Ikatan Abadi
Ikatan Abadi
“ Kakak apapun yang terjadi aku akan selalu bersamamu, walau harus di pisahkan oleh maut, Rasa sayangku kepadamu adalah murnni dari dalam hatiku yang terdalam”
Dua anak bermental baja
“ Ada kalanya seorang anak kecil memiliki pemikiran yang dewasa di karnakan keadaan”
“Kakak kapan ibu dan ayah pulang? Nanda kangen sama ibu dan ayah”
“Sabar ya sebentar lagi mereka pasti pulang kok. Kamu tidak perlu khawatir mereka pasti baik baik saja”.
Huh aku merindukan mereka, oh iya kenalkan namaku Sadawira Nanda, biasa di panggil Nanda oleh orang orang terdekat saat ini, Aku berusia 5 tahun, Aku adalah anak ke dua dari dua bersaudara. Aku memiliki seorang kakak perempuan yang hebat dan juga sangat cerdas, ia mampu melakukan apa pun dan juga memiliki pengetahuan yang cukup luas dari pengalaman yang ia dapatkan walaupun ia tidak bersekolah namun ia tidak berhenti sampai sana saja Namanya adalah Anaya Lavanya, Indah bukan? Umurnya saat ini menginjak usia 10 tahun, Ia memiliki pemikiran yang dewasa dan cerdas, oleh karna itu ayah dan ibu selalu mempercayai kakak untuk mengambil keputusanya sendiri, tanpa perlu khawatir,
“Kami pulang”
“Ayah ibu, kami menunggu kalian loh!!” Seru Nanda semangat saat mengetahui bahwa orang tua mereka sudah pulang
“Bagaimana ladang ayah dan ibu, apa itu baik baik saja, atau telah tejadi sesuatu?” Tanya kak Anaya, kulihat wajah ayah dan ibu sangat berbeda dari biasanya. Wajah mereka lesu dan tidak bersemangat seperti biasanya “Ayah apa ada sesuatu yang terjadi, apa mereka merebut hasil panen kalian?” tanya kak Anaya. Tunggu apa maksudnya di rebut? Bukankah itu memang milik ayah dan ibu? Apa yang dimaksud kakak, apakah ia menyembunyikan seuatu dariku?
“Ah, bukan apa apa kok kalian tidak perlu khawatir seperti itu, kami baik baik saja kok, Hanya saja kami kelelahan karna tidak mendapatkan istirahat yang cukup, hanya itu saja kok,” Ujar ayah dengan senyum lemah yang terpancar dari wajah lelahnya
“Baiklah apa ayah dan ibu mau makan aku akan menyediakan makanan untuk kalian” Ujar kakak
“Tak apa, tapi bukankah bahan makanan sudah habis? Itu tidak mungkin cukup untuk kita berempat” Ujar ibu khawatir
“Masih ada beberapa kok, Aku bisa memasakan sesuatu untuk kalian, Nanda tolong bawakan air minum untuk ayah dan ibu, mereka pasti Lelah” Ucap kakak kepada ku “Baikk kakak aku akan membawa air minum untuk ayah dan ibu pasti mereka lelah karna telah bekerja keras di ladang dan sawah” Setelah itu, Nanda pergi kedapur untuk mengambilakan minum untuk kedua orang tuanya,
Sedengkan di sisi lain.
“Ayah ibu katakan pada ku, apa yang sebenarnya sedang terjadi di ladang? Kalian tidak bisa menyembunyikan apapun dari aku” Tiba tiba pertanyaan itu keluar dari mulut Anaya,
Bisa di lihat kedua orang tua Anaya tersentak kaget mendengar pertanyaan anak pertama mereka, yah sampai kapanpun mereka tidak dapat menyembunyikan sesuatu dari mata jeli anak pertama mereka itu,
“Baikalah kami tidak dapat berbohong bukan? Kalau begitu kau tau tentang NIPPON?” Tanya ayah
“Huh NIPPON entahlah, Aku pernah mendengar desas desus itu saat membawa makanan ke ladang, memangnya ada apa? bukanya itu hal baik? Ku dengar dari radio, mereka datang untuk membebaskan bangsa kita dari jajahan Belanda?”
“Ya kau benar, namun ada yang aneh dengan mereka” ujar ibu serius
“Aneh yah? Sejujurnyaa aku juga berfikir seperti itu dikarnakan sedikit tidak masuk akal” Ujar Anaya yang mulai merasa suatu keanehan.
“Hah sudahlah tidak perlu di pikirkan selagi mereka belum datang dan munduduki desa kita lebih baik tidak usah di bicarakan dulu “ Ujar ayah.
Pada dasarnya Anaya itu sedikit keras kepala dan ia masih memikirkan tentara NIPPON itu, Ia Merasa aneh dengan ke datangan tentara jepang ke Indonesia, karna pasalnya mereka tiba-tiba datang untuk membantu kaum pribumi terbebas dari jajahan orang Netherland.
“Entah untuk apa mereka datang ke sini dan mencap diri mereka adalah cahaya asia bukankah itu sangat aneh? Coba bayangkan ibu ayah kenapa mereka mau repot repot datang ke sini, Dan dengan percaya dirinya mereka mengatakan bahwa mereka akan membantu bangsa kita keluar dari penjajahan kaum Netherland? Bukankah itu terdengar mencurigakan? Tidak mungkin mereka-“
“ Ayah ibu aku kembali, ini aku sudah mengambil air untuk kalian, loh kenapa kalian semua terdiam? Kakak apa yang sedang terjadi?”
Ya mereka semua di kejutkan dengan kedatangan Nanda yang tiba-tiba datang dengan dua gelas yang berisi air untuk kedua orang tua mereka.
“Oh bukan apa apa kok, ibu hanya sedang bertanya kabar kalian berdua hari ini kepada kak Anaya kok” ujar ibu berbohong kepada Nanda yang masih kecil. Berbeda dengan Anaya yang pada dasarnya memang cerdas sedari kecil, sehingga mereka tidak perlu khawatir untuk menceritakan realita yang sedang terjadi saat ini, dan juga Anaya sangat sulit untuk di bohongi, namun untuk Nanda mereka tak akan melakukan hal itu, karna Nanda tidak secerdas Anaya untuk menerima keadaan sekarang ini. Nanda terlalu polos dan mudah untuk di tipu sehingga akan sangat berbahaya jika Nanda tau keadaan yang sebenarnya terjadi saat ini. Sedangkan Anaya saat seumuran dengan Nanda ia sudah mengetahui dan dapat mengendalikan diri dengan baik oleh karna itu Anaya bertekat untuk melindungi Nanda apapun yang akan terjadi di kedepanya,
Namun di balik itu semua tanpa mereka ketahui bahwa Anaya juga memiliki sisi lemahnya juga, Anaya terlalu lembut sehingga sangat mudah kasihan dan tanpa ia sadari bahwa ia hanya dimanfaati oleh orang lain.
“Baiklah kalau begitu Anaya pergi kedapur dulu untuk memasak makan malam, ayah dan ibu bisa pergi mandi dan beristirahat, kau juga Nanda jangan lupa untuk istirahat, besok pagi-pagi sekali kita akan pergi untuk menjual sayur sayuran”
“Baik Nanda akan pergi untuk istirahat, Ayah dan ibu jika ada yang ingin di bantu panggil saja Nanda, nanti Nanda akan datang untuk membantu” Ujar Nanda riang.
“Baiklah jika kami kesulitan kami akan meminta bantuanmu Nanda” Jawab ibu dengan kekehan manis yang keluar dari mulutnya.
Setelah itu datanglah Anaya yang membawa makan malam mereka. Memang makanan yang mereka makan selama ini bukanlah makanan yang mewah dan lezat namun di balik makanan itu tersimpan banyak cinta dalam proses pembuatanya.
Kini mereka berempat telah duduk di atas lantai yang di lapisi oleh tikar anyaman kecil dengan lauk dan nasi yang tersedia, mereka makan dengan canda tawa yang terdengar di rumah kecil itu. Walau rumah yang mereka tempati bukanlah rumah yang mewah, namun telah tersimpan banyak sekali kehangatan yang di pancarkan dari masing masing anggota keluarga, terbukti dengan Nanda yang asik bercerita ini dan itu, Anaya yang sesekali meledek Nanda yang cengeng dan kedua orang tua mereka yang menanggapi mereka dengan tawa yang mengudara. Ah benar benar keluarga yang bahagia di tengah ke gelapan dunia luar yang akan menanti mereka, atau mungkin takdirlah yang akan mempermainkan mereka? Entahlah tidak ada yang tau bukan.
