Boss & Secretary`s Love Story
Boss & Secretary`s Love Story
Chintya Caroline
XI AK 1
1
Lamaran Pekerjaan
Raihana Aldera Putri adalah seorang wanita yang terlahir dari keluarga yang kurang mampu, tetapi dia memiliki kelebihan dari tampangnya yang cantik dan enak untuk di pandang, dan dia juga memiliki rambut yang panjang kira-kira panjangnya se-pinggang atas, memiliki ciri khas rambut dengan warna coklat keemasan dan kulitnya yang putih dan mulus, ia lumayan tinggi kira-kira 167cm dan mempunyai bola mata yang agak kecoklatan dan memiliki 2 lesung pipi di kedua pipinya, dia pun mempunyai dagu yang tirus. Dia juga memiliki sifat yang ramah kadang juga ngeselin, pendiam, sekalinya ngomong gak di saring lagi.
Edward Alexander Wiratama adalah CEO muda, ia memiliki sifat yang cuek, jutek ke siapapun termasuk orang tuanya sendiri, ia pun memiliki sifat yang sedikit egois, tetapi ia disukai banyak karyawan yang ada di kantornya dan dia memiliki hidung yang mancung, alis yang tegas, badannya agak berisi dan kekar, ia pun memiliki tinggi 182cm dan mempunyai tampang yang sangat tampan dengan rambutnya yang di belah ke arah samping kiri, ia pun memiliki ciri khas pada kulit nya yaitu putih dan berurat di tangannya.
Evan Mahendra adalah teman kecil sekaligus rekan kerjanya Edward, Evan ini selalu berdampingan kalo ada meeting dan saat di luar pun cukup dekat, dia memiliki bola mata yang hitam kulitnya berwarna kuning langsat tingginya pun tidak jauh dari Edward yaitu 180cm temannya Raihana pun menyukainya karena ketampananya. Evan ini adalah kakak kandungnya Raihana yang hilang, bahkan dia pun menyukai adik perempuan kandungnya sendiri.
Athalia Veronica Chandra adalah teman masa kecilnya Raihana dan, Raihana pun tinggal bersamanya dan ia juga teman di kantor bersama Raiahana, sifat nya care kepada siapa pun, jomblo, pinter, cukup cantik dengan rambutnya yang pendek dan berwarna hitam yang mengkilat dia pun memiliki hidung yang mancung dan kulit sawo matang sama halnya seperti Edward dan Evan.
Adira Felicia Syahru adalah teman masa kecil Edward yang dijodohkan mamanya Edward untuk dirinya. Dia memiliki wajah yang manis, hidung yang mancung, dan ia memiliki sifat yang egois dan mau menang sendiri, memiliki rambut pendek kira-kira sebahu, dia berasal dari keluarga yang lumayan mapan. Dan mengenyam pendidikan yang cukup, Bianka ini bisa dibilang orangnya nekat untuk kejahan yang di luar akal manusia.
Alisa Cesya Navaella adalah teman dekatnya Bianka dan hingga sekarang masih menjadi sahabatnya. Dia memiliki kulit putih, rambut yang 11 12 dengan Bianka, memiliki mata yang sipit. Cuman sifatnya dia lebih anggun daripada Bianka. Kadang dia ini membantu Bianka berfikir untuk mendekati Edward. Sifatnya ini lebih tidak nekat untuk melakukan hal yang di luar nalar.
Setiap sore 2 gadis yang seperti kembar tapi tak sama ini sedang berbincang-bincang di ruang tengah. Topik yang sedang mereka bahas hari ini Raihana yang sedang mencari pekerjaan.
“Gimana Han lu udah dapat pekerjaan yang layak belum?” ucapnya pelan sambil Athalia menaruh bokongnya di sofa.
“Belum ni Lia” jawab Hana sambil menundukan kepalanya,
“Jangan sedih dong Han gue punya kabar baik buat lo. Nah pas banget nih, kebetulan di kantor tempat gue bekerja lagi buka lowongan, kalo lu mau nanti gue bantuin” ujar Athalia sambil memagang dagu Hana yang sedang menunduk.
“Lo serius Lia?” ucap Hana yang kaget.
“Ya serius lah mana mungkin gue bohong sama lo” ucap Athalia sambil mengusap kepala Hana.
“Thank you…Liaaa, lo pokoknya temen paling baik yang gue pernah kenal” ucap Raihana yang memeluk pinggang Athalia dan mengucapkan banyak – banyak terima kasih sambil menangis gembira.
“Sama – sama Han gue juga udah nganggap lo sebagai Adek kandung gue sendiri” ujar Lia sambil membalas pelukan Raihana.
“Yaudah gue keluar dulu ya Han, gue mau ke supermarket mau beli beras” ucap Athalia melepas pelukan Raihana dan bangun dari sofa.
“Eh biar gue aja yang beli Lia, sekalian gue mau ketemuan sama si Ezhar” bisikan Hana di telinga Athalia.
“Dihh…bucin mulu looo” treak Athalia dengan kuat.
“Hiksss, apa sih Lia treak – treak. Kalo kedengeran tetangga kan gak enak” ucap Hana dengan pelan dan keluar dari pintu.
“Ya maaf, kan gue reflek Han hehehe” gumam Lia sambil tersenyum lebar pada Hana.
“Yaudah kalo gitu gue pergi dulu ya Lia” ucap Raihana sambil berpamitan.
“Iya hati – hati di jalan ye, oh ya jangan pulang malem – malem yee” ujar Lia yang mengingatkan Hana.
“Hmmmm, iyaaa” gumam Raihana.
15 menit kemudian…
“Coba ah, gue telpon Ezhar dulu dari kemaren gada kabar. Di telpon gak di angkat, di chat pun gak di bales”, batin Raihana sambil merogo tas nya untuk mencari telpon miliknya.
“Ih kok gak di angkat sihhh”, gumam Raihana dengan wajah yang cemberut.
Setelah berapa jam telpon Raihana pun diangkat Ezhar…
“Halo, kamu darimana aja sih daritadi aku telponin kamu ga angkat mulu”, ucap Raiahana dengan nada yang kesal.
“Maaf sayang, aku lagi banyak pekerjaan jadi gak sempet buat ngabarin kamu. Aku matiin telponnya dulu ya, aku masih sibuk sama urusanku”, ujar Ezhar yang sedang berbohong tanpa mendengar perasaan curhat Raihana, dia pun mematikan telpon tersebut.
“Halo Zarrr?, ishh kok dimatiin sih padahal aku belum ngomong apa – apa. Ada urusan apa sihh buat dia sibuk kek gini..?” gumam Raihana dengan wajah yang marah dan bibir yang di majukan ke depan.
Dia pun masuk ke dalam supermarket untuk memilih milih apa yang ingin dia beli di dalam supermarket.
Namun semua orang di kejutkan dengan suara gaduh dari luar supermarket, Raihana pun bergegas keluar dari supermarket.
Dia pun terkejut sepeda milik dirinya di tabrak mobil mewah berwarna hitam, dia pun mendekati sepedanya yang rusak di parkiran.
“Woi kalo bawa mobil tu yang bener sih, sepeda orang udah di parkir di tempatnya masih di trobos bae” treak Raihana pada pengendara mobil tersebut.
Pengendara tersebut membuka kaca jendela mobilnya dengan perlahan, disitu terlihat 2 orang asing yang baru Raihana lihat yaitu, Edward dan Evan yang berada di dalam mobil.
“Apa sih lo kok lo yang nyolot, padahal lo yang salah kenapa parkir sepeda di situ, itukan parkiran mobil” treak Edward dengan suara yang agak nyolot dan menganggap kalo dia itu yang benar.
"Heh kok lo jadi nyolot si njir, padahal lo yang salah kok nyalahin orang. Tanggung jawab lo” treak Raihana yang membalas perkataan nyolotnya Edward.
Karena Edward males meladeni ocehan Wanita itu dia pun menutup Kembali kaca jendela mobilnya, memundurkan mobilnya, kemuadian mereka berdua pergi dari supermarket tersebut.
“Ishhh kok malah pergi sih, mereka ga tanggung jawab gitu?, padahal mereka yang salah” gumam Hana sambil memberdirikan sepedanya yng rusak.
Disisi lain Edward dan Evan masih berdebat soal permasalahan tadi, Edward masih tidak terima kalo yang salah tadi itu dirinya, karena sifat keras kepalnya dia pun kekeh dengan pedapatnya sendiri.
“Ward harusnya lu tadi tanggung jawab jir, kesian sepeda dia ancur gila gara gara lo tabrak tadi” ucap Evan untuk mencoba menasehati dia, tetapi ocehan yang dia dapat dari Edward.
“Diem lo, banyak oceh bet lu. Tadi tu dia yang salah bukan gue, jadi lo jangan salahin gue kalo udah nabrak sepeda dia” ucap Edward sambil ngegas.
“Tapii tetep aja lo yang salah ward” ucap Evan dengan pelan yang duduk di samping Edward.
“Mending lo diem Van, apa mau lo gue turunin di sini. Biar lo jalan kaki ke kantor?” ujar Edward yang mengancam Evan.
“Ehhh jangan dong Ward, iye gue diem” ujar Evan yang diam dan memaikan hpnya Kembali.
Sesampainya di rumah Athalia masuk ke dalam rumah, dia mendapati Raihana yang sedang duduk di sofa ruang tengah yang sedang menunduk dan meneteskan air mata hingga membasahi pipinya.
“Lu kenapa Han kok nangis, ada apa di supermarket tadi?” ucap pelan Lia sambil menghampiri Hana.
“Tadi ada mobil yang nabrak sepeda gue, tapi orangnya gak mau tanggung jawab sampai rusak” ucap Hana sambil seseguhan.
“Udahlah biarin aja orang kaya kek gitu mah sombong Han jadi jangan di ambil hati” ucap pelan Lia sambil merangkul badan Raiahana.
“Iyaaaa, btw ini belanjaan yang lo pinta tadi” ucap Raihana sambil mengusap air mata dari pipinya dan memeberikan kantong pelastik yang berisi belanjaan yang di pesan Athalia.
“Ehh, iya makasih Han btw lu jadi ketemuan sama Ezhar?” ucap Lia sambil mengambil kantong belajaan itu.
“Enggak, tadi gue telpon katanya dia punya urusan penting. Tapi gue juga gak tau urusan pentingnya apa” ucap Hana sambil berdiri mengambil minum untuk Athalia.
“Hmmmm gitu yaaa” gumam Lia sambil mengeluarkan belanjaannya dari kantong pelastik.
>.<
2
Hari Pertama Masuk Kerja
Pagi hari setelah Athalia mengajukan lamaran untuk Raiahana, hari ini Raihana ikut bersama Athalia untuk bekerja. Seperti biasa Athalia mengeluarkan motornya ke halaman depan rumah sambil memanaskan motornya.
“Han udah belom siap – siapnya, lama beut lu?”, treak Athalia dari luar rumah.
“Iyaaa, bentar Lia lagi ngambil tas” treak Hana yang membalas panggilan Lia.
Kemudian Raihana pun keluar dari pintu rumah dan meminta kunci rumah pada Lia untuk mengunci rumahnya.
“Weh Lia, minta konci rumah sini gue konci rumahnya” ucap pelan Hana dan mengambil kunci dari tangan Lia.
Raihana pun mengunci rumah dan menutup semua jendela yang ada di rumah itu. Setelah semua dikunci dia berjalan menuju motor Lia dan naik ke kursi bagian belakang motor tersebut.
“Udah belom Han, ape lu gabisa konci rumah lama beut gitu aja” ucap Lia yang agak menguatkan suaranya.
“Iyeee udah bawel, dah yok jalan Lia” ujar Raihana yang menyuruh Lia untuk menjalakan motornya.
Tak lama mereka pun sampai di kantor tempat Athalia bekerja, Lia pun memarkirkan motornya di parkiran.
Hana menunggu di tangga depan pintu kantor sambil menunggu Lia memarkirkan motrnya dia melihat mobil yang kemarin menabrak sepeda miliknya di supermarket.
“Lah itu kan mobil yang kemaren nabrak sepeda gue di supermarket, kok ada disini?” batin Raihana sambil bengong.
Athalia yang selesai memarkirkan motornya kemudian dia melihat Raihana yang sedang bengong di pintu kantor.
“Woy Han ngapain lo bengong, ayo masuk lo pasti udah di tunggu bos” ujar Athalia sambil memasukkan kunci motor ke dalam tas.
“Hmmm okee” ucap Raihana denga nada lemas yang baru sadar dari lamunannya.
Raihana pun masuk untuk menemui Boss untuk interview, dia pun deg – degan untuk mendengar dia di terima di kantor ini atau tidak.
Tok-tok-tok…
“Permisii pak, apa saya boleh masuk” ucap Raiahana sambil mengetuk pintu ruangan boss.
“Silahkan masuk” ucap Pak Elbert sambil membereskan berkas berkas karyawan.
Raiahana pun masuk kedalam ruangan Pak Elbert, dia berjalan menuju kursi secara perlahan dan dia menaruh bokongnya di kursi.
“Selamat Pagi pak, saya disini untuk interview melamar pekerjaan disini apakah masih ada?” ucap pelan Hana sambil mengeluarkan berkas - berkasnya dan memberikan kepada Pak Elbert.
"Selamat Pagi, masik ada kok. Apa boleh saya lihat berkas – berkas kamu?” ucap ramah Pak Elbert yang mengambil berkas dari tangan Hana.
Setelah berkas Hana di lihat Pak Elbert dan Hana yang terlihat ketakutan tidak di terima di kantor ini, dia pun menundukan kepalanya ke bawah.
“Baik setelah saya melihat prestasi kamu cukup baik, maka kamu saya terima di kantor ini bekerja sebagai sekertaris pribadi anak saya” ucap pelan Pak Elbert, bersalaman sebagai tanda kalua Raihana di terima di kantor ini.
“Kira kira kapan saya bisa mulai bekerja di sini pak?” tanya ramah Hana pada Pak Elbert.
“Besok kamu sudah bisa bekerja di sini, besok saya akan kasi tahu ruangan kamu” jawab Pak Elbert dengan ramah dengan lengan tangan kirinya menaruh berkas Raihana di samping leptopnya.
Setelah Raihana dan Pak Elbert selelasi melakukan pembuatan kontrak bekerja Raihana, segera bergegas berjalan menuju pintu yang disitu sudah ditunggu Athalia disana. Untuk membuat Athalia penasaran dengan hasilnya Hana pun memasang wajah yang cemberut dan diam saja saat berjalan ke arah Athalia.
“Gimana Han diterima enggak?” ucap Athalia dengan wajah yang penuh semangat untuk mendengarkan hasilnya.
“Hmmm” gumaman Hana.
“Dari wajah lo, keknya enggak diterima yah?” tanya Lia sambil memgang dagu Hana.
“Aapasie lo, mana ada gue ga diterima. Yakali seorang Raihana Aldara gitu loh, hehe” ujar Hana dengan menyombongkan dirinya.
“Dih gue kira lo ga diterima jirr, gue kan panik. Fiuuu” ujar Lia yang menghembuskan nafas kasar karena panik.
“Btw Lia, gue mau pulang dulu ye samapai ketemu dirumah bestiee” ucap halus Hana sambil merangkul pinggang Lia.
“Okeyyy, hati – hati Han” ujar Raihana
Raihana pun berjalan menuju tangga, dia pun menuruni tangga. Setelah berbelok dia menemukan seseorang yang kemarin menabarak sepedanya hingga rusak dan tidak mau bertanggung jawab.
Blutakkk….
“Aww”.
“Lo lagi, ngapain lo disni?”.
“Ya seterah gue lah, eh lo bukannya orang kemaren yang nabrak sepeda gue kan. Sekarang tanggung jawab sini”.
“Harusnya lo yang tanggung jawab ma gue, lo udah nabrak sampe pala gue sakit, sini ganti rugi sama gue”.
“Ko gue yang ganti rugi harusnya lo nabrak sampe sepeda gue rusak”.
Tidak lama kemudian Evan dan Athalia menuruni tangga yang sedang mencari sumber suara keributan. Mereka melihat Raihana dan Edward sedang bertengkar.
“Ada apa ini kok ribut – ribut disini?”, ucap tegas Evan pada mereka berdua.
“Tanya aja tuh cewe anaeh”, jawab Edward dengan sinis, dia pun meninggalkan mereka semua yang ada di sini.
Kemudian setelah Evan dan Athalia datang untuk meleraikan perdebatan mereka berdua, tetapi Edward pun pergi meninggalkan mereka semua di tangga itu.
“Sembarangan aja, dia aja yang aneh”, teriak Raihana dengan kesal.
