Extra Love Story
Extra Love Story
Erica Vania / XI AK 1
PROLOG
“Lily, tolong antarkan pesanan ini ke meja nomor 03”
“Oke kak”
Saat ini Lily sedang berada di tempat kerjanya. Lily melakukan pekerjaan part time untuk membantu ibu panti dimana ia tinggal.
Untung saja Lily memiliki otak yang cerdas sehingga ia mendapatkan beasiswa full di SMA-nya saat ini.
Ia bekerja setelah ia pulang sekolah hingga jam sepuluh malam.
Selesai bekerja Lily pulang ke panti dengan berjalan kaki, pantinya pun dekat dengan cafe tempat ia bekerja jadi tidak masalah baginya untuk pulang dengan berjalan kaki.
****
Di perjalanan pulang, Lily tidak sengaja menemukan sebuah buku usang yang berada di dekat kakinya. Karena rasa ingin tahu Lily yang sangat tinggi, dia pun mengambil buku usang itu.
Buku tersebut memiliki sampul yang unik dengan warna biru langit dan berjudul ‘Promise’.
“Wihhh kelihatannya novel ini bagus deh” Ucap Lily setelah selesai membaca sinopsis novel tersebut.
“Tapi ini punya siapa ya, Apa aku bawa pulang aja ya?” Ucap Lily dalam batin.
“Aku bawa pulang aja deh. Kelihatannya juga ini emang udah dibuang” Ucap Lily setelah memikirkannya.
Lalu Lily pun melanjutkan perjalanannya menuju Panti dengan membawa buku usang itu.
Sesampainya di Panti Lily langsung membersihkan dirinya lalu mengerjakan PR.
Setelah selesai mengerjakan pr-nya, Ia pun bersiap-siap untuk tidur.
Tetapi, tepat sebelum ia menaiki kasurnya, ia melihat buku yang tadi dia bawa berada di atas meja belajarnya. Tanpa pikir panjang Lily mengambil buku itu dan membacanya. Besok sekolahnya juga akan libur jadi tidak masalah bukan jika dia begadang untuk membaca novel itu.
****
“Ih ini kenapa papa nya ngeselin banget sih. Cuek banget kali sama anaknya sendiri padahal Alexi-nya udah berusaha buat cari perhatiannya”
“Kakak-kakaknya Alexi juga jahat banget ga ada yang peduli sama Alexi”
“Ini lagi kembarannya Alexi ga ada perhatian-perhatiannya”
Lily terus mengomentari tokoh figuran yang ada dalam novel tersebut.
Dia sama sekali tidak tertarik dengan protagonis pria maupun protagonis perempuan yang jelas mempunyai lebih banyak adegan daripada figuran.
Alexi Eri Addison bukanlah tokoh utama, maupun tokoh antagonis. Alexi hanya seorang figuran yang kehidupannya jauh dari kata Bahagia.
Alexius Aro Addison adalah kembaran dari Alexi. Ia adalah tokoh protagonis ketiga dalam novel itu.
Alexi dan Alexius mempunyai 2 kakak laki-laki yang bernama Gabriel Helmi Addison dan Nathaniel Axelio Addison. Orang tuanya bernama Leon Addison dan Blaire Anderson.
Alexi mempunyai masa lalu yang buruk dimana saat dia masih kecil, ia melihat mamanya terbunuh oleh musuh papanya didepan matanya sendiri.
****
Tetapi entah mengapa papa dan kakak-kakaknya malah menyalahkan dirinya atas kematian mamanya. Padahal sebenarnya Alexi tidak bersalah dan dia juga sudah memberi tahu yang sejujurnya kepada mereka tetapi mereka lebih mempercayai atas apa yang mereka lihat.
Ya tapi untung saja setidaknya keluarga besarnya mempercayai Alexi. Dan membantu Alexi setiap dia mengalami kesulitan. Tetapi karena keluarga besarnya tinggal diluar negeri semua jadi mereka tidak bisa selalu membantu Alexi.
“Pantesan novelnya dibuang” Sudah tidak mengherankan lagi menurutnya.
“Bikin emosi sih bacanya”
“Kira-kira kalo aku di posisi Alexi gimana ya? ”
Tidak lama kemudian, karena dirasa sudah sangat mengantuk Lily pun tertidur dengan novel yang masih berada di tangannya.
Novel tersebut seketika berubah, sampul yang tadinya polos hanya berwarna biru langit sekarang memiliki gambar seorang gadis yang tersenyum dengan amat bahagia.
Dan judulnya pun berganti dari yang berjudul ‘Promise’ menjadi ‘Extra Love Story’.
****
CHAPTER 1
Sinar matahari yang masuk melalui celah-celah gorden jendela menganggu tidur gadis kecil yang menggulungkan badannya kedalam selimut. Iris matanya yang berwarna biru itu mengerjap beberapa kali.
Gadis kecil itu dengan linglung langsung bangun dari kasurnya dan membuka gorden di kamarnya.
Seketika bola matanya membulat, ia melihat pemandangan yang asing dengan kamarnya yang di Panti.
Ia pun menutup gorden dan menghadap kedalam kamarnya. Dia semakin terkejut dengan apa yang telah ia lihat itu.
Tidak lama kemudian, terdengar sebuah ketukan dari arah pintu kamarnya.
TOK…. TOK….TOK….
“Nona sudah bangun” Ucap seseorang yang memakai pakaian hitam dan putih seperti yang biasa dipakai oleh pelayan.
Gadis kecil itu hanya bergeming saja.
****
“Mari nona saya sudah menyiapkan air panas untuk anda mandi” Pelayan itu mengajak nonanya untuk ke kamar mandi.
Tetapi gadis kecil yang dipanggil nona itu masih diam saja dengan tatapan kosong.
“Nona Alexi apakah anda baik-baik saja? “Pelayan itu pun menjadi cemas karena tidak mendapatkan respon.
Mendengar nama orang yang tadi malam dia tangisi seketika gadis kecil itu tertegun.
“Ummmmm boleh tolong sebutkan namaku” Pinta gadis kecil itu.
“Nona Alexi. Alexi Eri Addison itu nama anda nona” Ucap pelayan itu sembari menuntun Alexi menuju kasurnya.
“Apakah anda baik-baik saja nona? “
“Ya aku baik-baik saja. Tolong keluar dari kamar dulu. Aku akan mandi sendiri dan tunggu aku didepan pintu”
“Baik nona” Jawab pelayan itu dengan sopan.
Selama dalam kamar mandi Lily hanya berendam dalam bathup sambil merenung.
“Kayaknya aku transmigrasi ke tubuh Alexi deh” Batin Lily.
****
“Baiklah mulai sekarang nama aku menjadi Alexi Eri Addison. Aku akan bantu mengubah nasibnya” Ucapnya dengan tegas.
Sekarang Alexi berumur 6 tahun. Berarti ia masih bisa mengubah semuanya.
Papanya Alexi, Leon Addison adalah sosok yang mengerikan dia memang tidak pernah bermain fisik dengan anaknya hanya saja sikapnya yang acuh tak acuh dan tatapan tajam Leon membuat Alexi yang asli takut untuk berdekatan dengan Leon.
Bukan hanya Leon, kakak-kakaknya pun juga. Gabriel, Nathaniel dan Alexius memiliki sikap yang sama dengan Leon. Hingga Alexi hanya bermain bersama para pelayan atau mengurung diri di kamar.
Sejak kematian mamanya, Mereka berlima tidak pernah makan bersama lagi. Leon yang pagi-pagi sekali sudah ke kantor dan selalu pulang tengah malam, serta kakak-kakaknya yang terlihat tidak suka berdekatan dengan siapapun termasuk dengan Alexi.
“Nona anda terlalu lama didalam kamar mandi!!!” Pelayan itu cemas karena sudah menunggu nonanya.didepan pintu kamar tapi Alexi tidak kunjung keluar juga.
****
“Saya masuk ya nona” Izin pelayan itu, tetap saja Alexi tidak menjawab.
Karena semakin cemas pelayan itu masuk ke kamar mandi dan melihat nonanya hanya berendam dengan pandangan kosong. Ia pun langsung menggendong badan Alexi yang sudah mendingin dan menggigil.
“Ya Tuhan nona maafkan saya” Pelayan itu merasa bersalah dan matanya pun berkaca-kaca.
Dengan tergesa-gesa dia memasangkan baju kepada Alexi dan selimut agar dapat menghangatkan Alexi.
“Nona tunggu sebentar saya panggilkan dokter dulu” Pelayan itu langsung lari keluar dari kamar Alexi dan memanggil dokter pribadi keluarga Addison.
Tidak lama kemudian, pelayan itu datang kembali bersama dokter dan langsung saja dokter tersebut memeriksa Alexi.
Setelah memeriksa Alexi dokter itu bertanya.
“Apa yang anda rasakan saat ini nona?” Tanya dokter itu kepada Alexi.
“Tidak ada” Alexi hanya menjawab jujur dia memang tidak merasakan sakit hanya saja badannya benar-benar dingin.
Sepertinya dia kelamaan melamun sehingga tidak sadar masih di dalam bathup.
****
“Syukurlah. Luna buatkan coklat panas untuk nona” Ujar dokter itu kepada Luna pelayan pribadi Alexi.
“Baik dok”
“Nona Lexi istirahat yang banyak ya” Ucap dokter itu sembari mengelus rambut Alexi dengan lembutnya.
Dokter Ezra sudah sering merawat Alexi dan dia juga sering melihat Alexi menangis diam-diam.
Dokter Ezra masih sangat muda umurnya 24 tahun.