“ Banyak hal yang akan terjadi di masa depan, karna itu NIKMATILAH apa yang sedang kamu lakukan saat ini, karna tidak ada yang tau kapan TAKDIR akan mengambil seseorang yang pernah mengisi kenangan manismu”
Si cengeng Nanda dan sang pekerja keras Anaya
“ Kau tau? Tidak ada siapapun di dunia ini yang dapat menggantikan masa kecil sesorang”
1 tahun kemudian
Kini fajar telah menyapu gelapnya malam dan di sinari oleh terbitnya matahari pagi, sudah menjadi kebiasaan sehari hari dari keluarga Nanda dan Anaya untuk bangun di pagi hari, tepat sebelum matahari terbit. Di waktu itu adalah kalanya bagi kaum bangsawan masih terlelap di atas kasur empuk mereka. Namun keluarga Anaya dan Nanda sudah sibuk mempersiapkan diri untuk aktivitas yang akan mereka lakukan seharian penuh.
Terlihat dari ayah Nanda yang sedang mengasah ani-ani untuk memanen padi yang sudah menguning bulirnya. Ibu Anaya juga tak kalah sibuknya. Ia sibuk mengurus keperluan suami dan kedua anak anaknya dan juga ia sedang mempersiapkan segala keperluan untuk memanen sayur sayuran, sedangkan Anaya dan juga Nanda, mereka sibuk membantu kedua orang tua mereka seperti Anaya yang sedang membantu ibu untuk membersihkan rumah dan Nanda yang membantu ayah bersiap untuk pergi ke sawah atau kebun sang ibu. Wah mereka benar-benar sibuk sekali.
“Ayah apa hari ini Nanda akan pergi ke sawah bersama ayah?” Tanya Nanda dengan semangat, dikarnakan ini adalah kali pertama Nanda untuk pergi ke sawah bersama sang ayah, biasanya ia akan pergi bersama Anaya ke pasar untuk menjual bahan pangan, namun kali ini berbeda...
Kini Nanda sudah berusia 6 tahun, dimana ia di perbolehkan untuk ikut pergi membantu ayah ataupun ibunya sedangkan Anaya pada dasarnya memang sudah membantu ayah dan ibunya dari ia kecil.
“Ayo di beli di beli sayuran segar, yang baru saja di panen dari kebun pagi ini, Ayo nyonya nyonya tuan tuan silahkan di beli di beli“ Terdengar seruan dari Anaya yang kini berusia 11 tahun.
Bisa dilihat dari rambut hitam kecoklatan pendek sebahu milik Anaya yang tertiup angin dan seruan semangat terdengar di pasar tersebut.
Anaya dengan semangat menawarkan beras dan sayur sayuran yang tersedia dari panen kedua orang tuanya, Ia menargetkan para pembantu rumah tangga bangsawan untuk membeli barang dagangannya, dengan begitu ia dapat menjual dengan harga lebih tinggi untuk mereka dan ia akan mendapatkan untung yang besar. Benar-benar sangat cerdik.
Inilahh mengapa kedua orang tuanya geleng-geleng kepala ketika melihat anak sulungnya itu dengan cerdiknya Mempermainkan harga daganganya dengan lihai kepada para pembantu rumah tangga bangsawan.
Dengan kemampuanya dalam berkomunikasi dengan orang orang sekitar, membuatnya menjadi anak yang dikenal banyak orang, termasuk dari kalangan menengah ke atas. Anaya juga memiliki banyak teman seperjuanganya di pasar.
Sedangkan di sawah...
“HUWAAA AYAH ADA ULAR, AAAAAAAAAA TOLONG AKU HUHUHUHU HIKS AKU AKAN DI MAKAN HIKS HIKS” Suara tangisan Nanda terdengar di sawah itu, “HAHAHAHAHAHA NANDA CENGENG NANDA CENGENG HAHAHAHA LAGI PULA ULAR ITU TIDAK AKAN MEMAKAN MU KARNA SUARA TANGISAN MU YANG MEMBUAT TELINNGA ULAR ITU SAKIT HAHAHAHA” tawa dan ledek anak-anak seumur Nanda yang melihat Nanda menagis hanya karna melihat ular sawah yang lewat.
Itu sangat mengelitik perut mereka. Karna pasalmya anak-anak pribumi pada umumnya sudah bermain di alam terbuka ketika mereka berusia 5 tahun. Di karnakan rasa penasaran mereka yang begitu tinggi, membuat mereka tak takut apapun. Kecuali jika berhadapan dengan sang ibu, mereka pasti akan tuduk karna takut terkena pukulan sayang dari para ibu
“HIKS HIKS HIKS MEMANGNYA KENAPA KALAU AKU MENAGIS HIKS LAGI PULA ITU SANGAT MENYERAMKAN HIKSS AKU BUKAN ANAK CENGENGGGG” Teriak Nanda dengan tangisanya kepada teman teman barunya itu.
“Hahahahaha sudah sudah. Kalian jangan menggoda Nanda lagi, lihat wajah Nanda yang sudah penuh dengan lendir dari hidungnya karna kebanyakan menagis” Tawa dan tegur ayah Nanda.
“AYAHHHH AKU TIDAK BERLENDIR INII ADALAH AIR MATAKU HUHUHU HIKS HIKS LAGI PULA, KENAPA AYAH TIDAK MEMBELAKU DAN MALAH MENGGODAKU JUGA HWUAAAAA” Tangis Nanda semakin pecah,
“ HAHAHAHAHAHAHA” Tawa orang orang yang sedang berkerja di sawah, sejujurnya mereka merasa sangat terhibur dengan adanya Nanda yang cengeng, namun penuh dengan keingintahuan yang begitu tinggi. Walupun Nanda itu cengeng, tapi ia adalah anak yang pemberani dan baik, Ia tak segan segan untuk membantu orang orang yang ada di sekelilingnya.
“Hmm hei Asrul, dia siapa?” Tanya Nanda penasaran dengan beberapa sosok anak kecil seumuran atau bahkan lebih tua darinya sedang berkumpul dan bermain Bersama.
“Oh itu, mereka itu anak-anak kaum Netherland. Lebih baik kamu jangan berurusan dengannya atau kau akan terkena masalah yang besar” ucap Asrul memberi tau Nanda, sekaligus memperingati Nanda agar tidak bermain main dengan mereka.
“Memangnya kenapa? Aku baru pertama kali melihat mereka, dan juga bukankah mereka terlihat aneh? Lihat kulit mereka putih kemerehan terkena sinar matahari, mereka juga memiliki warna di mata mereka, lihat yang di sebelah sana memiliki warna mata biru. Seperti warna lautan saja” Ujar Nanda Panjang lebar tanpa berhenti, mengagumi warna mata mereka
“Kau memang benar. Mereka terlihat sangat hebat dengan warna mata biru dan rambut mereka yang berwarna pirang, mereka seperti mahkluk dalam dongeng saja. Namun walaupun begitu warna mata biru mereka sangat dalam seperti lautan, Jangan sampai kau tenggelam di dalamnya walau indah namun mereka tetap berbahaya, paham?” jelas Asrul.
“Begitu ya, seberapa berbahayanya mereka?”
“Entahlah namun untuk jaga jaga saja bagaimanapun mereka adalah anak-anak bangsawan yang hidup dengan mewah” jawab Asrul.
“Yang di katakan Asrul memang benar, sama seperti telaga terlihat indah memukau dan beliau namun sekalinya kau terjun di sana tidak akan ada seseorang yang akan membantumu keluar dari sana, lagi pula anak anak Netherland merupakan anak bangsawan yang hidup dengan bahagia tanpa perlu bekerja keras seperti kita, namun bukan berarti semua anak Netherland bersikap arogan, ada beberapa anak-anak Netherland yang baik namun tertutupi dengan sifat nakal mereka” Ujar Anaya yang tiba tiba melanjutkan penjelasan milik Asrul
“HUWAAAAAA” Teriak Nanda bersamaan dengan Asrul yang terkejut dengan kedatanagan Anaya.
“Hei hei kenapa kalian berteriak seperti itu” Ujar Anaya santai,
“KAKAK KAU MENGAGETKAN KAMI” Seru mereka berdua
“Maaf-maaf, ku lihat kalian seru sekali melihat dan membicarakan mereka, Aku jadi ingin ikut membicarakanya juga” Jawab Anaya dengan santai.
“Hei Anaya apa kau pernah mengenal salah satu dari mereka?” Tanya Asrul penasaran karna yang ia ketahui tentang Anaya itu memiliki banyak relasi dengan banyak orang termasuk dengan para bangsawan.
“Hmmm salah satu mereka ya? Kurasa aku pernah melihat mereka. Kalau tidak salah namanya adalah eemmm oh iya Chaterine Van De Rost. Dia adalah anak dari keluarga bangsawan Van De Rost”
“Apa dia seorang putri bangsawan” Tanya Asrul penasaran
“Emm iya dia seorang putri bansawan ditambah ia adalah anak sulung dari tiga saudara”
“Bagaimana kakak tau dan yakin dengan hal itu memang kakak pernah bertemu dengan mereka?” Sahut Nanda yang mulai ikut penasaran dengan apa yang di katakan oleh kakaknya itu.
