Diberikan
Kehidupan yang Kedua
Diberikan
Kehidupan yang Kedua
BAB 1
Istana Tirani, Tiraniville
"Saat ini status kalian adalah pasukan Istana! Dan tentunya, sebagai seorang pasukan, kalian harus setia kepada Ratu dan melindungi istana ini dari ancaman apapun!" Jenderal Enzy berpidato. Jenderal Enzy adalah orang yang akan melatih pasukan barutahun ini.
'Membosankan. Itulah yang terlintas di kepala Chriss. Salah satu pasukan istana. Berbaris rapi, mendengarkan pidato kurang lebih setengah jam yang intinya sudah la ketahui. Mungkin semua orang disana juga berpikir sama dengannya.
"Hari ini kalian akan diberikan senjatakhusus, yang akan kalian gunakan selama kalian menjadi pasukan istana. Dan kita akan mulai latihan besok."
Jendral Enzy membuka sebuah kotak kayu yang cukup besar. Didalamnya terdapat benda seukuran pena berwarna perak, dengan tombol kecil di ujungnya. Jendral Enzy membagikan benda itu ke semua pasukan di lapangan luas itu.
"Hey.. kalian ingin membunuh kami?? Senjata apa ini? Pena?! Kau ingin kami melindungi istana dengan pena kecil ini???" tanya salah satu anak.
Pandangan semua orang langsung tertuju padanya. 'dasar orang aneh," kata Chriss dalam hati.
"Jaga sikapmu, sebelum aku menendangmu keluar dari istana ini,Salma." Jendral Enzy memperingati Salma, sambil berjalan kembali ke depan barisan. "Pena ini akan berubah menjadi senjata jika kalian menekan tombolnya dan bisa kembali ke wujud semula dengan menekan tombol yang sama. Pena ini akan bersatu dengan emosi kalian dan akan menentukan senjata apa yang cocok untuk kalian." jelasJendral Enzy sambil memperlihatkan senjata miliknya.
Anak anak mulai mencoba menekan tombol senjata mereka masing-masing. Dan benar, pena itu mulai memanjang dan membentuksebuah senjata. Bentuksenjata mereka pun berbeda-beda. Pena milik Chriss sendiri berubah menjadi sabit besar, sedangkan milik temannya, Elizabethberubah menjadi sebuah busur.
Dari jauh, terdengar perbincangan beberapa orang.
"Hey? Apa ini? Trisula??"
"Haha itu lebih baik daripada bambu runcing, Seichi."
"Ehm."Jenderal Enzy mengisyaratkan mereka untuk tenang dan kembali ke barisan. "Kalian boleh membawanya, dan meninggalkan lapangan ini, tapi jangan bertindak gegabah dan mencoba senjata ini tanpa seizin kami, apalagi membuat kekacauan diluar istana. Sebaiknya kalian mempersiapkan diriuntuk latihan besok," kata Jendral Enzy sambil tersenyum menyeringai.
Barisan pun dibubarkan, semua pasukan bebas melakukan apapun, asal hal itu tidak melanggar peraturan.
Sementara itu, di dalam sebuah kamar tidur...
"Huhhhh, ini melelahkan," kata Chriss, menghempaskan tubuh mungilnya di tempat tidur.
"Jika berbaris saja kau sudah kelelahan seperti ini, mungkin besok kau akan pingsan, Chriss," kata Elizabeth. "Jadi, maksudmu aku lemah?!" Tanya Chriss.
"Uhm.. Yahh kau memang lemah," Ejek Elizabeth, sambil berlari dari Chriss.
Chriss mengejar Elizabeth sampai keluar kamar, dan.. Brakkk
Chriss menabrak seseorang yang sedang membawa segelas minuman. Ia pun terjatuh, sedangkan orang yang ditabraknya itu tetap berdiri kokoh.
"Astaga Chriss!" Elizabeth berlari menghampiri Chriss.
"Ouchh.. maaf," kata Chriss sambil bergegas berdiri.
'Hei! Bukankah dia orang aneh yang tadi?" pikir Chriss, setelah Ia melihat wajah Salma, orang yang ditabraknya itu.
"Kemana matamu, nona cebol?!" kata Salma, kesal karena minumannya tumpah.
"Apa??! Aku kan sudah minta maaf, tuan tiang," kata Chriss.
Siapa yang kau panggil tiang?!" Salma semakin kesal.
"Sudahlah Salma, jangan berulah lagi," kata Seichi, temannya.
Seichi kemudian menarik Salma, pergi dari tempat itu.
"Lepaskan aku Seichi!" suara Salma masih terdengar dari jauh.
"Huh.. dia bilang aku cebol?!" Chriss menggerutu. "haha.. sudah lupakan saja, Chriss," kata Elizabeth, sambil mengajak Chriss kembali ke kamar mereka
Hari mulai malam, setelah semua pasukan makan malam, pun kembali ke kamar masing-masing dan beristirahat.
BAB 2
Pagi ini, semua pasukan berkumpul dan berbaris di lapangan. Setelah menunggu beberapa saat, Jendral Enzy muncul bersama Ratu dan satu orang lagi di sampingnya. Melihat Ratu semua pasukan pun membungkuk dengan satu lutut berada di tanah.
"Berdirilah!" perintah Ratu Guinevere. Semua pasukan pun berdiri, dan kembali tegak. "Ini adalah Jendral Selena Brightes, panglima istana. Dia yang akan mengawasi kalian selama latihan." Ratu memperkenalkan Jendral Selena.
"Halo.." Jendral Selena ramah, sambil sapa melambaikan tangan.
Setelah itu, Ratu pun meninggalkan mereka, dan kembali ke ruangannya
"Baiklah. Sebelum kita memulai latihan, kalian akan dibagi menjadi beberapa kelompok. Setelah nama kalian disebut, harap berkumpul dengan kelompok kalian masing- masing!" perintah Jendral Enzy.
Jendral Enzy mulai menyebut nama-nama mereka. Setelah semua orang telah disebut namanya, kini tinggal tersisa Chriss, Salma, Elizabeth, dan Seichi yang belum disebutkan. "Kelompok 8, Seichi, Chriss, Elizabeth Einzbern, dan
Salma," kata Jendral Enzy. 'Salma?" Chriss merasa tidak asing dengan nama itu. Oh! Dia ingat. Salma adalah orang aneh yang kemarin la tabrak. Tiba-tiba Salma mengangkat tangan..
"Ada apa Salma?" tanya Jendral Enzy.
"Aku tidak mau sekelompok dengan gadis kecil seperti dia," kata Salma sambil menunjuk Chriss. "Dia hanya akan menjadi beban," lanjutnya. "Oh ya? Ingin menguji kekuatan seorang gadis kecil??"
Chriss tidak terima. Ia mengeluarkan senjatanya. "Oh aku penasaran seperti apa kekuatanmu itu." Salma tidak mau kalah. Ia juga mengeluarkan senjatanya.
"Diam!!" kata Jendral Enzy, melerai mereka. "Kalian adalah pasukan istana! Bukan anak kecil umur 10 tahun! Aku tidak peduli, kalian akan tetap satu kelompok selama menjadi pasukan istana. Jika kalian berulah lagi, kalian akan diberhentikan sebagai pasukan istana!"
Chriss dan Salma tidak punya pilihan lain. Mereka pun berdamai untuk sementara.
"Satu bulan yang lalu kalian sudah diajari teknik-teknik dalam menggunakan senjata, jadi hari ini kita akan langsung latihan melawan musuh," kata Jendral Enzy.