“Iya dokter terima kasih”
CHAPTER 2
Saat ini Luna sedang menyuapi Alexi “Nona ayo makan bubur ini”
“Gak mau ini gak enak”
“Ayo nona makan bubur ini supaya anda cepat sembuh” Ajak Luna agar Alexi mau memakan buburnya.
“Siapa yang sakit sih. Aku baik-baik aja kak”
“Benar kata Alexi, Luna” Ujar dokter Ezra.
“Tuh dokter aja setuju kalo Lexi ga sakit”
Luna dan Ezra hanya menggelengkan kepalanya melihat tingkah Alexi. Mereka senang Alexi mulai terbuka kepada mereka.
Alexi menjadi sosok yang sangat pendiam setelah kejadian yang terjadi 2 tahun yang lalu.
Luna pun mengalah. “Baiklah, nona mau makan apa? “
“ES KRIM, aku suka es krim kak”
“Tapi nona harus makan terlebih dahulu”.
“Yaudah deh aku makan buburnya”
****
Dokter Ezra sudah pergi dari kamarnya. Jadi yang berada di kamar Alexi hanya ada Alexi dan Luna.
Setelah selesai menghabiskan makanannya Luna pergi kebawah untuk menaruh piring kotor.
Dan Alexi menuju balkon yang ada dikamar nya dan duduk dikursi yang sudah tersedia disana sembari melihat sekelilingnya.
Rumahnya sangat besar dan rumahnya juga memiliki penjagaan yang sangat ketat.
Tidak mengherankan karena papanya Alexi merupakan CEO muda yang sangat terkenal.
Sebenarnya Oma dan Opa Alexi dari pihak mama mau pun papa sudah pernah meminta agar Alexi tinggal bersama mereka setelah mamanya meninggal tetapi Leon menolak dengan kerasnya.
Tidak lama kemudian Luna kembali memasuki kamar Alexi.
“Nona maukah saya buatkan lagi coklat panas? “
“Tidak usah kak”
“Kalau begitu ayo masuk ke dalam nona. Jika anda terlalu lama di balkon saya khawatir anda akan jatuh sakit”
“Oke kak”
****
Setelah memasuki kamar, Alexi pun teringat bahwa ia belum melihat wajah barunya. Alexi pun menuju cermin yang ada di kamarnya untuk melihat wajahnya.
“Wahh cakep banget sih ini mahhhh” Pujinya ketika melihat wajah barunya.
Setelah dirasa cukup bercermin Alexi pergi kelantai bawah dan ditemani Luna untuk menonton TV.
Ketika sedang asik menonton TV, Alexi melihat ada anak laki-laki yang terlihat sepantaran dengannya sedang melewati ruangan itu menuju dapur.
“Mungkin itu Alexius” Pikir Alexi.
Selang beberapa menit anak laki-laki tadi kembali lewat dengan membawa banyak camilan. Mukanya benar-benar mirip dengan Lexi seperti Lexi versi laki-laki. Tanpa sadar Lexi melongo melihat muka kakaknya.
Sedangkan Alexius yang sadar diperhatikan oleh Lexi hanya acuh tak acuh dan kembali naik untuk memasuki kamarnya.
Karena hari sudah semakin larut Lexi bangun dari duduknya dan menuju ke kamarnya. Tentu saja dengan ditemani Luna.
“Nona tidurlah dengan nyenyak. Kalau nona butuh sesuatu tekanlah tombol ini” Ucap Luna dengan menunjukkan tombol kecil yang ada di dekat kasur Lexi.
****
“Oke kakak. Good Night” Ucap Lexi dengan senyumnya yang sangat manis.
“Good Night nona” Ucap Luna dengan menahan gemas.
Tengah malamnya Lexi terbangun karena merasa haus. Air yang ada dikamarnya sudah habis. Lexi pun turun kebawah untuk menuju dapur. Bisa saja ia menekan tombol yang tadi Luna tunjukkan tapi dia takut mengganggu waktu istirahat para pelayan.
Lexi berjalan ke dapur dengan tenang. Selesai minum Lexi berbalik tetapi dia dikejutkan dengan seseorang yang berdiri kokoh dengan menatap Lexi tajam.
Refleks Lexi mengumpat karena terkejut.
“Anj*r” Umpat Lexi.
Tetapi reaksi yang ia dapat hanya pandangan yang semakin menajam lalu pergi begitu saja.
Lalu Lexi pun menuju ke kamarnya kembali. “Paan dah, dasar manusia prik”
Sebenarnya Lexi tau kalau orang tadi dia temui adalah papanya Lexi. Tapi dia tidak peduli.
Toh Leon, papanya Lexi tidak peduli pada Lexi jadi untuk apa dia berbasa-basi. Tidak bisa dipungkiri juga Leon masih terlihat sangat muda dan tampan untuk ukuran yang sudah mempunyai 4 anak. Mungkin umurnya 32 tahun?
CHAPTER 03
Pagi-pagi Lexi pergi menuju ke ruang kerja papanya. Kata Luna tadi hari ini Leon tidak ke kantornya. Jadi ia berfikiran untuk menemui papanya untuk mengobrol dan dia mau membuat papanya menyayanginya.
Sudah beberapa hari sejak Lexi bertemu dengan Leon di dapur.
TOK….TOK.…TOK.…
Karena tidak ada jawaban Lexi pun membuka pintu dengan pelan lalu menyembulkan kepalanya.
Yang dia lihat adalah Leon yang sedang mengetik di komputernya dengan penampilan lengan baju yang digulung dan dua kancing teratas dibiarkan terbuka.
“Vibenya kek sugar daddy bangettttt” Batin Lexi.
“Papa” Cicit Lexi karena takut mengganggu Leon.
Mendengar suara anak kecil Leon mendongak dan menemukan anak bungsunya sedang menyembulkan kepala di pintu.
“Kenapa?”
“Papa, Lexi mau disini boleh? “
“Ya”
Mendengar jawaban papanya Lexi segera duduk disofa yang ada di ruang kerja papanya. Tetapi hanya ada keheningan diruangan itu.
Lexi pun berusaha untuk memecahkan keheningan itu dengan bertanya kepada Leon.
“Papa benci sama Lexi ya? “
Mendengar pertanyaan itu Leon pun terkejut dan hanya diam.
“Apakah bisa papa mulai menyayangi Lexi dan berhenti membenci Lexi? “
Tetapi tetap sama Leon hanya terdiam.
Merasa tidak ada jawaban Lexi pun bangun dari duduknya dan langsung keluar dari ruang kerja Leon begitu saja.
Leon memandang pintu yang baru saja ditutup oleh Lexi dengan sedu.
Ia sadar kalau tidak seharusnya ia membenci anaknya sendiri padahal sudah jelas kalau kematian istrinya bukan disebabkan Lexi tetapi karena musuhnya. Tapi entahlah dia belum bisa menerima kematian istrinya.
Mengingat kematian seorang Blaire Anderson. Inilah kenyataannya.
FLASHBACK
“Dek, dengerin mama baik-baik. Kamu sembunyi didalam lemari ini ya jangan keluar dari lemari ini apapun yang terjadi”Titah Mamanya kepada Alexi.
“Mama ini ada apaan kok Lexi harus sampe sembunyi disini?” Tanya Alexi dengan perasaan yang penuh kebingungan.
“Dek tolong dengerin mama ya. Apapun yang terjadi kamu jangan keluar dari lemari ini” Pinta mamanya.
Dengan perasaan yang masih bingung, Alexi pun mengganggukkan kepalanya.
“Inget ini ya dek, mama sayang banget sama kamu” Ucap mamanya sembari menahan nangis.
“Lexi juga sayang banget sama mama” Balas Alexi kepada mamanya.
Setelah itu mereka mendengar ada suara dari luar membuat mamanya segera mengecup kening Alexi dan menutup lemari itu.
“Bos, kayaknya mereka ada diruangan ini” Ucap seorang bawahan
“Ayo bos kita coba masuk sini” Ajaknya lagi.
“Oke dobrak pintunya” Jawab bosnya setuju.
BRAKKKKKKKKKK
“Wahhh kita lihat ada siapa ini” Seru Bos itu.
“APA MAU KALIAN?” Tanya Blaire dengan nada tegas walaupun sebenarnya ia takut.
“Mau saya kamu mati” Jawabnya.
“Apa alasan kamu sampai melakukan sejauh ini? “Tanya Blaire lagi.
“Karena perusahaan suami mu mencabut kerja sama dengan perusahaan saya dan menyebabkan saya mengalami kebangkrutan”Jelasnya.
“Itu pasti karena kesalahan kamu sendiri. Tidak mungkin suami saya asal menarik kerja samanya begitu saja” Ucap Blaire.
“Halahhh bac*t pokoknya anda harus mati” kukuh bos tadi. Pokoknya ia tetap tidak terima.
“BUNUH PEREMPUAN ITU!!” Perintahnya kepada bawahannya.
ARGHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH
Lexi yang berada di dalam lemari itu hanya dapat mendengar teriakan itu dan menangis dalam diam.
“Sudah beres bos” Lapor bawahan itu.
“Sip ayo kita keluar dari rumah ini sebelum keluarganya kembali” Ajak bos itu dan segera keluar dari kamar itu.
Setelahnya Lexi hanya mendengarkan keheningan dari luar. Ia pun keluar dari lemari itu dan menemukan mamanya sudah tergeletak dengan banyak genangan darah yang mengelilinginya. Lexi sangat syok dengan apa yang telah ia lihat.
“MAMAAAA BANGUN MAAA” Teriak Lexi.
Tidak mendapatkan jawaban dari mamanya. Lexi hanya dapat menangis terus dengan memeluk jasad mamanya.