“Iya aku pernah bertemu mereka di pasar, saat itu Chaterine sedang berkeliling dan ia di copet oleh seorang pria dewasa, dan aku membantunya untuk manangkap pencopet itu” ujar Anaya dengan bangga karna telah menolong orang lain
“Wah bagaimana kau bisa menangkap pencopet itu bukannya kau tidak bisa berkelahi?” tanya Asrul
“Yah, memang benar aku tidak bisa berkelahi tapi kau tahu, terkadang otak itu lebih kuat dari fisik, percuma kau memiliki fisik yang kuat namun lemah dalam berfikir bukankah itu sangat mudah untuk di manfaatkan oleh yang lebih kuat dalam berfikir” Jelas Anaya yang jelas tidak di mengerti oleh kedua anak itu.
“Hah maksud kakak apa? Aku tidak mengerti” Keluh Nanda yang sama sekali tidak paham dengan apa yang di ucapkan sang kakak.
“Hahaha mungkin ini belum saatnya kalian untuk mengerti, namun nanti saat kalian sudah mulai sedikit dewasa kalian akan mengerti” Tawa sang kakak beredar di sawah itu.
Sedangkan para petani lainnya hanya menyimak percakapan mereka yang terdengar sedikit berat untuk anak seumuran mereka. Beberapa dari mereka ada yang ikut tertawa kecil saat melihat wajah polos dan binggung Nanda dan Asrul yang sangat konyol, dan ada beberapa petani lainnya yang tersenyum kecil melihat interaksi kecil mereka dan tawa Anaya yang terlihat bebas dan mempesona itu terlihat indah.
“Baiklah anak anak sudah cukup pembahasan kalian hari ini, Ayo kita makan bersama sama di Dangau” Ujar Ayah Nanda dan Anaya, sambil menunjuk Dangau yang sudah terisi oleh beberapa petani yang sedang bersiap siap untuk memakan bekal yang di bawakan oleh isteri-isteri mereka, dan juga ada beberapa anak-anak juga yang sedang membuka bekal mereka.
“Baiklah ayo Nanda Asrul kita makan siang terlebih dahulu sebelum merontokan bulir padi” Ajak Anaya kepada kedua anak itu.
“Baik kakak” jawab Nanda yang sudah mewakili Asrul dalam menjawab ajakan sang kakak.
Sesampainya mereka di Dangau mereka dii sambut oleh beberapa petani lainnya.
“Hei Asrul kau membawa bekal apa?” tanya Nanda penasaran
“Oh ini, Ibuku membuat nasi jagung tadi pagi dan juga ibu membuatkan kami ikan sungai yang dibakar”
“Wah itu pasti enak, ngomong ngomong nanti kalau kau mau memancing ajak aku ya, Oh Andin, kamu bawa bekal apa?” Tanggap dan tannya Nanda
“Oh ini tadi pagi aku dan ibu membuat singkong rebus dengan gula merah oh iya nanti ibuku akan datang kesini untuk membawakan kopi kawa yang di buat untuk para petani lainnya juga” Jawab Andin santai
“Kau bawa bekal apa Nanda? Tanya Andin
“Ini kak Anaya tadi pagi memasak bekicot yang sudah di rendam kemarin dan direbus tadi pagi dengan sedikit garam dan ibu membuatkan kami nasi jagung juga”
“Wah sepertinya sangat lezat nanti boleh ku minta” Tanya Andin.
“Tentu saja kakak Anaya membuat banyak, Asrul jika kau mau kita bisa bertukar nanti” ujar Nanda.
“Baiklah aku juga ingin mencicipi masakkan Anaya karna banyak yang bilang kalau masakannya sangat lezat”
“Tentu saja kak Anaya sangat hebat dalam memasak” dengan bangganya Nanda berucap tentang kakaknya yang sangat di banggakan itu.
Sedangkan yang di bicarakan hanya tertawa geli Ketika sedang di bicarakan oleh orang lain tepat di hadapanya
“Sudah sudah cepat makan nanti keburu sore” Peringat Anaya kepada anak anak yang sedang membicarakan dirinya.
Sudah menjadi kebiasaan di desa ini untuk para petani sawah makan Bersama sama sesekali mereka akan bercanda tawa, Membicarakan sawah, Membicarakan apa saja yang bisa di bicarakan selain itu pula, Sudah menjadi kebiasaan para petani untuk membagi bekal mereka kepada para petani lainnya atau mereka akan melakukan barter lauk dengan petani lainnya, Bukankah indah? Kebersamaan mereka begitu hangat dan rukun. Walau mereka tidak akan tau apa yang akan terjadi di kemudian hari, entahlah kira kira apa yang akan mereka lakukan Ketika suatu saat terjadi badai kehidupan yang akan merubah hidup mereka.
Hari demi hari, Yah seandainya saja mereka tau itu.
Pertemuan awal Anaya dan si putri Bangsawan Chatrine
Flashback
Seperti biasa saat ini aku sedang berjualan sayuran dan bahan pangan yang di Kelola kebun dan sawah orangtuaku.
Hari ini seperti biasa banyak pelanggan yang membeli dagangan ku, oh saat ini aku berumur 6 tahun aku memiliki seorang adik kecil yang menggemaskan di rumah.
Walaupun begitu aku tidak boleh manja walau aku adalah seorang perempuan aku harus mandiri dan tidak membebani kedua orang tua ku, Ini adalah minggu ke empat aku berjualan sendirian tanpa di temani ibu, Karna ia harus merawat kebun yang sangat ia sayangi itu, Lagi pula aku tidak kebertan untuk berjualan sendiri.
“HEII PENCURII PENCURI PENGAWAL KEJAR MEREKA JANGAN SAMPAI DIA LEPAS….. CEPATTT ”
Aku mendengar suara teriakan yang sangat kencang dari arah timur dari tempat aku berjualan, dari suaranya itu bukan lah kaum pribumi dari bahasanya sudah berbeda rupanya mereka adalah kaum Netherland, Kurasa ia sedang kecopetan aku harus membantunya!!
Tanpa basa basi aku mengambil sebuah tongkat kayu kemudian aku mulai memasang jebakan, yaitu mengikat sebuah tali ke batu di seberang dagangan ku dengan tujuan membuantya terselandung, Dan aku akan memukulinya dengan tongkat kayu yang aku pegang. Benar benar ide yang cemerlang!! Aku mulai menghitung untuk menentukan waktu yang pas untuk menarik ujung tali yang lain.
3..2..1.. brukkk
“arkhhh”
Ohh benar dia terjatuh sesuai rencana aku akan memukulinya,
“hiyaaaaaaa “
Brak brak bruk bruk
“Tolong tolong Berhenti memukulku maafkan aku “ Teriak dan mohon pencopet itu entah siapa Namanya.
Oh ayolah aku tidak tau yang penting aku melumpuhkanya dulu jika tidak mungkin ia akan memporak porandakan dagangan ku jika aku belum melumpuhkan pergerakanya.
Setelah kurasa ia menyerah baru aku menghentikan aksiku “Apa yang kau lakukan!!!” Bentak ku
“Apa kau mencuri? Jawab aku atau aku akan memukulmu lagi” Ancam ku
“Baik baik maafkan aku!! Aku telah mencuri tas dari putri bangsawan itu, Aku terpaksa anak anak ku belum makan dari 2 hari yang lalu, Dan juga istriku sedang sakit a- aku tidak memiliki uang untuk membeli makanan dan membawa istriku ke tabib, Jadi hiks ku mohon hiks jangan memukuliku hikss maafkan aku” Jawab pencopet itu bisa di lihat bahwa ia berkata jujur karna ia sampai berlutut di hadapan Anaya.
“Huh baiklah aku tidak akan memukulimu asalkan kau mengembalikan barang yang telah kau curi itu” Ujar Anaya.
“Baik baiklah aku akan mengembalikanya”
“Kalau begitu berikan kepadaku dan ini aku akan memberikan mu sedikit uang untuk istrimu ke tabib dan juga aku akan memberikan mu sedikit barang dagangan ku untuk anak anakmu makan, Ingat jangan mencuri lagi jika kau merasa kekurangan kau bisa berkerja di sawah ayah atau di kebun ibu ku, Sebagai pekerja setidaknya kau akan di gaji. Walau tidak seberapa yang penting kau mendapatkan uang untuk kebutuhan sehari harimu. Tapi aku tidak akan memaksamu untuk berkerja di tempat orang tuaku aku hanya memberi saran loh” Ujar Anaya, Yang memberikan saran kepada pencopet itu, bagaimana juga terlihat dari kondisi pencopet itu yang sangat kurus.
“Baik saya minta maaf ,saya mau berkerja di sawah orang tua anda kira kira dimana tempatnya dan siapa nama anda” Tanya pencopet itu.
“Nama saya Anaya Lavanya slam kenal siapa nama anda?” Tanya Anaya,
“Nama saya Adji Kasim” Ujar pencopet itu
“Baikalah kalau begitu paman harus segera pergi sebelum paman tertangkap, Atau paman akan di eksekusi mati oleh mereka” Ujar Anaya.
“Ba-ba- baiklah te-te-terimakasih sekali lagi terimakasih” Ujar pak Adji yang langsung berlari untuk menyelamatkan diri.