“Husss Han, jangan ribut di kantor malu tau”, ucap pelan Lia yang mencoba menenangkan hati Hana.
“Oo nama kamu Raihana maafin temen gue ya, dia emang begitu sifat nya keras kepala”.
“Eee iya gapapa ko”, jawab ramah Hana.
Evan pun naik keatas dan meninggalkan Athalia dan Raihana di tangga, Atahlia pun menghampiri Raihana.
“Woi sampe sebegitunya ngeliatin Pak Evan, lu suka ya?” tanya Lia yang mepuk Pundak Hana hingga terkejut
“Haaa? Engga ko, siapa juga yang suka sama dia. Dahlah gue pulang dulu” ucap pelan sambil memegang dadanya yang dikejutkan tadi sama Lia.
“Okeh hati – hati di jalan ya Han” ujar Lia sambil melambaikan tangannya kea rah Hana.
Kemudian di sisi lain Edward memasuki ruangan nya dan melihat ayahnya yang sedang berdiri di dekat jendela dan menghampiri ayahnya itu.
“Eh papah kenapa ada disini?” ujar Edward yang terkejut melihat papanya ada di ruangan itu.
“Emang kenapa kalo papa disini? Kamu ga suka papa ada disini?” jawab Pak Elbert yang memutarkan tubuhnya dan meliht kea rah Edward.
“Bukan gitu maksud Edward pah” ucap Edward yang mengelak pertanyaan papanya.
“Papa menemukan seketaris baru buat kamu, besok dia sudah mulai bekerja disini” ucap Pak Elbert dengan memberitahukan bahwa dia sudah menemukan sekretaris untuk anaknya.
“Haa? Ko papa ga bilang Edward dulu si? Kalo dia bukan selera Edward gimana pah?” jawab Edward yang mengelak karena takut bukan selera dia.
“Tapi kan papa carikan sekretaris saja buat kamu, bukan carikan calon istri” ujar Pak Elbert sambil mengangkat salah satu alisnya.
“Hehehe, iya juga ya” ucap Edward yang mengaruk kepalanya karena merasa malu dengan ucapan dia sendiri.
“Eh iya pah, ngomong – ngomong Namanya siapa pah?” ujar Edward dengan rasa penasarannya.
“Udah besok aja, besok juga bakalan kamu tau orangnya dan Namanya siapa” ucap pelan Pak Elbert yang kemudian memutuskan pembicaraan.
Ketika Athalia sedang sibuk bekerja, Evan pun menghampiri Atahlia, dia pun berjalan perlahan menuju meja kerja-Nya Athalia.
“Lia makan bareng yuk”.
“Hah? Demi apa? Mimpi apa coba gue semalam?” batin Lia sambil senyum – senyum
“Hei Lia, kok diem? Kamu mau ga?” tanya Evan yang menegaskan omongannya
“Eh yaudah pak ayo” jawab Athalia dengan gugup.
Tidak lama dari perbincangan di ruangan Lia mereka pun bergegas keluar dari kantor dan masuk ke dalam mobilnya Evan. Evan pun melajukan mobil dengan perlahan sambil mereka mencari cafe mengok kanan dan kiri terdapat satu café yang enak untuk di datangi yaitu cafe Cheery Blossomm.
Mereka pun mencari parkiran dan memarkirkan mobil di tempatnya, Evan pun turun dam membukakan pintu untuk Lia. Dan mereka berdua pun masuk ke dalam Cafe itu, setelah menemukan tempat duduk mereka pun menaruh bokongnya ke kursi.
“Lia gue boleh nanya ga?” ujar Evan yang tertuju kepada Athalia.
“Eeee…iya tanya aja gpp” jawab Athalia dengan gugup.
“Kamu saudaraan ya dengan Raihana ya?, Ko kalian deket banget kelihatannya?”.
“Engga pak, saya dan Raihana sudah sahabatan dari kecil dan sudah saya anggap sebagai keluarga saya sendiri”.
“Oh gitu, ngomong-ngomong Raihana sudah punya pacar belum?” Evan pun bertanya dengan Atahlia dengan rasa yang penasaran,
“Ko pak Evan bertanya seperti itu apa dia suka dengan Raihana?” Batin Athalia yang menaikkan wajahnya keatas padahal dia sedang bermain ponselnya.
“Eeeee, menurut saya si dia udah punya cowok, soalnya dia sering cerita ke saya” Atahlia menjawab dengan jujur apa yang dia ketahui saja sambil memaikan hpnya.
“Oh gitu ya”.
“Yah, ga ada kesempatan dong buat deketin Raihana”, batin Evan dengan perasaan yang sedih.
“Permisi pak/bu, ada yang anda pesan?” ujar pelayan dengan ramah sambil menyodorkan menu makanan.
“Oh iya mbak, saya mau pesen……”
Disisi lain rumah Raihana dan Atahlia, Raihana pun menunggu Ezhar yang sibuk dengan pacar baru-Nya hingga lupa dengan Raihana yang sedang menunggunya, tetapi Raihana pun tidak mengetahuinya tentang Ezhar yang memiliki simpanan wanita di belakang Raihana.
“Si Ezhar kemana sih, dari kemarin loh dia bilang sibuk terus, ga pernah ada waktu buat gue, sebenernya dia punya pekerjaan apa sih? Sampai se-sibuk ini?” Batin Hana yang sambil terus – menerus ngecek notif dari Ezhar.
Raihana pun berbicara sendiri dengan nada suara yang panik karena tidak di beri kabar oleh Ezhar. Tiba-tiba Athalia pun pulang dari kantor, dia pun menyapa Raihana yang sedang sibuk dengan gedget-Nya.
“Aku pulangggggg, Loh Han? Ko muka lo cemberut gitu? Pasti gara-gara si Ezhar itu ya?”.
“Emmm, dari kemarin loh dia susah di hubungi, gue khawatir terjadi sesuatu ke dia” kata Raihana sambil curhat dengan Athalia.
“Emmmmm, dari pada lo mikirin Ezhar terus, mending kita jalan aja yuk”.
“Jalan – jalan kemana Lia?”.
“Itu di tengah kota ada festival, kita kesana aja daripada lo mikirin Ezhar gak penting banget.”
“Yaudah bentar gue mau beres – beres dan make up dulu”.
“Iye gue juga sama, mau mandi terus ganti baju deh”.
Setelah Raihana & Athalia bersiap siap mereka berdua pun memsan taxi online untuk pergi ke tengah kota.
Mereka berdua pun sampai di festival itu, dan mereka bergegas masuk untuk melihat pameran – pameran yang berada di dalam.
Tetapi saat Athalia sedang melihat – lihat sekeliling festival dia pun melihat Ezhar dan seorang cewe yang sedang bermesraan dia pun menyampaikan berita itu ke sahabat-Nya.
“Lah Han itu bukannya Ezhar ya? Ngapain dia disini? Kok dia sama cewek lain? Mesra mesraan lagi” ucap Lia yang terkejut sampai mengeleng – gelengkan kepalanya.
“Mana?” ucap Hana sambil menoleh kesana kemari.
“Itu loh Han!!”.
Raihana pun kaget setelah melihatnya dan menghampiri Ezhar dan selingkuhan-Nya.
“Ezhar??”.
“Kamu ngapain disini?”.
“Harusnya aku yang nanya ngapain kamu ada disini sama cewek itu?” tanya Raihana dengan tegas kepada Ezhar. Ezhar menjawab dengan suara yang tersedak-sedak karena ia takut salah menjawab dan rencana-Nya hancur begitu saja.
“Ka..mu ja..ngan salah paham dulu, dia itu...”.
Cewe itu pun maju yang sebelumnya berada di belakang Ezhar dia memberanikan untuk maju di depan Ezhar untuk berbincang dengan Raihana yang dalam keadaan marah.
“Kenalin gue Lala pacarnya Ezhar”.
“Apa kamu bilang? Pacar? Jadi selama ini kamu ada main di belakang aku?, Kamu juga enggak tau kalo dia udah punya pacar, dasar cewe PHO!!!”.
“Eh Asal kamu tau ya, sebelum dia pacaran sama kamu dia sudah pacaran sama aku” cewe itu menjelaskan semuanya di depan Raihana. Dia pun terkejut setelah mendengar cerita itu.
“Dia itu pacaran sama kamu, cuman mau morotin kamu aja, dia tu cinta-Nya ke gue bukan ke elu” cewe itu semakin memperjelas apa maksud di balik Ezhar yang mempunyai hubungan spesial dengan Raihana.
“APA?? Kenapa lu jahat si Zar, mulai detik ini kita putus.........”.
Raihana dengan nada yang hampir menangis dan meninggalkan mereka semua. Ezhar mencoba mengejar Raihana.
“Han...”.
Tetapi dia di halangi oleh cewe dan sahabatnya Raihana.
“Buat apa kamu ngejar dia lagi ha..??, Kamu tu ga pantes buat Raihana”.
“Cukup Zar lu ngecewaiin Raihana, gw aja kecewa ngeliat kelakuan murahan lo” ujar Athalia dengan nada yang sinis.
Athalia pun pergi untuk menyusul Raihana yang sedang menangis.
“Eeee kacau semuanya”.
“Ya bagus lah”.
“Ini semua gara gara Lo tau ga” ujar Ezhar yang menyalahkan cewe barunya itu.
Disisi rumah Edward mama Edward bertanya tentang pacar-Nya Edward.
“Gimana Dward kamu udah dapat pacar?” Edward pun kaget mendengar itu,
“Ha? Mama ko tanya-Nya begitu terus sih? Edward kan belum siap nikah mah!!!”.
“Lah berati kamu belum nemuin pasangan yang cocok?, kalo gitu kamu sama Bianka aja gimana?”
“Adira, cewe manja itu mah? tanya sinis Edward kepada mamanya.
“Iya....” jawab gugup mamanya Edward.
“Enggak mah Edward ga mau sama dia, lagian kan ini udah zaman modern, udah ga zaman lah di jodohin”, Edward yang menolak tawaran mama-Nya dengan alasan tidak mau di jodohkan.
“Yaudah kalo begitu mama kasih waktu seminggu buat kamu, kalo kamu juga belum punya calon, kamu harus setuju dengan mama!!” jawab Mama-Nya yang kesal karena ditolak tawaran-Nya dan mama-Nya pun meninggalkan Edward di meja makan.
“Ada saja mama ini, udah gausah di dengerin kata mama kamu, dia emang gitu orangnya” nasehat papanya pada Edward.
“Iya pah” sahut Edward dengan menunduk murung.
“tapi gimana caranya gue dapetin cewe dalam waktu satu Minggu? Gue aja kalo ketemu cewe aja cuek” Edward memikirkan dalam hatinya
Disisi rumah Athalia dan Raihana, Raihana pun sampai rumah belum berhenti menangis Athalia masih mencoba membujuk-Nya agar melupakan Ezhar.
“Aduh...udah dong Han nangis-Nya, cowo kaya Ezhar tuh ga pantes buat di tangisin”, Raihana pun menaikan kepalanya kemudian menjawab Athalia.
“Kamu bener juga Lia, buat apa coba buang waktu, air mata aku cuman buat nangisin dia”.
“Nah gitu, kamu harus kuat, lagian di luar sana masih banyak cowok yang lebih baik dari Ezhar”.
“Makasih ya Lia, kamu udah selalu ada buat aku dalam suka mau pun duka”.
“Iya sama-sama aku dah anggep kamu sebagai adik aku sendiri kok, emm.... Yaudah kalo begitu kita istirahat saja yuk, Besok kan hari pertama kamu kerja jadi kamu harus tambil Be-Fresh, kalo kamu nangis terus besok malah dikira panda kamu” ujar Athalia sambil tertawa.
“iii.... Apan si.....” ujar Raihana dengan muka kesal karena di ijek dengan Athalia. Athalia pun tertawa lebih keras.
Setelah mereka berbincang akhirnya mereka berdua pun melanjutkan makan hingga selesai dan habis.
>.<
3
Raihana Masuk Kerja Hari Pertama
Pagi harinya Edward dan Pak Elbert menunggu di ruang kerjanya Edward sambil menunggu sekertaris barunya Edward datang mereka pun melakukan kesibukannya masing-masing.
“Mana pah sekertaris barunya?”
“Sabar dong sebentar lagi juga dia datang”
Raihana pun sampai di kantor dan menuju ruangan Edward,
“Selamat pagi, pak”
“Nah itu dia orangnya”
Edward pun menoleh ke belakang dan menjawab pertanyaan Raihana.
“Selamat Pagi....”
Alangkah terkejutnya Edward setelah melihat Raihan, Edward dan Raihana serentak menjawab,
“Loh kamu???”.
“Loh kalian udah saling kenal?”
“Pah kenapa harus dia si yang jadiseketaris barunya”
“Loh emang kenapa? Dia orangnya baik, pinter lagi”
“Tapi.....”
“Diam kamu!!! Ini udah jadi keputusan papah, nah Han ini anak saya nanti kamu akan bekerja sama dia”
“Emm...iya pak”, Hati Raihana pun bergumam karena mendapatkan boss seperti Edward yang ngeselin itu
“ihhhhh kenapa harus dia sih yang jadi boss aku, nyebelin banget” gumaman Raihana dalam hati kecilnya
Saat Edward sedang bekerja ada cewe yang masuk ke ruangan Edward, cewe itu bernama Bianka cewe yang ingin di jodohkan mamanya ke Edward.
“Hai Dward”
“Maaf anda siapa ya?”
“Ihhh masa kamu lupa sih sama aku, aku tu Bianka Ward”
“Haaaa? Bianka?” dalam hati kecilnya Edward bertanya
“Tapi kok kamu tau alamat kantor aku?”
“Mamah kamu yang ngasih tau, mamah kamu juga suruh aku kesini, emmm Ward sebentar lagi kan udah mau jam istirahat kita makan siang yuk”.
Tiba Tiba Raihana pun masuk ke dalam ruangan Edward yang masih ada di dalamnya Edward dan Bianka, Raihana pun berjalan menuju Edward.
“Permisi Pak ini ada berkas yang harus di tanda tangani”, Edward memanfaatkan Raihana untuk menolak ajakan Bianka
“Kebetulan banget si Hana datang, bisa jadi alasan nih”. Ujar hati kecilnya Edward
“Heh lu ga liat apa kita lagi ngapain!!!? Main nyelonong aja, ganggu banget”
“Maaf saya tidak bermaksud mengganggu kalian”
“Udah udah Ca maaf ya hari ini gue ga bisa deh, soalnya gue ada meeting sama klayen”
“Lah kok gabisa si Ward??”
Edward pun pergi meninggalkan Bianka di ruangannya dan mengajak Raihana untuk ikut ia keluar dari ruangan.
“Ayok Han”
“Loh kok, tapi Pak???”
Edward pun menggandeng tangan Raihana dan meninggalkan Bianka di ruangannya seorang diri.
“ihhhh, ngeselin banget sih, awas aja kamu yah Han” Ujar Bianka dengan wajah kesal dan marah.
Ketika Raihana dan Edward sedang berada di mobil, Raihana bingung kenapa dia harus mengikuti Edward.
“Hari ini kita kan gak ada jadwal meeting pak,”
“Udah diem aja kamu, kita memang gak ada jadwal meeting gue ngelakuin ini supaya gue menghindar dari Bianka”.
“Loh kenapa menghindar? Kan dia pacar bapak?”.
“Dia itu bukan pacar saya, dia itu....lah kenapa gue malah curhat ke lu”.
“Ya gak tau, kan bapak sendiri yang mau cerita”.
Bianka pun menemui temannya di sebuah cafe yang bernama cafe Arion Cafe Resto And Bar.
“Katanya kamu mau jalan sama Edward kok ga jadi?”.
“Edward lagi ada meeting, dia kan orang kantoran maklum lah sibuk”.
“Ooh gitu...”.
Edward dan Raihana Masi berkeliling kota bersama tanpa tujuan karena Edward ingin menghindari Bianka.
“Pak sebenernya kita mau kemana sih?, daritadi loh muter-muter ga jelas”.
“Diem lu, gue itu lagi cari cafe emang kamu ga laper apa?”.
“ihh kok jadi cowok jutek banget Pantesan aja gak ada yang mau sama dia” Raihana hanya bisa ngedumel di dalam hati kecilnya.
Evan pun turun dari lantai atas menuju ruangan Athalia yang sedang duduk di kursi kantor ruangannya.
“Lia kamu liat Hana gak?”.
“Oh si Hana, tadi pagi pergi sama Pak Edward emang kenapa pak?”
“Ooh gapapa, makasih ya Lia”.
