalu cepat, tapi saya sudah yakin bahwa saya mencintaimu.” Ucap Louis meyakini Emily.
“Bisakah saya memikirkannya lagi?” Tanya Emily.
“Baik.” Jawab Louis
● ● ● ●
Setelah 1 minggu Emily berpikir apakah akan menikahi Louis, Emily banyak memikirkan apa yang akan terjadi jika dia menikahi Louis. Saat dia memikirkan hal itu, ponsel Emily berdering.
“Kring….kringgg….kringgg”
“Halo, siapa ya?” Tanya Emily
“Halo, ini rumah sakit Harapan Jaya, apa benar ini dengan Emily?”
“Iya dengan saya sendiri. Ada apa ya?”
“Begini ayahmu sudah sadar.”
“Hahh, Puji Tuhan. Saya kesana sekarang juga. Terima kasih infonya sus.”
“Sama-sama ibu.” Jawab suster
Emily melangkahkan kakinya menuju pintu kamar rawat papanya lalu mengetuknya pelan, “Tokk.tokk.tokk..”
Dia membuka pintunya,
“Siap—kamu?!” Sang papa terkejut melihat Emily.
Emily tersenyum lalu bergerak memeluk papanya. Mereka mengobrol cukup lama.
Tiba-tiba papanya bertanya
“Apa kamu sudah punya pacar?” Tanya Papa Emily
“Emm…. Sudah, Aku udah punya pacar pa.” Jawab Emily
“Beneran?? Kapan kalian akan menikah. Papa sangat ingin melihat kamu menikah sebelum papa gak ada.” Ucap Papa Emily.
“Iya pa….. sebenarnya pacar saya mengajak saya untuk menikah.” Jawab Emily
“Nahh kamu tunggu apa lagi, jangan berlama-lama lagi ya.” Ucap Papa Emily.
“Iyaa pa, saya sekarang sudah tahu pilihan apa yang akan saya pilih.” Jawab Emily
● ● ● ●
Sepulang dari rumah sakit, Emily pergi menemui Louis.
“Louis… Apa perkataanmu sebelumnya masih berlaku?” Tanya Emily.
“Tentu saja, apa kamu yakin mil?” Tanya balik Louis.
“Saya sekarang sangat yakin.” Ucap Emily
Louis tanpa lama langsung memeluk Emily dan mengecup dahi Emily.
Setelah beberapa bulan sibuk mempersiapkan pernikahan mereka. Dan pada akhirnya mereka menikah 3 bulan setelah mereka kembali bersama. Dalam waktu 3 bulan ini hubungan mereka semakin dekat dan saling menyadari bahwa mereka saling mencintai satu sama lain. Mereka menikah di sebuah ballroom yang sangat besar dan megah, Pernikahan mereka dipenuhi oleh tangisan sedu dari ibu Louis dan juga Papa Emily.
Beberapa bulan kemudian, Emily hamil dan mengandung selama 9 bulan dan melahirkan bayi laki-laki yang sangat mirip dengan Louis. Keluarga kecil itu pun hidup dengan bahagia.
- TAMAT -