Tidak lama kemudian terdengar suara mesin berhenti dari bawah.
“Sayang aku pulang” Ucap Leon.
Tetapi setelahnya Leon melihat kedalam kamar dia benar-benar merasa sangat lemas hingga terjatuh ke lantai.
“Papaaaaa ini gimana? Mama gamau bangunnnn” Ujar Lexi kepada Leon.
Segeralah Leon menghampiri Lexi dan merengkuh istrinya. Yang dapat ia rasakan hanyalah badan istrinya yang sudah dingin dan wajah yang pucat.
Leon menangis kencang melihat itu dan tidak lama kemudian Gabriel, Nathaniel dan Alexius ikut menghampiri mereka. Dan ikut menangis kencang melihat kondisi mamanya dengan genangan darah di lantai.
FLASHBACK OFF
Mengingat itu hati Leon kembali sakit. Ia dan keluarganya tau bahwa kematian istrinya bukanlah kesalahan Lexi karena ia sudah mencari tau kebenarannya. Tapi entah mengapa hatinya masih belum bisa menerima itu dan mengakibatkan Lexi terkena imbasnya.
“Apa aku terlalu kejam sama Lexi ya? “ Batin Leon.
“Kurasa sudah waktunya aku mengikhlaskan Blaire dan memperhatikan anak-anak ku terumata Lexi” Lanjut isi batin Leon.
CHAPTER 04
Hari selanjutnya, Lexi menuju kebawah dengan berlarian. Saat berlarian dia tersandung dengan kakinya sendiri dan membuat ia hampir jatuh.
Untung saja ada yg menahannya. Ia pun menengok kebelakang untuk melihat siapa yang telah menahannya.
Dan ia melihat ada ketiga kakaknya yang memandangnya dengan tajam.
“Jangan berlarian” Ujar kakak pertamanya, Gabriel.
“Dasar ceroboh” Ujar kakak keduanya, Nathaniel.
“Huhhh, cerobohnya” Ujar kembarannya, Alexius.
Lexi sangat terkejut melihat kakaknya mau membantunya dan juga berbicara kepadanya.
“Eheheheeh makasi kakak-kakak” Ujar Lexi dengan tersenyum lucu dan memperlihatkan pipi chubbynya yang menggemaskan itu.
“Lucuuuu” Batin Gabriel.
“Sejak kapan dia menjadi menggemaskan seperti ini” Batin Nathaniel.
“Gemesss banget kembaran aku, aku jadi mau gigit pipinya” Batin Alexius menahan gemas dengan menggigit bibirnya.
“Yaudah lain kali hati-hati” Ucap Gabriel mengingatkan.
“Oke kakak makasi ya” Jawab Lexi sambil memeluk Gabriel.
Gabriel yang dipeluk pun sangat terkejut tetapi ia sangat senang karena dipeluk adik perempuannya.
Sedangkan, Nathaniel dan Alexius yang melihat kakaknya dipeluk oleh Lexi sangat iri.
“Dek kamu gamau peluk aku? “ Tanya Alexius karena ia sudah sangat iri.
“Kakak mau aku peluk? “ Tanya lexi kembali.
“Aku mauuuuuu” Pinta Alexius.
“Okee” Jawab Lexi dan menuju kearah Alexius lalu memeluknya dan dibalas juga.
“Huhhhh, aku juga mau kalii dek. Masa aku doang yang ga dipeluk” Ucap Nathaniel dengan iri.
Langsung saja Lexi memeluk Nathaniel. Lalu setelah dirasa sudah cukup Lexi melepas pelukannya.
“Dek, kami bertiga mau minta maaf karena udah ngebenci kamu selama ini” Ucap Gabriel dengan tulus.
“Maafin kami ya dek” Ucap Nathaniel dan Alexius.
“Tenang aja kak aku udah maafin kok”
“Makasi dekkk” Ujar kakak-kakaknya dengan mengecup kening Lexi bergantian.
Setelah itu Lexi kembali ke kamarnya.
“Kok tiba-tiba mereka minta maaf sama aku? “Heran Lexi.
Jadi sebenarnya saat tadi Lexi ke ruangan kerja Leon. Gabriel, Nathaniel dan Alexius berkumpul di kamar Gabriel.
FLASHBACK
“Kak, kita jahat ga sih sama Lexi? “Tanya Alexius.
“Kan sebenarnya kematian mama bukan salah Lexi jadi seharusnya kita ga kayak begini ke Lexi”Lanjutnya.
“Bener sih, aku jadi kasihan dan ngerasa bersalah sama Lexi”Jawab Nathaniel.
“Aku setujuu” Jawab Gabriel.
“Gimana kalau kita mulai mendekati Lexi dan meminta maaf atas perilaku kita selama ini udah ngebenci dia? “Saran Gabriel.
“Setujuuuuuuuuuu” Balas Nathaniel dan Alexius.
“Ayo kita cari Lexi” Ajak Alexius.
“Yukkk” Balas Nathaniel dan Gabriel.
FLASHBACK OFF
CHAPTER 05
“Bosen banget ihhh, apa aku ke mall aja ya? “Batin Lexi.
Lexi pun turun kebawah mencari papanya untuk meminta izin ke mall dan juga untuk meminta uang.
Sesampainya dibawah, dia melihat papanya sedang bekerja di ruang keluarga, kak Gabriel sedang memainkan HPnya, kak Nathaniel sedang menonton TV dan kak Alexius sedang tidur disebelah kak Nathaniel.
“Papaaa” Suara Lexi sontak membuat semuanya menengok kearahnya bahkan Alexius langsung terbangun dari tidurnya.
“Kenapa? “ Tanya Leon kepada Lexi.
Dengan perasaan gugup, Lexi meminta ijin kepada Leon. “Lexi ijin mau ke mall ya”
“GA” Tolak Leon dengan tegas.
Mendengar tolakan itu tidak membuat Lexi menyerah. Ia pun mencoba membujuk papanya.
“Yahh bolehin dong pa kan aku bosen tiap hari dirumah terus ”
Leon pun merasa sedikit kasihan. “Yaudah boleh asalkan kamu pergi sama papa”
Hati Lexi benar-benar senang mendengar itu. “Oke dehhh makasi papa”
Lexi pun naik keatas menuju kamarnya untuk mengganti bajunya.
Setelah selesai mengganti baju, Lexi kembali kebawah dan melihat papa sudah siap pergi. Tetapi kenapa semua kakaknya juga terlihat siap dan rapi.
“Kakak mau kemana? “
“Kakak juga mau ikut sama Lexi” Jawab Alexius mewakili mereka bertiga.
“Ohh oke dehh”
.
.
.
“Papa aku mau sepatu ini” Pinta Lexi kepada Leon.
“Beli saja”
Lalu pegawai di toko itu menghampiri mereka.
“Apakah ada yang bisa dibantu? “ Tanya pegawai itu.
“Ya, tolong berikan aku lima pasang untuk sepatu ini” Pinta Lexi.
“Ada ukuran untuk kaki kami tidak mba? “ Tanyanya lagi.
“Ada kok dek” Jawab pegawai itu dengan ramah.
Mereka pun bingung, mengapa Lexi meminta 5 pasang.
“Kok kamu minta lima pasang dek? “ Tanya Gabriel.
“Iya, aku mau kita semua punya barang yang samaan”
Mendengar itu pun mereka semua hanya mengangguk mengerti. Setelah itu Leon pergi membayar sepatu tadi dan keluar dari toko itu.
“Papa aku laper” Ucap Lexi dengan memegang perutnya.
“Ayo kita cari makan dulu”
Lalu mereka pun makan disebuah restoran yang ada di dalam mall itu.
“Pa, Lexi mau sekolah umum boleh ga? “Tanya Lexi memecahkan keheningan.
“Tidak” Ujar Leon lalu kembali memakan makanannya.
“Ayolah pa, Lexi bosen dirumah terus. Lexi juga mau punya temen, masa Lexi mainnya sama pelayan doang. Kak Iel, kak Nathan sama kak Alex ga ada yang mau main sama Lexi. Papa juga kalo pulang larut malam terus” Ujar Lexi dengan muka memelas.
“Oke boleh” Final Leon.
Leon kasihan melihat anaknya sampai memohon begini.
“Makasi papaa” Ujar Lexi dengan mengecup pipi Leon.
Leon yang mendapatkan kecupan pun terkejut bukan main. Tetapi Leon dapat merasakan hatinya menghangat dan bahagia.
“Paa ngantukkk” Rengek Lexi dan meminta agar digendong.
“Yaudah ayo pulang” Ujar Leon dan mengangkat badan Lexi untuk digendong.
Mereka pun pulang ke rumah mereka.
Sesampainya dirumah, Leon membawa Lexi kekamarnya.
“Betapa bodohnya aku, bagaimana bisa aku mengabaikan anak ini dulu” Gumam Leon sembari memandang wajah Lexi yang sedang terlelap.
CHAPTER 06
Saat ini keluarga Addison sedang sarapan bersama dengan keadaan hening.
“Lexi” Panggil Leon secara tiba-tiba.
“Ya? “
“Mulai besok kamu udah bisa masuk sekolah bersama Alex”
“Wahhh beneran pa, Aku sekolah dimana pa? “
“Kamu sekolah di Florence Elementary School ”
“Oke thank you papa”
“Urwell”
.
.
.
Suara hujan terdengar jelas dari dalam kamar Lexi.
Dia merasa bosan karena sendirian di kamar. Lalu ia pun berjalan menuju kamar Alex.
TOK….TOK….TOK…
Alex yang sedang membaca buku di kamarnya menengok ke arah pintunya. “Masuklah”.