“Iya....”.
“Kenapa Pak Evan nyariin Hana ya? Apa dia mau ngajakin Hana makan?” ujar Hati Athalia yang sedang menggumam dan bingung apa yang sedang terjadi
Di pinggir jalan dekat Cafe Senja ada Ezhar yang melihat Raihana dengan cowo dan nampaknya ia terkejut dengan kehadiran Raihana di cafe itu bersama cowo lain.
“Itu bukannya Hana? Kok dia sama cowo?” ujar Ezhar yang terkejut.
Ezhar pun berjalan menuju cafe itu untuk menemui Raihana.
“Han...”.
“Ezhar....”.
“Kamu kemana aja sih, aku nyariin kamu tau gak!! Dan dia siapa? Kenapa kamu sama cowo lain?”.
“Emang kenapa kalo aku sama cowo lain?, Kamu aja bisa sama cewe lain lagian kan kita udah gak ada hubungan apa-apa”.
“Tapi Han aku mau kita balikan lagi, kita mulai semuanya dari awal yah?, Aku janji gak akan ngelakuin itu lagi”.
“Maaf Ezhar aku gak bisa balik lagi ke kamu atas apa yang sudah kamu lakuin ke aku”.
“Please Han....aku mau kita kayak dulu lagi”.
“Eh lu budek apa tuli sih, Hana kan udah bilang dia gak mau balikan lagi sama kamu” ujar Edward yang angkat bicara melihat Raihana di paksa untuk balikan dengan Ezhar.
“Eh lu siapa? Kenapa lu ikut campur urusan gue sama Hana?” ujar Edward sambil memandang matanya Ezhar dengan sinis dan tampangnya yang dingin tertuju ke Ezhar.
“Gue Edward pacar barunya Raihana”
Edward melihat ke arah Raihana, muka Raihana pun mendadak kaget setelah Edward mengucapkan kata-kata itu, dan Ezhar pun Terkejut juga mendengar perkataan Edward.
“Apa????”
“Udah deh mendingan lu pergi dari sini, dan jangan ganggu kita lagi ngerti kamu!!!!”
Edward pun mendorong Ezhar dengan kencang setelah mengatakan hal tersebut. Kemudian Ezhar pun pergi meninggalkan mereka berdua di cafe itu.
“Pak Edward kenapa bilang kalo bapak pacar saya?”
“Jangan geer kamu yah, saya melakukan ini sebagai hutang buat kamu dan kamu harus bayar hutang ini”.
Edward pun juga pergi meninggalkan Raihana di cafe tersebut.
“Apa?? Lain kali kalo mau nolongin yang ikhlas”.
Di sisi lain Evan sedang berbicara sendiri sambil melihat handphone nya yang berisi foto keluarganya.
“Andai Papa sama Mama masih ada, pasti sekarang aku engga sendirian aku udah nyariin mereka kemana-mana tapi belum juga ada hasil, apa aku cari ke kampung yang dulu aja yah? Siapa tau mereka masih tinggal di sana”.
Tiba-tiba ada telpon yang masuk ke hpnya Evan ternyata itu Edward,
“Iya halo Dward ada apa?”.
“Berkas kontarak Pak Axe ada di kamu kan?”.
“Iya Dward ada di aku”.
“Kalo begitu kamu sekalian cek lagi ya”.
“Iya Dward nanti aku cek lagi”.
Setelah percakapan itu, kemudian Evan mematikan telponnya.
Edward yang berada di balkon rumahnya dan sedang termenung, tiba-tiba mamanya datang menghampirinya di balkon.
“Edward...”.
“Iya mah?”.
“Tadi siang Bianka dateng ke kantor kan?”.
“Iya, emang kenapa mah?”.
“Terus kalian jalan bareng ga?”.
“Mah udah, ngapain sih bahas Bianka terus? Edward tuh ga suka sama Bianka!!, Jadi Edward mohon jangan ngomongin Bianka lagi!!!”.
“Mama ga ngomongin Bianka lagi, sebelum kamu memperkenalkan pacar kamu ke mama”.
“Edward bakal ngenalin pacar Edward ke mama kok, lagian ngapain sih mama nyuruh Edward cepat-cepat nikah?”.
“Edward mama kan udah mulai tua, mama udah mau nimang cucu dari kamu, makanya mama pengen kamu cepat nikah”.
Disisi rumah Athalia dan Raihana, Athalia pun sambil makan malam bertanya kepada Raihana masalah yang di kantor itu.
“Han tadi kamu di bawa kemana sama Pak Edward?, Beruntung banget loh kamu di ajak makan siang sama Pak Edward”.
“Eeeeee, tadi siang aku diajak Pak Edward itu juga karena ingin menghindar dari Bianka”.
“Bianka?? Siapa itu Bianka?? Selama aku kerja gak pernah ada tuh nama Bianka”.
“Aku juga ga tau Bianka itu siapa, dan sepertinya Pak Edward kek menghindar gitu dari Bianka, Ah udah lah ga penting juga kan Bianka itu siapanya Pak Edward”.
Mereka pun melanjutkan makan hingga selesai dan tidak membahas masalah itu lagi, Kemudian Raihana pun menelpon ibunya yang di kampung.
“Assalamualaikum buk”.
“Wa’alaikumsalam nak”.
“Bagaimana buk kabarnya?”.
“Alhamdulillah nak ibu sehat, kamu gimana kabarnya disana?”.
“Alhamdulillah Hana juga baik buk, Hana juga udah punya pekerjaan disini, oh ya buk Dinda ga nakal kan buk ga ngerepotin ibu?”.
“Hehehehe, iya enggak lah dia sering bantuin ibu beres-beres rumah kok”.
“Syukurlah ibu enggak direpotin Dinda, emmm yaudah Bu Hana tutup dulu telponnya ibu istirahat, Assalamualaikum”.
Dinda pun menyambung obrolan dengan ibunya tentang permasalahan yang mereka alami dan tidak mau berbagi dengan Raihana. Padahal ibunya sedang mengalami sakit yang parah, tetapi sampai saat ini Raihana tidak mengetahui kejadian itu.
“Bu kenapa ibu ga bilang sama Kak Hana kalo ibu lagi sakit”.
“Kalo ibu bilang ke Kakak kamu nanti malah dia jadi khawatir sama ibu, kakak kamu kan baru aja dapet pekerjaan, ga baiklah kalo dia udah ngambil cuti”.
Dinda hanya bias terdiam setelah ibunya menjelaskan semua kepada dirinya.
>.<
4
Menjadi Pacar Sewaan
Pagi hari Raihana di panggil ke ruangannya Edward untuk menawarkan sebuah pekerjaan tambahan kepadanya, sebagai pacar bayarannya Edward.
“Selamat Pagi Pak, apa bapak memanggil saya?”.
“Iya, duduk disitu” Dia pun berjalan menuju mejanya untuk berbincang dengan Raihana.
Raihana pun berjalan perlahan-lahan menuju kursi yang ada di ruangan Edward.
“Eee, ada apa yah pak?” tanya Raihana pada Edward.
“Saya ingin menawarkan sebuah pekerjaan tambahan buat kamu, apa kamu mau?” jawab Edward yang menawarkan pekerjaan untuknya.
“Pekerjaan tambahan? Apa itu pak?” tanya lagi pada Edward.
“Kerjanya gampang ko, kamu jadi pacar bayaran saya” jelas Edward yang memberi tahukan pekerjaannya
“Apa jadi pacaran bapak?, enggak pak maaf gak bisa, emang bapak fikir saya cewe murahan?” ujar Raihana yang menolak pekerjaan tersebut.
“Saya harap kamu masih inget deng hutang kamu” ujar Edward yang mengingatkan hutangnya yang belum terbayarkan.
“Sasa…saya akan melunasi hutang saya kok pak, tapi dengan cara lain” jawab Raihana dengan gugup.
“Yakin kamu gal mau?, bayarannya lumayan loh 2x lipat dari gaji kamu” tawar Edward yang mengiming imingi uang kepadanya.
“Tapi…..”.
Telpon Raihana pun berbunyi saat berbincang dengan Edward yakni dari adiknya, ia pun meminta izin sebentar untuk mengangkat telepon itu.
“Halo bu…”.
“Halo kak, ini Dinda”.
“Dinda? Ada apa dek? Ibu mana?”.
“Ibu kak”.
“Ibu kenapa?”.
“Ibu jatuh pingsan dan sekarang ada di rumah sakit”.
“APA???, yasudah kakak kesana sekarang”.
Raihan pun kaget mendengar ibunya pingsan dan berada di rumah sakit, Edward pun berdiri dan menghampiri Raihana yang tadi berbincang dengan adiknya dengan suara yang agak keras, dan Edwar mendengarnya.
“Ada apa? Siapa yang sakit?”.
“Ibu aku, lagi di rawat dirumah sakit”.
“ Yasudah, kita kerumah sakit sekaraang”.
Mereka pun bergegas keluar kantor dan pergi ke rumah sakit, karena jarak dari kantor kerumah sakit agak lumayan jauh, jadi mereka segera pergi. Kemudian mereka sampai di rumah sakit mereka bergegas ke Receptionist untuk menanyakn dimana kamar ibunya Raihana.
“Dinda??”.
“Kakak…”.
“Ibu mana dek?”.
“Ibu ada di dalam ruangan kak” ujar Dinda sambil terseguk-seguk menangis.
Raihana pun masuk keruangan tempat ibunya dirawat, disitu berada dokter yang sedang berdiri memeriksa ibunya.
“Dokter, gimana keaadan ibu saya?”.
“Kondisi beliau semangkin memburuk, penyakitnya juga semngkin parah” ujar dokter menjelasakn dengan detail penyakit yang di derita ibunya Raihana.
“Dok, saya mohon lakukan yang terbaik buat ibu saya dok”.
“Jalan satu-satunya, ibu kamu harus di operasi”.
“Ha….? Operasi dok?” ujar Raihana yang kaget
“Iya…..”.
“Iii…iya sudah dok pokoknya lakuin yang terbaik saja untuk ibu saya”.
“Baik, silahkan ke receptionist urus administrasinya”.
Raihana pun terdiam sejenak sambil melihat ke arah ibunya, kemudian ia mninggalkan ibunya di ruangan, karena ingin mengurus administrasi untuk ibunya, di depan pintu adenya mencegah dirinya dan bertanya.
“Kak emang kakak punya uang buat bayar operasi ibu?”.
“Udah kamu gak usah mikirin uangnya, biar kakak aja yang cari cara supaya kita bisa membayar operasinya ibu”.
Lagi-lagi Edward mendengar obrolan Dinda dan Raihana, kemudian Edward menawarkan diri untuk membantu membayarkan biaya operasi ibunya Raihana.
“Saya bisa membantu kamu, tapi dengan satu syarat…”.
“Makasih pak atas tawarannya, tapi saya tidak bisa menerima tawaran bapak” ujar Raihana dengan tegas.
“Udah kak terima aja” ujar Dinda yang memberi saran kepada kakaknya.
“Tapi dek….?”.
“Demi ibu kak…..”.
“Emmmm, baiklah saya menerima tawaran bapak”.
“Ummmm….bagus”.
“Kalo begitu apa syaratnya pak?”.
“Syaratnya yang tadi kita bicarakan di kantor, gimana deal….?”.
“Emmm….demi ibu saya, saya terima persyaratan bapak”.
“Nah gitu kek dari tadi, yaudah sekarang kamu ikut saya ke Receptionist”.
Siang hari pun tiba, bianka dan temannya sedang berbincang di sebuah restaurant Coffee Late, mereka sedang membahas Edward yang menolak teleponnya Adira, kemudian ia pun terlihat kesal karena telponnya di tolak Edward.
“Kenapa muka kamu, mukanya kesel banget ada masalh lu?”.
“Gimana gue ga kesel coba, daritadi gw telponin Edward tapi di tolak terus”.
“Ya mungkin aja dia lagi ada kerjaan penting, udah deh daripada lu kesel mending kita shopping aja”.
Suasana di kantor yang henting karena tidak ada Edwrad dan Raihana di kantornya hanya tertinggal Evan dan Athalia aja di kantor.
“Lia, kamu ngeliat Edward ga?, daritadi kok dia ga kelihatan ya?”.
“Edward lagi nemenin Raihana ke rumah sakit pak”.
“Haaa….? Emang Hana sakit apa?”.
“Bukan Hana pak tapi….ibunya Hana”.
“Kamu tau ga rumah sakit mana?”.
“Eeeeee…..kalo itu saya ga tau pak”.
Keadaan di rumah sakit sedang hening, Raihana sedang merenungkan dan menghadap ke jendela rumah sakit, dan Edward pun menghampiri Dinda yang sedang duduk, Edward pun menawarkan manakan ke Dinda yang sedang terdiam.
“Makasih kak” ujar Dinda berterima kasih ke Edward.
“Iya, Sama-sama” jawab Edward dengan ramah pada Dinda.
Edward pun memanggil Raihana yang terus berdiri di depan jendela rumah sakit, kemudian Edward menawarkan duduk dan makanan di sebelahnya.
“Eh lu ga cape apa berdiri terus, sini duduk gw bawaiin air buat lu” tanya Edward yang bangkit berdiri menghampiri Raihana.
“Dari sikapnya yang keras kepala, ternyata baik juga” gumaman suara hati Raihana.
“Enggak usah, makasih” ujar Raihana dengan sinis.
“Yaudah, kalo gak mau” jawab sinis Edward.
Raihana, Dinda, dan Edward sedang menunggu berlangsungnya operasi hingga selesai, sekian lama menunggu dokter pun keluar dari ruang operasi.
“Dokter, gimana operasinya?”.
“Operasinya berjalan dengan lancar, kami tinggal memindahkan pasien ke ruangan”.
“Alhamdulilah….”.
“Saya permisi dulu” ujar Dokter dengan ramah dan pergi menjauh dari mereka semua.
Raihana pun menghampiri Edward yang berdiri di dekat ointu ruang operasi dan Raihana pun memeluk Edward dengan erat dan mulai berbicara dengan Edward.
“Makasih pak, berkat bapak ibu saya bias di operasi “ ujar Raihana berterima kasih kepada Edward.
“Haaa…kenapa gw ngerasa nyaman banget di peluk lu Han” gumaman hati kecilnya Edward.
Mereka pun berpelukan hingga agak lama, sampai-sampai Dinda pun melihat mereka yang sedang berpelukan di depan ruang operasi.
“Ehem.....hargai yang jomblo” ujar Dinda yang menggoda kakaknya.
“Eh maaf pak saya enggak sengaja” gumam Raihana dengan wajah yang memerah kaya tomat.
Edward hanya terdiam setelah Raihana meminta maaf kepada dirinya, kemudian Edward pun pergi meninggalkan Raihana di depan ruang operasi tanpa berpamitan.
“Kak pipinya merah tuh” canda Dinda pada kakanya.
“Adek!!! Apan si…..” ujar Raihana yang kesal karena digoda terus.
“Hehehehe…..” tawa Raihana dengan wajah yang masih memerah.
Edward pun pergi ke taman rumah sakit dan merenungkan hatinya karena kejadian tadi, Raihana yang memeluk dirinya dan berterima kasih.
“Ini gw kenapa? Ko baper kaya gini?” batin Edward yang ada di taman.
Kemudian handphone Edward pun bordering.
“Ehem, halo…..”.
“Ward lu dimana? Katanya lu lagi di rumah sakit sama Hana”.
“Iya ini gw lagi di rumah sakit, ada apa?”.
“Bagaimana keadaan ibunya Hana? Apa beliau baik-baik saja?”.
“Kenapa lu khawatir gitu? Nyokapnya Hana udah baik-baik aja kok, yaudah gw tutup dulu telponnya”.
Mereka mengakhiri percakapan mereka dan Evan pun baru sadar kenapa dia khawatir sama ibunya Raihana yang sedang di rawat di rumah sakit. Evan pun lega mendengar ibunya Hana sudah membaik keadaanya.
Malam pun tiba waktunya Raihana menjaga ibunya di rumah sakit, ia sampai tertidur sambil menunggu ibunya sadar, tak lama kemudian ibunya pun sadar dan menoleh ke arah Raihana.
“Ibu….”.
“Hana….kamu disini?”.
“Ibu kenapa ga bilang sih ke Hana, kalau ibu lagi sakit”.
“Ibu gak mau bikin kamu khawatir”.
Tak lama kemudian Edward pun masuk ke ruang rawat ibunya Hana dan menghampiri mereka berdua, dan Raihana pun kaget melihat Edward masuk keruang rawat ibunya.
“Loh pak Edward?? Masih ada di sini?”.