Kemudian, Jendral Enzy membawa mereka ke sebuah arena, sementaraJendralSelenajuga ikut bersama mereka. Pasukan istana masuk ke tengah arena, sedangkan kedua jendral mengawasi mereka dari atas.
Tiba-tiba, kurungan besi di sudut arena, terbuka. Dan seekor monster keluar dari balik kegelapan, berjalan diantara pilar-pilar arena. Monster itu seperti badak, tapi lebih besar dan menyeramkan, ia memiliki satu cula dengan dua tanduk, dan memiliki ekor berduri. Semua pasukan istana mulai panik dan berjalan mundur.
"Apaapaan ini??!" tanya Salma, terkejut dengan apa yang dilihatnya.
"Hari ini kalian akan melawan monster itu, monster itu tidak akan membunuh kalian, tetapi bisa mematahkan tulang kalian," kata Jendral Enzy dengan santai.
*dasar jendral sialan! Salma menggerutu dalam hati. Pasukan pun mulai melawan monster besar itu, tetapi mereka terlalu gegabah. Monster itu menyerang mereka dengan membabi buta. Hanya butuh waktu beberapa menitbagi monster itu untuk menghempaskan mereka. Yang tersisa hanya kelompok 8 yang memang belum menyerang sejak awal.
Salma mulai berlari menghampiri monster itu.
"Salma mundur!" kata Chriss menarik tangan Salma
"Apa yang kau lakukan?!" tanya Salma.
"kita butuh strategi!" kata Chriss.
Kelompok 8 kemudian mundur dari tengah arena. "kita harus bekerja sama. Harus ada yang mengalihkan perhatian monster itu, kemudian kita akan menyerangnya bersamaan" kata Chriss, kemudian Ia berpikir sejenak. "Aku akan mengalihkan perhatiannya, Elizabeth, apa kamu bisa menembakkan dua panah sekaligus?" tanya Chriss kepada Elizabeth.
"Ya sepertinya aku bisa," jawab Elizabeth.
"Bagus! Elizabeth, kau akan tetap disini, tunggu aba-aba dariku, kemudian tembaklah kedua mata monster itu. Setelah serangan dari Elizabeth, Salma dan Seichi akan langsung menyerang dari samping, sementara aku dari depan," jelas Chriss.
Sementara itu, Jendral Enzy dan Jendral Selena tetap mengawasi mereka dari atas.
"Apa kau yakin mereka bisa mengalahkannya, Jendral Enzy?" tanya Jendral Selena.
"Ya, kurasa mereka bisa," kata Jendral Enzy.
Chriss pun mulai keluar dari persembunyian, Elizabeth tetap bersembunyi sambil membidik, sementara Salma dan Seichi bersiap menyerang dari samping. Chriss berteriak, untuk mengalihkan perhatian monster itu.
"Heiiii!!! Disini!!" teriak Chriss.
Monster itu langsung menolehkan kepalanya ke arah sumber suara, dia melihat Chriss. kemudian mengejarnya.Chriss berlari, memancing monster itu lebih dekat dengan Elizabeth. Dalam beberapa detik. Chriss sudah berada di ujung arena, monster badak itu pun bersiap menyerangnya.
"Sekarang. Elizabeth!" perintah Chriss.
Elizabeth melepas panah dari busurnya. Dan kedua panah itu tepat mengenai kedua mata monster itu. "Seichi! Salma!" Chriss mengisyaratkan kedua temannya itu untuk menyerang.
Mereka berdua menusukkan katana dan trisula merekadari arah kiri dan kanan monster, sedangkan Chriss menyerang dari depan.
"Hyaaaaa!" Chriss melancarkan serangannya.
'Roarrrrr!' monster itu mengerang. Beberapa detik kemudian, ia pun terjatuh dan mati. Chriss bersama teman- temannya menghempaskan tubuh mereka ke tanah, bernafas lega.
Jendral Enzy bertepuk tangan.
"Kerja bagus kelompok 8! Sekarang kalian semua tahu pentingnya kerja sama dalam kelompok" kata Jendral Enzy. "Kalian semua boleh beristirahat sekarang, besok kalian akan melawan monster yang lebih besar," canda Jendral Enzy.
"Hahh?!!" semua pasukan istana terkejut.
BAB 3
Malam itu, Jendral Selenaberjalan di koridor istana. "Hei, apakah ini minuman untuk Ratu?" tanya Jendral Selena kepada pelayan.
"Oh, benar nona," jawab pelayan itu.
"Biar aku bawakan," kata Jendral Selena.
la pun membawa minuman itu menuju ruangan Ratu. "Yang Mulia.." panggilnya sambil mengetuk pintu ruangan Ratu Guinevere.
Setelah dipersilahkan, Jendral Selena membuka pintu itu dan melangkah masuk. Ia menaruh minuman itu di sebuah meja.
"Jadi bagaimana menurutmu tentang pasukan baru,
Jendral Selena?" tanya Ratu Guinevere.
"Em.. mereka cukup baik, tapi mereka masih naif," kata Jendral Selena.
"Bagaimana dengan latihan hari ini?"
"Monster itu dikalahkan oleh kelompok 8, sepertinya sejauh ini, kelompok 8 lah yang paling menonjol," jawab Jendral Selena.
Ratu Guinevere dan Jendral Selena terlihat mulai tertarik dengan kelompok 8. Chriss, Salma, Seichi, dan Elizabeth. Setelah hari mulai larut. Jendral Selena pun pamit untuk beristirahat. Seperti biasa, saat malam tiba semuanya seolah berhenti sejenak. menjadi sepi, orang-orang mulai terlelap, hanya beberapa dari mereka yang terjaga. Mereka mulai masuk ke alam mimpi hingga pagi tiba.
Keesokan harinya..
Jendral Selena berjalan melewati halaman istana.Pagi ini, beberapa pasukan istana juga berjalan di halaman, hendak menuju ke ruang makan. Pasukan-pasukan yang lewat memberi hormat kepada Jendral Selena, sementara Jendral Selena hanya tersenyum.Jendral Selena segera mempercepat langkahnya, menuju ruangan Ratu Guinevere. "Yang Mulia.." panggil Jendral Selena, dari luar ruangan
Ratu. Tidak ada jawaban.
"Apakah Ratu belum keluar ruangan dari tadi?" tanya Jendral Selena kepada penjaga disana.
"Belum, Jendral." jawabnya.
"Anch.. tidak biasanya Ratu seperti ini," kata Jendral Selena. "Yang Mulia.. Anda sedang sibuk?"
Tetap tidak ada jawaban dari Ratu Guinevere. Ratu Guineverememang tidak pernah mengabaikan orang-orang istana, walaupun la sibuk, Ia akan memberi pesan kepada di penjaganya. "Yang Mulia, jika Anda tidak menjawab, aku akan masuk," kata Jendral Selena.
Ratu Guinevere tetap tidak menjawab.
"Baiklah aku akan masuk."
Jendral Selena memberanikan diri membuka pintu, dan melangkah masuk. Ia melihat Ratu terbaring di tempat tidurnya dengan muka pucat.
"Astaga, apa yang terjadi? Yang Mulia!" Jendral Selena berusaha membangunkan Ratu. "Penjaga! Panggil tabib istana!" perintah Jendral Selena.
Setelah beberapa menit menunggu, tabib pun datang dan memeriksa Ratu Guinevere. Setelah selesai, tabib istana berbicara kepada Jendral Selena.