Sebenarnya Lexi yang ada diluar kamar Alex sudah mendengar itu. Tetapi dia tetap hanya diam saja.
TOK….TOK….TOK….
Terdengar ketukkan lagi, Alex mencoba sabar. “Masuk”
Lagi-lagi Lexi hanya diam.
TOK…TOK….TOK….
Alex sudah cukup sabar, dia pun berjalan menuju pintu kamarnya dan membuka pintu itu dengan kasarnya.
Dia sudah hampir memarahi orang yang terus menerus mengetuk pintunya. “Sia____”
Ucapan Alex terhenti karena ternyata orang yang terus mengetuk pintunya adalah adik kembarannya yang sedang tersenyum lebar dengan mata yang berbinar menatapnya.
Alex yang tadinya kesal menjadi tenang kembali karena melihat senyum lebar dan mata binar milik adiknya. “Kenapa dek? “
Masih dengan senyumnya, Lexi menjawab “Ehehehe ga ada apa-apa kak”
Alex pun merangkul adiknya untuk masuk ke dalam kamarnya. Dan bertanya lagi “Tumben ke kamar aku? “
Lexi menghempaskan tubuhnya ke kasur Alex. Lalu bukannya menjawab pertanyaan Alex dia malah menanyakan hal lain. “Kakak tadi lagi apa? “
Alex menghela nafas, dan menghempaskan tubuhnya juga disebelah Lexi. “Aku tadi lagi baca buku, kenapa? “
Lexi menghadap ke arah Alex lalu mendekat ke Alex dan memeluk Alex dengan erat. “Gapapa, aku bosen aja”
“Ohhh” Alex membalas pelukan Lexi dengan tidak kalah erat.
Dalam beberapa menit, mereka berdua sudah terlelap masih dalam kondisi berpelukan.
.
.
.
Jam sudah berada di angka 14.00 atau 2 siang.
Suara mesin mobil terdengar dari bawah. Gabriel dan Nathaniel sudah kembali bersama.
“Kak, si kembar ada dimana ya? Kok ga ada suaranya? “ Nathaniel bertanya kepada Gabriel karena dia tidak mendengar suara kedua adiknya.
Mendengar itu Gabriel juga bingung karena biasanya saat mereka berdua pulang selalu terdengar suara adik kembarnya sedang bermain bersama. “Kakak juga gatau, kita ganti baju dulu terus kita cari sama-sama ya”
“Oke kak”
Setelah itu mereka berdua menuju kamar mereka masing-masing.
Gabriel dan Nathaniel sudah selesai mengganti baju dan sesuai rencana mereka berdua mencari adik kembarnya bersama-sama.
Pertama mereka mencari di ruang keluarga, lalu ke kamar Lexi. Lalu terakhir mereka mencoba mencari ke kamar Alex.
Ketika membuka pintu kamar Alex, mereka lega karena akhirnya dapat menemukan adik mereka.
“Kak, lucu banget mereka tidurnya pelukan gitu”
“Iya lucu bangett”
“Ikutan tidur sama mereka yuk kak”
“Yukkk”
Lalu mereka berdua pun bergabung dengan Alex dan Lexi.
Tidak terasa hari sudah semakin malam dan Leon baru saja sampai.
“Anak-anak ada dimana Lun? “
“Para tuan muda dan nona muda ada di kamar tuan muda Alex, Tuan”
“Sedang apa mereka? “
“Saya kurang tahu tuan, tapi sepertinya para tuan muda dan nona muda sedang tidur bersama”
“Baiklah”
Lalu Leon pun menuju ke kamar Alex dan membuka pintunya.
Lalu ia menemukan pemandangan yang membuat hatinya menghangat.
Dengan perlahan Leon menutup pintunya. Leon diam-diam memotret pemandangan itu dan mengirimnya ke grup keluarga besarnya yang sedang berada di luar negeri atau lebih tepatnya ada di New York.
TING….TING….TING….TING….
Notif dari Handphone Leon terus berbunyi. Leon pun melihat notif tersebut.
Big Family
| “Aaaaaa lucu banget”
| “Oma jadi kangen deh sama cucu oma”
| “Mami ayo ke Indonesia aku kangen sama si kembar”
| “ Minggu depan kita ke Indonesia”
Leon hanya tersenyum membaca itu. Lalu ia menaruh Handphone di kantung celananya.
Sekarang sudah waktunya untuk makan malam, Leon mulai mencoba membangunkan Gabriel sambil mengelus kepala Gabriel dengan lembut. “Nak, ayo bangun udah malam”
Gabriel yang merasakan elusan di kepalanya pun terbangun. “Papaa”
Leon membalasnya dengan senyuman. Seperti yang dapat kita rasakan, saat ini Leon sudah mulai berubah. Ia menjadi lebih perhatian dan lembut kepada anak-anaknya. Tidak hanya Leon, semua anak-anaknya juga menjadi seperti anak kecil pada umumnya. Mereka tidak berperilaku dingin lagi ke keluarga dan terkadang mereka menjadi manja kepada papanya.
Leon kembali berbicara kepada Gabriel. “Ayo bantu papa bangunkan adik-adikmu”
Gabriel pun mengangguk dan membantu leon dengan membangunkan Nathan. “Than, bangun dah malam”
Nathan malah semakin mengeratkan pelukannya ke Alex karena posisinya ada disebelah Alex.
Melihat itu Gabriel mencoba membangunkan Nathan kembali. “Than, ayo bangun buruan ihhh”
Kali ini Nathan mendengarkannya dengan baik dan langsung bangun dari tidurnya.
Saat ini hanya tersisa Alex dan Lexi yang belum bangun.
Leon berjalan mendekati anak kembarnya dan mengelus lembut kepala kedua anaknya yang masih tidur itu. Elusan itu malah membuat keduanya semakin nyaman dalam tidurnya.
Leon mulai membangunkan anaknya. “Dek ayo bangun”
Untung saja Alex mudah untuk dibangunkan jadi dia langsung membuka matanya. Begitu terbangun ia langsung membuka kedua tangannya kearah Leon meminta di peluk.
Melihat tingkah lucu itu membuat semuanya menjadi gemas.
Leon pun mengangkat tubuh Alex untuk dipeluk dan mengecup pipi Alex.
Lalu setelah dirasa sudah cukup, Leon menurunkan tubuh Alex dan menuju Lexi yang masih pulas.
Leon membangunkan Lexi dengan mencium muka Lexi bertubi-tubi. Hal itu tentu saja membuat Lexi terganggu dari tidurnya. “Papa ihhhh jangan ciumin muka Lexi terusss”
“Ya tapi kamu bangun dong”
“Iya-iya ini aku bangun”
Lexi pun bangun dan Gabriel, Nathan, Alex dan Lexi menuju kamar mandi untuk membasuh muka mereka.
Setelah selesai membasuh muka, mereka turun kebawah menuju ruang makan dan melihat Leon sudah menunggu disana.
Lexi berlari menuju Leon dan meminta agar dipangku Leon. Leon mengangkat tubuh Lexi. Makan malam ini dimulai dengan doa yang dipimpin oleh Leon selaku kepala keluarga.
Mereka pun makan dengan tenang dan sesekali Leon menyuapi Lexi makan.
Seusai makan malam, mereka kembali ke kamar mereka masing-masing untuk membersihkan diri mereka. Lalu setelah selesai membersihkan diri mereka berkumpul di ruang keluarga bersama-sama.
CHAPTER 07
Hari ini adalah hari pertama Lexi dan Alex sekolah di Florence Elementary School.
Saat ini masih pukul 5 pagi, tetapi Lexi sudah terbangun dan langsung menuju kamar Leon.
TOK….TOK….TOK….
“Papaaaaaaaaa”
TOK….TOK….TOK….
Mendengar suara ketukan yang keras dan suara teriakan anak perempuan, Leon pun terbangun dan bangkit dari kasurnya lalu menuju pintu dan membukanya.
Yang dapat Leon lihat adalah muka antusias Lexi. Ia tahu mengapa muka putri kecilnya begitu antusias. Leon pun mengajak Lexi masuk kedalam kamarnya.
Leon membaringkan tubuhnya “Lexi ini masih jam 5 pagi. Ayo tidur lagi”
Lexi menarik tangan Leon “Jangan tidur lagi papa”
Leon langsung memeluk Lexi dan mengajak tidur lagi “Ayo tidur lagi aja masuk sekolahnya masih lama”
Mendengar itu Lexi pun menurut karena ia juga masih mengantuk.
.
.
.
KRING….KRING….KRING….
Leon terbangun karena mendengar suara alarm itu. Dia melihat jam yang sudah menunjuk angka 6. Leon menunduk kearah perutnya. Dia melihat putrinya sedang memeluk perutnya “Dek ayo bangun”
“Eughhhhh”
“Ayo dek bangun nanti telat lohh”
Lexi pun langsung bangun dan mengecup pipi Leon. Leon membalasnya dengan mengecup kening Lexi. Lalu Lexi bangkit dan berjalan menuju kamarnya untuk membersihkan dirinya.
.
.
.
Saat ini keluarga Addison sedang sarapan bersama. Seusai sarapan, mereka berangkat ke sekolah dengan Leon yang mengantarkannya.
Setelah sampai di Florence Elementary School, Leon mengecup kening anak-anaknya dan memberi bekal mereka masing-masing yang sudah disiapkan.
“Makasih papaaa” Ujar anak-anak dengan memeluk Leon.
Leon tersenyum dan anak-anaknya turun dari mobil.
“Dek ayo kakak antar ke kelas kamu” Ajak Gabriel dengan menggenggam tangan Lexi dan Nathaniel yang menggenggam tangan Alex.
.
.
.