“Dia siapa nak?” tanya ibunya Raihana.
“Dia boss aku bu, namanya Pak Edward dia juga yang membayar operasi ibu” ujar Raihana memperkenalkan Edward kepada ibunya.
“Apa….? yaampun makasih yah nak Edward….ibu jadi ngerepotin kamu yah….?”.
“Enggak ko buk Edward enggak merasa direpotkan sama ibu, oh yah Han kalo kamu mau ngambil cuti gapapa kok”.
“Iyah pak makasih”.
“Kalau begitu saya pamit dulu” ujar Edward dengan perkatan yang dingin.
Ibunya Raihana pun memuji Edward, dengan alasan dia membantunya membayar rumah sakit.
“Boss kamu baik yah, ganteng lagi”.
“Haa….? Kata siapa? Dia itu bu nyebelin banget tau ga!!”.
“Hehehehe….oh ya? Ibu belum melihat adik kamu, dimana dia?”.
“Lagi di wc dia”.
Athlia pun duduk di meja riasnya sambil merenungkan sepinya rumah karena tidak ada Raihana, dia pun mau ngapa-ngapain pun males.
“Tok tok tok, tok tok tok….” suara pintu yang di ketuk dengan kencang.
“Kaya ada yang ngetuk pintu, siapa ya…?” gumam Athalia yang bengong sejenak.
Athalia pun keluar kamar dan melihat ke luar siapa yang mengetuk pintunya, ternyata Bianka dan temannya dating kerumah Athlia dan Raihana.
“Lu yakin dia tinggal di disini?”.
“Iya gw yakin banget dia tinggal disini”.
“Plak….” pintu pun dibuka Athalia.
“Iya ada apa ya?” tanya Athalia dengan ramah.
“Eh mana Hana?, gw mau ngomong sama dia” jawab Adira dan Arisa yang meninggikan suaranya.
“Kalian ini siapa?, datang-datang ko marah-marah ke rumah saya?” tanya sinis Athalia pada mereka berdua.
“Jadi ini rumah lu?” Adira pun Terkejut mendengar perkatan Athalia.
“Arisa, gimana si lu ini katanya rumah Hana?” bisik Adira pada sahabatnya itu.
“Iiya…gw gatau, setau gw dia disini”.
“Hana memang tinggal disini, tapi dia lagi pulang kampung” ujar Athalia yang menjelaskan kebenarannya.
“Eh denger ya!!, tolong bilangin ke Hana suruh dia jangan deketin Edward!!!” jelas Adira dengan sinis pada Athalia.
“Lho kenapa? Emang mbaknya siapanya Pak Edward?” ujar Athlia dengan muka kaget
“Gw Adira, calon pacarnya Pak Edward”.
“Ooo…..jadi ini yang namanya Adira?” ujar Athalia dengan mengingat-ingat perkataan Raihana saat berbicara di meja makan saat itu.
“Iya-iya, nanti gw sampein ke Hana” ujar Athalia dengan sopan kepada mereka.
>.<
5
Edward yang dijodohkan Mamanya
Suatu malam yang gelap mobil pun mulai sepi lalu lalang, kemudian Edward pun mengendarai mobilnya dengan perlahan lahan menuju kerumahnya. Sesampainya Edward di rumah kemudian ia memarkirkan mobilnya di garasi, lalu masuk kerumah dan melihat mamanya sedang duduk di depan televisi ruang keluarga sambil mennunggu Edward pulang ke rumah, mamanya pun bertanya kepada Edward.
“Habis darimana kamu?, kenapa kamu baru pulang jam segini?”.
“Ada pekerjaan penting mah, jadi Edward lembur”.
“Ada pekerjaan penting apa emang, sampai kamu enggak jawab telpon dari Bianka?”.
“Edward cape mah, mau istirahat”.
Edward pun pergi meninggalkan mamanya ke kamar, Edward pun berjalan menuju kamarnya, karena Edward malas dengan topik pembicaraan yang mamanya bahas tentang Bianka. Mamanya pun tidak terima dengan penolakan topik pembicaraan darinya.
“Mama belum selesai ngomong Ward” ujar mamanya Edward sambil berdiri mencegah Edward yang mau masuk ke kamarnya. Tetapi Edward tidak memperdulikannya, Edward pun masuk ke dalam kamarnya dan mengunci pintu kamarnya.
1 minggu kemudian setelah masa liburan berakhir Raihana pun berpamitan kepada ibu dan adiknya untuk kembali ke kota untuk bekerja kembali.
“Raihana berangkat dulu yah bu, kalo ada apa-apa hubungin Hana aja ya”.
“Iya nak, kamu hati-hati dijalan yah, kalo udah sampai kabarin ibu”.
“iya bu….” ujar Raihana dengan dengan sopan.
“Dek kamu jaga ibu ya selama kakak pergi, jangan ngerepotin ibu”.
“Iya, siap kak….tenang aja serhin semuanya sama Dinda”.
“Yaudah bu Hana berangkat dulu, Assalamualaikum…”.
“Wa’alaikumsalam, hati hati ya Han”.
Raihana pun pergi berjalan menuju mobil jemputanya setelah berpamitan dengan ibu dan adiknya. Disisi lain rumah Edward ibunya pun membahas soal pacar yang Edward katakan 1 minggu yang lalu.
“Edward, ini kan udah 1 minggu lebih katanya kamu mau ngenalin pacar kamu ke mama”.
“Oh iya yah ini kan udah satu minggu lebih, Hana masih ada di kampung lagi, seharusnya tadi malem dia udah balik” ujar Edward dalam hati dan memikirkan bagaimana menjawab pertanyaan mamanya.
“Iiya mah, nanti Edward kenalin pacar Edward ke mama”.
“Okey…mama tunggu”.
Mamanya Edward pun melanjutkan perbincangan soal perjodohan Edward dengan suaminya, papanya Edward pun angkat bicara tentang perjodohan Edward, mungkin ia tidak setuju Edward menikah dengan Bianka.
“Kalian ini enggak pusing apa?, masih bahas iu terus papa yang denger aja pusing”.
“Kalo itu jangan tanya lagi pah”.
“Mama ngelakuin ini kan demi masa depan Edward anak mama”.
“Edward juga anak papa, lagian kan dia masi punya banyak temen….”.
“Daripada gw disini mendengar keributan mereka mending gw ke kamar ajalah” ujar Edward dalam hati.
Edward pun meninggalkan mereka berdua yang sedang adu argumen tentang Edward. Edward pun terhening di kamarnya sambil melihat kearah jendela dan merenungkan tentang Raihana yang pulang ke kampong.
“Raihana udah pulang ke sini belum yah?” ujar Edward yang sedang bersedih soal perjodohannya yang di bicarakan mamanya terus.
“Eummm…kira-kira Hana udah kesini enggak yah, coba aku telepon aja” ujar Edward sambil mengambil Handphonenya di ranjang.
Tuttt….Tutttt…..Tutttt….
“Iya halo pak Edward, ada apa?”.
“Pak Edward, Pak Edward udah berapa kali saya bilang kalo di luar kantor jangan pake Pak Edward, emang saya bapak kamu apa?”.
“Ii….iya maaf Pak Edward, eh eee Edward. Emm….tumben kamu telepon saya ada apa?”.
“Lagi dimana kamu?”.
“saya lagi di perjalanan ke Kota Jakarta, ada apa emang?”.
“Baguslah kalo kamu udah maau kesini, soalnya saya perlu bantuan kamu”.
“Bantuan apa ya?”.
“Kamu masih ingat kan? Perjanjian kita waktu itu?”.
“Eeee…iya saya masih ingat”.
“Mama saya ingin bertemu dengan kamu nanti malam”.
“Aaaaa…apa? Nanti malam?”.
“Iya nanti saya jemput kamu, oke?”.
Edward pun mematikan telponnya kemudian Raihana pun dengan nada yang kesal setelah Edward mengajaknya makan malam bersama mama dan papanya Edward.
“Ihhhh… dasar bos nyebelin untung aja dia bos aku kalo bukan eeeehh” ujar aku yang kesal mendengar Edward meminta bantuan dengan memaksa.
Raihana pun melanjutkan perjalanan ke tempat tinggalnya di Jakarta dengan ojek online. Disisi lain Athalia pun menunggu kepulangan Raihana dari kampung. Sesampainya Raihana di rumah Athalia pun menyambutnya dengan sukacita dan gembira.
“Hana……”.
“Liaa…….” Raihana pun menghampiri Athalia dan memeluk dengan erat punggungnya Athalia.
“Gimana ibu kamu” ujar Athalia menanyakan kabar ibunya Raihana.
“Alhamdulilah ibu aku dah sembuh sekarang” aku pun menjelaskan kabar ibu kepada Athalia.
“Yaudah masuk yuk…”.
“Makasih ya pak” Raihana pun berterima kasih kepada tukang ojol yang mengantarku sampai kerumah Athalia dengan selamat.
Kemudian Raihana dan Athalia masuk ke dalam rumah dan membereskan barang-barang yang Hana bawa dari kampung. Athalia pun menceritakan kalau Bianka dan temannya dating ke rumah satu minggu yang lalu.
“Oh ya Han aku lupa bilang ke kamu”.
“Apa…?”.
“Satu minggu yang lalu Bianka sama temennya datang kerumah”.
“Haahh….?, terus merka ngapain?”.
“Mereka dating kesini nyariin kamu, terus Bianka bilang ke aku katanya kamu jangan deketin Pak Edward lagi”.
“Haahh? Dia bilang gitu? Tapi kan aku enggak deketin Pak Edward”
“Yang sabar ya Han, yasudah aku siapin makan malam dulu yah”.
“Iya….”.
Setelah Athalia seelesai menyiapkan makan dan Raihana yang sedang membersihkan diri mereka pun menyantap makanan yang disiapkan Athalia di ruang makan, tak lama kemudian ada yang mengetuk pintu rumah mereka, dan spontan mereka pun terkejut mendengar suara ketukan pintunya yang lumayan kencang.
Toktoktok…..toktoktok…..toktoktok……
Edward pun mengetuk pintu dengan lama hingga dibukakan oleh Raihana.
“Biar gw aja yang buka ya….” ujar Athalia.
“Iya…..” jawab Raihana yang sedang berada di ruang makan.
Athalia pun bangun dari tempat makannya dan menuju pintu untuk membukakan pintunya dan melihat siapa yang datang.
“Loh…Pak Edward…..? Ayo Pak silahkan masuk…..” ujar Athalia yang mempersilahkan Edward masuk ke dalam rumah.
“Ha….” Raihana pun terkejut mendengar suara Edward di luar.
“Mana Hana…? tolong bilang ke dia saya ga punya banyak waktu lagi” ujar Edward yang menyuruh Athalia untuk memanggil Raihana di dalam.
“Iiiya…saya panggilkan Hana dulu, sebentar” Athalia pun masuk dan memanggil Raihana.
“Han kamu ditunggu Pak Edward di luar”.
“Iiyaa…” Raihana pun keluar menghampiri Edward.
“Iiyaa…ada apa ya pak? Eh maaf Edward”.
“Ayo buruan….”.
“Taaa…..tapi kita mau kemana?”.
“Kerumah….mama ngundang kamu buat makan malam…”.
“Emmmm….makan malam? Dirumah kamu? Ee iya udah saya ganti baju dulu…”.
“Buruan waktu kamu hanya 5 menit”.
Aku pun bergegas masuk dan mengganti dengan gaun yang indah sambil di temanin Athalia memilih-milih baju dikamar, tidak lama kemudian Raihana pun keluar dari dalam rumah. Edward pun menoleh kearah pintu dan melihat Raihan yang sedang keluar dari pintu rumah,
“Lama banget sih…ayo buruan….”.
“Iya iya….” Raihana pun kesal karena dibilang lama saat mengganti baju.
“Edward jemput Hana? Ada apa ya…? Akhir-akhir ini Edward deket banget sama Raihana, apa mereka punya hubungan…?” ujar Evan yang bingung melihat Edward menjemput Raihana.
Evan pun mengikuti mobil Edward dari belakang Evan merasa tau jalan ini menuju rumahnya Edward.
“Loh ini kan jalan menuju rumahnya Edward” ujar Evan sambil menebak-nebak perasaannya.
“Woww besar banget rumahnya Pak Edward” aku pun terkejut betapa besarnya rumah Edward, aku pun sambil melihat sekeliling rumah Edward.
“Ayo masuk….”.
Edward pun mempersilahkan masuk dan ia masuk duluan, ia pu menaiki tangga rumahnya dan meninggalkan Raihana di parkiran, kemudian Raihana pun naik menyusul Edward yang sudah jalan duluan. Evan pun berjalan ke rumahnya Edward juga.
“Mah, Pah kenalin pacar Edward namanya Raihana”.
“Hai om, hai tante…” aku pun tersenyum sambil menyapa mereka.
“Kalian berdua pacaran?” ujar papanya Edward.
“Lah emang papa kenal sama cewe itu?” ujar mamanya Edward.
“Kenal lah dia kan sekertaris baru di kantor kita mah….” jelas papanya yang menjelaskan semuanya.
“Apa…..? dia seketaris baru kantor kita?” mamanya Edward pun terkejut mendengar kalo cewe itu sekertaris baru di kantor.
“Iya, emang kenapa mah? Dia anaknya baik kok….”.
“Tapi dilihat-lihat cantik juga cewenya Edward, enggak malu-maluin banget lah kalo dia jadi mantu keluarga ini ” gumaman mamanya Edward dalam hati.
“Yaudah silahkan duduk, kita makan malam bareng” mamanya Edward pun mempersilahkan duduk untuk makan malam.
Disis lain Evan pun kepo, ia mengintip dari jendela ruang makan dia masuk dari halaman belakang rumah Edward.
“Aaa….apaa Hana sam Edward mereka pacaran? Yah kalah cepet dong gue sama Edward” dengan perasaan yang hancur melihat Raihana dan Edward pacaran.
Tiba-tiba Adira pun datang kerumahnya Edward dan melihat Evan yang sedang berdiri dari jendela ruang makannya Edward. Bianka pun menghampiri Evan dan bertanya kenapa dia hanya mengintip dari jendela saja.
“Hoi Evan, ngapain kamu disitu…?”.
“Gugu….gue, emmm gue lagi cari sesuatu disitu” Evan pun mencari alasan.
“Oh…yaudah bodo amatlah” Bianka pun masuk ke rumahnya Edward.
“Bianka….” ujar mamanya Edward sambil menghampiri Bianka.
“Tante…apa kabar? Adira bawaiin makanan kesukaan tante nih…”.
“Wahh….makasih ya, tau aja tante lagi mau makan Takoyaki yaudsh ayo masuk….”.
Mereka berdua pun masuk ke dalam rumah setelah berbincang bincang di luar, tetapi Bianka tidak mengetauhui kalo ada Raihana di rumah Edward yang di undang mamanya Edwa rd untuk makan malam.
“Hemmmm, itu kan cewe kampung itu…ngapain dia disini” ujar Adira dalam hati.
“Emmm tante, dia siapa ya?”.
“Oh iya dia Hana pacarnya Edward”.
“Haaa? Pacarnya Edward? Mereka udah jadian? Kurang ajar awas aja kamu ya Han, kamu udah ngerebut Edward dari aku…kamu harus terima semua akibatnya” ujar Adira yang dendam dengan Raihana.
Evan hanya duduk di tangga depan rumahnya Edward sambil bergumam “ihhh….banyak banget nyamuknya daripada disini mending masuk aja” Evan pun masuk ke dalam rumah Edward.
“Tan, ko tante mau sih punya calon mantu kampungan kaya dia?”.
“Sebenernya juga tante juga gamau punya mantu kampungan kaya dia, tapi apa boleh buat itu kan pilihan Edward, kalo pilihan tante jelas berkelas lah kaya kamu….”.
“Mamanya Edward ko bilang gitu sih” Raihana pun merasa sedih mendengar omongan mamanya Edward yang sedang berbicara ke Bianka.
Edward pun merasa marah karena Raihana di jelek-jelekan mamanya di depan Bianka, kemudian Edward menghampiri mamanya untuk menegur perkataannya, Evan hanya bisa kasihan dengan Raihana dari jarak jauh dan tidak bisa ikut campur dengan urusan keluarga Edward.
“Ma…mama kok ngomong gitu sih….kamu juga Bianka enggak seharusnya kamu bilang begitu ke Hana” ujar Edward yang menegur mamanya dan Bianka.
“Ward ko kamu malah belain dia sih…?”