"Yang Mulia Ratu Keracunan ratu sepertinya disebabkan oleh obat veneloctillumverenum. Hal ini nampak dari kondisi Ratu saat ini.. tubuhnya sangat dingin, denyut nadinya sangat halus hampir tidak terasa.. hal ini dikarenakan Ratu keracunan obat verenum dengan dosis yang sangat tinggi. terlalu tinggi," jelas tabib istana. "Entah bagaimana obat itu biss meracuni Ratu." Mendengar hal itu. Jendral Selena langsung mengambil keputusan. "Penjaga!! Penjarakan semua pelayan dapur!" perintah Jendral Selena.
"Baik. Jendral!" kata mereka.
"Lalu, bagaimana cara menyembuhkan Ratu?" tanya Jendral Selena. "Maafkan hamba, nona.. Tetapi sepertinya tidak ada obat yang bisa menyembuhkan Ratu," kata tabib istana dengan raut wajah putus asa.
Seketika suasana di dalam ruangan itu menjadi hening. Raut wajah mereka tampak tidak ada harapan.
"Tidak mungkin. Pasti ada obatnya! Pasti Ratu bisa sembuh!" kata Jendral Selena.
Di tengah pembicaraan mereka, Jendral Enzy masuk, dan ikut mendengarkan mereka.
"Tidak nona, tidak ada obatnya.. Ratu sudah tidak bisa disembuhkan," kata tabib. Semua terdiam. Mereka sudah benar-benar tidak ada harapan. Ratu tidak bisa disembuhkan.
"Namun... jika nona percaya.. ada sebuah legenda. Konon, menurut legenda itu, di hutan Ydgrasil, ada tanaman ajaib yang bisa segala penyakit. Tetapi, karena itu hanya legenda, hamba tidak tahu apakah tanaman itu benar-benar ada.. dan lagi, hutan itu adalah hutan terlarang." Jelas tabib itu.
Sementara itu..
"Ramai sekali.. dimana kita akan makan..?" kata Chriss mengeluh.
"Yah..ruang makan ini mungkin akan lebih sepi jika kau tidak kesiangan, Chriss," kata Elizabeth. "Hei.. disitu masih ada meja yang kosong.. ayo kita kesana!" ajak Elizabeth sambil menunjuk ke arah meja kosong.
Ketika mereka hampirsampai, mereka menyadari bahwa meja dan bangku itu tidak benar-benar kosong. Ada dua laki- laki yang sedang makan disana. Seichi dan Salma.
"Elizabeth.. tidak. Aku tidak mau makan di meja yang sama dengan Salma!" kata Chriss sambil menarik tangan Elizabeth.
"Sudahlah Chriss.. lupakan dulu masalahmu dengannya. Aku lapar.." bujuk Elizabeth.
Elizabeth benar. Mereka sudah kelaparan. Akhirnya Chriss pasrah dan melupakan hubungan buruknya dengan Seshiro untuk sementara. "Permisi.. bolehkah kami makan disini?" tanya Elizabeth kepada mereka berdua.
Seichi dan Salma kemudian menoleh ke arah Elizabeth dan Chriss. Seshiro menatap ke arah Chriss. Ia kemudian memikirkan sesuatu.
"Yah boleh saja.. tetapi kalian harus bilang Salma tampan terlebih dahulu," kata Salma dengan santai.
"Kau.." Kata-kata Chriss terputus karena seseorang membuka pintu ruang makan itu.
"Semua pasukan! Harap segera ke halaman istana!" perintah Jendral Enzy, setelah la membuka pintu ruang makan Semua pasukan istana langsung bersiap ke halaman.
Imily dan Elizabeth pun mencoba memakan sesuatu yang bisa mereka makan secepatnya sambil berjalan. Setibanya di halaman istana, mereka langsung berbaris dengan posisi siap "Ratu tidak sadarkan diri," kata Jendral Enzy sambil memikirkan sesuatu. Semua pasukan istana terkejut, tetapi mereka hanyadiam.
Sebelumnya..
"Apa kau serius tentang ini Jendral Selena?"
"Ya! Tentu saja.
"Tapi hutan itu adalah hutan terlarang, dan tanaman itu hanya legenda! Untuk apa mengorbankan pasukan berharga kita untuk hal yang tidak pasti?!"
"Bukankah ini bentuk kesetiaan pada Ratu?"
Jendral Enzy terdiam sejenak.
"Bagaimana jika mereka gagal? Kita tidak tahu ada apa di hutan itu. Resikonya terlalu besar. Jika itu terjadi, kita akan kehilangan prajurit kita sementara Ratu tetap tidak sembuh, "kata Jendral Enzy lagi
"Aku akan ikut.."
"Apa kau sudah gila?? Bagaimana jika kau mati??!" "Ada apa denganmu Jendral Enzy? Apa kau tidak mau Ratu sembuh?"
"B-bukan begitu.."
Maka Jendral Enzy mengumumkan hal ini kepada semua pasokan istana.
"Istana memiliki rencana pencarian tanaman obat misterius, di hutan Ydgrasil. Untuk itu diperlukan satu kelompok yang bersedia menerima misi rahasia ini, kalian akan ditemani oleh Jendral Selena. Bagi yang bersedia, bisa mengajukan diri sekarang!" jelas Jendral Enzy.
Tidak ada satupun dari mereka yang bersedia menerima misi dengan resiko tinggi itu. Namun, setelah beberapa saat.. Chriss, Elizabeth, dan Seichi mulai mengangkat tangan mereka.
"Heii?! Kalian-" Salma berbicara terbata-bata. la kemudian menghela nafas, "Huh.. baiklah aku juga ikut," kata Salma sambil mengangkat tangan.
Jendral Enzy membawa kelompok 8 ke sebuah ruangan dimana tabib dan Jendral Selena berada. Setelah mereka sampai, tabib memperlihatkan sebuah peta.
"Tujuan kalian ada disini," kata tabib sambil menunjukkan peta itu. "Menurut legenda, tanaman itu tumbuh di tebing ini. Tebing ini merupakan ujung dari hutan Ydgrasil. Sebenarnya hutan ini adalah hutan yang kecil. Tetapi, dari catatan-catatan sejarah yang ada.belum pernah ada orang yang kembali lagi setelah memasuki hutan itu," jelas tabib istana.
Mendengar hal itu, kelompok 8 terdiam. Tetapi mereka sadar, kini mereka adalah pasukan istana yang akan menjaga keselamatan ratu, dan mereka harus siap untuk itu.
"Baiklah.. kita sudah mendapatkan petanya. Hari ini kita akan menyiapkan barang-barang dan persediaan yang akan kita bawa seperlunya. Kita akan berangkat besok pagi," kata Jendral Selena
Kemudian mereka keluar dari ruangan itu, dan berpisah. sementara Jendral Enzy hanya berdiam di depan pintu ruangan, sambil memperhatikan mereka berjalan.
"kau dengar kata tabib tadi, Elizabeth?" tanya Chriss, sesampainya mereka di kamar.
"Ya.. tapi kita tidak boleh ragu, Chriss. Kita sudah mengajukan diri dari awal," kata Elizabeth. "Tetapi kita mungkin masih bisa mundur.." kata Chriss dengan raut wajah cemas.
"Apa kau takut?" tanya Elizabeth khawatir.
"Tidak. Hanya saja.. bagaimana jika kita..?" Chriss tidak berani melanjutkan kata-katanya.
"Tidak.. tidak.. aku yakin kita akan mendapatkan tanaman ajaibnya, dan keluar dari hutan itu, Chriss. Kita akan keluar bersama-sama," kata Elizabeth meyakinkan Chriss.