“HEI KALIAN MINGIR CEPAT AWAS“ Teriak para pengawal pengawal itu,
“Permisi tuan apakah anda mencari ini” Ujar Anaya sopan bagaimana pun juga Anaya tidak ingin mencari kematiannya sendiri terhadap mereka.
“Yah kami mencari tas itu, Bagaimana kamu mendapatkan tas ini? Apa kamu yang mencurinya hah JAWAB” tanya dan bentak pengawal itu.
“Bukan bukan saya yang mencuri, tadi saya meliha tas ini di buang oleh seorang pria dewasa di depan barang dagangan saya, Karna saya mendengar teriakan anda jadi saya memutuskan memungut tas tersebut dan menunggu anda untuk memberikan tas tersebut” Jawab Anaya.
“Huh huh hah apakah kalian mendapatkan tas ku?” Tanya seorang anak perempuan yang terlihat seumaran dengan Anaya, Berkulit putih kemerahan dengan rambut pirang ikal yang Panjang.
“Ya kami menemukanya nona muda, Anak ini yang telah menyelamatkan barang anda” Jelas pengawal
“Benarkah itu? Wah terimakasih banyak ya siapa nama mu? Dan apa yang kamu jual?“ Tanya anak tersebut dengan muka berseri seri.
“Eeeeee itu m-m-maaf saya tidak mengerti apa yang anda katakana” Ujar Anaya jujur, karna ia tidak pernah bertemu dan berbicara langsungg dengan para Netherland.
“Kata nona muda ia berterimakasih karna telah menyelamatkan barangnya dan nona menanyakan nama mu siapa” Ujar pengawal itu menerjemahkan apa yang dikatakan oleh anak itu
“Ah terimakasih Kembali namaku Anaya Lavanya” ujar Anaya dengan nada dibuat selembut mungkin.
“Apa yang ia katakana?” Tanya nona muda itu.
“Oh dia bilang terimakasih Kembali dan juga Namanya adalah Anaya Lavanya nona muda” Ujar pengawal itu menerjemahkan yang dikatakn oleh Anaya
“Wah nama yang indah, Perkenalkan namaku Chaterine Van De Rost, Putri sulung keluarga bangsawan Rost, salam kenalll” Ujar Chaterine riang, ia terlihat senang
“Kata nona muda namanya adalah Chaterine Van De Rost, ia adalah putri sulung dari keluarga Roast, jadi berbanggalah kau telah mendapatkan perhatian nona muda yang terhormat dari darah murni keluarga Rost, kau harus bersyukur dan bersujud kepadanya, hanya untuk berbicara dengan pewaris perusahaan rempah Rost” ujar pengawal yang kembali menerjemahkan apa yang di katakan nona muda itu dan sekaligus menegaskan perbedaan kasta kami.
Lihatlah betapa bahagianya anak-anak bangsawan, mereka hidup mewah dan sangat ceria aku benar-benar iri. Hidupnya bergelimangan harta, mereka bebas melakukan apapun. Tidak merasakan kesulitan untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan, Lihatlah pakaian mereka begitu mewah dan mahal. Apa mereka tidak terjatuh ketika mereka berjalan? karna pakaianya panjang dan sangat rumit dipakai, dan mungkin dengan sebuah sepasang sepatu mereka, aku mampu untuk membeli dua lahan pertanian berukuran masing masing duaribu meter. Memang sangat luar biasa kaum bangsawan ini, mereka hidup dengan damai dan tentram dan apa tadi dia adalah seorang pewaris? Wahh pasti hidupnya akan menyenangkan.
“Ah iya senang bertemu dengan anda putri Chaterine Van De Rost saya merasa terhormat dan tersanjung dengan kemurahan hati anda yang mau berbicara dengan saya yang rendah ini “ Ujar Anaya yang merendahkan diri untuk tujuan menyelamatkan diri, Bagaimana juga yang sedang di hadapannya saat ini adalah seorang bangsawan Netherland yang berbahaya.
“Hei pengawal apa yang ia katakan?”
“ Ia bilang ia senang bertemu dengan anda putri Chaterine Van De Rost saya merasa terhormat dan tersanjung dengan kemurahan hati anda yang mau berbicara dengan saya yang rendah ini itu yang di katakanya” ujar pengawal yang Kembali menerjemahkan.
“Wah kamu baik sekali karna itu ini aku akan memberikan mu 3 keping emas ini ambil lah” Ujar Chaterine dengan nada sedikit arogan namun tetap saja ia baik karna mau memberikan 3 keping emas.
“Nona muda bilang kau sangat baik dan memberikan 3 keping emas ini” ujar pengawal.
“Wah tidak perlu - tidak perlu saya tidak memerlukan uang anda, saya hanya merasa terhormat bahwa anda mau berbicara terhadap saya yang rendah ini nona” ujar Anaya panik ia meras terancam saat ini.
“Dia bilang tidak perlu saya tidak memerlukan uang anda saya hanya merasa terhormat bahwa anda mau berbicara terhadap saya yang rendah ini nona itu yang dikatakanya nona “ Ujar pengawal
“Wah apakah kamu menolak pemberian saya? Saya merasa terhina jika anda menolak pemberian rendah hati saya kepada anda, Lagi pula ini sebagai balas jasa yang telah anda lakukan karna telah menyelamatkan barang saya, Atau apakah uangnya kurang?” Tanya Chaterine
“Apakah kamu menolak pemberian saya? Saya merasa terhina jika anda menolak pemberian rendah hati saya kepada anda, lagi pula ini sebagai balas Jasa yang telah anda lakukan karna telah menyelamatkan barang saya, atau apakah uangnya kurang? Itu yang dikatakan nona muda” Lagi lagi pengawal itu menerjemahkan.
“Bukan bukan itu saya sungguh berterimakasih karna anda inggin memberikan saya uang, uangnya juga tidak sedikit itu adalah jumlah yang besar untuk saya. Hanya saja saya merasa tak pantas untuk menerima uang yang besar itu dan juga saya membantu anda adalah murni karna reflek saya saja anda tidak perlu merasa terhina oleh saya yang rendah ini nona “Ujar Anaya yang merasa tak enak dengan Chaterine
“Saya sungguh berterimakasih karna anda ingin memberikan saya uang, Uangnya juga tidak sedikit itu adalah jumlah yang besar untuk saya, Hanya saja saya merasa tak pantas untuk menerima uang yang besar itu dan juga saya membantu anda adalah murni karna reflek saya saja anda tidak perlu merasa terhina oleh saya yang rendah ini , Nona itu yang dikatakan olehnya nona”
“Huh baiklah jika kamu menolak kalau begitu bagaimana jika kita berteman?” Tawar Chaterine dengan senyum cerah dan senangnya yah walaupun masih terdengar arogan seolah olah ia ingin mengatakan.
“Aku adalah seorang putri bangsawan, Sang pewaris perusahaan rempah terkenal, mau berteman dengan rakyat jelata, berterimakasihlah kepadaku yang mau merendahkan diri, untuk berteman dengan muyang rendah itu”), Huh jika saja memang begitu, aku benar-benar kesal, dasar kaum banggsawan yang sombong.
“Huh baiklah jika kamu menolak kalau begitu bagaimana jika kita berteman ? itu yang dikatakan oleh nona muda, lihatlah betapa rendah hatinya nona Chaterine yang mau berteman dengan orang rendahan sepertimu” Ujar pengawal.
“Baiklah nona saya mau berteman dengan anda, dan terimakasih karna sudah mau berteman dengan saya yang rendah dan hina ini saya benar benar berterimakasih kepada anda” Ujar Anaya dengan senyum palsunya.
“Apa yang dikatakannya?” Tanya Chaterine.
” Saya mau berteman dengan anda dan terimakasih karna sudah mau berteman dengan saya yang rendah dan hina ini, saya benar benar berterimakasih kepada anda itu yang dikatakanya nona”
“Wahhh aku sangat senang mendapat teman baruuu” ujar Chaterine senang, berbanding terbalik dengan apa yang ia pikirkan ‘Jika aku ingin jujur itu sangat merepotkan, bagaimana juga aku adalah seorang putri bangsawan jadi aku harus betindak di depan orang-orang bahwa aku adalah orang yang baik dan yang mau berteman dengan orang orang rendah itu"
Yah itu lah pertemuan pertama kami. dia adalah orang yag baik dan cantik dan mungkin karna ia adalah keturunan Netherland, Maka ia harus menjaga harga dirinya. Benar benar khas dari para bangsawan benar benar sesuatu yang unik ya.
Dan juga aku masih kesal dengan pengawalnya itu, kenapa ia malah benar menekan perbedaan kasta kami!!! dia kira kami ini apa hah.