“Iya….tau bukannya belaiin mama kamu, malah belain cewe kampung itu…” Bianka pun ikut membela mamanya Edward dan dirinya yang tidak mau di salahkan
“Udah Ward kamu jangan marahin mamamu……ini salah aku, eeee….tante maafin Hana ya….gara-gara Hana tante jadi bertengkar sama Pak Edward” aku pun meminta maaf sama mamanya Edward.
“Udah deh ya…, mending sekarang lu pergi dari sini bikin masalah aja…..”
“Heh….lu siapa ngusir-ngusir tamu gue ha…..?” Edward pun marah dengan Bianka karena ia lancang mengusir tamunya Edward
“Udah Ward cukup…..Aku bakalan pergi dari sini….” aku pun mencoba melerai pertengkaran ini
“Biar aku anter ya….” Ujar Edward yang menawarkan untuk menghantarnya pulang
“Ga usah….saya bisa sendiri kok” aku pun menolak tumpangan dari Edward
“Yaudah, biar Evan aja yang nganter kamu” Edward pun mengutus Evan untuk mengantarRaihana
“Emmm…..saya pamit dulu tante” aku pun meninggalakan rumah Edward dan kembali pulang.
Aku pun di hantar pulang oleh Evan, karena aku tidak enak melihat keributan di rumah Edward yang disebabkan oleh Bianka.
“Eeeee…kalo gitu Bianka juga mau pulang dulu ya tante….”
“Oh iya….” Ujar mamanya Edward
“Ward kamu hantar Bianka pulang ya….inikan udah malam, takutnya ada apa-apa di jalan” ujar mamanya Edward kepada Edward.
“Bodo amat….” Edward pun tidak peduli dengan Bianka dan lari masuk ke kamarnya.
“Edward……”.
“Ihhhhh….” Bianka pun kesal karena Edward menolak permintaan mamanya untuk menghantar pulang dirinya
“Maafin Edward ya Dir…” ujar mamanya Edward yang memohon maaf atas tingkah laku anaknya.
“Iya gapapa kok tante”.
Evan pun mencoba mengajak ngobrol Raihana yang sedang sedih dan kepikiran denan omongan mamanya Edward.
“Kamu pasti sedih banget ya, sama omongan mamanya Edward?” tanya Evan padanya yang terlihat sekali wajah sedihnya.
“Hah…..? eee….enggak kok” jawab gugup Raihana.
“Udah jangan diambil hati…mamanya Edward memang begitu….kalo ngomong nyakitin hati…” Evan pun menjelaskan karekteristik mamanya Edward.
“Iya makasih Pak Evan…..”.
“Eh jangan manggil pak dong kita kan cuman beda 2 tahun…..panggil saya Evan saja”.
“Emmm…iya….ngomong-ngomong ibu kamu udah sembuh….?” tanya Evan pada Raihana tentang ibunya Hana.
“Udah kok…”.
“Syukurlah….maaf ya enggak sempet jenguk ibu kamu…”.
“Iya enggak papa kok”.
“Ihhhhh….Hana kok Jwab gitu doing si….kebiasaan deh….dicuekin cewe” gumaman evan dalam hati.
Sesampainya di rumah Athalia pun melihat Raihana dari jendela, Athalia sepertinya kesal melihat Raihana di hantar Evan pulang.
“Hana kok pulang sama Pak Evan? Tadikan dia berangkat sama Pak Edward….?” Athalia pun menunggu Raihana di dalam kamar.
“Makasih ya Van….eeee, mau mampir dulu enggak?”.
“Iya….sama-sama, gausah aku duluan aja”.
“Oh iya, hati-hati….”.
Evan pun naik ke mobil dan pergi meninggalkan halaman rumah Raihana, kemudian Raihana masuk ke dalam rumah, dan melihat Athalia yang belum tidur, dengan muka yang sinis.
“Loh kamu belum Tidur Lia….?”.
“Belum…..kamu kok pulang sama Pak Evan? Kan kamu berangkat sama Pak Edward?”.
“Tadi ada masalah disana jadi Edward nyuruh aku pulang sama Evan” jelas Raihana takutnya ada salah paham di antara mereka.
“Oh gitu…..”.
“Keenapa emang? Kamu cemburu ya….?” tanya Raihana yang menggoda Athalia yang kelihatan marah.
“Ya iyalah gue cemburu…ehhhh” athalia pun keceplosan soal perasaan dia yang sebenernya.
“Haa…? Kamu suka sama Evan?”.
“Eeee… enggak kok, salah denger kamu udah ah aku mau tidur”.
Athalia pun tidur meninggalkan Raihana karena Athalia malu salah ngomong di depan Raihana. Disisi lain rumah Adira, Adira pun menceritakan kejadian yang di rumah Edward kepada temannya.
“Apa….? Mereka udah jadian?, berani banget tu cewe ngerbut Edward dari lu, kita harus beri dia pelajaran”.
“Liat aja Han, gue bakal bikin lu nyesel” ujar Adira dengan muka dan hati yang dendam dengan Raihana.
>.<
6
Perdebatan Antara Raihana dan Edward
Di pagi harinya dengan suasana yang sejuk Raihana kembali melakukan aktivitasnya untuk pergi ke kantor sendiri. Raihana pun membuka pintu untuk keluar rumah, tiba-tiba Edward sudah berada di depan pintu rumah Raihana, kemudian Ia pun terkejut melihat Edward.
“Loh kamu….?”.
“Han aku mau minta maaf soal perkataan mama aku ke kamu tadi malam”.
“Iiiya gapapa kok” ujar Raihana sambil tersenyum
Tak lama kemudian Athalia pun keluar dari rumah dan menghampiri Raihana dan Edward yang sedang berbincang di halaman rumah.
“Loh Pak Edward?, tumben pagi-pagi kesini?”.
“Kalian mau berangkat ke kantor ya?”.
“Iya pak” ujar Athalia dengan bersemangat.
“Yaudah kalo begitu bareng saya aja….”.
“Eeeeee….gausah, kamu berangkat sendiri aja, ayo Lia”, aku pun menolak ajakan dari Edward Karena aku masih sedikit kesal dengannya.
“Eeeee, Tapi…..”.
“Kalo kamu mau berangkat sama dia gapapa kok”.
“Eeee iya, maaf ya Pak Edward” ujar Athalia dan kemudian pergi menghampiri Raihana yang sudah jalan duluan.
“Hmmm”.
Mendengar penolakan dari Raihana, Edward pun merasa sedih dan pergi sendirian ke kantor, disisi lain Raihana dan Athalia pergi ke kantor menaiki motor sambil berbincang.
“Han, kok kamu nolak tawaran Pak Edward. Kan aku pengen nyoba ngerasain naik mobil bagus”.
“Tadi kan aku udah nawarin kamu, kamu malah berangkat bareng aku”.
“Biar kamu ada temennya lah, biar kamu enggak pergi sendiri”.
“Alasan….” ujar Raihana dengan sinis.
Dirumahnya Bianka, mereka sedang berbincang mengenai cara untuk menyikiri Raihana supaya tidak bisa bersama Edward lagi.
“Gimana ca kamu udah punya rencana?”.
“Sejauh ini sih belum ada rencana di otak gue, lu ada rencana ga?”.
“Hmmmm….coba gue piker dulu, nah aku punya ide”.
“Gimana….?”.
“Gini……..” Arisa pun member tahu rencananya.
Kemudian mereka berdua pun pergi ke kantornya Edward.
“Doain gue ya”.
“Siap….semoga berhasil”.
Kemudian Bianka pun masuk keruangan Edward dan menyapa Edward dengan genit.
“Hai Edward…”.
“Ngapain lu kesini…? Apa lu si suruh mama gue lagi..?”.
“Enggak kok aku mau main aja kok kesini ketemu kamu, emang enggak boleh?”.
“Enggak…”.
Tidak lama kemudian Evan masuk keruangan Edward untuk memberikan informasi tentang klayen.
“Ward semuanya udah menunggu kamu di ruang meeting”.
“Iyah ayok…”.
Kemudian Edward pun pergi meninggalkan Bianka ke Ruangan Meeting.
“Yes, ini kesempatan gue…”.
Bianka pun menjalankan aksinya di ruangan Edward. Ketika Edward Sampai di ruangan meeting dia baru ingat kalo ia melupakan berkas.
“Astaga gue lupa bawa berkasnya, Han tolong kamu ambil berkasnya ya di meja saya” Edward pun menyuruh Raihana ke ruangannya untuk mengambil berkasnya.
“Iya pak…” Raihana pun menuruti perintah yang disuruh Edward.
Raihana pun keluar dari ruangan meeting dan pergi menuju ruangan Pak Edward.
“Ihhh, sandi brangkasnya apa sih…., tanggal lahirnya salah, tanggal lahir mamanya salah, hah iya tanggal lahir papanya Edward….yes berhasil untung aja tadi gue baca kartu keluarganya Edward” gumam jahat Adira.
Raihana pun masuk keruangan Edward dan mengambil berkas yang disuruh Edward mengambilnya, sedangkan Adira bersembunyi di ruangan tersembunyi di ruang kantor milik Edward.
“Huhhh…untung aja enggak ketahuan” ujar Adira dalam hati.
Kemudian Bianka pun keluar dari ruangan Edward dan mencari ruangan Raihana, Bianka menaruh uang curiannya dari ruangan Edward ke ruangan Raihana.
“Huh akhirnya selesai rencana gue, ezz sekale epribadeh..”.
“Duh lama banget si Bianka, mana panas banget lagi” ujar Arisa sambil menugggu Bianka keluar dari kantor Edward.
“Arisa…” ujar Bianka sambil memanggil temannya, dan ia pun menghampiri Arisa yang sedang berdiri dekat kantornya Edward.
“Akhirnya, gimana-gimana…? Lancer kan..?” tanya Arisa padanya.
“Lancar dong…” jawab Adira dengan santuyy.
“Baguslah, yasudah kita pergi dari sini udah kering nih kulit gue”.
“Siap bestiee” ujar Adira.
Mereka berdua pun pergi dari lingkungan kantor Edward, setelah selesai mereka meeting dan edwrad pun membubarkan meeting tersebut, tiba-tiba Evan mengajak Raihana untuk makan siang, tetapi Raihana berfikir,
“Kalo gue terima nanti Athalia cemburu sama gue, kalo nolak gak enak sama Evan” ujar aku dalam hati.
“Han…?”.
“Haaa..? emm maaf Van, aku udah ada janji sama Lia..”.
“Oh gitu…yaudah kita bareng aja, gimana?”.
“Boleh…” aku pun menerima tawaran dari Evan.
Di sudut ruangan meeting Edward memperhatikan mereka yang sedang berbincang.
“Mereka makan siang bareng…? Tanpa ngajak aku..?” ujar Edward yang melihat kearah mereka.
Edward yang sedang meeting di ruangan meeting, ayahnya pun mengecek ke ruangan kerja Edward, setelah membuka Brankas yang berisi uang, ayahnya Edward pun kaget setelah melihat isi berangkasnya ia melihat uangnya yang hilang.
“Loh, kok uangnya hilang? Pasti di ambil Edward”.
Pak Elbert (ayahnya Edward) menghampiri Edward yang sedang berdiri di depan jendelanya untuk menanyakan uang yang hilang di brankas, yang berada di ruangan kerja milik Edward.
“Edward apa kamu ambil uang yang ada di brangkas?”.
“Hahhh?, enggak kok Edward enggak ngambil sepeserpun dari situ”.
“Terus siapa dong yang ngambil duit dari situ?”
“Sebentar pah, Edward telpon Evan dulu”.
Edward pun menelpon Evan untuk menanyakan uang yang hilang itu.
“Tuttt……Tutttt….Tuttttt….
“Iya Dward?”.
“Uang di berangkas ada yang hilang, tolong kamu kumpulkan semua karyawan ke ruangan membawa tasnya masing-masing”.
“Iya siap….”.
Edward pun memerintahkan seluruh karyawannya untuk membawa tas ke ruangannya untuk di cek olehnya.
“Dengar, apa di antara kalian semua ada yang ngambil uang di brangkas?”.
“Krik…krik…krik…” tidak ada stupun yang mau mengaku.
“Kalo tidak ada yang mengaku, saya akan periksa di tas kalian masing-masing”.
Edward dan Evan pun mulai mengecek satu-satu tas karyawannya dengan teliti, tiba waktunya Edward memeriksa tas Raihana disitu ia menemukan uang yang ditaruh Bianka setelah dia mengambil uang di berangkas Edward. Raihana pun terkejut melihat ada uang di dalam tasnya.
“Apa ini? Apa ini Han?, jadi selama ini kamu yang udah ambil uang dari berangkas?”.
Semua Karyawan termasuk Evan dan papanya Edward melihat ke arahnya, disitu Edward berbicara dengan nada yang tinggi. Karyawan yang lain mengcemohkan Raihana di ruangan Edward,
“Wah serem banget ya, ternyata Hana bermuka dua…”.
“Iyaa….mukanya aja kelihatan baik tapi ternyata maling….” ujar dua karyawan yang mencemohkan Raihana,
“Heh, diem kalian” ujar Evan yang membela Raihana di depan dua karyawan itu.
Raihana hanya bisa menunduk dan menjelaskan kepada Edward kalo dia tidak mencuri uang brangkas.
“Tapi saya tidak ngambil uang di brangkas pak…saya juga gak tau kenapa uang itu ada di dalam tas saya…”
“Cukup….kalian semua boleh pergi kecuali Hana”
“Saya gak nyangka, kamu bisa ngelakuin ini saya tau kamu marah ke saya tapi saya enggak nyangka kamu bisa ngelakuin hal serendah ini”,
“Tolong percaya sama saya pak, saya gak nyuri” ujar Raihan sambil memohon maaf ke Edward.
“Cukup…mulai detik ini kamu gak usah kerja lagi di kantor, kamu saya pecat. Masih beruntung kamu saya tidak melaporkan ke kantor polisi”.
“Tapi pak saya enggak bersalah”.
“Cepat keluar dari sini sebelum saya berubah fikiran”.
Edward pun mengusir Raihana dengan tidak hormat, karena Raihana tertangkap basah mencuri uang yang ada di brangkas, setelah Raihana di usir ia pergi meninggalkan kantor.
“Ward apa kamu sadar, sama tindakan kamu ini sikap kamu ini sudah menyakiti perasaan dia…dan aku yankin dia enggak bakal ngelakuin hal serendah ini”.
“Jadi kamu percaya sama pencuri itu…”.
“Dia bukan pencuri, dan aku percaya sama Hana aku akan buktiin ke kamu kalo semua ini salah dan kamu menyesalinya” ujar Evan yang membela Raihana yang tidak bersalah”.
“Papa setuju sama Evan” Papanya pun membela omongan Evan.
Evan pun menghampiri rumah Raihana dan mengetuk pintu rumahnya
Tok…tok…tok…toktoktok…
Athalia pun yang sedang memasak di dapur mendengar ketukan pintu dan membukanya.
“Hananya ada gak..?”.
“Iya dia ada di dalam, ayok masuk..” Athalia pun mempersilahkan Evan masuk ke dalam rumah.
Athalia pun memanggil Raihan di dalam kamar, mereka pun keluar untuk menemui Evan.
“Evan, apa kamu kesini mau nuduh aku juga?”.
“Enggak, aku kesini mau bantu kamu aku bakalan buktiin kalo kamu enggak bersalah”.
“Tapi gimana caranya?”.
“Pasti ada orang yang sengaja ngelakuin ini, tapi emang kamu punya musuh disini?”.
“Enggak ada kok…tapi aku curiga sih sama Bianka dan temannya ” ujar Athalia menjawab dengan sentak,
“Hahhh…?” aku pun kaget mendengar kata Bianka.
Malam harinya Edward yang sedang merenungkan masalah yang tadi siang di halaman lantai atas dirumahnya.
“aaaaaaa…, gue harus gimana apa gua harus percaya sama Hana, kalo dia gak salah, tapikan gue liat sendiri uangnya.di tas dia. Huh….” ujar Edward yang melepaskan fikirannya.
Adira dan mamanya Edward sedang berbicara di ruang tamu rumahnya Edward.
“Tan tau gak kalo Hana nyuri uang perusahaan”.
“Apa…nyuri uang perusahaan? Kenapa Edward dan papanya gak ngasih tau tante…terus gimana, apa sekarang dia di kantor polisi?”.
“eeeee, kalo itu sih Adira kurang tau. Tapi Bianka sekarang seneng banget karena Hana udah di pecat” ujar Adira
“Apaaa…?” ujar Edward yang kaget
“Hahh…?” Adira pun terkejut mendengar teriakan Edward.
Edward pun turun dan menghampiri Bianka dan mamanya di ruang tengah dengan hati yang marah.