Gabriel membalikkan badannya menghadap Lexi dan Alex. Lalu mengelus rambut keduanya “Nihhh udah sampe. Belajar yang rajin yaa”
Lexi dan Alex mengganggukkan kepalanya dengan senyum manisnya. Lalu Gabriel dan Nathaniel menuju kelas mereka masing-masing.
Setelah Lexi dan Alex masuk ke kelasnya, Wali kelas 1A menyuruh Lexi dan Alex untuk melakukan perkenalan.
“Perhatian kita memiliki teman baru. Bersikap baiklah kepada mereka. Silahkan perkenalkan diri kalian” Ujar guru sambil menyuruh Lexi dan Alex perkenalan.
“Halo nama aku Alexi Eri Addison. Kalian bisa panggil aku Lexi. Salam kenal semoga kita bisa menjadi teman baik” Ujar Lexi dengan senyumnya yang lucu membuat dia terlihat sangat menggemaskan.
Dibelakang sana ada satu anak laki-laki yang terus memperhatikan Lexi dengan menahan gemasnya.
“Alexius” Hanya kata-kata itu yang keluar dari mulut Alex.
Seperti yang kita ketahui Leon dan anak laki-lakinya bersifat dingin dan hanya ramah dengan keluarga mereka.
“Baiklah silahkan duduk di bangku yang kosong itu”
Mendengar itu Lexi dan Alex menuju bangku kosong itu. Selama pelajaran anak laki-laki tadi terus menatap Lexi secara diam-diam.
.
.
.
Bel istirahat berbunyi anak-anak langsung mengerebungi meja Lexi dan Alex. Mereka meminta berkenalan.
Dan ditanggapi Lexi dengan ramah. Alex hanya diam saja tidak minat dengan hubungan social.
Setelah anak-anak kecil yang tadi mengerebungi meja Lexi dan Alex pergi barulah Lexi bernafas lega.
“Huh aku sangat lapar” Lexi dan Alex mengeluarkan bekal mereka dan makan Bersama.
Bel tanda istirahat sudah usai berbunyi anak-anak yang tadinya keluar kelas sudah masuk semua.
Selama guru menerangkan pelajaran Lexi sangat fokus mendengarkan sedangkan Alex? Dia tertidur.
“Baik anak-anak pelajaran hari ini sudah selesai”
“Terima kasih bu”
Lexi segera membangunkan Alex “Kak, bangun ayo kita pulang”
Alex mengerjap matanya beberapa kali. Dan langsung menggendong tasnya berjalan keluar kelas.
Didepan gerbang sekolah terlihat kakak mereka yang sedang menunggu mereka. Lalu Lexi langsung berlari menghampiri kakak-kakaknya.
Tak lama kemudian, munculah mobil milik Leon. Leon keluar dengan setelan jas hitam dan memakai hitam.
Para ibu-ibu yang sedang menjemput anaknya langsung menggosipkan itu. Mereka sangat terpesona dengan ketampanan Leon.
“Wih tumben jemput pa” Heran Nathan.
Leon hanya tersenyum dan mengajak anak-anaknya untuk memasuki mobil dan pulang ke rumah mereka.
Setelah mengantar anak-anaknya kerumah, Leon menuju ke kantornya. Dan anak-anaknya menuju ruang makan untuk makan siang. Lalu mereka kembali ke kamar mereka masing-masing untuk membersihkan diri dan beristirahat.
Malam pun tiba, Leon sudah kembali dan membersihkan dirinya. Tak lupa juga ia membangunkan anak-anaknya.
Makan malam mereka lewati dengan keadaan hening.
Seusai makan malam mereka berkumpul di ruang keluarga.
“Bagaimana sekolahnya? “ Tanya Leon pada Alex.
Lexi sudah tertidur di pangkuan Leon.
“Biasa aja” Alex menjawab acuh.
“Jaga adik kalian”
“Pasti” Jawab mereka dengan serentak.
“Yaudah, kembalilah ke kamar kalian masing-masing”
Iel, Nathan dan Alex menurut dan menuju ke kamar mereka. Lexi yang masih tertidur di pangkuan Leon pun digendong dan menuju ke kamar Leon.
CHAPTER 08
Saat ini keluarga Addison sedang sarapan dan diisi dengan celotehan Lexi.
“Ehemm” Deheman Leon membuat semuanya melihat ke arahnya.
“Kenapa pa? “ Heran Iel.
“Karena besok sekolah kalian libur papa mau ngajak kalian jalan-jalan”
“Yeayy. Lexi mau ke Dufan pa” Ujar Lexi antusias.
“Oke besok kita ke Dufan”
Mata Lexi berbinar-binar membayangkan betapa serunya suasana di Dufan.
“Ayo papa antar ke sekolah” Ujar Leon dengan berdiri dari kursinya dan menggendong putrinya menuju mobil. Iel, Nathan dan Alex mengikutinya dari belakang.
.
.
.
Sesampainya di sekolah Lexi langsung duduk di tempat duduknya karena sebentar lagi bel masuk akan berbunyi.
Bel tanda istirahat sudah berbunyi berhubung Alex ada urusan di toilet jadi Lexi hanya berdiam diri di kelas.
Tiba-tiba seorang anak laki-laki mendekati Lexi.
“Hai”
Lexi yang sedang diam terkejut karena tiba-tiba ada yang menyapanya.
Lalu Lexi pun membalas sapaan itu dengan senyum lebarnya membuat pipinya semakin chubby. “Haiii”
Anak laki-laki menggigit pipi dalamnya karena merasa sangat gemas dengan Lexi.
“Kenalin ya nama aku Kenzo Fernandez”
“Nama aku Lexi”
Alex sudah kembali dan dari kejauhan dia melihat Lexi yang sedang berbincang dengan laki-laki pun langsung berlari menghampiri.
Alex menatap tajam ke arah Kenzo dan dibalas Kenzo juga. Lexi yang berada diantara mereka merasa kebingungan dengan situasi saat ini.
Lalu kenzo pun kembali ke tempat duduknya meninggalan keduanya.
“Kak makan yukk”
“Ayo dek”
KRING….KRING….KRING….
Bel pulang sudah berbunyi anak-anak bersiap-siap untuk pulang.
Saat ini Lexi, Alex, Nathan dan Iel sedang didepan gerbang sekolah menunggu kedatangan Leon.
Sebuah mobil berhenti didepan mereka. Mereka merasa bingung karena mobil itu bukanlah milik Leon.
Pintu mobil terbuka dua orang yang dari mobil itu menghampiri mereka dan salah satunya langsung memeluk Lexi dengan sangat erat hingga Lexi merasa sesak. Melihat itu Iel segera melepaskan pelukan itu.
“Oma lepasin kasian dedek” Ternyata orang itu adalah Oma mereka.
Mendengar itu Oma langsung melepaskan pelukannya.
“Oma kok ada disini” Heran Nathan.
“Oma kangen sama cucu-cucu oma ini”
Panas matahari sudah semakin terik membuat Lexi merasa kepanasan. Opa melihat itu dan mengajak mereka untuk pulang terlebih dahulu. Mereka pun menyetujuinya dan menuju ke mobil dengan Opa yang menggenggam tangan Lexi.
Sesampainya mereka di rumah, mereka menuju ruang keluarga. Dan ternyata disana sudah ramai.
Leon yang sudah menyadari kehadiran mereka pun menoleh kearah mereka.
.
.
.
Saat ini semuanya sudah berada di ruang keluarga. Lexi merasa canggung karena dia tidak mengenal orang-orang yang ada di ruangan itu. Sebenarnya memang Lexi dan Alex belum pernah bertemu dengan keluarga besarnya.
“Hai sayang, kenalin nama oma Adelia Madison dan ini opa Ezra Addison”
“Nama mami Alena Leimana”
“Nama papi Ansen Addison”
“Halo dedek kenalin nama kakak Aziel Addison”
“Nama kakak Axel Addison”
Dengan senyum cerianya, Lexi memperkenalkan dirinya juga. “Hai semuanya, kenalin nama Lexi itu Alexi Eri Addison”
“Alex”Alex hanya memperkenalkan dirinya dengan singkat.
“Lexi sini sama opa”
Lexi pun menghampiri Ezra dan Ezra langsung menarik Lexi untuk duduk dipangkuannya. Lexi hanya menurut saja.
Lalu mereka menghabiskan waktu mereka bersama-sama di ruangan itu hingga malam.
CHAPTER 09
Hari ini adalah hari minggu jadi sekolah diliburkan.
Saat ini keluarga Addison sedang sarapan bersama dan diisi dengan suara ocehan Lexi yang sedang kesal dengan Alex karena tadi Alex menjahili Lexi.
Alex hanya mendengarkan ocehan Lexi sembari memakan sarapannya dengan tenang. Dan keluarganya yang melihat itu hanya dapat menggelengkan kepalanya.
.
.
.
Lexi merasa bosan dan mengajak semua kakak-kakaknya untuk bermain ke taman yang ada di dekat rumahnya.
Kakak-kakaknya setuju dan mereka semua ijin ke keluarga mereka.
Sesampainya di taman, Lexi berlari kearah ayunan yang ada ditaman itu.
Alex mengikuti Lexi dan bermain ayunan bersama Alex.
Iel, Nathan, Aziel dan Axel hanya memperhatikan adik mereka yang sedang bermain itu dan sesekali ikut bermain juga.
By the way, umur Aziel dan Axel lebih tua dari Iel.
Umur Aziel 17 tahun, sedangkan umur Axel 15 tahun.
Karena asik bermain mereka semua tidak ada sadar jika dari jauh ada seseorang yang memperhatikan mereka atau lebih tepatnya kearah Lexi.