Aku juga sadar diri bahwa aku ini sedang berbicara dengan bangsawan. Apalagi ia adalah penerus perusahaan yang benar saja aku masih sangat kesal jika di ingat ingat lagi, Oh setelah pertemuan kami itu terkadang aku sering bermain dengannya, walau cuma sesaat dan juga Chaterine mengajariku Bahasa Netherlands, sampai akhirnya aku menguasai Bahasa tersebut dan mulai bisa berinteraksi dengan orang-orang Netherlands tanpa menggunakan seorang penerjemah. Karna ada Chaterine, aku mulai memiliki keinginan untuk sekolah. Walau aku tau, itu tak akan bisa karna biaya yang sangat mahal karna itu nanti aku akan mengakalinya bagaimana caranya agar aku dapat belajar tanpa membayar hahahaha benar benar sangat cerdik.
“Kemauan akan terwujud bila menggunakan tekad yang kuat, perjuangan tak akan pernah lepas dari proses untuk mewujudkan kemauan yang di sebut dengan impian”
Hari yang Tidak Di Inginkan
Hari demi hari, Bulan demi bulan telah berlalu, Tidak ada yang istimewa dari kehidupan keluarga Nanda dan Anaya. Semuanya telah berjalan dengan semestinya.
Namun kali ini ada yang berbeda, Seluruh warga desa di perintahkan untuk berkumpul di tengah tengah desa kira kira apa yang yang terjadi? Entahlah.
“Kakak Anaya kenapa kita di kumpulkan di sini?” Tanya Nanda yang sedang berdiri di tenggah ayah dan ibu
“Kakak tidak tau, Tapi kita dengarkan saja sepertinya akan ada pengumuman yang penting”
“Baikalah, ku rasa ini bukan hal yang buruk kan?”
“Yah kita lihat saja Nanda” Jawab Anaya serius
“Baiklah semua dengarkan saya, Saya menggumpulkan kita semua di tengah lapangan ini, Untuk memberitakan sebentar lagi kita akan kedatangan tamu istimewa. Mereka akan menjadi pelindung kita dia sang cahaya asia dan pelindung asia akan datang ke sini, Karna itu kita harus mempersiapkan banyak hal terutama dengan perayaan untuk menyambut mereka semua” Ujar kepala desa memberikan penggumuman.
“Heeeee, Seorang tamu apa maksudnya?”
“Maksudnya, Adalah kita akan kedatangan orang asing Nanda”
“Ohhh begitukah wahh aku tidak sabar lagi kira kira bagaimana ya mereka? Aku tidak sabar. Kak Anaya”
“Oh begitukah? Sepertinya kau bersemangat sekali”
“Tentu saja kak apalagi mereka memberitahu bahwa mereka adalah cahaya asia dan pelindung asia bukankah itu keren?” Ujar Nanda beersemangat untuk segera melihat orang orang yang di maksud oleh kepala desa.
“Ya, Kita lihat kira kira apa yang akan mereka lakukan” jawab Anaya dengan raut wajah serius.
“Sudah -sudah kalian jangan ribut membahasnya besok mereka akan datang ke desa ini. Lebih baik kita bergotong royong untuk membantu warga mempersiapkan acara penyambutan untuk mereka saja” Ujar ibu menyela pembicaraan kedua anaknya itu.
“Baik ibu” Jawab kedua anak kecil tersebut
.
.
Keesokan harinya
“Persiapkan semuanya mereka akan tiba sebentar lagi” Ujar kepala desa yang memberikan komando untuk masyarakat di desa tersebut.
“Hei letakan barang ini di sebelah sana”
“Tolong pasang dengan benar ya!!”
Keadaan di desa Nanda sedang ribut dengan masyarakat yang saling bergotong royong untuk meyempurnakan acara penyambutan tersebut.
“Wah kakak lihat banyak sekali hiasan dan makanannya juga banyak sekali” Seru Nanda yang melihat ada banyak makanan yang berjejer rapi, Dimana makanan tersebut Adalah makanan yang di buat dengan hasil bumi yang di hasilkan dengan orang lain.
“Ya benar ini seperti di pasar, Sangat ramai, Oh sepertinya mereka sudah tiba ayo pergi ke sana untuk melihat lebih dekat lagi” Ajak Anaya sambil menggandeng tangan Nanda.
“Kita telah sampai di desa kecil ini, Kita akan melihat bagaimana hasil alam di desa ini, Jika hasilnya berguna untuk kita pakai Perang maka perang jepang dan sekutu akan mudah kita menangkan” Ujar salah satu orang asing itu.
“Kakak mereka berbicara menggunakan Bahasa apa? Aku belum pernah mendengarnya, kali ini berbeda bahasa mereka tidak seperti orang-orang yang berambut kuning, Apakah mereka bukan orang Netherland?” Tanya Nanda penasaran pada sekumpulan orang yang bertumbuh tidak terlalu tinggi dan berambut hitam, Oh jangan lupa juga warna mata mereka yang hitam dan warna kulit mereka yang putih.
“Benar mereka bukan orang Netherland cara mereka berbicara berbeda, mereka adalah orang yang akan menjadi cahaya dan pelindung asia, itulah yang kakak dengar mereka adalah orang orang jepang” Jawab Anaya seadanya.
“Ah begitu ya, Ku harap dengan kedatangan mereka kita bisa terbebas dari kaum Netherland”
“Ya, Kakak juga berharap begitu”
.
.
Berbulan bulan, Bahkan bertahun tahun telah berlalu sejak kedatangan orang orang jepang itu, desa kecil yang subur dan makmur itu telah mengalami berbagai perubahan. Mereka menerima janji janji yang di berikan oleh orang orang jepang itu, kini para warga sudah tidak mengenal lagi siang atau malam. Mereka terus bekerja dan bekerja. Mereka tidak dapat upah yang sesuai. Seluruh tanah milik warga dirampas. Semua hasil panen di rampas. Tidak ada yang tersisa di desa itu, kecuali penderitaan para penduduk, begitu menyesakkan hati kecil Anaya dan Nanda yang melihat kedua orang tuanya yang kurus kering.
Melihat teman teman seperjuangan mereka yang di paksa bekerja menggantikan kedua orang tua mereka yang telah tiada, karna kekejaman mereka, betapa malangnya mereka.
Hingga suatu hari
“Nanda, Anaya jika suatu saat nanti ayah dan ibu sudah tiada, Pergilah. Menyelinaplah ke dalam hutan dan pergilah ke desa seberang, Ibu tidak ingin kalian menggantikan kami berdua untuk bekerja, Uhuk uhuk” Sang ibu memberi nasehat kepada kedua anak itu, Untuk melarikan diri, Agar mereka tidak terkena imbas, Namun
“Tidak ibu!! Kami tidak akan pergi, ibu begini karna mereka. S-seandainya mereka tidak memaksa kita untuk bekerja, Ibu tidak akan sakit sakitan begini, Hiks hiks ibu harus kuat” Pinta Anaya
“Hiks hiks ibu hiks jangan tingalin Nanda hiks ayah hiks”
Di sebelah Anaya dan Nanda sudah terdapat sosok ayah yang terkujur kaku, tak ada desah nafasnya lagi, dan jantung yang berhenti bedetak, yang memberi kehangatan kini sirna, Sang pahlawan keluarga sudah pergi meninggalkan mereka beriga, dengan sosok ibu yang sebentar lagi akan menyusul kepergiannya.
Namun pada akhirnya, Sang ibu tercinta pergi meninggalkan dua bersaudara itu, di tengah kegilaan dunia dan kegilaan pemerintahan,
Ya.
Kedua orang tua mereka meninggalkan mereka.
Kedua orang tua Anaya dan Nanda pergi untuk selama-lamanya dengan keadaan yang memprihatinkan.
Dengan tubuh kurus kering, terlihat menyedihkan, di tambah sang ayah yang terkena busung lapar hingga merengut nyawa yang sangat berharga.
Suara ibu yang dahulu lemah lembut, Sekarang sudah tak terdengar lagi.
Pejuang yang dahulunya mencari nafkah dan membahagiakan keluarga yang melindungi keluarga, yang menjadi cinta pertama anak perempuannya, kini telah tiada.
Hembus nafas hangat kedua pahlawan dalam keluarga kecil Anaya dan Nanda,
Kini sudah tiada untuk selamanya. Dikarnakan kekejaman para penjajahan jepang, yang membuat kedua pahlawan dalam keluarga Anaya dan Nanda gugur dalam bekerja.
Meninggalkan kedua sosok anak kecil yang di paksa untuk menjadi dewasa sebelum waktunya.
Betapa malang nasib kedua anak itu.
Entah apa yang bisa di lakukan kedua anak kecil itu, di tenggah kondisi yang memprihatinkan ini.
Tidak ada yang tau, apa yang akan terjadi.
.
.
.
“Hei kakak, apa yang harus kita lakukan? Ayah dan ibu sudah tiada. Jadi apa yang harus kita lakukan?” tanya Nanda. Lihat kondisi Nanda, wajahnya terlihat kosong. Setelah kehilangan kedua orang tua mereka, Di tambah kedua orang tua mereka tidak di makamkan dengan layak. Benar benar malang.