Chriss tersenyum, memantapkan dirinya. Ia kemudian menggenggam tangan sahabatnya itu.
"Aku senang bisa mengenalmu, Elizabeth," kata Chriss. Hari mulai larut. Mereka pun tidur lebih awal.
Keesokan harinya..
"Kalian sungguh akan pergi?"
"Sudahlah Jendral Enzy, kau masih meragukannya?" tanya Jendral Selena.
"Yap! Aku sangat bersemangat hari ini!" Salma bersemangat.
"Jaga diri kalian! Berhati-hatilah!" kata Jendral Enzy. "Sepertinya kami akan pergi sekarang. Jagalah istana ini selama kami pergi," kata Jendral Selena.
Mereka pun mulai melangkah keluar gerbang istana. sementara Jendral Enzy dan pasukan istana lainnya tinggal di istana.
"Baiklahhh!! Mari kita mulai petualangan kita!" Salma berteriak.
BAB 4
Hutan Ydgrasil
"Sepertinya inilah hutannya," kata Jendral Selena, sesampainya mereka di depan hutan Ydgrasil. "Wah! Terlihat seperti hutan biasa? Ku pikir tidak akan
ada sinar matahari di hutan ini," kata Salma.
Jendral Selena dan yang lainnya memantapkan diri mereka masing-masing, kemudian mulai melangkah memasuki hutan. Mereka berjalan sambil larut dalam pikiran mereka masing-masing. Tidak ada satupun yang berbicara, hanya ada suara langkah kaki mereka, dan sesekali suara angin yang bertabrakan dengan pohon-pohon tinggi disana. Tidak terasa, mereka semakin jauh masuk ke dalam hutan. Matahari semakin terik, udara semakin panas dan kering, langkah mereka pun semakin berat.
"Sinar mataharinya semakin menyengat. Kalian ingin istirahat?" tanya Jendral Selena.
"Aku haus.." kata Elizabeth.
Mereka pun duduk sejenak untuk minum.
Srakksrakk
Terdengar suara dari balik pohon-pohon besar. Jendral Selena mengisyaratkan mereka untuk diam. Ia menajamkan pendengarannya. Sekali lagi, suara itu terdengar. Mereka langsung waspada dan mengeluarkan senjata mereka masing- masing.
"Sepertinya kita harus pergi dari sini," kata Chriss.
"Ayo!" ajak Jendral Selena.
Mereka pun berlari, tetapi, monster tinggi besar keluar dari balik pohon dan menghadang jalan mereka.
"Whoaaa!" Seichi terkejut. "Monyet raksasa!" "Serahkan saja padaku!" kata Salma sambil berlari menghampiri monyet itu.
"Salma!!"
Jendral Selena berusaha menghentikan Salma, tapi terlambat.Salma melancarkan serangannya, tetapi kemudian la terpental
"Akhhh!"
"Salma! Kau tak apa?" tanya Chriss.
"Sial! Makan apa monyet itu?! Tubuhnya seperti batu." kata Salma sambil bangkit berdiri.
"Pasti ada kelemahannya, "kata Chriss.
Jendral Selena memerintahkan mereka untuk bersembunyi terlebih dahulu.
"Sepertinya monyet itu tidak akan melepaskan kita." kata Jendral Selena. "Kita harus mengalahkannya.."
"Jendral, lihat! Bukankah dia terlihat seperti sedang melindungi tengkuknya?" kata Chriss. "Oh ya! Sepertinya dia menutupinya dari tadi," kata
Elizabeth. "Tapi bagaimana cara meraihnya?" tanya Seichi.
"Bagaimana dengan busur dan panahku??" Elizabethmemberi saran.
"Tidak. Panahmu terlalu kecil bagi monyet besar itu, kata Jendral Selena. Ia kemudian berpikir sejenak. "Begini saja.. aku akan memanjat dan menyerangnya dari pohon itu. lalu.. Salma, kau alihkan perhatiannya, biarkan dia menangkapmu!" perintah Jendral Selena.
"Lalu bagaimana jika tengkuk bukanlah kelemahannya?! Apa aku akan mati konyol?!" tanya Salma kesal.
"Itu lebih baik daripada kita semua mati konyol." Jendral Selena kemudian berlari kearah pohon besar, kemudian memanjatnya. Sementara itu, Salma mengalihkan perhatian monyet itu.
"Tangkap aku, monyet jelek!" kata Salma, kemudian la membiarkan monyet itu meraih tubuhnya. "Arghh! Jendral, cepatlah!"
Jendral Selena melompat ke arah monyet itu, dan menggores tengkuknya. Monyet itu seketika tumbang dan terjatuh bersama Salma dan jendral Selena.
"Hngh!" Salma berusaha bangkit. "Apa kita berhasil?" "Ya! Kalian berhasil!" kata Chriss girang.
"Kerja bagus, Salma!" Jendral Selena memuji Salma. "Langitnya semakin gelap. Sepertinya kita akan bermalam di sekitar sini," kata Jendral Selena.
Mereka kemudian berjalan, mencari tempat yang aman untuk beristirahat. Setelah beberapa lama berjalan, mereka akhirnya memutuskan untuk bermalam di dekat sungai. Mereka pun mendirikan tenda.
Hari semakin larut, matahari kini telah sepenuhnya tenggelam, digantikan oleh bulan purnama. Udara menjadi semakin dingin. Mereka membuat api ungun, kemudian duduk bersama mengelilingi cahaya dan penghangat itu. Mengobrol, sambil memakan roti yang sudah mereka bawa dari istana.
"Sekarang, rasanya kita seperti sedang berkemah ya?" tanya Jendral Selena.
"Yah.. kemah yang mematikan," Canda Salma.
"Haha.. setidaknya malam ini kita aman," kata Chriss. "Uhm.. Jendral, bagaimana dengan perjalanan kita besok?" tanya Chriss.
"Dari yang kulihat di peta, kita harus melewati goa, dan setelah keluar dari sana, kita akan sampai di ujung hutan," jawab Jendral Selena. "Ngomong-ngomong, jika diluar istana seperti ini, panggil saja aku Selena. Lagipula, kita sepantaran," kata Jendral Selena tersenyum.
"Benarkah?!!" mereka semua terkejut. "Bagaimana bisa?"
"Yah.. keluargaku masih berkerabat dengan keluarga istana. Jadi, aku diperbolehkan menjadi pasukan istana saat masih dibawah umur. Ayah ibuku juga seorang pasukan istana. Tapi-"
"Benarkah? Dimana mereka sekarang?" tanya Salma, memotong cerita Jendral Selena.
"Merekagugur dalam perang.." seketika raut wajah Jendral Selena berubah.
"Maafkan kami," kata Chriss.
"Tidak apa-apa, itu sudah lama sekali," Jendral Selena tersenyum. "Beberapa tahun setelah orang tuaku tiada, aku dipercaya Ratu menjadi panglima istana."
"Wahh tidak adil!" kata Seshiro.
"Haha yah begitulah," Jendral Selena tertawa.
"Ngomong-ngomong, ini sudah larut, sebaiknya kita beristirahat sekarang."
"Hoaamm.. ya aku juga sudah sangat mengantuk," Seichi berbicara sambil menguap..
Mereka pun kembali ke tenda. Kecuali Chriss.
"Kau tidak tidur, Chriss?" tanya Jendral Selena.
"Uhm.. aku tidak mengantuk, aku akan berjaga saja disini," jawab Chriss.
"Baiklah.. jaga dirimu," Jendral Selena berjalan menuju tenda
Chriss berdiri, melangkahkan kakinya ke pinggir sungai. la duduk disana, menengadah ke langit, melihat bintang berhamburan. *apa kita benar-benar bisa keluar dari hutan ini, pikirnya.