“Bagaimana kamu bisa tau? Kamu kan gak ada disana waktu itu…”.
“eeee..emmm gue….” Bianka pun menjawab dengan gugup pertanyaan Edward.
“Tunggu-tunggu apa semua ini ulah kamu?, ayo jawab” ujar Edward.
“Hah…? Apa bener yang di bilang Edward barusan…?” mamanya Edward pun memojokkan Bianka.
“Iya-iya ini semua ulah aku…” setelah beberapa menit berdiam diri, ia pun baru mengakui perbuatannya.
“Keterlaluan ….”.
“Tapi aku ngelakuin ini demi kamu Ward….supaya kamu gak deket-deket lagi sama cewek kampung itu”.
“Gara-gara lu, gue nyakitin perasaan Hana…” Edward pun marah dengan Bianka dan meninggalkan dia bersama mamanya.
“Terus gimana perasaan gue Ward…?, Tante tolong jelasin ke Edward tante” Bianka pun memohon dengan mamanya Edward supaya membantu dirinya untuk menjelaskan masalahnya kepada Edward.
“Iya Bianka nanti tante bantu bilangin Ke Edward” mamanya Edward pun mau membantu Bianka, dan mamanya Edward memeluk Bianka agar hatinya Bianka tenang.
Setelah bertengkar dan mengetahui Bianka yang melakukan semuanya, Edward pun pergi kerumahnya Raiahana untuk meminta maaf kepadanya karena sudah menuduh dan mengusirnya secara tidak hormat.
“Pak Edward….” ujar Athalia yang menyapa Edward dengan ramah.
“Hana mana…? Saya mau bicara sama dia”.
“Emmm dia….”.
Tidak lama kemudian, Raiahana yang mendengar keributan di depan rumah ia pun keluar dari kamar.
“Kenapa Lia…? Kamu….? Ngapain kamu kesini? Apa masih belum puas marahin aku? Apa kamu mau bawa aku ke kantor polisi?”.
“Enggak bukan gitu, aku kesini mau minta maaf ke kamu aku sudah salah faham ke kamu, bukan kamu yang melakukan kesalahan ini tetapi orang lain” Edward pun meminta maaf dan menjelaskan semuanya.
“Apaa? Terus siapa dalang semua perbuatan ini…?” ujar Evan yang penasaran penjelasan Edward.
“Bianka pelakunya…”.
“Apaaa? Apa kamu enggak salah?” aku pun kaget setelah mendengar Edward mengatakan Bianka pelakunya.
“Enggak, Bianka udah mengakui perbuatannya sendiri, dan aku juga udah liat rekaman CCTV”.
“Baguslah kalo semuanya udah terbukti….”.
“Iyaa, Han kamu maukan balik ke kantor lagi…?”.
“Emmm…. Kalo itu keknya enggak bisa, soalnya aku udah terlanjur sakit hati”.
“Yaudah kalo kamu enggak mau… tapi kamu mau maafin aku kan?”.
“Mending sekarang kalian berdua pulang aja… soalnya udah malem enggak enak sama tetangga” aku pun menyuruh Evan dan Edward pulang, gtidak menjawab pertanyaan Edward.
Raihana pun meningalkan Edward di halaman depan tanpa mendengarkan omongan Edward.
“Tapi Han kamu belum menjawab pertanyaan aku…”
“Eeeee maaf nih bener kata Hana… mending kalian berdua pulang aja, ini kan udah malam Hana juga perlu istirahat” Athalia pun menyuruh mereka berdua pulang.
Setelah Raihana masuk ke dalam rumah, kemudian ia mencari hpnya Lia yang entah dimana letaknya, ia berjalan menuju ruang tamu juga tidak menemukannya.
“Ihhh kebiasaan banget deh Lia kalo naro hp sembarangan, udah dibilangin juga” aku berusaha mencarinya tapi tetap saja tidak menemukannya, setelah aku melihat ke meja ruang tamu tetapi bukan hpnya Lia.
“Eh ini bukan hpnya Lia, jangan-jangan ini hpnya Evan. Cobalah aku cek……”.
Setelah aku mengecek hpnya Evan aku melihat sesuat dan aku pun terkejut.
“Lah kok, ini kan……kenapa foto wallpaper Evan foto keluarga aku…? Apa jangan-jangan Evan kakak kandung aku?” aku pun heran dan bertanya-tanya kenapa wallpaper Evan ada foto keluarga aku.
>.<
7
Pertemuan Raihana Dengan Kakaknya Yang Hilang
Besok harinya aku membuat janji dengan Evan untuk ketemu di sebuah café yang bernama Cafe Sakura. Karena hp milik Evan tertinggal dirumahku Aku pun tiba lebih awal daripada Evan, tak lama kemudian Evan pun masuk ke dalam cafe itu.
“Han….”.
“Ehh….sini duduk”.
“Tumben kamu ngajak aku ketemuan disini? Ada apa?”.
“Ini aku mau ngembaliin hp kamu, tadi malam aku nemuin hp kamu di meja”.
“Yaampun…pantesan aja aku cari kemana-mana enggak ketemu, ternyata ketinggalan di rumah kamu”.
“Hehehehe, oh ya….. aku boleh Tanya sesuatu gak?”.
“Ya boleh lah Tanya aja…..”.
“Eeeee, boleh ngak mangil kamu kakak?”.
“Yaaaa boleh banget lah….aku juga udah anggep kamu adik”.
“Makasih ya kak Kevin…..”.
Edward pun yang kalang kabut menghubungi Evan yang sedang berada di café bersama Hana.
“Ini Evan kemana sih, jam segini gak ada di kantor”.
Karena Edward yang memiliki sifat yang tidak sabaran ia menulis pesan melalui whatsapp.
“Di mana lu bentar lagi ada meeting sama Pak Zein berkasnya kan ada di kamu”.
“Gue ada di cafe sama Hana berkasnya ada di meja gue, lu ambil aja gue gak ikut meeting” Evan pun member tahu Edward kalau dia sedang di café bareng gue agar tidak mencari dia lagi.
Setelah Edward yang sudah membaca chat itu, dia terlihat sedikit cemburu,
“Ohh lagi sama Hana, tapi mereka ngapain jalan berduaan apa Evan suka sama Hana…?” ujar Edward dengan rasa cemburu dan penasaran.
Raihana pun ngajak jalan Evan dan meninggalkan cafe dan mengajak jalan kakanya ke tempat dulunya bertemu.
“Kak, kita jalan yok…”
Evan pun hanya terdiam dan bertanya kepada dirinya kenapa Hana ngajak dia jalan.
“Tumben Hana ngajak jalan” batin Evan sambil senyum senyum.
“Ayok…” Evan pun menjawab dengan semangat.
Di rumah Bianka pun kesal sendiri, karena dia mengakui kalo dia yang melakukan perbuatan itu sampai-sampai Raihana di pecat.
“Ih gue bodoh banget sih gue, udah ngancurin rencana gue sendiri”.
“Terus rencana lo selanjutnya apa?”.
“Gue akan buat Hana jauh dari hidupnya Edward untuk selamanya, gue bakal buat dia lenyap dari dunia ini” pisikopat Adira pun mulai keluar.
“Emm maksud lu, lu mau lenyapin Hana?. Udah gila lu Adira?” tanya Arisa yang kaget mendengarnya.
“Iya emang gue udah gila, gue bakal lakuin apa pun demi mendpatkan Edward. Apa pun resikonya”.
“Tapi ini udah kelewat batas Biankaaa. Untuk kali ini, gue minta maaf gue ga bisa bantu lo, gue gamau masuk penjara”.
“Lemah banget sih lu Sa, okelah kalo lu gamau bantuin gue, gue bisa kok tanpa lo” Adira pun mulai seperti piskopat yang jahat.
Disisi lain Raihana yang mengajak jalan Evan untuk pergi ketaman tetapi Evan kebingungan kenapa dia di bawa ke taman.
“Kita ngapain ke sini Han?”.
“Udah ayok, ikut aja Van” gue pun menggandeng tangan Evan dan menariknya ke tengah taman.
“Duh ngapain sih kita kesini kek anak kecil aja tau”.
“Udah ayok lompat aja” mereka pun bermain perosotan yang ada di taman tersebut.
“Hehehe, ternyata asik juga yaaa”.
“Aku jadi keiingat masa kecil aku duluu”.
“Oh yaaa, emang dulu kakak juga sering kesini?”.
“Iya dulu aku dan adikku sering banget main kesini”.
“Ternyata Kak Evan masi inget sama aku” batin aku yang senang mendengar Evan masih mengingatku.
“Emmm kak pengen apellll”.
“Haaa apaa?”.
Evan pun melihat sekeliling apakah ada pohon apel tidak, setelah menghadap ke belakang dia melihat pohon apel. Kemudian ia pergi menghampiri pohon tersebut dan mengambilkannya buatku. Tetapi Evan menggingat masa kecil kami berdua yang aku merengek untuk diambilkan apel, karena aku tidak menggapai untuk mengambil buah apel.
Aku pun menghampiri Kak Evan yang sedang duduk di bangku taman dekat sekolah.
“Hmmm, kak adek mau apel” aku pun menunjuk pohon apel sambil merengek untuk diambilkan.
“Ambil sendiri lahhhh”.
“Ihhh kakak ini, adek kan gabisa manjat pohonnn nanti kalo jatoh gimanaa?”.
“Hmmm iyaaa, kakak ambilin” evan pun menjawab dengan sewot.
“Yeyyyyy, kakak ini memang kakak yang baikkk” aku pun senang di ambilkan apel.
“Yeyyy semangat kakkk” sambil bertepuk tangan kesenengan,
“Yang itu kakkk” sambil memilih yang mau di ambil.
“Iyaaaa”.
“Aduhhhhh” aku pun tertimpuk apel dari atas pohon.
“Adekkkkk, dek bangun dekkk maafin kakak, kakak gak sengajaa” Evan pun panic liat gue pingsan.
“Baaaaa wkwkwk, yah hahaha kakak kena prank”.
“Ihhh, awas aja kamu yaaa” Evan pun kesal.
Evan pun membayangkan masa kecil dengan adeknya yang sangat membagongkan itu, ia terbengong melihat pohon itu.
“Kak Evann”.
“Haaaaa?”.
“Kakak kenapa senyum senyum gitu?”.
“Eeee, enggak kok. Bentar ya aku ambilin apelnya duluuu”.
“Aku tau kok kak, kakak abis mikirin siapa barusan” batin gue pun menerawang.
Setelah diambilin apel oleh Evan, gue pun makan dengan lahap hingga habis apelnya.
“Emmmm, kakak enggak makan apelnya?. Manis banget lohh”.
“Enggak kamu aja yang makan, makasih ya Han udah ajakin aku kesini. Kalo bukan karena kamu aku ga bisa ngenang masa itu, dulu aku dan adikku sering banget main kesini. Dia juga suka banget makan apel disini”.
“Oh yaaa?”.
“Iyaaa, setiap dia minta aku ambilin”.
“Beruntung banget ya adik kamu punya kakak sebaik kamu pasti dia bahagia banget”.
“Emm tapi kebahagian itu tidak berlangsung lama, kedua orang tua kami berpisah semenjak itulah aku dan adikku berpisah”.
“Kalo boleh tau nama adek kakak siapa?”.
“Namanya Hana”.
“Kebetulan ya namanya sama”.
“Eh iya yahh, kok bisa kebetulan”.
“Hehehe, emang kakak enggak mau ketemu lagi sama adik kakak? Atau niatan buat nyari adik kakak?”.
“Sebenernya aku udah nyariin mereka sejak lama tapi, hasilnya nihil”.
“Ternyata selama ini Kak Evan udah nyariin aku sama ibu” batin Raihana yang baru tau kalo ia sedang di cari kakak kandungnya yang hilang.
“Ehhhh udah sore nih, balik yok”.
Skip sampai rumah…
“Makasih ya waktunya”.
“Aku juga makasih banget loh udah diajak main. Oh ya maaf ya tadi aku malah curhat ke kamu”.
“Hehehe iya gak papa kok, mau mampir dulu gak?”.
“Eanggak usah aku duluan aja”.
“Yaudah hati-hati”.
Athalia pun seperti biasa melihat Hana dan Evan dari jendela ruang tamu.
“Habis darimana mereka” batin Athalia Dengan wajah yang cemburu.
Kemudian tak lama kemudian Raihana pun berjalan masuk kedalam rumah, dan melihat Athalia yang duduk di sofa dengan muka yang murung.
“Eh Lia udah pulang?”tanya gue yang kaget liat Lia yang udah duduk di sofa
“Udah daritadi, kamu abis darimana sama Pak Evan?” Lia pun menjawab dengan wajah yang sinis.
“Aku abis quality time” aku pun menjawab dan berjalan menuju kamar.
“Apaaa?” Lia pun kaget setelah mendengar itu.
Malam hari pun tiba, Edward pun masih memikirkan Raihana yang jalan dengan Evan.
“Kok gue penasaran banget sama Hana, Habis ngapain ya mereka?” batin Edward dengan rasa yang cemburu dan penasaran.
Karena rasa penasarannya dengan Raihana, kemudian Edward merogo kantongnya untuk mencari hp, Raihana yang sedang bermain hp dan tiduran di kamar pun kaget mendengar notif.
Tingg…
Notifikasi chat ponsel Hana, segera Hana membuka notif tersebut, kalau-kalau itu adalah notif dari berbagai Toko Online/Online Shop.
“Han bisa gak kita ketemu di cafe, Aku tunggu” isi chat dari Edward.
“Tumben…” batin Raihana.
Kemudian aku pun keluar untuk menemui Athalia untuk meminta izin keluar sebentar.
“Lia gue keluar bentar yah”.
“Sama siapa?” tanya Lia dengan penasaran,
“Edward…”.
“Nah gitu dong kalo sama Edward si gapapa, asalkan jangan sama Evan…” Lia pun full senyum mendengar Hana jalan dengan Edward, karena kalo jalan sama Evan Lia cemburu.
Disisi lain, Evan pun masih bingung kenapa dia mau berbagi cerita masa kecilnya dengan Raihana, padahal dengan orang lain tidak pernah.
“Kenapa tadi gue berbagi perasaan gue ke Hana, padahal sebelumnya gue enggak pernah curhat ke siapapun, termasuk Edward”.
Kringg…kringg…kringg…
“Iya haloo…”.
“Pak, kami sudah menemukan alamat ibu bapak”.
“Benarkah…?, mereka tinggal dimana?”.
“Mereka tinggal di desa tempatnya di pegunungan”.
“Cepat berikan alamatnya”.
Pagi harinya Edward membuat janji ketemuan dengan Raihana di sebuah café.
“Ada apa?, kamu ngajakin ketemuan di sini?”.
“Kamu belum menjawab pertanyaan aku, kamu udah maafin aku belum?”.
“Emmm, kenapa emang?”.
“Udah jawab aja, oh ya kemarin kamu kemana aja sama Evan?”.
“Loh, emang kenapa?, kepo banget sih”.
“Ya jelas lah aku berhak tau, kamu jalan sama siapa aja dan ngapain aja”.
“Eh emang kamu siapa?, kita kan gak ada hubungan apa-apa, aku kan cuman pacar bayaran kamu”.
Disitu temannya Bianka mendengar semua perkataan Raihana kepada Edward, Adira pun terkejut.
“Apa? Jadi mereka enggak pacaran? Gue harus cepet-cepet ngasih tau Bianka”.
Arisa pun bergegas ke rumahnya Adira, dia pun juga terkejut setelah mendengar kabar kalo Raihana hanya pacar bayaran Edward.
“Apa?, mereka cuman pura-pura pacaran? Apa lu enggak salah denger Dir?”.
“Iya enggaklah, orang gue denger dengan telinga gue sendiri”.
“Tapi tetep aja, walaupun mereka enggak pacaran gue bakal jalanin rencana gue”.
Adira hanya bisa terdiam mendengar rencana jahat yang akan Bianka jalankan unuk menyingkirkan Raihana agar tidak bisa dekat lagi dengan Edward.
>.<
8
Edward yang Menyelamatkan Raihana dari Tabrakan Adira
Raihana pun dirumah sedang menelpon ibunya di kampung sambil sedikit berbincang-bincang di telepon.
“Halo buk, gimana kabarnya?”.
“Puji Tuhan Baik nak, kamu gimana kabarnya?”.
“Puji Tuhan kalo ibu baik, Hana juga baik kok bu. Oh ya bu Hana punya kejutan buat ibu”.
“Kejutan apa?”.
“Ibu bisa dating kesini ga besok?”.
“Emang ga bisa yah ngasih tau kejutannya lewat telpon aja?”.