“Tidak apa apa Nanda, Kita tidak akan tinggal diam, untuk itu aku-aku akan berkerja keras, aku akan belajar, memahami gerak gerik mereka, aku akan membalas dendam desa, kepada para penjajah itu aku, akan melakukannya demi kedua orang tua kita” Ujar Anaya dengan wajah kosong namun terdapat tekad yang besar di dalamnya.
“Tapi kakak, Aku khawatir dengan kakak, Aku takut, Bukanya kakak akan melakukan pemberontakan? Aku takut kakak akan di hukum karna melawan” Ujar Nanda
“Tidak apa, Jangan khawatir Nanda, Aku tidak seceroboh itu, aku akan berusaha dengan sedikit belajar, aku akan bisa melakukan yang terbaik” Tanggap Anaya. Terlihat Anaya yang mengusap wajah dan rambut Nanda yang terlihat kotor dan kusam. Tubuh mereka terlihat kurus.
“Tapi bagaimana?”
“Kau ingat kata kataku beberapa tahun yang lalu?, Terkadang otak itu lebih kuat dari fisik. Itulah yang akan aku lakukan, Mungkin aku tidak memiliki kuasa atas apapun, Aku juga tidak memiliki koneksi yang kuat, Maka itu. Jika tidak bisa menggunakan secara baik baik, Maka aku akan menggunakan cara licik” Ujar Anaya, Dengan ambisi dan arogan seakan akan ia mampu mengalahkan para penjajah denngan caranya sendiri dengan senyum yang berbeda dari biasanya, Senyumnya terlihat licik seperti bukan Anaya saja.
“Begitu kah, Aku tidak terlalu paham tapi aku akan mendukung mu kak, Tapi bagaimana bisa? Kitakan hanya anak anak kecil apalagi kakak sudah berumur 16 tahun itu sangat muda aku takut, Kakak akan terkena masalah serius” Khawatir Nanda, Dengan ucapan yang masuk akal.
“Bukankah kita lebih baik mengikuti apa yang di ucapkan ibu? Kita bisa melarikan diri!! Ke desa sebelah, Ku dengar bahwa di sana masih hidup dengan damai, Tanpa adanya penjajah, Tapi mengapa orang orang NIPPON, Itu datang kemari? Kenapa tidak datanng saja ke desa sebelah? Tanya Nanda dengan sedikit menuntut.
Anaya terdiam, namun mulai menjawab pertanyaan sang adik.
“Kau tau Nanda di desa kita termasuk penghasil perkebunan terbesar, Kopi, Lada, Padi,Cengkeh,Kelapa sawit dan berbagai macam lainya, Ditambah lagi jumlah penduduk yang ada di desa ini sangatlah besar, Sehingga mereka bisa memanfaatkan masyarakat desa untuk membangun jalana, Jembatan, Benteng, mereka sedang dalam perang, Dengan menguasai desa ini, Mereka di beri keuntungan, Seperti kata pepata’sambil menyelam minum susu’ seperti itu lah desa kita” Jawab Anaya
“Tapi kita masih bisa untukk melarikan diri kak, Kenapa kakak mau menyiksa diri di sini?” Tanya Nanda tidak habis pikir dengan apa yang di pikirkan sang Kakak.
Anaya hanya tersenyum menndengar ucapan sang adik, Ia pun mulai menjawab.
“Tidak apa-apa, Kakak hanya tidak ingin di bilang pengecut hanya karna pergi meninggalkan desa ini, Hanya untuk kenyamanan semata, Kita mempunyai teman-teman yang memiliki nasib yang sama dengan kita, Lagi pula kau ingin tahu satu fakta tentang kakak mu ini?” Tanya Anaya
“apa”
“Aku sering menyelinap di sekolah dekat desa, sekolah kaum Netherland.”
“Tapi bagaimana? Itu tidak menjamin jika kita tetap hidup di sini, Apa kakak ingin mati disini? Sama seperti kedua orang tua kita? Kau harus berfikir rasional kak, Pikiranmu mulai kacau, Sehingga tidak berfiki dengan jernih”
“Aku memang sudah mulai giila Nanda, namun jika bukan kita yang memulai kegilaan ini, maka kita semua akan mati karna penderitaan ini, Aku tidak ingin melihat tangisan orang orang lagi Nanda, Ku mohon mengertilah" ujar Anaya lirih, Yang masih keukeh untuk menyelamatkan semuanya, Benar benrar gadis yang egois, Yang menginginkan segalanya tanpa pertimbangan.
“Tapi-”
“Fufufufufu, Aku sering menyelinap dan mendengarkan pembelajaran, tentang geografis, Bahasa Netherland dan sebagainya, Disana aku belajar bertahan hidup dan lainnya, Aku menyelinap di bawah jendela kelas kelas dan mencatat berbagaimana pembelajaran, karna itu lah aku tidak mudah di bohongi, dan mengetahui berbagai hal yang tidak di ketahui orang-orang pribumi yang tidak mendapat Pendidikan. Nilai plusnya saat aku membantu seorang putri bangsawan Netherland, dia adalah seorang pewaris perusahaan yang besar, berkat aku membantunya dan dia yang mau bertaman, Aku bisa belajar banyak darinya, termasuk belajar Bahasa Netherland” Ujar Anaya bangga dan percaya diri, namun taukah Anaya sejujurnya untuk membebaskan semua orang tidak semudah menyelinap masuk kedalam sekolah kaum Netherland, yah tidak mengapa namun akhirnya kita tau apa rahasia Anaya hingga bisa secerdas itu.
“….. Kak kau memanng gila, berani menyelinap ke sana, aku tidak tau harus berbicara apa lagi” Ujar Nanda lagi lagi tidak habis pikir dengan kegilaan sang kakak.
“keingintahuan yang tinggi, bisa menjadi acuan untuk mengetahui apa yang tidak di ketahui oleh orang lain. Demi keinggintahuan kau bisa melakukan berbagai cara, bahkan dengan cara gila sekali pun. Demi keingintahuan dan memiliki tekad demi memuaskan rasa penasaran. Maka kau akan melakukan apa yang aku lakukan, walau sedikit berbahaya dan tidak baik.” Jelas Anaya yang tersenyum kecil menanggapi ucapan rasional milik Nanda yang masih berusia 11 tahun.
“Begitu ya?, Baiklah mau bagaimana lagi? Aku serahkan semuanya kepadamu kak, Tolong ajari aku dengan apa yang kakak ketahui” ujar Nanda yang pada akhirnya pasrah dan mengikuti kemauan sang kakak.
Rupanya perjuangan kedua anak kecil itu akan di mulai,
Keesokan harinya adalah hari dimana kedua anak kecil itu akan bekerja, menggantikan kedua orang tuanya, Mereka hanya diminta untuk merawat sebuah perkebunan sawit, Dengan bingbingan dari seorang yang Bernama pak Armi
Mereka bekerja dengan keras dan giat, Beberapakali pak Armi memberikan sejumlah uang untuk Anaya dan Nanda makan secara diam diam, Karna melihat kerja keras mereka, sudah seperti peraturan yang ada bahwa anak anak kecil akan bekerja menggantikan kedua orang tuanya yang sudah tiada di kebun kebun, Sedangkan orang dewasa akan di arahkan untuk pembangunan.
namun mereka bersyukur,
Di tengah tekanan penjajah,
mereka masih bisa makan dengan makanan seadanya walau tidak memadai, Namun itu cukup untuk mereka terus bertahan hidup
Nanda dan Anaya perlahan mengetahui dan menguasai tentang perkebunan sawit, Sehingga mereka tidak perlu di bombing lagi.
Walau begitu pak Armi terus mengawasi mereeka berdua apalagi perkebunan itu, Dijaga langsung oleh beberapa pasukan NIPPON
Namun.
Kedua anak kecil itu, Tidak pernah mengeluh, Mereka di paksa dewasa dengan keadaan, Sang kakak yang di tuntut hati Nurani untuk membebaskan kaum mereka, Dan adik yang selalu menamini sang kakak untuk menuntaskan ambisinya.
Hati yang besar penuh dengan kesabaran, dan penuh kasih sayang terhadap sang kakak, bisa saja sang adik meninggalkan sang kakak untuk kelangsungan hidupnya sendiri namun sang adik setia menemani sang kakak, meski di dalam penderitaan, sesakit apapun itu, Ia akan tetap menemani sang kakak hingga maut memisahkanpun akan di lakukannya demi sang kakak, walau harus berkorban sakalipun bukan masalah yang besar yang akan di lakukan oleh Nanda.
Di balik itu semua.
Hati kecil milik Nanda dan Anaya yang mau berjuang demi kebebasan semata.
Raga yang dipaksa bekerja keras terus menerus hingga tak mampu lagi untuk bangkit berdiri. Di lakukan hanya untuk memuaskan keinginan hati Nurani mereka.
Mereka hanya dua anak kecil yang memiliki keinginan dan harapan yang besar, bahkan terkesan mustahil uuntuk di lakukan, namun tidak ada yang bisa menghentikan mereka untuk melakukan hal yang mustahil.