Orang itu menelpon seseorang dan melaporkan atas yang telah ia lihat.
Hari sudah semakin siang, Aziel sebagai yang tertua pun mengajak semuanya untuk pulang ke rumah.
Disisi lain, seseorang yang telah mendapatkan laporan dari bawahannya itu merasa marah.
“Sepertinya aku harus memberi mereka pelajaran lagi”
“Jangan salahkan aku atas apa yang kuperbuat karena itu semua salahmu Addison”
.
.
.
Sesampainya mereka dirumah, mereka langsung membersihkan diri.
Lexi yang sudah selesai pun bersiap-siap untuk tidur. Baru saja dia menaiki kasurnya pintu kamarnya terbuka dan ternyata Aziel yang datang untuk tidur bersama Lexi.
“Kenapa kak? “ Heran Lexi.
“Gapapa dek, ayo tidur bareng” Ujar Aziel sembari menaiki kasur Lexi dan memeluk Lexi.
“Oke” Lexi juga membalas pelukan Aziel.
Baru saja keduanya memejamkan mata, sebuah suara mengagetkan keduanya.
BRAKKKKKKKKKKK
Mereka langsung menengok kearah pintu yang dibuka dengan keras itu.
Mereka melihat Nathan yang sedang cengengesan kearah mereka. Melihat itu Aziel menatap tajam Nathan membuat Nathan merasa takut.
Nathan meminta maaf kepada Aziel dan Lexi. Lalu dia menaiki kasur Lexi juga dan ikut tidur.
Lalu mereka bertiga pun tidur bersama dengan Aziel dan Nathan yang memeluk Lexi yang ada diantara mereka.
.
.
.
Saat ini sudah jam 6 sore, Aziel terbangun terlebih dahulu dan melihat ternyata Iel dan Axel juga ikut tidur bersama mereka.
Aziel mengambil HP nya dan memainkannya sembari menunggu adik-adiknya bangun.
Tidak lama kemudian, Lexi terbangun. Aziel menyadari itu dan membuka kedua tangannya agar Lexi masuk kedalam pelukannya. Lexi menurutinya dan mendekat kearah Aziel.
KRETTTTTTTTTTTT
Pintu terbuka dengan pelan. Aziel dan Lexi menengok dan ternyata yang datang adalah Alena.
Melihat itu Lexi langsung meminta Alena untuk menggendongnya. Tentu saja dituruti Alena. Alena mengecup muka Lexi bertubi-tubi membuat Lexi tertawa.
Lalu Alena berhenti mengecup Lexi dan mengelus kepala Aziel yang sedari tadi menatapnya.
“Kak ayo bantuin mami bangunin dedek”
“Oke mi”
Lalu mereka membangunkan Axel, Nathan dan Iel dan menuju ruang makan.
Disana sudah ada Adelia, Ezra, Ansen dan Leon yang menunggu kedatangan mereka.
Lexi menyapa mereka dengan riang. “Selamat malam semuanya”
“Selamat malam sayang” Jawab mereka dengan serentak.
Lalu mereka duduk di kursi mereka masing-masing dan mulai makan bersama.
Seusai makan malam, mereka berkumpul di ruang keluarga untuk berbincang dan bermain bersama.
Hari sudah semakin malam, sudah waktunya untuk tidur.
Opa Ezra selaku yang tertua menyuruh semuanya untuk tidur dan disetujui oleh semuanya. Lalu mereka pun menuju kamar mereka masing-masing.
CHAPTER 10
Senin telah kembali dan kini semuanya sedang sarapan bersama.
Seusai sarapan, anak-anak diantar ke sekolah oleh Ezra. Kecuali Aziel dan Axel karena mereka beda sekolah dengan adik-adiknya. Aziel membawa mobil bersama Axel.
Disekolahan mereka belajar seperti biasanya.
Saat ini Lexi sedang berdiri didepan gerbang sendirian. Kakak-kakaknya sedang ada urusan sebentar makanya Lexi menunggu didepan.
Sebuah mobil berhenti didepan Lexi dan langsung membekap Lexi dan menjauh dari sekolahan.
Tidak ada yang melihat kejadian itu. Tak lama kemudian, kakak-kakaknya kedepan dan tidak dapat menemukan Lexi. Iel pun menelpon Leon dan bertanya apakah Lexi bersamanya. Leon pun bingung karena dia masih diperjalanan.
Iel, Nathan dan Alex kebingungan dan bertanya kepada satpam tetapi satpam tidak mengetahui apa-apa karena dia baru kembali dari toilet.
Leon sudah sampai dan turun dari mobilnya menghampiri anak-anaknya.
“Lexi dimana kak? “
“Kakak gatau juga pa. Tadi kakak abis dari ruang guru sama Nathan. Alex juga tadi dipanggil wali kelasnya”
“Yaudah ayo kita kerumah dulu”
“Oke pa”
Lalu mereka kembali kerumah dan menelpon semua keluarganya supaya pulang.
“Ada apa ini? Lexi dimana? “Tanya Adel.
Tanpa basa-basi Leon langsung memberi tahu bahwa Lexi hilang.
Semuanya sangat terkejut mendengar itu.
“Lacak Lexi! “Titah Ezra kepada asistennya.
“Baik bos”
Hanya dalam waktu 5 menit mereka dapat menemukan lokasi Lexi. Langsung saja mereka bergegas ke lokasi itu.
Ezra, Leon, Ansen dan Aziel menuju lokasi itu dengan cepat dan Axel, Iel, Nathan dan Alex tidak diijinkan ikut karena masih kecil. Adel dan Alena yang tidak diijinkan juga hanya dapat menunggu dirumah dengan perasaan khawatir.
Disisi lain, Lexi sedang menangis karena dia dipukul, dicambuk, ditampar, dijambak oleh seseorang yang merupakan orang yang sama yang telah membunuh Blaire Anderson.
“BERISIK BANGET SIH LU. DIAMMMMMM”
Lexi tidak menuruti itu dan terus menangis karena merasa kesakitan.
Orang itu pun geram dan lanjut memukul Lexi.
.
.
.
Kini mereka sudah sampai di lokasi, mereka menyuruh para bodyguard menyerang ke dalam dan mereka mencari Lexi.
Mereka terus mencari Lexi hingga mereka mendengar suara tangisan anak kecil yang mereka yakin itu adalah suara tangisan Lexi.
Mereka marah mendengar tangisan kesakitan Lexi. Aziel pun segera mendobrak pintu itu.
BRAKKKKKKKKKKKKKKKKK
Yang mereka lihat sungguh membuat hati Leon seperti teriris. Tidak hanya Leon yang lain juga merasakan hal yang sama.
Mereka tidak kuat melihat keadaan tubuh Lexi yang penuh lebam dan luka.
Apalagi saat ini mereka melihat langsung bagaimana Lexi disiksa.
“APA-APAAN INI LEPASKAN CUCUKU DAREN”
“Ahahahahah mimpi saja kau Ezra”
Leon menggeram marah melihat kondisi putrinya seperti itu. Leon memikirkan cara melepaskan putrinya dari Daren.
Daren dibuat lengah dan dengan cepat Leon menarik Lexi kedengkapannya.
Melihat adiknya sudah aman Aziel pun mengambil pistol yang dia bawa dan menembak Daren tepat di jantungnya. Seketika tubuh Daren terjatuh dan dalam hitungan detik dia sudah tidak bernyawa.
Lalu mereka semua melihat Lexi yang ada di dengkapan Leon yang sudah pingsan. Segeralah mereka menuju rumah sakit.
.
.
.
“DOKTER CEPAT PERIKSA PUTRIKU”
“Baik”
Lalu Lexi pun dibawa untuk diperiksa. 20 Menit kemudian dokter itu kembali kepada mereka.
Melihat dokter itu datang mereka pun berdiri.
“Bagaimana dok kondisi putri saya? “ Ujar Leon dengan penuh kekhawatiran. Tidak hanya Leon yang lain juga sangat khawatir.
“Di tubuh saudari Lexi ada begitu banyak lebam dan luka. Ada kemungkinan besar bahwa saudari Lexi akan mengalami trauma. Untuk saat ini biarkan saudari Lexi untuk dirawat inap selama beberapa hari dahulu. ”Jelas dokter itu kepada keluarga Addison. Mereka menyetujui dokter itu dan menyuruh agar Lexi diberi kamar VIP.
Lalu mereka pun menghubungi orang rumah dan memberi tahu semuanya. Semuanya terkejut dan sedih dan mereka pun segera menyusul ke rumah sakit.
.
.
.
6 jam sudah berlalu, Lexi mengerjapkan matanya dan menangis kencang. Tangisan Lexi mengejutkan semua yang ada di kamar itu.
“Papaaa Lexi takuttt”
“Om itu jahatin Lexi”
“Lexi dipukul terus padahal Lexi udah minta berhenti”
Mereka khawatir dengan mental Lexi dan yang dapat mereka lakukan hanyalah menenangkan Lexi dengan hati yang sangat sakit.
Tak lama kemudian, Lexi tenang dan tertidur. Keluarga Addison pun berdiskusi.
“Bagaimana ini ma pa? “ Tanya Leon kepada Ezra.
Ezra dan Adel tak menjawab.
“Menurutku lebih baik untuk beberapa tahun ke depan biarkan Lexi ke New York bersama mama dan papa” Saran Ansen..
Mendengar itu Leon, Iel, Nathan dan Alex protes tak terima.
“Utamakan dulu kondisi Lexi. Lebih baik dia di New York dulu. Kau sendiri tahu seberapa banyak musuh kita” Ujar Ansen.
“Mama setuju” Ujar Adel.