Sementara itu
Bukkk
Seichi yang sedang tertidur, tanpa sadar menghantam tubuh Salma dengan tangannya.
"Aghh!" Salma terkejut. "Hei Seichi! Singkirkan tanganmu," Ia mengecilkan suaranya sambil berusaha menyingkirkan tangan Seichi.
Seichi tidak menjawab, la tenggelam dalam mimpinya.
"Sial, aku ingin tidur nyenyak saja tidak bisa!" Salma menggerutu sambil keluar dari tenda.
Kemudian Salma melihat Chriss dipinggir sana. Seperti melamun, entah apa yang dipikirkannya. Salma pun langsung menghampirinya.
"Oi, Chriss! Apa yang kau lakukan disini?" tanya Salma dengan nada menginterogasi.
"Eh? Uhmh tidak ada, aku hanya tidak bisa tidur." Chriss terkejut. Ia setengah berbohong.
"Hmmm.. benarkah??" Salma mendekat dan menyipitkan matanya. "Ehm.. y-ya??" jawabnya. "Sebenarnya, aku takut. Takut kita tidak bisa keluar dari sini."
"Dasar bodoh! Selama aku ada disini, kita pasti akan keluar," kata Salma percaya diri, sambil duduk disebelah Chriss.
Chriss hanya tersenyum. Ia merasa bodoh karena telah memikirkan yang tidak-tidak. Ia sedikit merasa tenang sekarang.
Mereka berdua kini larut dalam keheningan, merasa canggung. Mereka hanya melihat ke depan, kearah sungai.
"Ngomong-ngomong, maaf jika aku terlalu kasar, dan pernah mengejekmu," kata Salma membuka pembicaraan. "Tidak itulah dirimu," Chriss menoleh ke Salma, apa, kemudian tersenyum ramah. Salma pun menoleh ke arah Chriss, dan
Plakk..
la mendaratkan tangannya ke kepala Chriss, memukulnya kecil.
"Jika kau berlagak baik seperti ini, aku semakin ingin mengejekmu, bodoh," kata Salma.
"Agh! Kukira kau benar-benar tulus meminta maaf."
Salma hanya tertawa. Waktu berlalu dengan cepat, pun beristirahat, menunggu hingga pagi tiba.
BAB 5
Hari ini, Chriss dan lainnya bangun sangat pagi, untuk melanjutkan perjalanan mereka. Matahari yang belum sepenuhnya terbit, membuat perjalanan mereka terasa gelap, lembab dan dingin. Mereka melangkah, melewati rumput- rumput panjang dan semak yang basah akibat embun. Waktu berlalu, sudah setengah jam mereka berjalan tanpa gangguan. Langit seketika mendung, dan suara geledek bergemuruh, dan air hujan mulai turun sedikit demi sedikit.
"Gawat.. kita harus menuju goa, sebelum hujan semakin deras, kita bisa berteduh dulu disana," kata Jendral Selena. Mereka pun mempercepat langkah mereka. Berusaha menuju goa sebelum hujan semakin deras. Tak butuh beberapa lama, mereka pun sampai di depan goa. "Uhm.. teman-teman, perasaan ku tidak enak," kata Seichi.
"Diamlah, Seichi," kata Salma.
Mereka pun memasuki goa itu dan terus berjalan. Perlahan, cahaya dari luar mulai menghilang. Udara yang dingin menambah suasana mencekam di dalam goa yang gelap itu.
"Ungh cahayanya menghilang, aku hampir tidak bisa melihat apa-apa. ," kata Seichi.
"Seichi, nyalakan api!" perintah Jendral Selena. "Oh..uh.. baik."
Seichi kemudian mengeluarkan sumbu, dan menggesekannya ke dinding goa. Beberapa kali Seichi mencoba, tetapi sumbu itu tidak menyala juga.
"Payah! Berikan padaku," kata Salma mengambil alih.
Salma kemudian menyalakannya sekali, dan seekor kelelawar raksasa terlihat tepat di depannya.
"Aaaa," Salma terkejut, la mundur dan terjatuh n yang lain pun ikut terkejut, dan melangkah bersama sumbunya. Chriss dan mundur.
"Cepat.. lari!" kata Elizabeth.
Salma pun berusaha meraih sumbunya kembali, dan bangkit berdiri. Mereka kemudian berlari lebih jauh kedalam goa, sementara kelelawar itu mengejar mereka. Kelelawar itu tinggi, dan memiliki sayap yang besar, dan berbeda dari kelelawar biasa, ia memiliki kaki yang panjang seperti manusia, sehingga ia bisa berlari layaknya manusia juga.
Mereka terus berlari, dengan cahaya terbatas dari sumbu yang digenggam Salma. Sesekali mereka melihat kebelakang untuk melihat seberapa jauh kelelawar itu. Elizabeth tanpa sadar berteriak ketakutan.
"Aaaaaa!!!!"
Kelelawar itu berhenti sejenak, dan lanjut mengejar mereka. Sekali lagi Elizabeth berteriak, sambil melihat ke belakang. Dan kelelawar itu kembali berhenti.
"Te..teman-teman," kata Elizabeth, sambil berlari.
"Diamlah Elizabeth," kata Salma.
"Se.. sepertinya kelelawar itu.. sensitif dengan suara tinggi," katanya terbata-bata.
"Apa kau yakin?" tanya Jendral Selena.
"Y..ya?"
"Kita.. harus mengalahkannya. Dalam.. hitungan ketiga.. kita berhenti berlari, kemudian.. Elizabeth.. berteriaklah sekencang mungkin!!" perintah Jendral Selena, terbata-bata karena lelah berlari.
"Satu.. dua.. tiga!"
Elizabeth pun berhenti berlari, diikuti dengan yang lain. dan la berteriak sangat kencang, hingga Salma memiringkan kepalanya. Kelelawar itu terlihat kesakitan, dan tidak bisa diam. "Salma! Serang dia!" perintah Jendral Selena.
Salma pun mengeluarkan senjatanya dan mendekati kelelawar itu, tapi kelelawar itu terus memberontak dan mengepakkan sayapnya. Tiba-tiba Elizabeth terbatuk dan berhenti berteriak.
"Uhk.. aku lelah.."
Kelelawar itu pun berhenti, dan melihat Salma.
"Gawat.." katanya.
Sontak Chriss pun langsung berteriak, menggantikan Elizabeth, dan kelelawar itu kembali kesakitan.
"Salma cepat!"
"Kelelawar ini tidak bisa diam!" Salma kemudian melihat sumbu yang dipegangnya. Ia kemudian melemparnya ke kelawar itu. Kelelawar raksasa itu pun mengerang, tapi kemudian ia mengejar mereka
"Aaaaaaa!!!"
Mereka kembali berlari, kini cahaya hanya bersumber pada kelelawar yang terbakar itu. Mereka terus berlari, hingga akhirnya, kelelawar itu mati terbakar. Mereka pun berhenti untuk memastikan apakah kelelawar itu sudah benar-benar mati.
"Roar!" Salma memegang kedua bahu Seichi, dan mengagetkannya.
"Hwaaa!" Seichi pun terkejut dan terjatuh.
Mereka semua tertawa. Setelah memastikan kelelawar itu sudah mati, mereka melanjutkan perjalanan mereka. Ada dua jalan di goa itu. Mereka mengikuti peta, dan mengambil jalan bagian kanan. Perlahan-lahan, mereka mulai melihat cahaya dari ujung sana, mereka mulai keluar dari goa itu, dan terus melangkah menuju tebing.