Ada banyak anak anak seperti mereka yang memiliki mimpi dan cita cita yang besar,
Anak anak yang menginginkan masa kecil mereka Kembali.
Anak anak yang terus berteriak dan menangis dalam setiap bait doa mereka,
yang selalu mereka serukan “Tuhan Tolong bebaskan kami dari penderitaan yang tiada hentinya, Tolong kembalikan masa kecil kami, Kami hanyalah anak anak yang tidak tahu menahu tentang urusan orang dewasa, kenapa kau tidak adil kepada kami?”
Inilah seru seruan anak anak, yang menderita oleh karna keserakahan orang orang dewasa.
.
.
.
“Terkadang ke egoisan, ketamakan, keserakahan oleh orang dewasa yang tidak bertanggung jawab, dapat menghancurkan orang orang di seketitar mereka, tidak peduli orang tua, remaja, anak-anak bahkan keluarga mereka sendiri, hanya demi kepuasan ego masing masing, yang hanya akan menghancurkan semuanya”
Pembalasan dendam dan awal pemberontakan
2 Bulan telah berlalu, setelah insiden kematian kedua orang tua Anaya dan Nanda, Berita itu tersebar luas di desa, namun para warga tidak dapat berbuat apa apa untuk itu,
“Bekerja, Bekrja, Bekerja, tenaga semua sudah bersatu, mesin pabrik berputar terus, palu godam suara gemuruh semua bekerja giat gembira, Tenaga pekerja teguh Bersatu Gugur hancur kaum sekutu”
Lagu yang terus di putar dan di kumandangkan oleh kaum jepang untuk, memberi semangat dan memberikan dukungan supaya masyarakat desa lebih giat untuk bekerja membangun jembatan yang akan di hubungkan dengan beberapa kota besar.
“Bekerja, Bekerja, Bekerja, Tiada satu bertopang dagu, Di tengah sawah penuh berlumpur, Tani membajak mengayun cangkul Semua petani giat gembira Tenaga pekerja teguh Bersatu, gugur hncur kaum sekutu”
Lagu yang dinyanyikan para warga desa yang sudah termakan oleh janji janji palsu jepang yang akan memberikan kemerdekaan kepada mereka, Otak mereka yang telah di cuci oleh kaum jepang hinga sudah tidak peduli lagi dengan diri mereka sendiri.
Bisa di lihat anak anak kecil, Sedang menggali tanah dengan sekop kecil dan anak anak perempuan kecil yang sedang menabur benih dan menyiram tanaman rempah, Sedangkan para kaum bangsawan Netherland sedang bermain di pinggir pertanian dan ladang para warga.
Orang orang dewasa yang sedang bergotong royong membangun jembatan penghubung.
Dan di sisi lain, di pinggir perkebunan kelapa sawit tempat Anaya dan Nanda bekerja terdapat beberpa orang orang pentingi, Yang merupakan anak anak dari orang orang terpandang, Sedang berkumpul.
Salah satunya adalah Chaterine, yang berbincang bincang dengan anak anak petinggi lainnya, Ia tidak sengaja melihat Anaya yang bekerja menggantikan sang ibu, dan Nanda yang menggantikan sang ayah. Dan berfikir untuk mendekati mereka, Lebih tepatnya Anaya, Karna ia memiliki jannji dengan Anaya 1 bulan yang lalu, Ketika tiddak sengaja bertemu.
“Kakak, Setelah ini apakah kita akan beristirahat?”
“Ya, Setelah semua ini beres kitab isa beristirahat sedikit, Sebelum kita melanjutkan pekerjaan ini. Kau tau bukan jika kita tidak bisa sampai pada target kualitas yang di inginkan, Mungkin kita akan mendapatkankan Hukuman yang berat, Sepertti di cambuk mungkin?” Ujar Anaya Anaya
Nanda bergidik ngeri ketika menndengar apa yang di ucapkan sang kaka, Oh ayolah siapa yang mau menerima hukuman cambuk? Tentunya bukan Nanda.
Ketika sedanng asik berbincang bincang tiba-tiba Anaya di panggil oleh seorang penjaga, jepang
“Hei kau dipanggil oleh seorang anak bangsawan” ujar penjaga itu dengan Bahasa melayu yang sedikit lancar
“Baiklah” Ujar Anaya dengan senyum yang tidak dapat di artikan.
Setibanya di tempat Chaterine.
“Ada apa chetrine memanggil saya?”
“Hem? Aku ingin mengajak mu untuk bermain di rumahku, Kebetulan aku ingin menunjkan ruang kerja ayahku dan aku sesuai dengan permintaanmu sebelumnya”
“Woah, Benarkah!! Itu luar biasa aku sangat senang, Akhirnya aku bisa melihat ruang kerja seorang bangsawan”
“Yah, Kebetulan ayahku sedang di luar kot, Sehingga kita bisa memasuki ruang kerjamya”
“Itu ide bagus, Jika begitu besok aku akan menyelinap untuk keluar dari pekerjaanku untuk bertemu dengan mu”
“Baiklah kita bertemu di sini, Kau tidak perlu menyelinap aku yang akan bilang penjaga, Bahwa kau ada urusan penting dengan ku”
“Baiklah terimakasih Chaterine kau teman terbaik ku”
Itulah percakapan Anaya dan Chaterine, mereka berbincang bincang untuk merencanakan kunjungan keruang kerja Chaterine, di sisi Chaterine ‘hahahaha, Akan ku buat kau terkagum kagum dengan ruang kerja ku dan ruang kerja ayahku, orang sepertimu pasti belum pernah melihat sesuatu yang begitu mewah, Karna itu berterimakasihlah kepadaku karna telah berbaik hati mengijinkanmu berkunjung di temmpat ku’ Isi batin seorang Chaterine, yah sejujurnya Chaterine sama seperti anak-anak Netherland lainnya yang hobi untuk memamerkan apa yang di milikinya.
Setelah itu Anaya Kembali ke pekerjaanya dengan senyum misterius.
Ah rupanya satu rencana berhasil di laksanakan. Tinggal mencari data data penting di ruangan ayahnya Chaterine, Dan melakukan Kerjasama dengan pemimpin jepang, kemudian sedikit memprovokasi, Hinga mereka mendesak dan mau membebaskan masyarakat desa.
Namun taukah Anaya, Sebenarnya itu tidak semudah seperti yang kau pikirkan? Kau berfikir bahwa setelah kau memberikan data penting perusahaan Cheterine kau dan warga desa akan di bebaskan? Hei kau terlalu naif Anaya.
Ke esokan harinya, di saat kunjungan di rumah Chaterine, setibanya mereka di rumah Chaterine.
“Wah, Rumah mu memang sangat besarya Chaterine”
“Tentu saja, Aku adalah pewaris perusahaan ayahku, dan ayahku, Juga berperan penting dalam pemerintahan politik hebat bukan”
“Wah, Luar biasa itu benar benar hebat, Bisakah kamu memberitahu aku bagaimana rasanya menjadi seorang pewaris yang anggun?”
“Tentu, Sangat sulit, Kamu tidak akan sanggup, Karna kamu harus selalu bersikap angun dan sanggat formal, Tutur katamu harus luar biasa bagus, Kau juga harus bisa menguasai banyak hal, Terutama dalam politik dan bisnis yang ditekuni, Aku yakin kau tidak akan sanggup”
“Em, Pasti sangat sulit, Jika aku menjadi kau aku pasti akan pingsan duluan, Apa kau tidak merasa Lelah?”
“Tentu saja, Aku tidak akan merasala, Lelah karna aku sudah terbiasa, Lagipula aku sudah melakukannya sejak aku masih kecil, Aku sudah terlatih dengan baik, Jadi jangan khawatir tentang ku, Khawatirkan tentang dirimu sendiri”
“Baiklah, Apakah kita sudah sampai?”
“Em!! Sudah sampai, Tada ini dia ruangan ku, Bagaimana menurutmu?”
“Woahhhhhh, Benar benar luar biasa, Aku belum pernah melihat hal yang luar biasa seperti ini
‘Fufufufufufu terkagum kagumlah dengan ruangan ku, Karna orang sepertimu pasti baru pertama kali melihat hal seperti iini” Pikiran Chaterine.
“Baiklah ini adalah perpustakaan miniku, Kemudian ini meja kerjaku, Aku sering mengerjakan beberapa dokumen, dan mengerjakan tugas tugasku serta belajar di meja ini bagaimana keren bukan?”
“Itu benar benar keren, Tadi apa yang kau bilang perpustakaan? Apa itu?”
“Oh kau tidak tau?”
“ Tidak, Apa itu?”
“Perpustakaan itu adalah tempat dimana buku buku dalam jumlah banyak di letakan pada satu rak besar Dan diletakan di sebuah ruangan yang besar”
“Ah begitu ya, Apakah aku boleh melihat dokumen dan pekerjaan mu? Aku penasaran seperti apa pekerjaan seorang pewaris?, apa itu sulit?”
“Emm, Baiklah aku akan membiarkanmu untuk melihatnya, Tapi tidak boleh lama lama ya!! Karna itu surat penting untuk kelangsungan perusahaanku, Kau mengerti?”