“Kami juga setuju” Jika itu yang terbaik tentu saja mereka setuju.
Dengan sangat terpaksa Leon, Iel, Nathan dan Alex menyetujuinya juga.
Setelah itu pun Ezra dan Adel bersiap-siap berpindah ke New York kembali dengan membawa Lexi.
CHAPTER 11
9 tahun kemudian.
Lexi yang dahulu menggemaskan kini sudah menjadi sangat cantik dan tetap menggemaskan. Pesonanya tak tertanding.
TAP… TAP… TAP…
Suara langkah kaki Lexi terdengar membuat Ezra dan Adel menengok. Mereka tersenyum bangga melihat cucunya yang sangat mempesona.
Dengan riangnya Lexi menyapa Ezra dan Adel “Morning Opa Omaku sayang”
“Morning sayang”
Lalu Lexi menghampiri keduanya yang sudah ada di ruang makan untuk sarapan bersama.
“Dek, kamu mau makan pake apa? “ Tanya Adel dengan lembut.
“Lexi mau nasi goreng oma” Jawab Lexi sembari tersenyum kepada Adel.
Mendengar jawaban Lexi, Adel pun segera mengambil makanan untuk cucu perempuan satu-satunya itu.
Lalu Adel juga mengambil makanan untuk suaminya dan juga untuk dirinya sendiri. Lalu mereka berdoa bersama dan memakan makanan mereka dengan keadaan tenang.
Sesudah sarapan mereka berkumpul di ruang keluarga.
“Dek” Ujar Ezra.
Lexi yang sedang nonton TV pun menengok kearah Ezra yang memanggilnya “Ya Opa? “
“Besok kamu kembali ke Indonesia ya “
Lexi kaget karena tiba-tiba Ezra berbicara seperti itu dan menatap Adel yang ada disebelah Ezra. Adel hanya mengangguk.
“Kok tiba-tiba opa? “
“Iya kasian papa sama kakak-kakak kamu yang nungguin kamu terus’
“Oh oke deh. Tapi oma sama opa gimana? “
“Kami tetap disini. Tapi sesekali kami akan datang ke Indonesia juga kok”
“Oke Opa”
Lalu Lexi pun menuju kamarnya dan menyiapkan barang-barang yang akan ia bawa ke Indonesia.
.
.
.
Hari sudah berganti, hari ini adalah hari kepulangan Lexi ke Indonesia. Kini Lexi sudah siap dan sedang sarapan dibawah bersama Ezra dan Adel.
Sesudah sarapan, Lexi menuju bandara dan diantar oleh Ezra dan Adel.
“Opa oma Lexi pulang ya”
“Iya sayang hati-hati ya”
“Opa sama oma juga hati-hati disini”
Lalu mereka bertiga berpelukan dengan erat. Rasanya lumayan berat untuk meninggalkan negara yang ia tinggali selama 9 tahun lamanya. Belum lagi harus meninggalkan oma opanya.
Pengumuman bahwa pesawat yang akan ditumpangi Lexi akan segera berangkat membuat mereka segera melepaskan pelukan itu.
Ezra dan Adel mengecup kening Lexi. Lexi pun membalasnya dengan mengecup pipi keduanya dan segera menuju pesawat.
.
.
.
22 jam sudah berlalu.
Kini Lexi sudah menginjakkan kakinya di negara asalnya sembari merentangkan tangannya merasakan udara segar yang ada disekelilingnya.
Orang-orang yang ada di bandara terpesona dan kagum dengan kecantikan milik Lexi.
Lalu Lexi menuju keluar bandara dan menunggu untuk dijemput.
Tak lama kemudian, sebuah mobil mewah berhenti didepan Lexi. Seorang laki-laki yang amat tampan keluar dari mobil itu. Seketika yang di sekeliling mereka langsung memperhatikan lelaki itu.
Lelaki itu maju mendekati Lexi yang sedari tadi memperhatikannya.
Sesampainya lelaki itu dihadapan Lexi segeralah ia memeluk Lexi dengan amat erat. Dan tentu saja dibalas Lexi tak kalah erat juga.
“Dek, kakak kangen banget sama kamu”
“Dedek juga kangen banget sama kak Iel”
Ya, lelaki itu adalah Iel. Iel kini sudah berusia 19 tahun, dia terlihat semakin tampan dan mempesona.
“Yaudah ayo kita pulang dulu dek. Yang lain udah nungguin kamu dirumah”
“Ayo kak”
Lalu mereka menuju mobil yang tadi dikendarai oleh Iel. Dan menuju rumah mereka.
.
.
.
Suara mesin mobil terdengar dari dalam kediaman Addison. Segeralah mereka semua keluar untuk menyambut Lexi.
Lexi yang baru saja keluar dari mobil terkejut melihat semua keluarganya sudah menyambutnya. Segeralah ia berlari kearah mereka.
Yang pertama ia peluk adalah papanya. Mereka berpelukan dengan sangat erat. Meskipun saat liburan Leon dan yang lainnya mengunjunginya, tetap saja mereka selalu merasa sangat merindukan satu sama lain.
Setelahnya Lexi memeluk yang lainnya juga. Ketika Lexi dan Alex berpelukan, dapat dirasakan dari bahu Lexi bahwa Alex menangis karena sangat rindu. Lexi pun dapat merasakan apa yang dirasakan Alex, dia pun ikut menangis. Jadi saat ini mereka berdua menangis bersama masih dalam keadaan berpelukan.
Keluarganya yang melihat itu pun merasa terharu melihat anak/adik kembarnya seperti itu.
Setelah Lexi dan Alex sudah berhenti menangis, Leon mengajak agar semuanya masuk ke dalam dan dituruti oleh semuanya.
“Dek, kamu keatas gih mandi terus istirahat yang banyak”
“Oke papa”
Lalu Lexi pun naik keatas menuju kamar yang telah lama ia tinggalkan. Sesampainya dikamarnya, dia duduk diatas kasurnya. Meskipun dia tidak mengisi kamarnya selama 9 tahun, kamarnya tetap bersih dan rapi. Karena setiap hari selalu dibersihkan oleh pelayan.
TOK….TOK….TOK…
Lexi bangkit berdiri menuju pintu kamarnya dan membukanya. Dapat dilihat disana ada Luna yang sedang tersenyum hangat kepadanya.
Segeralah Lexi tersenyum ceria dan menarik Luna agar masuk ke dalam kamarnya. Lalu dia memeluk Luna dengan sangat erat. Sudah sangat lama sejak dia bertemu dengan Luna.
“Nona, mari saya bantu membersihkan tubuh anda”
“Kakakkk aku kan bukan anak kecil lagi. Aku bisa mandi sendiri”
“Ahahahaha baiklah nona. Saya akan membantu anda menyiapkan air”
“Oke makasih kak Luna sayang”
Luna hanya menanggapinya dengan senyumnya yang lembut itu. Luna pun menyiapkan air untuk Lexi mandi dan Lexi membersihkan dirinya.
Lexi sudah selesai mandi, dia mengeringkan rambutnya dengan hairdryer dan memakai skincare.
Setelah selesai, dia menaiki kasurnya dan tidur.
KRETTTTTTTTTTTT
Ternyata yang memasuki kamar Lexi adalah Alex. Alex tersenyum lembut melihat kembarannya yang sedang tertidur itu. Lalu Alex pun ikut menaiki kasur Lexi dan tidur dengan memeluk tubuh Lexi.
.
.
.
Saat ini sudah waktunya untuk makan malam. Leon pun menuju ke kamar putrinya.
TOK….TOK….TOK….
Tidak ada jawaban dari dalam kamar. Leon pun mencoba membuka pintu kamar Lexi dengan pelan.
Yang dia lihat adalah anak kembarnya sedang tidur bersama dengan berpelukan.
Leon tersenyum senang karena akhirnya Lexi dapat berkumpul bersama mereka lagi.
Leon menuju kasur Lexi dan membangunkan kedua anaknya itu.
Setelah kedua anaknya bangun, mereka bertiga turun kebawah menuju ruang makan. Di ruang makan, semuanya sudah menunggu kehadiran mereka.
“HALO SEMUANYAAAAA” Salam Lexi kepada keluarganya dengan ceria.
“Halooo” Serentak mereka.
“Ceria banget sih anak mami ini”
“Ehehehehe aku kangen banget sama mami”
“Mami juga kangen banget sama anak mami yang paling cantik ini”
Lexi pun memeluk Alena dan dibalas dengan kecupan dikening.
Lalu mereka semua duduk di kursi mereka masing-masing dan memakan makanan mereka sembari berbincang bersama.
Setelah selesai makan malam, seperti biasanya mereka berkumpul di ruang keluarga.
“Papa”
“Ya? “
“Lexi sekolah dimana? “
“Kamu sekolah di Florence High School”
“Okeeee”
Semuanya bermain bersama di ruangan itu. Kini sudah jam 10 malam. Leon menyuruh semuanya untuk ke kamar mereka untuk tidur.
CHAPTER 12
Hari ini adalah hari pertama Lexi bersekolah di Florence High School.
Setelah selesai sarapan, Lexi, Alex dan Nathan berangkat ke sekolah. Alex dan Lexi adalah murid kelas X, sedangkan Nathan adalah murid kelas XII.
“Kak Alex”
“Kenapa dek? “
“Kelas aku dimana kak? “
“Kamu ikut aku aja. Kelas kita sama dek”
“Oke kak”
Selama mereka berjalan menuju kelas mereka. Semua murid yang di lewati mereka terpesona dengan mereka.
Sesampainya di kelas ternyata sudah ada guru. Guru tersebut menyuruh Lexi untuk memperkenalkan dirinya.