"Sebentar lagi.. kita hampir sampai," kata Chriss.
BAB 6
Chriss, dan yang lainnya terus melangkah. Mereka sebentar lagi sampai, tidak ada alasan untuk berhenti.
"Kita sampai.." kata Jendral Selena.
Chriss kemudian meluruskan pandangannya ke depan, la baru menyadari, bahwa mereka sudah sampai di ujung hutan Ydgrasil. Kini mereka bisa melihat langit dengan jelas. Perasaan lega jelas terlihat dari raut wajah mereka.Langit yang tadinya mendung mulai berubah menjadi biru kembali.Mereka berjalan ke ujung tebing untuk menikmati pemandangan itu.
"Lihat! Apakah itu tanamannya?" tanya Seichi, menunjuk ke arah bunga berwarna keemasan. "Biar kulihat," Jendral Selena menghampiri bunga itu.
"Ya.. sepertinya benar," katanya. Chriss dan yang lainnya tampak kegirangan. Akhirnya, setelah perjalanan yang melelahkan, mereka bisa melihat langit biru, dan menemukan tanaman ajaib itu. Jendral Selena kemudian mencabut bunga itu, dan memasukannya ke sebuah botol kaca.
"Baiklah! Mari kita pulang!" Salma bersemangat, sambil bergegas pergi dari ujung tebing itu.
Jendral Selena kemudian berhenti melangkah. Membuat Chriss dan yang lainnya ikut berhenti dibelakangnya.
"Hei Jendral! Kena-" Perkataan Salma terpotong.
"Terima kasih atas kerjasamanya, teman-teman," kata Jendral Selena.
Jendral Selena kemudian mengeluarkan senjatanya. Berbalik arah dan menyerang mereka semua dengan pedang Mereka menghindar, tapi kini mereka ada di ujung tebing.
"Jendral.. apa yang kau-" Chriss terbata-bata, tidak percaya dengan apa yang barusan terjadi. "Hei! Jangan main-main, Jendral," kata Salma
"Jangan-jangan kau-" Chriss tidak bisa melanjutkan perkataannya. "Ya! Aku yang meracuni Guinevere itu.. setelah la mati aku yang akan menggantikannya menjadi ratu"
"Tapi.. kenapa?"
Belum sempat Jendral Selena memberi penjelasan, Salma sudah mengeluarkan senjata, dan menyerang Jendral Selena.
"Salma! Jangan!" Chriss berusaha menghentikannya. Salma tetap berlari menyerang Jendral Selena. Dan, Jendral Selena tidak main-main. Ia menyerang mundur Salma, dan hendak membunuhnya.
"Matilah!" kata Jendral Selena.
Srakkk
Mata Salma dan yang lainnya terbelalak. Bukan. Bukan Salma yang tertusuk. Tetapi Elizabeth. Salma terkejut dengan apa yang dilihatnya. Teman satu kelompoknya, terluka demi melindungi dirinya yang bodoh itu.
"Selamat tinggal," kata Jendral Selena. Ia mencabut pedang itu dari tubuh Elizabeth, kemudian mendorong mereka semua ke jurang. "Selamat tinggal, Guinevere.." Jendral Selena menginjak-injak botol kaca berisi tanaman itu.
Hanya butuh beberapa detik, tanaman itu sudah hancur tidak berbentuk. Ia kemudian melukai tubuhnya beberapa kali dengan pedang miliknya, dan bergegas kembali ke istana.
Sementara itu..
Istana Tirani, Tiraniville
Jendral Enzy tampak duduk di dekat tempat tidur Ratu. Ia tampak gelisah.
"Entah kapan mereka akan pulang," katanya.
Jendral Enzy duduk disana cukup lama, berharap Ratu bangun, walau tau hal itu mustahil. Akhirnya la memutuskan untuk keluar dari ruangan itu.
"Jendral Enzy!" kata seorang pasukan, berlari menghampiri Jendral.
"Ada apa?"
"Jendral Selena.. Jendral Selena kembali!"
Mendengar hal itu, Jendral Enzy langsung secepatnya menuju ke tempat Jendral Selena berada. Sesampainya disana, la menemukan Jendral Selena penuh luka, dan sangat lemah.
"Jendral Selena?! Apa yang terjadi?" tanya Jendral Enzy. "Kemana yang lain?"
"Aku.. Mereka.." Jendral Selena nampak tidak bisa menjelaskan apa-apa. "Tenangkan dirimu dulu."
Dengan satu tarikan nafas, Jendral Selena menjelaskan semuanya.
"Saat perjalanan pulang,ka- kami diserang monster, tanaman ajaib itu terinjak dan hancur. Dan.. untuk mereka.. mereka mengorbankan diri mereka," jelas Jendral Selena dengan raut wajah sedih."Maafkan aku, Jendral. Karena aku, kita tidak bisa menyelamatkan Ratu."
"Tidak.. tidak. Ini bukan salahmu, kalian sudah berusaha. Kita harus memberi kelompok 8 penghargaan, karena sudah berkorban demi istana," kata Jendral Enzy. "Posisi Ratu saat ini kosong. Kaulah yang mampu menggantikannya, tapi melihat keadaanmu saat ini, sepertinya kita baru bisa melakukan pemahkotaan minggu depan."
"Tidak. Besok saja!" kata Jendral Selena.
Jendral Enzy pun memasang raut wajah bingung.
"Uhm maksudku.. tidak baik jika posisi Ratu kosong terlalu lama. Takutnya.. akan terjadi tumpang tindih tugas," "Benar juga. Tapi apa kau yakin besok? Tubuhmu masih lemah." Jendral Enzy khawatir.
"Ya.. aku yakin. Uhm.. lebih baik aku istirahat sekarang."
"Ya. Aku akan keluar dari sini. Jaga dirimu,"
Jendral Enzy kemudian meninggalkan Jendral Selena, dan keluar dari ruangan itu. Sementara Jendral Selena, la bercermin, melihat dirinya sendiri, dan tersenyum.
BAB 7
Hutan Ydgrasil
"Salma! Salma!" Seichi berusaha membangunkan temannya itu.
"Ungh.. apa yang terjadi?" tanya Salma.
"Kita terjatuh dari tebing. Kita beruntung dibawah tebing masih ada tempat ini, jika tidak.. mungkin kita sudah mati.." kata Seichi, sambil menyerahkan pedang milik Salma. "Kemana Chriss dan Elizabeth?!" Salma langsung bangkit, ketika mengingat kejadian sebelum mereka terjatuh.
Salma kemudian menemukan Chriss diujung sana, sedang memeluk tubuh sahabatnya, dan menangis.
"Elizabeth! Bertahanlah, kita akan pergi dari sini."
"A..aku tidak bisa.." kata Elizabeth lemah.
"Tidak! Ku..kumohon jangan tinggalkan aku.."
Tangis Chriss semakin menjadi ketika la tahu sahabatnya itu melemah. Pandangannya kabur karena air mata. Ia semakin erat memeluk tubuh Elizabeth.
"J..jangan menangis," pinta Elizabeth, tersenyum lemah.
"Padahal.. padahal kau berjanji kita akan keluar dari hutan ini bersama-sama.."
"Maafkan aku.." kata Elizabeth menyesal. "Chriss.. aku menyayangimu.."