“Kalo ngasih kejutannya lewat telpon kurang asik bu”.
“Emm yaudah, besok ibu kesana”.
“Huaaa, makasi ya bukk”.
“Ihh kamu ni nak jangan tereak gitu napa, ibu jadi kaget”.
“Hehehe maaf bu”.
Keesokan paginya seperti biasa Athalia pergi untuk bekerja, Athalia pun keluar dia pun terkejut melihat Edward dan mobil mewahnya sudah berada di depan pas pintu rumah mereka.
“Pak Edward…?, ada apa pak? Pasti mau ketemu Hana ya?”.
“Hannnn…cepat kesini” treak Lia memanggil Raihana.
“Iya sebentar…”.
Tak lama kemudian Raihana pun keluar dari dalam rumah, menanyakan ke Athalia apa yang sedang terjadi.
“Ada apa?”.
“Tuh dicariin Pak Edward, aku berangkat dulu yah. Dahhh selamat bersenang-senang”.
“Isss, ada apa lagi sih?”.
“Kamu belum jawab pertanyaan aku, kamu udah maafin aku atau belum?”.
“Yaampun, kurang kerjaan banget sih”.
Raihana pun masuk ke dalam rumah, tetapi Edward pun ikut asuk ke dalam rumah untuk memninta maaf ke Raihana.
“Eh kenapa kamu ikut masuk?, masih nunggu jawaban dari aku? Lagian ngapai sih masih nunggu jawaban dari aku?”.
“Kalo kamu belum jawab, aku akan tetap disini”.
“Huhhh, aku belum maafin kamu. Udahkan udah dapet jawabannya kan, udah deh cepetan sana pergi”.
“Enggak mau, aku akan tetap disini sampai kamu maafin aku”.
“Ihhh keras kepala banget sihhh”.
Raihana pun membiarkan Edward untuk berada di dalam rumahnya, dia meninggalkan Edward untuk memasak. Dia pun mencoba mengambil bumbu masakan di laci atas dapur dengan menggunakan kursi, tetapi dia pun terjatuh dan ditanggkap Edward dengan segap.
“Awwww”
“Kalo dilihat dari dekat dia manis juga” batin Edward dengan tersenyum-senyum.
“Yaampun kenapa gue dek-dekan deket Edward yah?” batin Raihana dengan wajah pucat.
“Eh lepasin gue, Awww. Duh bisa pake perasaan dikit ga sih kalo lepasin orang?, sakit tau ga”.
“Tadi siapa yang minta di lepasin?”.
Raihana pun melanjutkan masaknya sambil melihat kea rah Edward, tak lama hp milik Edward pun bordering.
Kring…kring…kring…
“Iya Van kenapa?”.
“Ward gue mau izin, hari ini gue enggak ke kantor”.
“Gak bisa hari ini, gue juga enggak masuk kantor. Kalo lu izin siapa yang ngurus kantor?, lagian lu kan kemaren udah cuti ”
15 menit kemudian…
“Sarapannya udah abis, sini makan dulu pasti kamu belum sarapan kan dari rumah?”.
Edward pun menghampiri Raihana untuk makan. Setelah mereka selesai makan ada yang mengetuk pintu rumahnya Hana yaitu ibunya yang disuruh datang tadi malam.
“Ibuuu, ayo masuk bu”.
“Eeee emang kamu udah bilang ke temen kamu kalo ibu mau nginep disini?”.
“Udah kok buu, tenang aja ayok masuk”.
Ibu dan Raihana pun masuk kerumah, ibunya terkejut melihat Edward yang sedang berbaring di sofa rumah.
“Loh nak Edward?”.
“Tante…? Gimana kabarnya?”.
“Ibu baik kok, kalian berdua disini? Lianya mana?”.
“Lianya udah berangkat kerja”.
“Kamu kok dirumah enggak kerja?”.
“Emmm, Hana Resain dari kantor bu”.
“Owalaa, terus sekarang kamu kerja apa?”.
“Sekarang belum ada sih bu, oh ya bu Dinda kok enggak ikut?”.
“Besok dia ada ujian jadi dia enggak ikut”.
“Karena ulah gue Hana jadi pengangguran, padahalkan dia harus nafkahin keluarganya. Gue harus bantu dia giamana pun caranya” batin Edward yang kesihan melihat Raihana.
“Tante Edward pamit dulu ya”.
“Loh, mau kemana emang?”.
“Ada urusan penting, nanti Edward main lagi kesini kok”.
“Oh iya hati-hati ya nak”.
“Nah gitu dong kek daritadi”.
“Eh kok gitu, katanya kamu kejutan buat ibu, mana?”.
“Kejutannya nanti, sekarang ibu istirahat dulu ya”
Edward pun masuk kedalam mobilnya dan menelpon temennya untuk mencarikan kerja untuk Raihana.
“Dit, di Hotel lu ada lowongan kerja gak gue lagi butuh nih?”
“Tumben kamu nyari lowongan, emang buat siapa?. Selama ini kan kamu sibuk ngurusin kantor kamu”
“Buat temen gue, ada kan?. Ada lah ya plis banget tolong bantu gue. Kalo enggak gue bakal merasa bersalah banget sama dia”
“Yaudah gue bakal bantuin lu. Suruh aja dia dating ke hotel gue besok”.
“Makasih ya Dit”.
“Iya sama-sama, apasih yang enggak buat temen. Oh ya ngomong-ngomong namanya siapa?”
“Namanya Raihana”.
“Oke siap, bisa di atur”.
Di rumah Arisa, mereka yang sedang melakukan rencana yang akan dilakukan Adira rumah Arisa. Temannya itu pun menyuruh mempertimbangkan rencana yang akan dilakukan Adira.
“Ca coba deh pertimbangin keputusan lu pasti ada rencana lain”.
“Enggak nanti malam gue akan bertindak”.
Evan pun menerima pesan dari Raihana untuk datang rumah Raihana. “Ka Kevin bisa ngga nanti sore ke café kemarin. Ada hal yang harus kita bicarakan” pesan dari Raihana.
“Kenapa ya apa dia punya masalah?” Batin Evan yang menduga duga.
Tok-tok-tok…tok-tok-tok…
Athalia pun bergegas kearah pintu untuk membukakan pintu yang diketuk Edward.
“Eh Pak Edward, silahkan masuk pak. Nyari Hana ya?, tadi sih dia lagi keluar sama ibunya” ujar Athalia sambil menyuruh Edward untuk masuk ke dalam rumah.
“Eh gausah repot-repot Lia, gue hanya sebentar disni. Jadi gue cumin mau ngasih tau ada lowongan kerja buat Hana, tolong kamu bilangin ke Hana ya” ucap Edward dengan pelan dan ramah.
“Oh iya, tapi kenapa bapak gak bilang langsung ke Hananya?” tanya Lia pada Edward.
“Kalo gue yang bilang sendiri nanti dia gak mau, dan oh yak amu jangan bilang ke dia ya kalo kamu dapet info lowongan pekerjaan dari aku” ucap pelan Edward.
“Iya pak, saya gak bakal bilangin ke Hana” ucap Lia yang mengagukan kepalanya, itu tanda Lia mengiyakan perkataan Edward.
Raihana dan ibunya yang sedang menunggu Evan pun mulai bosan, ibunya pun ingin mengajak pulang Hana kerumah.
“Han kita pulang yok, ibu udah kenyang makan” ucap Ibunya Zarra ibunya Hana.
“Tunggu sebentar lagi ya bu, Hana bakal ngasih kejutan buat ibu” ucap pelan Hana yang memasangkan muka melas.
Evan pun berjalan masuk kea rah Cafe yang udah di sepakati Hana untuk bertemunya Zarra dan Evan. Evan pun berjalan mendekat kea rah tempat duduk yang mereka berada.
“Maaf ya Han udah nunggu lama” ucap Evan dengan memgang hp ditangan kirinya.
“Nah ini dia bu kejutan buat ibu, coba ibu menghadap ke belakang” ujar Hana yang menyuruh ibunya menghadap ke belakang kursi.
“I-ib-uuu”.
“Evann”.
“Iya bu dia Kak Evan”.
“Evan anak ibu, maafin ibu ya nak selama 15 tahun terakhir ibu gak ada disisi kamu” ucap Zarra sambil merangkul tubuh Evan, yang sudah lama Zarra tidak memeluknya.
"Iya enggak papa kok bu, semua ini bukan salah ibu kok”.
“Anak ibu yang dulu masih kecil, sekarang udah besar aja dan udah sukses. Ibu jadi bangga sama kamu nak” ucap pelan Zarra yang mengelus-elus kepala Evan.
“Ini juga semua doa ibu”.
“Ekhemmm, apa sekarang kakak belum ngenalin aku?”.
“Han apa kamu, apa kamu Hana adik aku?”.
“Hehehe” Raihana pun hanya tersenyum untuk menjawab pertanyaan Evan.
“Apaaa? Kenapa kamu nggak bilang dari kemarin, kalo kamu adik kandung akuu”.
“Sebenrnya aku juga baru tau malem itu, aku juga sengaja enggak ngasih tau kakak kemarin. Takutnya kakak enggak percaya sama aku” ujar Hana yang meneteskan air mata karena terharu.
“Yaampunnn”.
“Kamu sendiri?, emang papa kemana?” ucap Zarra yang khawatir pada anaknya yang dibawa papanya kerena ibu dan papanya yang berpisah.
“Papaaaa”.
Evan pun mengajak mereka berdua ke sebuah makam yaitu makam papanya mereka berdua.
“Papa sudah meninggal 3 tahun yang lalu. Papa mengalami serangan jantung saat istri keduanya pergi sama pria lain”.
“Ya ampun mas malang sekali nasip kamu”.
Mereka berdua pun masih tetap disana untuk mendoaakan papanya di makam. Sambil berbincang di makam ibunya pun masih tetap berada di samping Evan anak pertamanya.
Setelah mereka selesai mendoakan di makam, malam pun tiba. Evan menghantarkan ibu dan adiknya ke rumah Athalia.
Raihana pun setelah berberes dari sepulang dari makam, dia pun meminta izin untuk keluar sebentar membeli bahan bahan dapur yang sudah habis persediaannya.
“Bu Hana izin keluar dulu ya, mau beli bahan – bahan dapur”.
“Iya nak, hati – hati di jalan” ucap pelan Zarra, yang sedang menundukan kepalanya.
“Mau gue temenin ga Han?” ujar Lia dengan menawarkan untuk menemani Hana keluar karena dia khawatir ada hal buruk yang terjadi.
“Ngga usah Lia, lu temenin ibu gue aja” ujar Hana yang menolak penawaran Lia dengan ramah.
Bianca yang sudah menunggu lama Raiahan keluar dari rumahnya pun merasa senang karena niat jahatnya akan segera di jalankan sebentar lagi.
“Akhirnya mangsa yang gue tunggu – tunggu keluar juga, ditunggu aja sebentar lagi kamu akan mati” ujar jahat Bianca yang menaikan alisnya ke atas.
Raihana pun selamat pergi ke supermarket untuk membeli bahan – bahan yang dibutuhkan di dapur. Tak lama ada seorang laki – laki yang datang dan berdiri di samping Raihana.
“Kamuu?, kamu ngikutin aku ya?”.
“Dih geer banget sih kamu, orang akum au belanja di sini. Jadi jangan geer kamuuu, hikss”.
Skipp lanjut ke ceritanya, cowo itu menawarkan Raihana untuk menghantarkan ke rumah, tetapi Wanita itu menolak untuk di hantarkan.
“Lu mau bareng ngaa?”.
“Ngak usah, gue bisa sendiri kok”.
Wanita itu pun meninggalkan supermarket dan laki – laki itu di depan pintu supermarket. Tetapi laki – laki itu pun melihat sebuah mobil yang melaju dengan kencang kea rah Raihana.
“Haaaaa!!!. Hann awassss” ucap Cowok itu yang kaget dan sontak teriak ke arah Raiahana yang sedang berjalan sambil memainkan hpnya.
“Haaaa?” sontak Raihana kaget dan menghadap ke arah pria itu dan tidak memperhatikan jalan.
Pria itu pun berlari menuju Raihana yang berbalik melihat kea rah cowok tersebut, langkah demi Langkah cowo itu pun mulai mendekat ke arah Raihana.
Segera cowok itu pun mendorong Wanita it uke seberang jalan agar tidak tertabrak mobil. Namun sayangnya pria itu lah yang tertabarak mobil dari Adira. Karena ingin menyelamatkan Wanita yang hampir tertabrak mobil.
“Awww, Edwarddddd” treak Raihana yang kaget karena Edward di tabrak mobil.
“Haaaa!!!, gawat kok malah Edward sih yang ketabrak kenapa bukan Raihana. Hikss sialan” ujar Adira yang kesal karena salah sasaran.
Raihana pun bengkit dan berlari kecil menghampiri Edward yang terbaring di tanah. Segera dia mengangkat dan menaruh kepala Edward di pangkuannya.
“Ward bangun Ward” ucap pelan Raihana yang menangis karena Eward tertabrak mobil karena menyelamatkan nyawa dirinya.
Dengan segera Edward di larikan ke rumah sakit dan masuk ke ruang ICU. Disisi lain rumah Bianca, dia pun merenungkan dan menghadap jendela kamarnyasoal kejadian tadi di depan supermarket, tidak lama kemudian temannya pun datang menghampirinya.
“Muka kamu kok tegang kek gitu?, kenapa?”.
“Dir kok diemm?, kenapa??” ucapnya Kembali, karena tidak ada jawaban satu kata pun yang keluar dari mulut Adira.
“Gawat Sa, gawat” jawab Bianca dengan muka yang panik dan ketakutan.
“Gawat kenapa Dir??”.
“Sasaran gue meleset Sa, bukan Hana yang kenapa tapi Edward. Entah gimana Edward tiba – tiba muncul”.
“Apaaaaaa?” jawab Arisa dengan wajah yang pura – pura terkejut di hadapan Adira.
“Maaf Dir, gue terpaksa ngasih tau Edward tentang rencana lo” batin Arisa yang merasa bersalah membocorkan rencana sahabatnya sendiri.
>.<
9
Edward Yang Dirawat Di ICU
Keesokan harinya Edward yang semalam di bawa ke rumah sakit karena tertabarak mobil Binca yang sedang terbaring di Kasur rumah sakit yang belum sadar dari komanya dan sedang di tangani oleh dokter di dalam
“Dward maafin gue ya gara – gara gue lu jadi kek gini” ucap pelan Hana yang meneteskan air mata yang
Tok-tok-tok…tok-tok-tok…
Pintu rumah Edward pun diketuk oleh Sabrina yang hadir di rumahnya Edward. Kemudian pelayan rumahnya Edward membukakan pintu rumah tersebut.
“Ada apa yah?”.
“Saya temannya Edward, saya mau bertemu dengan Edward”.
“Oh temannya Tuan Muda, tunggu sebentar yah saya panggilkan Tuan Muda dulu” ujar Bi Inah yang masuk untuk memanggil Edward dari dalam kamarnya.
Tak lama Edward pun keluar ke teras rumah untuk menemui Arisa, tetapi Edward tidak mengenalinya sedikit pun. Arisa mulai memperkenalkan dirinya.
“Kamu siapa ya?” ujar Edward yang kebingungan.
“Gue Arisa Temenya Adira” ucap Arisa dengan meletakan tangan yang di lipat di dadanya.
“Oh pasti mau bicaraiin soal Adira kan, udahlah gak penting” ujar Edward yang nampaknya tidak peduli soal Bianca.
“Eh tunggu dulu, gue kesini mau ngasih tau ini menyangkut hidup Hana” ujar Arisa dengan lantang ia mejelaskan semuanya.
“Apaaa??, cepat katakana sekarang” ujar Edward yang terkejut dan menyuruh mengatakannya segera.
“Jadi sekarang hidup Hana sedang dalam bahaya, Bianca berniat melenyapkan Hana nanti malam”.
Mata Edward pun melotot hingga hampir keluar karena sangking terkejutnya soal rencana Adira nanti malam terhadap Raihana.
“Apaa??, bener – bener kelewat batas itu orang”.
“Oh ya Ward kamu jangan kasih tau ya, kalo aku yang udah bocorin rencana dia sama kamu” ujar Arisa yang takut Edward mengatakan bahwa dia yang telah membocorkan rahasia Adira.
“Iya makasih ya infonya Arisa” ujar Edward yang berterima kasih atas informasi yang diberikan Arisa padanya.
Arisa pun membayangkan kejadian tersebut dan masi khawatir tentang keadaan Raihana sekarang.