“Halo semuanya perkenalkan nama aku Alexi Eri Addison. Kalian bisa panggil aku Lexi. Aku pindahan dari New York”
“Halo Lexi”
“Baik Lexi. Perkenalkan nama miss adalah Lea. Dan buat kalian semua apakah ada pertanyaan untuk Lexi”
Salah satu murid mengangkat tangannya dan bertanya kepada Lexi “Lexi, kamu siapanya Alex? “
Lexi pun menjawabnya “Aku adik kembarannya”
“Apakah ada pertanyaan lagi? “ Tanya Miss Lea.
“Tidak ada miss”
“Baiklah, Lexi kamu bisa duduk di kursi kosong yang ada disitu”
“Baik terima kasih miss”
Lalu Lexi pun menuju ke kursi kosong itu. Laki-laki yang ada disampingnya terus menatap Lexi.
Lexi yang merasa ditatap pun menengok kearahnya laki-laki itu dan bertanya “Kenapa kamu natap aku terus? “
Laki-laki itu malah bertanya kembali “Kamu ga ingat aku? “
Lexi pun berfikir keras dengan mengetukkan dagunya dengan jarinya. Laki-laki itu gemas melihat tingkah Lexi.
“Maaf ya tapi aku ga ingat”
Laki-laki itu menghela nafas “Aku Kenzo Fernandez”
Mendengar nama itu Lexi merasa tidak asing. Tak lama kemudian, ia ingat akan nama itu “Aku ingat kamu”
Kenzo pun senang karena Lexi sudah ingat.
“Tapi kenapa kamu tiba-tiba hilang? “
Lexi tidak menjawab pertanyaan Kenzo dan hanya tersenyum. Kenzo pun paham tidak seharusnya ia bertanya jadi dia tidak menanyakan hal itu lagi.
Lalu mereka pun fokus ke materi yang sedang dijelaskan oleh Miss Lea di depan.
.
.
.
Bel istirahat sudah berbunyi. Lexi pun membereskan bukunya dan bersiap untuk ke kantin. Tetapi baru saja akan berdiri ada beberapa perempuan menghampirinya.
“Hai Lexi, kenalin nama gua Jennifer Garcia. Lu bisa panggil gua Jenni”
“Nama gua Azalea Madison. Lu bisa panggil gua Alea”
“Kalo gua Bellova Victoria. Panggil aja Ova”
“Salam kenal Jenni, Alea, Ova”
“Lu mau ke kantin kan? Ayo sama kita aja” Ajak Jenni.
Mendengar ajakan Jenni Lexi pun menengok kearah Alex yang memperhatikannya juga. Alex paham maksud Lexi dia pun mengangguk dan pergi ke kantin bersama teman-temannya.
“Oke ayokk” Terima Lexi dengan senyum lebarnya membuat ia terlihat sangat menggemaskan.
“Uuuuuu ga tahan gua liat nih anak gemes bangetttt” Ova benar-benar merasa sangat gemas dengan Lexi.
Tidak hanya Ova yang lain pun juga merasakan hal yang sama. Lalu mereka ber 4 menuju ke kantin dengan bergandengan tangan.
Selama di perjalanan menuju kantin, semua mata terus mengarah ke mereka. Mereka ber 4 benar-benar sangat mempesona. Jenni yang sangat cantik dan dewasa. Alea juga sangat cantik dan ramah. Dan Ova yang sangat ceria dan tentu saja sangat cantik. Dan tentu saja Lexi yang benar-benar sangat cantik dan imut.
Sesampainya di kantin mereka langsung mencari tempat duduk.
“Mau pesen apa? Biar gua yang pesenin” Insiatif Ova.
“Nasi goreng sama es the manis deh” Jawab Alea.
“Aku samain aja” Ujar Lexi.
“Gua jugaa” Ujar jenni.
“Oke semuanya nasi goreng sama es the manis ya”
“Iyaaa” Serentak mereka.
Lalu Ova pun pergi memesan pesenan mereka. Sembari menunggu mereka mengobrol bersama.
Tiba-tiba segerombolan anak laki-laki datang ke meja mereka. Mereka adalah Nathan dan Alex yang bersama teman-temannya juga.
“Dek” Panggil Nathan.
“Kenapa kak? “ Tanya Lexi.
“Kakak sama teman-teman kakak duduk disini juga ya? “ Tanya Nathan.
Lexi menengok kearah Jenni dan Lea meminta persetujuan. Jenni dan Lea pun mengangguk.
Melihat respon itu Nathan, Alex dan teman-temannya pun duduk. Nathan dan teman-temannya pun memesan makanan mereka. Tidak lama kemudian Ova kembali bersama bibi kantin yang membantunya membawa makanan dan minuman mereka.
“Makasih bi”
“Iya sama-sama”
Lalu Ova pun duduk disebelah Lea. Lalu mereka mulai memakan makanan mereka dengan hening hingga salah satu teman Nathan memulai permbicaraan.
“Haloo kenalan yukk, nama gua Evan Mahendra. Kalian bisa panggil gua Evan”
“Nama gua Arthur Fernando”
“Gua Reygan Erlangga”
“Nathaniel Axelio Addison”
“Alexius Aro Addison”
“Kenzo Fernandez”
Lalu yang perempuan juga ikut memperkenalkan diri mereka masing-masing.
“Nama gua Jennifer Garcia. Kalian bisa panggil gua Jenni”
“Nama gua Azalea Madison. Panggil aja Lea”
“Gua Bellova Victoria. Panggil aja Ova”
“Nama aku Alexi Eri Addison”
Mendengar marga Lexi membuat Arthur dan Reygan kaget dan bingung karena marga itu sama dengan punya temannya.
“Lohh kok marga Lexi sama kayak punya lu Nath? “
“Iyaa Lexi adek gua sama Alex”
Mendengar jawaban itu, mereka pun mengangguk mengerti.
Lalu mereka lanjut memakan makanan mereka lagi.
Seusai makan, mereka kembali ke kelas mereka masing-masing karena bel tanda istirahat sudah usai telah berbunyi.
FINAL
3 tahun telah berlalu, ada banyak kejadian yang terjadi. Rasa senang dan sedih sudah sangat sering terjadi. Saat ini sekolah Florence High School sedang mengadakan acara kelulusan.
"DEK UDAH SIAP BELUM? " Teriak Alex dari bawah.
Tepat setelah itu terdengar suara ketukan heels dari tangga.
Mendengar adanya ketukan itu, seluruh anggota keluarga Addison yang ada di ruang keluarga itu menengok kearah tangga.
Terlihatlah Lexi yang sedang turun tangga dengan penampilannya yang sangat cantik dan anggun. Melihat Lexi yang begitu mempesona membuat semuanya terpana. Lexi yang melihat respon keluarganya pun terkekeh. Keluarga Addison yang melihat kekehan Lexi itu semakin terpesona. Hingga akhirnya Alena sadar dan memulai pembicaraan.
Alena menuju kearah Lexi dan memeluknya "Anak mami cantik banget"
Lexi membalas pelukan itu "Makasih mami cantik"
Setelah itu Alena melepaskan pelukannya dan Leon menghampiri putrinya dan memeluknya "Anak papa cantik banget"
Lexi juga membalas pelukan Leon "Iya dong kan papanya juga ganteng banget"
Leon pun mengecup kening Lexi dengan lembut dan dibalas juga dengan kecupan di pipi.
Setelah Leon melepas pelukan itu yang lain satu persatu memeluk dan memuji Lexi.
Kemudian keluarga Addison menuju ke Florence High School.
.
.
.
Kini keluarga Addison sudah sampai di Florence High School. Semua mata yang ada disana menuju kearah keluarga Addison.
Ketika Lexi keluar dari mobil, semua murid, guru bahkan wali murid terpana dengan penampilannya.
“WOAHHHHHH GILA CANTIK PARAH” Teriak beberapa murid laki-laki.
Mendengar itu seluruh anggota laki-laki keluarga Addison menatap tajam murid-murid itu. Murid-murid itu yang mendapat tatapan tajam dari keluarga Addison pun merasa takut.
Lexi pun mengajak keluarganya untuk masuk “Masuk yukk”
Alex langsung menggenggam tangan Lexi dan masuk kedalam dan diikuti oleh yang lain.
Kini acara kelulusan telah dimulai, pemilik sekolah Florence High School menaiki panggung podium.
Pemilik sekolah tersebut melakukan pidato singkat. Setelah selesai berpidato, pemilik sekolah mengumumkan para murid-murid yang mendapatkan nilai-nilai tertinggi.
“Baik sekarang saya akan menyebutkan 10 nama anak-anak yang mendapatkan nilai tertinggi”
“Yang kesepuluh Keenan Dirgantara”
“Yang kesembilan Rachel Natalia”
“Yang kedelapan Nathalie Veronica”
“Yang ketujuh Rivaldi Pratama”
“Yang keenam Bellova Victoria”
“Yang kelima Jennifer Garcia”
“Yang keempat Azalea Madison”
“Yang ketiga Kenzo Fernandez”
“Yang kedua Alexi Eri Addison”
“Dan yang pertama adalah Alexius Aro Addison”
“Bagi anak-anak yang namanya di sebut silahkan maju menaiki panggung”
Mereka semua pun maju dan menaiki panggung. Di panggung mereka diberi medali, piagam penghargaan dan foto bersama.
Setelah selesai foto bersama, mereka turun dan menuju kearah keluarga / teman-teman mereka.
“Anak papa pintar ya papa bangga sama kalian berdua” Ujar Leon dengan memeluk dan mengecup anak kembarnya.
Kemudian mereka semua merayakan kelulusan mereka dengan perasaan sangat senang.
TAMAT