Air mata Chriss semakin deras mendengar kalimat itu. Ia tidak bisa berkata apa-apa. "kenapa.. hari ini semuanya terlihat lebih cerah..?" tanya
Elizabeth memandang langit. "Aku.. merasa sangat mengantuk." Elizabeth perlahan menutup matanya, la merasa sangat lelah, matanya begitu berat untuk dibuka.
"Tidak.. tidak! Elizabeth!!!"
Chriss menangis dan berteriak kencang. Ia tidak m kehilangan keluarga satu-satunya itu. Ia tidak pernah membayangkan hari ini akan terjadi. Jika waktu bisa diputar, la mungkin akan mencegah kejadian itu. mau
"E..Chriss.." panggil Salma. "M..maaf-"
Chriss meletakkan tubuh Elizabeth di tanah, lalu bangkit berdiri, dan berusaha menyerang Salma. Seichi kemudian menahan Chriss dengan trisulanya.
"Kumohon tenangkan dirimu, Chriss.." kata Seichi. "Ini semua salahmu!! Sudah kubilang jangan gegabah! Lebih baik.. lebih baik kau saja yang mati!" kata Chriss kepada Salma.
Salma hanya terdiam. Perkataan Chriss seolah berubah menjadi pedang yang menghunusnya. Tetapi, Ia tahu ini semua memang salahnya. Dan sekarang bukanlah saat untuk mengelak. Seichi mendorong mundur Chriss. "Hentikan, Chriss! Apakah menyalahkan Salma akan membuat Elizabeth kembali hidup?! Aku tahu Salma memang gegabah, tapi apa perkataanmu tidak keterlaluan?!"
Kemudian semuanya hening. Chriss terdiam, Ia sadar la memang keterlaluan.
“Jika kita seperti ini, maka pengorbanan Elizabeth akan sia- sia.. lebih baik kita mencari jalan keluar, dan menghentikan Selena," lanjut Seichi.
"Lalu apa?! Tanaman ajaib itu bahkan sudah tidak ada!"
"Tapi kita masih pasukan istana! Setidaknya pikirkan yang lain! Pikirkan Jendral Enzy, pikirkan teman-teman kita! Apa mereka akan aman ditangan orang jahat?!"
Chriss sekali lagi terdiam. Ia benar-benar tidak bisa berpikir jernih sekarang. la masih tidak bisa menerima kenyataan bahwa Elizabeth, sahabatnya, sudah tidak bernyawa.
la kembali duduk didekat Elizabeth, meraih tubuhnya yang sudah tidak bernafas itu. Setetes demi setetes air mata mulai jatuh dari matanya lagi. Ia pun mengusap air matanya, dan berusaha kuat.
"Kita harus memakamkan Elizabeth. Setelah itu, baru kita akan mencari jalan keluar," kata Chriss."
Seichi dan Salma hanya menurut. Setidaknya Chriss jauh lebih tenang sekarang. Langit mulai gelap, setelah memakamkan Elizabeth, mereka membuat api unggun dengan barang-barang seadanya.
Suasana disana hening, semua mata tertuju pada unggun di depan mereka. Chriss terlihat masih sedih, sedangkan Salma dan Seichi yang khawatir, juga tidak bisa berbuat apa- apa.
"Baru kemarin.." kata Chriss.
"Huh?" Seichi dan Salma bingung. "Rasanya baru kemarin aku dan Elizabeth duduk bersama, di depan api unggun," katanya. "Namun kini.."
Chriss melihat ke samping, dan tidak ada siapapun yang duduk disampingnya. Ia menahan air matanya, Ia tidak ingin terlihat lemah dan cengeng. Ia hanya memeluk lututnya, dan hendak membenamkan kepalanya. Lalu la terkejut, ketika kedua teman di depannya itu duduk di samping kiri dan kanannya. Mereka mengisi tempat duduk yang kosong itu, juga mengisi kekosongan di hati Chriss.
"Ingatlah bahwa masih ada kami Chriss.." kata Seichi.
Seketika air mata Chriss jatuh. Ia tidak menyangka bahwa masih ada orang-orang yang peduli dengannya, selain Elizabeth.
"Chriss.. maaf," kata Salma
"Tidak.. aku yang minta maaf. Perkataan ku tadi.. aku benar-benar tidak bermakud-"
"Aku mengerti.."
Suasana disana kini menghangat. Malam ini mereka habiskan dengan mengobrol dan saling menguatkan satu sama lain. Chriss masih cukup sedih atas kematian Elizabeth. Tapi, alih- alih menangisi hal yang sudah terjadi, la bertekad untuk melindungi semua teman-temannya. Keluarganya. Keesokan paginya..
"Elizabeth.. maaf aku harus meninggalkanmu disini," kata Chriss, didepan makam Elizabeth. la kemudian mengusap air matanya. Dan pergi melihat kedua temannya. "Seichi! Salma! Cepat bangun!" Chriss membangunkan mereka berdua.
"Unghhh bukankah langitnya masih gelap?" tanya Seichi mengantuk.
"Ya.. ini masih subuh, Chriss.." kata Salma.
"Kita harus cepat mencari jalan keluar, Jendral Selena mungkin sudah diangkat menjadi ratu," kata Chriss.
Mendengar hal itu, mereka berdua langsung terbangun. Siapa yang rela orang jahat itu menjadi ratu?
Mereka mulai mencari jalan keluar. bagi mereka untuk naik ke atas tebing. Mereka berharap menemukan keajaiban, atau ruangan rahasia.
"Uh teman-teman!" panggil Seichi.
"Ada apa? Kau menemukannya??" tanya Chriss bersemangat.
"Uh bukan," kata Seichi, mereka kecewa. "Tapi... apa ini?" tanyanya lagi, menunjuk kearah bunga yang bersinar didekat dinding tebing.
Chriss dan Salma pun menghampiri Seichi, dan melihat bunga emas itu.
"Tanaman ajaib??!" tanya Salma.
"Tidak. Hanya ada satu tanaman ajaib, dan Selena sudah menghancurkannya," kata Chriss. "Bagaimana kau tahu kalau yang dihancurkan Selena itu adalah yang asli?" tanya Salma.
"Ya! Salma ada benarnya juga Chriss. Lagipula, apa kau tidak berpikir, kita begitu mudah mendapatkan tanaman itu di atas tebing?" tanya Seichi.
Chriss terdiam. Setidaknya masih ada secercah harapan, pikirnya. Harapan untuk memulihkan Ratu.
"Kalian benar.. kita harus mengambilnya." Chriss kemudian mencabut bunga itu. Kemudian, tanah dibawah mereka tiba-tiba sedikit bergetar.
"Whoa!" Seichi mundur sampai ke dinding yang penuh dengan tanaman menjalar, tapi kemudian la terjatuh kebelakang. "Aaaaa!"
"Seichi!" kata Chriss dan Salma menghampiri Seichi. Chriss kemudian melihat ke arah depan.
"Seichi.. sepertinya kau menemukan jalan keluarnya," kata Chriss menunjuk ke arah goa di belakang Seichi.
Goa itu tersembunyi dibalik tanaman menjalar, dan Seichi telah menembusnya.
"Jangan-jangan ini adalah goa yang sama seperti yang kita lewati kemarin! Apa kalian masih ingat, ada jalan kiri di dalam goa?" tanya Salma
"Ya mungkin saja! Ayo!"ajak Chriss. Salma kemudian menahan Chriss.
"Bagaimana jika bukan? Bagaimana jika ada bahaya didalam sana?"
"Tapi kita sudah sejauh ini, Salma. Kita harua cepat sampai ke istana,"
Mereka pun akhirnya masuk ke dalam goa itu, dengan sumbu yang masih tersisa. Goa itu memang tidak asing. Sepertinya itu adalah goa yang sama dengan yang mereka lewati kemarin.