“Gue gamau sampe ketahuan, gue gak mau kalo nanti mama Edward jadi benci sama gue, gue harus berbuat sesuatu” ujar Bianca yang mencari cara agar tidak ketahuan rencanya pada siapapun.
Di rumah sakit Edward yang sedang ditangani di ruang ICU dan Raiahana yang menangis di pinggir pintu ICU yang menunggu dokter keluar dan memberi tahu keaadaannya.
Tidak lama ibunya Raihana, kakanya yaitu Evan dan Athalia sahabatnya Raiahana datang, ibunya Raihana mendekati Raiahana yang sedang menangis di pinggiran pintu ICU.
“Han…”.
“Ibuu…”.
Raihana pun yang melihat ibunya langsung merangkul tubuh ibunya dan terus menerus menangis dalam pelukan ibunya.
“Bagaimana ini bisa terjadi” ujar Evan pada Raihana.
“Aku geh gatau karena kejadian itu cepet banget berlalunya. Pokonya aku hampir saja tertabrak sebuah mobil yang melaju sangat kencang, tetapi aku tidak berhasil di tabrak karena Edward yang menolongku” ujar Raihana yang tersenduh – senduh sambil meneteskan air mata di pipi yang putih.
Tidak lama kemudian dokter pun keluar dari ruangan ICU untuk memeriksa Edward yang sedang koma di dalam ruangan.
“Bagaimana dok dengan keadaan Edward” ujar Raihana yang bergegas berdiri.
“Pak Edward kehilangan banyak darah, kami akan pindahkan ke ruang rawat agar bisa di jenguk” ujar dokter dengan tegas dan lantang menjawabnya.
“Baik dok apakah kami bisa menjenguknya?” ujar Raihana yang sedang berdiri di belakang ibunya dan merangkul pinggang ibunya yang mungil itu.
“Eeee…, mohon maaf ibu Bapak Edwardnya belum bisa dijenguk banyak orang karena keaadannya masih sangat buruk, jadi belum bisa dijenguk banyak orang. Kalo begitu saya tinggal dahulu” ujar dokter itu dan meninggalkan mereka semua.
Raihana pun di suruh Evan dan ibunya masuk terlebih dahulu untuk menemui Edward.
Raihana pun berjalan pelan mendekat kearah tempat tidur Edward, dia melangkah tidak mengeluarkan suara sedikit pun karena takut menganggu istirahatnya Edward.
“Hai Dward, kok kamu tidur mulu sih maafin gue yah, gara – gara gue lu jadi kek gini jadi lu yang ketabrak mobil itu bukan gue, hikss” bisik Raiahana yang sedikit menesteskan air mata yang mengenai pipinya yang putih dan cubby dan air matanya juga mengenai lengan Edward yang sedang tertidur pulas.
Tidak lama kemudian Edward pun mulai membuka matanya, dengan perlahan – lahan dan melihat dia berada di rumah sakit yang di sampingnya di dapati Raihana yang sedang menangis.
“Hmmm, ada apa ini, kenapa aku bisa disini, dan kamu kenapa disini Han?” ujar Edward yang menoleh kearah Raihana.
“Eh kamu udah bangun, kamu mau minum dulu Ward?” ujar Raihana sambil menawarkan Edward minum.
“Emmm boleh deh” jawab Edward yang mengangguk untuk di tawarkan minum.
“Ayo bangun dulu, sini aku bantuin buat kamu duduk” ucap Raiahana yang bangkit berdiri dan mengambil gelas yang berada di nampan yang sudah di sediakan rumah sakit.
Raiahana berjalan kecil sambil membawa segelas air mendekat ke tempat tidur yang berisi Edward. Dan dia pun membantu Edward untuk duduk, Edward pun meminum sedikit air yang berada di gelas itu.
Tidak lama orang tua Edward datang karena di kabari Evan kakak Raihana sekaligus teman dekatnya Edward.
“Eh kamu kenapa sayang?, kok kamu bisa kek gini?. Pasti gara – gara cewek gak guna ini kan?” ucap mamanya Edward.
Edward pun memulai memegangi kepalanya yang mulai terasa sakit yang dibuat oleh pertanyaan mamanya itu.
“Cukup maaaaaa, ini bukan kesalahan Raihana. Bukan Raihana yang menyebabkan Edward kek gini” ucap Edward yang teriak dan mulai menjelaskan semuanya.
“Terus siapa yang membuat kamu seperti ini nak?, bilang sama mama” ucap mamanya Edward.
“Mama mau tau siapa pelaku semua ini?, mama pasti bakal kecewa mendengar namanya” ucap Edward yang menaikan satu alisnya.
Tetapi dengan muka temboknya Bianca datang bersama temannya Adira untuk menjenguk Edward yang di kabari mamanya Edward kalo anaknya masuk rumah sakit.
“Kamu kok bisa kek gini Ward, pasti gara – gara Wanita murahan ini kan?, mending lo pergi deh jalang, bikin sial Edward lo disini” ucap Bianca dengan ngomong tanpa di saring lagi.
“Heh jangan asal ngomong lo Bianca, bukannya lo ya yang gak punya harga diri. Gausah ngusir orang lu memang nya siapa gue?” ucap Edward yang meningikan nada suaranya.
“Kok kamu jadi galak sih sama aku, mama” ucap Bianca yang pura – pura menangis dan memasang puppy eyes ke mamanya Edward.
“Apa sih najis Ca, gua tau kok lo kan yang nabrak gue semalem” ucap Edward yang menaikan satu alisnya.;
“Kok lo bisa tau sih, iya memang gua yang mengendarai mobil itu. Sebenernya yang ingin gue tabrak itu Raihana bukan lo, gue ga ada niatan buat nabarak lo Ward. Gua sayang sama lo Ward” ujar Bianca yang mengakui semuanya.
“Bisa di lihat kan ma perempuan yang mama bangga banggain” ujar Edward dengan nada yang lumayan tinggi.
“Mending lo pergi sono, gue muak liat muka lo” ucap Edward yang mengusir Bianca dari ruangannya.
“Tega banget lo Ward, gue ga bakal pergi dari sini!!” ucap Bianca yang sesegukan menangis.
“LO MAU PERGI ATAU GUE PANGGILIN SECURITY?” ucap Edward yang menegaskan ucapannya.
Bianca dan Adira punpergi meninggalkan ruangan Edward, tidak ada yang berani untuk menghentikannya.
“Maafin mama ya nak gara – gara mama menjodohkan kamu sama Bianca, malah jadi keras kepala itu anak” ucap mamanya Edward.
“Kalo kamu mau lamar Raihana sekarang, mama restuin kok” bisik Mamanya di kuping Edward.
“Serius mah boleh??” Edward yang melotot mendengar ucapan mamanya.
Dia pun sontak menjawab “Apaaa?, yang bener mah”.
Bianca yang mendengar itu pun sontak melihat kea rah mereka berdua.
“Han kamu boleh ke sini sebentar ga?, akum au ngomong sesuatu” ucap Edward yang memanggil Raiahan untuk mendekat.
“Haaa? Oghey” ucap Raihana yang bangkit dan jalan mendekat.
“Besok kan aku udah boleh keluar dari sini, kamu mau ga nikah sama aku? Besok aku bilang ke mama kamu yah” ucap Edward yang membuat Raihana terkejut.
“Ishhh mendadak banget? Kamu yakin mau nikahin aku?” tanya Raihana pada Edwad.
“Ya serius lah jirr, yakali seoang Edward yang tamvan dan pemberani ini bercanda hahaha….” ucap Edward yang tertawa lepas.
“Yaudah kalo gitu aku mau deh hihihi” tawa Raiahana.
>.<
10
Hari Lamaran & Wedding
Keesokan harinya setelah Edward keluar dari rumah sakit, Edward pun pergi ke toko perhiasan untuk membeli cincin untuk Raihana. Raihana pun menelpon ibunya yang ada di kampung untuk datang ke rumah Athalia, karena lusa kedua orangtuanya Edward sekaligus dengan Edward akan datang ke rumah Athalia untuk menemui ibunya Raiahana.
Tut...Tut...Tut...
“Halo Nak, ada apa menelpon ibu?” ujar Zarra kepada anaknya
“Eeeee, Bu besok ibu bisa datang ga soalnya lusa orang tuanya Edward mau menemui ibu, soal pertunangan aku dan Edward” jelas Raihana pada ibunya
“Eh kamu serius nak dengan ucapan mu?, kamu ga bercanda kan?” tanya Zarra pada Raiahana, karena dia masih tidak percaya anaknya dilamar secepat itu.
“Enggak Bu, soalnya Edward ngomong ada kedua orangtuanya di sana” jelas Raihana yang menegaskan omongannya.
“Yaudah kalo begitu ibu mau packing dulu, besok pagi ibu sama Dini berangkat” ucap Zarra yang sedang beberes rumah.
“Okee deh Bu, besok kalo dah berangkat kabarin Hana yah” ucap manis Raihana pada ibunya.
“Iya sayang, yaudah ibu matiin yah. Byeee”, ucap Zarra yang menyudahi obrolannya.
“Byeee Bu” ujar Raihana dengan ramah dan mematika telponnya.
Keesokan harinya, ibu dan adiknya Raihana pun tiba di rumah Athalia, Raihana dan Athalia membukakan pintu dan menyambut mereka berdua.
“Ibuuuu” ujar Raihana yang berlari kecil ke arah ibunya dan memeluk tubuh ibunya.
“Sayang” segera ibunya melepaskan barang yang ia pegang, dan membalas pelukan putrinya.
“Akhirnya Buu, ibu sampe jugaaa, aku kangen sama ibu” ujar Raihana yang masih memeluk ibunya.
“Sama ibu juga kangen sama kamu padahal baru kemarin lusa ketemu kamu” ujar Zarra ibunya Raihana
“Yaudah kalo begitu Bu, kita masuk dulu yuk” ujar ramah Athalia dengan membantu membawakan barang bawaan ibunya Hana.
Mereka semua pun berjalan masuk ke dalam rumah, ibu dan adiknya Raihana pun duduk di ruang keluarga dan Raihana pergi ke dapur untuk mengambilkan air untuk mereka berdua.
“Silahkan di minum Bu, dek” ujar Raihana yang tersenyum lebar.
“Makasih sayang” sahut ibunya.
“Makasih kakakk” sahut adiknya.
“Yaudah Bu aku ke kamar dulu ya mau ambil baju mau nanya ke ibu, menurut ibu bangus ga baju aku” ujar Raihana yang bergegas ke kamar unruk mengambil bajunya.
“Oke nak” sahut Zarra ibunya
Kemudian Raihana bergegas ke kamar mengambil bajunya, dan memamerkan bajunya kepada ibu dan sahabatnya.
“Ini bu, baju yang aku punya...” ujar Raihana yang membuat Ibu dan sahabatnya terhening.
“....., Nak kamu yakin mau pake baju itu buat acara lamaran kamu sama nak Edward?” tanya Zarra pada anaknya.
“Jadi gimana deh Bu? minta sarannya dongg baju aku nanti”, rengek Raihana pada ibunya.
“Yaudah mumpung masih sore, ayok ke Boutique cari baju yang bagus buat lamaran kamu sama Edward” ujar Zarra dengan tegas pada anaknya.
Zarra dan Athalia menghantar Raihana untuk membeli baju untuk lamaran Raihana dan Edward, Raihana di bantu Athalia untuk memilih gaun.
Lia pun memanggil nama Raihana, “Hann.... Sini geh aku ada gaun bagus buat kamu”.
“Eh iya nih bagus, bentar yak gue panggil ibu dulu”, ujar Raihana yang menghampiri Zarra ibunya.
“Buuu... Sini geh, si Lia nemu gaun bagus buat aku. Ibu kesini geh” teriak pelan Raihana pada ibunya.
“Nah ini bagus yaudah kamu beli ini aja Han” ujar Zarra ibunya.
“Mbak aku ambil ini aja deh, tolong dibungkus yah” ujar Raihana yang memanggil Pelayan Boutique.
“Baik mbak ada lagi kah?” ujar pelayan boutique.
Hari Lamaran pun Tiba, sesuai yang dijanjikan Edward pada Raihana untuk datang dan menemui orang tua nya Raihana, disitu pun Evan kakak kandung dari Raihana pun turut hadir di acara tersebut.
“Selamat Pagi Tante, pertama – tama saya ingin memperkenalkan kedua orang tua saya. Yang pertama ini mama saya Bu Shafira, dan ini papa saya Pak Elbert. Kedatangan saya di sini untuk melamar Raihana anak Tante, apa Tante berkenan mengijinkannya?”.
“Kalo saya sih seterah Raihana saja nak Edward, saya sih setuju saja dengan pertunangan ini”.
Raihana yang duduk di sebelah Adiknya dan sahabatnya pun menjawab lamaran dari Edward “Emm aku mau kok nikah sama kamu”.
Setelah mereka melangsungkan pertunangan ini, mereka pun melanjutkan perbincangan acara pernikahan yang akan berlangsung 2 Minggu yang akan datang.
Skip 2 Minggu itu pun datang...
Raihana bersiap – siap make up di kamar hotelnya untuk acara akad nikah yang akan berlangsung di aula hotel itu. Tak lama ibunya Raihana dan rekan rekan kerja Raihana dulu pun turut hadir di acara berbahagianya.
“Wahh anak ibu cantik banget hari ini”, ujar Zarra yang memuji Raihana sambil memasang dagunya yang lancip.
“Hehehehe, makasih Bu. Hari ini ibu juga cantik” jawab Raiahana yang tersenyum melihat ibunya.
“Eee... ngomong – ngomong kak Evan mana Bu?”, tanya Raiahana lagi yang celingak – celinguk mencari keberadaan kakaknya itu.
“Oh Evan?, Dia lagi di kamarnya Edward sayang nemenin Edward” jawab Zarra.
“Ooh oke deh kalo begitu”.
Kringg...kringg...kringg
Telepon Zarra pun berbunyi itu telpon dari Evan anak pertamanya. “Ada apa sayang, acaranya sudah mau mulai yah nak?” tanya Zarra.
“Iya Bu, aku nelpon ibu suruh Raihana turun karena acaranya sudah mau di mulai”, ujar Evan pada ibunya.
“Oh yaudah ibu bilangin ke Raiahana dulu. Kalo begitu ibu tutup dulu ya telponnya”, ujar Zarra yang menutup telponnya.
“Iya Buu”
Zarra pun menyampaikan pada Raiahana kalo acara akad nikah nya akan segera di mulai, disitu ibunya di bantu dengan sahabat Raihana yaitu Athalia menggandeng lengan Raihana di kedua sisi.
“Ayo nak kita turun, kita sudah di tunggu banyak orang”, ujar Zarra dengan tersenyum ke arah anaknya yang terlihat sangat tegang.
“Baik Buu”, jawab Raiahana.
Mereka bertiga pun turun ke aula untuk melangsungkan pernikahannya itu, mereka pun sampai di aula dan Zarra dan Athalia menghantar Raihana untuk duduk di kursi yang berada tepat di sebelah Edward.
Setelah tak lama Akad Nikah Raiahana dana Edward berlangsung Adira dan Bianca datang ke acara itu.
“Selamat ya buat kalian berdua, gw disini mau minta maaf sama kalian soal kejadian yang dulu gw lakuin ke kalian. Semoga kalian maafin gw, kalo begitu langgeng terus yah, gw sama Adira pamit dulu”, ujar Bianca dengan menundukkan kepalanya.
“Iya Dir gw maafin lu kok, tapi Lo jangan minta maaf kek gw tapi Lo minta maaf ke Raihana. Lo kan banyak salah sama dia bukan sama gw” jawab Edward dengan tegas.
“Iya, gw minta maaf banget ya sama lu. Waktu itu gw mau celakain lu untung ada Edward yang nolongin lu, semoga lu bisa maafin gw ya Han” ujar Adira yang memohon untuk di maafkan kesalahannya.
Raihana terdiam sejenak, “.....iyaa gw maafin ko, semoga lu juga ga berbuat hal yang sama karena alasan cemburu dengan orang tersebut yaa”, sahut Raihana dengan memegang pundak Adira.
Tak lama Adira dan Arisa pergi meninggalkan panggung. Kerabat – kerabat Raiahana dan Edward, Evan dan Athalia pun turut hadir di sana.
“Wah Selamat ye bro, dah jadi suami orang aja lu”, ujar Evan pada Edward dan Raihana.
“Thanks to bro, yaudah kita foto – foto dulu buat kenang – kenangan”, ujar Edward.
Mereka pun berfoto bersama, keluarga Edward dan keluarga Raihana berfoto bersama di pelaminan tempat Raihana dan Edward.
>Tamat<