"Lihat! Kelalawar yang kemarin!" Chriss menunjuk ke arah kelalawar besar yang sudah tergeletak di tanah.
"Itu artinya.. sebentar lagi kita akan keluar dari sini!" Seichi kegirangan.
Mereka mempercepat langkah mereka.
Istana Tirani, Tiraniville
tok tok
"Yang mulia.. Anda sudah siap?" tanya pelayan kepada Jendral Selena dari luar ruangan.
"Uhm yah! Sebentar lagi," jawabnya.
Jendral Selena melihat dirinya memakai pakaian ratu dari cermin. Ia terlihat bahagia hari ini. Bagaimana tidak, sebentar lagi harapannya akan terkabul. Menjadi ratu istana Tirani.
"Kini tak ada yang bisa menghalangiku," katanya. "Termasuk Enzy.."
la membuka pintu kamar. Di depan sana sudah ada beberapa pelayan yang menunggunya.
"Anda terlihat begitu mempesona, yang mulia," kata salah satu pelayan.
"Terima kasih," jawabnya.
Jendral Selena pun bergegas ke ruangan utama, untuk memulai pemahkotaan. Di ruangan itu, sudah berbaris seluruh pasukan istana, untuk menjadi saksi pengangkatan ratu mereka yang baru. Di sana juga ada Jendral Enzy, para jendral lainnya, dan para bangsawan yang sudah menunggu.
Jendral Selena naik ke takhtanya. Di atas sana sudah berdiri adipati agung, yang akan memahkotakan Jendral Selena. Dengan diiringi lagu, pengangkatan ratu pun dimulai.
Setelah mengucapkan sumpah, Jendral Selena berlutut, sedangkan adipati agung berjalan ke arahnya. Ia kemudian memahkotakan Jendral Selena.
"Kejayaan dan panjang umur bagi Ratu," kata mereka serentak.
Jendral Selena berdiri dengan bangga, dengan mahkota yang bediri kokoh di kepalanya. Segera setelah mahkota terpasang di kepalanya, para bangsawan yang hadir, dan para jendral membungkuk hormat. Seluruh pasukan menyanyikan lagu kebangsaan mereka dengan kompak.
Tiba-tiba pintu ruangan itu terbuka. Dan tampak tiga orang pasukan masuk ke sana. Seketika mata semua orang tertuju pada mereka.
"Kalian masih hidup?" tanya Jendral Enzy. la lega melihat mereka.
"Memangnya siapa yang bilang kami sudah mati?" tanya Salma
"Dia.." tunjuk Chriss ke arah Ratu Selena. "Dia adalah orang yang meracuni Ratu.. dan membunuh Elizabeth.." kata Chriss. Semua orang sontak terkejut, dan saling berbisik. "Tidak! Mereka pembohong! Pasukan, tangkap mereka!" perintah Ratu Selena.
Semua pasukan mengeluarkan senjata mereka masing- masing. Tetapi, mereka kemudian berbalik arah dan menghadang Ratu Selena.
"Kalian berani melawanku?!!" Ratu Selena mengeluarkan senjata.
Ratu Selena kemudian berusaha menyerang pasukan, tetapi Jendral Enzy menghadangnya. Senjata mereka beradu.
"Minggir!" kata Ratu Selena, sambil menyerang Jendral Enzy. Salma dan Seichi mengarahkan para bangsawan keluar dari ruangan itu. Sebelum melangkah keluar, Salma dan Chriss bertatapan sejenak.
"Berhati-hatilah," kata Salma, dibalas anggukan Chriss.
Chriss kemudian menghampiri Ratu Selena dan menyerangnya. Membalas dendam, atas kematian Elizabeth. Chriss menyerangnya bertubi-tubi, sementara Ratu Selena hanya bertahan dengan senjatanya. Setelah melihat cela, Ratu Selena berhasil melukai pinggang Chriss.
Chriss mundur beberapa langkah sambil menutupi lukanya itu.
"Chriss! Kau baik-baik saja?"
Chriss hanya menjawabnya dengan gerakan tangan. la kemudian kembali menyerang Ratu Selena. Ia terus memukul mundur, hingga akhirnya Ratu Selena terjatuh.
"Arghh! Sial.." umpat Ratu Selena.
la kemudian meraih senjatanya kembali, dan hendak berdiri menyerang Chriss. Tetapi, tanpa sempat la berdiri, sabit besar Chriss sudah mengitari lehernya. Jendral Enzy berdiri di hadapan Ratu Selena.
"Aku adalah ratu istana ini!" kata Ratu Selena.
"Bukan lagi," kata Jendral Enzy. "Kenapa? Kenapa kau meracuni Ratu?"
"Haha.. Saat orang tua ku gugur dalam berperang. apa yang dia lakukan??! Yang dia lakukan hanya duduk manis dan memerintah semua orang! Apa dia bahkan peduli dengan pasukan yang berperang?!"
"Lalu bagaimana denganmu? Kau peduli dengan pasukan?! Lantas kenapa kau berusaha membunuh kami?!!" tanya Chriss marah. "kau melakukan ini.. hanya karena keserakahanmu sendiri"
Jendral Selena terdiam. Tapi, la belum sadar juga.
"Percuma saja menangkapku.. lagipula, Guinevere akan mati sebentar lagi," kata Jendral Selena tersenyum.
"Semuanya! Ratu.. Ratu Guinevere sudah sadar!" kata Salma berlari ke dalam ruangan.
Semua orang disana memasang raut wajah senang. tidak percaya. Kecuali Jendral Selena.
"Apa?! B..bagaimana bisa?!" tanya Jendral Selena terkejut. "Aku sudah menghancurkan tanaman itu!"
"Yah.. terima kasih sudah menjatuhkan kami dari tebing. Tanaman yang kau hancurkan adalah yang palsu. Sedangkan tanaman yang asli, ada di bawah tebing" kata Salma, melangkah mendekati Jendral Selena.
Beberapa saat kemudian, Ratu Guinevere yang baru sadar, masuk ke ruangan itu diikuti oleh beberapa penjaga. Penjaga itu membawa Jendral Selena ke penjara, dan Jendral Selena hanya pasrah, mengakui kekalahannya.
"Ratu.."
semua pasukan disana membungkuk memberi hormat.
Ratu Guinevere melangkah mendekati Chriss, Seichi, dan Salma yang kini sudah berkumpul.
"Aku ingin mengucapkan terima kasih kepada kalian. Tanpa kalian, mungkin kejahatan Selena tidak akan terungkap. dan aku tidak akan terselamatkan." Ucap Ratu Guinevere kepada mere...
Semua orang disana tampak bahagia. Chriss mengingat Elizabeth. Ia tersenyum. 'Andai kau ada disini, aku yakin kita akan melompat kegirangan bersama, piker Chriss. Tetapi perlahan, Ia mulai menerima kepergiannya. Setidaknya, Ia berhasil melindungi orang-orang disekitarnya.
Satu bulan kemudian
Kini istana Tirani sudah aman dibawah pemerintahan Ratu Guinevere. Selena kini berada di dalam penjara, dan sudah dicabut jabatannya. Kelompok 8 yang telah menjadi penyelamat Ratu, diberi penghargaan dan diangkat menjadi jendral istana. Chriss, Seichi, dan Salma sudah merelakan Elizabeth, dan memaafkan Selena. Kini semua orang di istana hidup bahagia. Tapi, perjalanan mereka masih panjang. Dan petulangan mereka belum berakhir