“Baikk aku mengerti, Hanya sebentar , Janji”
“ Baiklah ini”
Di saat Anaya sedang membaca dokumen dokumen yang di berikan oleh Chaterine, ia sibuk menganalisis dokumen mana yang akan berguna untuk di jadikan bahan kerjasama, dilihat lihat rata rata isi dokumennya adalah tentang kerja sama natar perusahaan, yang kurang bisa di pahami oleh Anaya sendiri, jadi Anaya memutuskan untuk mengabaikan surat surat itu.
‘Surat surat ini, Tidak dapat ku gunakan untuk kerja sama namun aku harus mencari yang lainnya, Lagi pula aku terpaksa melakukan hal kotor seperti ini, karna akuu tidak ingin melihat orang orang di desa dan terutama anak anak menderita karna bekerja, terus menerus tanpa upah dan makan, Jika begini terus seluruh warga desa akan mati satu persatu, Aku tidak dapt membiarkan ini terus berlanjut lagi’ Pikiran Anaya terus mencari cari dokumen mana yang bisa di gunakan, Sedangkan Chaterine sedang sibuk mencari document di berikan ke Anaya untuk di baca.
“Ku rasa, Sudah tidak ada lagi yang bisa ku tunjukan kepada mu di ruangan ku, Sekarang aku akan menunjukan ruangan kerja ayah ku, Ayo kita harus segera pergi sebelum ada yang melihat kita masuk ke dalam ruang kerja ayah”
“Baiklah, ayo!! Aku sudah tidak sabar lagi, Untuk melihat ruangan seorang kepala perusahaan rempah ternama!! Kira kira seperti apa ya ruangannya? Apakah terlihat lebih mewah daripada ini?”
“Tentu saja!! Itu sangat besar, Dan mewah banyak hal hal menarik yang ada di sana, Seperti perpustakaan besar, Dan banyak sekali dokumen dokumen, Aku akan menunjukannya kepadamu, Tapi inggat jangan memberitahu siapapun tentang ini ya!!” Ujar chaterinee
“Emmm, Baiklah”
Setelah itu Chaterine pun, Mengajak Anaya untuk pergi ke dalam ruang kerja ayah yang sangat ia banggakan itu, hanya untuk sekedar pamer kepada Anaya. Namun akibat ke soombongan milik Chaterine ia tidak tau takdir buruk apa yang akan terjadi di kemudian hari? Tidak ada yang tau.
Sesampainya di ruang kerja ayah Chaterine.
“Woah ini sangat besar, Bahkan ini lebih mewah dari ruanganmu Chaterine!!” Lagi lagi kagum Anaya.
“Tentu saja, Kau tau di sini, Adalah tempat ayahku bekerja, Menandatangani dokumen Kerjasama, Dan menjadi tepat rapat kerja ayahku. Ayahku juga bukan hanya seorang pengusha ternama saja. Melainkan seorang sersan di dalam kemiliteran Belanda, Hebat bukan?” Bangga Chaterine
“Woah itu sangat hebat, Pantas saja ruangannya besar, Dia orang yang penting, Kau juga pasti sering bertemu dengan orang orang militer apa kau tidak takut” Tanya Anaya.
“tentu saja tidak, Karna aku adalah pewaris perusahaan, aku tidak akan takut dengan apapun kau tau? Saat dewasa nanti aku lah yang akan berkuasa di tempat ini, Jadi kau sangat beruntung bisa bertememan dengan ku” Lagi lagi bangga Chaterine.
“Em!! Tentu saja aku sanagat tersanjung berteman dengan orang hebat sepertimu”
“Tentu saja ,Baiklah ayo kita melihat lihat aku akan membiarkanmu melihat lihat meja kerjanya, Selagi itu aku akan mengambil cemilan terlebih dahhulu”
“Baiklah”
Wah bukannya Chaterine adalah orang bodoh? Yang membiarkan orang asing berada di tempat yang begitu penting? Wah sungguh berani sekali.
Disisi, tempat Anaya, Tentu saja tidak akan menyia nyiakan kesempatan, Selagi Chaterine pergi mengambil cemilan, Anaya langsung bergegas membuka laci meja ayah Chaterine, Tanpa banyak basa basi Anaya mulai membaca satu persatu dokumen yang ada samapai ia menemukan surat yang berharga,
“Ini bukankah ini surat perintah dari pemerintahan Belanda?” Gumam Anaya membaca surat tersebut.
DEGGG!!!
Tiba tiba jantung Anaya berpacu cepat saat membaca beberapa kata terakhir yang ada di surat.
‘Satu bulan lagi, Pergilah bersama seluruuh keluargamu, Karna pihak pemerintah akan mengirimkan pasukan sekutu segera, Untuk mengusiir orang orang NIPPON itu, Desa yang kau tempati akan menjadi medan peperangan yang hebat, Jika pihak kita kalah segerah bakarlah desa itu menjadi lautan api, Dengan itu jepang, Akan kehilangan sumber vital mereka’
Isi surat itu, Mengejutkan Anaya, Namun terdengar bunyi pintu yang terbuka dan Anaya sigap menyembunyikan surat itu kedalam saku celananya dan menutup laci, Kemudian berpura pura sedang melihat lihat.
“Bagaimana, Bukankah keren? Oh aku membawa cemilan poffertjes namanya”
(poffertjes = kue cubit)
“Apa itu?”
“Itu adalah kue khas belanda, Hanya orang orang bangsawan saja yang bisa memakan cemilan itu, Lagi pula harga pembutannya dan resep pembuatanya hanya di ketuhui oleh orang orang yang bekerja dengan orang Netherland saja”
“Woah apakah itu enak?”
“Tentu saja, Sini makanlah, kau bisa mengoleskan sedikit selai storberi, Maka rasanya sangat enak”
“Wahhh aku akan mencobanya”
“Emmmmmm enak sekali!!! Rasanya lembut, Manis dan Asam stroberi, Rasanaya sangat luar biasa. Aku tidak pernah memakan makanan seenak ini”
“Benarkah? Menurutku biasa saja”
“Tentu saja, Biasa saja menurutmu, Karna kau sering memakan makanan enak ini, Sedangkan aku baru pertma kali memakan makanan seenakan ini, Pasti enak ya bisa makan makanan enak seperti ini”
“Tentu saja, Jadi kau harus bersyukur karna telah berteman dengan ku ,Karna itu kau bisa makan makan enak ini, Kau termasuk orang yang beruntung”
“Wah terimakasiih, Ngomong ngomonng apa yang ada di dalam perpustakaan itu?”
“Oh itu yah? Biasanya terisi sesuatu yang membosankan, Seperti politik, Gografis dan sebagainya benar benar membosankan”
“Wahhh seperti itu yah? Oh iya Chaterine, Benda besar apa itu? Terlihat berkilau dan indah?”
“Oh itu itu adalah alat nusuik piano, Itu bisa di mainkan dan, Menghasilkan suara yang indah”
“Ah begituya, Bisakah kau memainkan sebuah lagu untuk ku? Aku ingin mendengarnya, Kau pasti bisa bermainnya karna kau sangat hebat”
“Tentu saja. Aku akan memainkanya, Jadi dengarkan aku akan bermain sambil bernyanyi”
“Emm!! Baiklah”
Chaterine mulai mendekati piano beerwarna coklat, yang terpapar sinar matahari dan mulai memainkan piano tersebut.
“London Bridge is falling down”
“Falling down, falling down”
“London”
“Bridge”
“Is”
“Falling”
“Down”
“My fair lady”
Suara lambat dan merdu milik Chaterine terdengar, seakan akan memberikan kesan sedikit seram namun menyenangkan Anaya baru pertama kali mendengar lantunan lagu sederhana yang memukau, Chaterine yang mellihat Anaya terkagum kagum semakin bersemangat untuk menunjukan nyanyianya lagi.
“Build it up with iron bars”
“Iron bars, iron bars”
“Build”
“ It”
“Up”
“With”
“ Iron”
“bars”
“My fair lady”
Lagi lagi suara lembut dan lambat milik Chaterine mangalun lembut membuat Anaya menatap Chaterine berbinar hingga
“Chaterine bisakkah kau mengajari aku bermain piano? Dan juga mengajariku lagu itu!!” Semangat Anaya
“Emm, Boleh saja kemarilah” Segera Chaterine sedikit bergeser, untuk memberikan ruang untuk Anaya bermain piano.
Setelah itu Chaterine mengajari Anaya bermain piano dan alunan suara mereka juga mulai terdengar
“London Bridge is falling down”
“Falling down, falling down”
“London”
“Bridge”
“is”
“falling”
down
My fair lady”
“Build it up with iron bars”
“Iron bars, iron bars”
“Build
It”
“Up”
“With”
“Iron”
“Bars”
“My fair lady”
Suara mereka berdua mengalun namun lebih ceria layaknya seorang anak anak, tanpa mereka sadari mereka menikmati agri itu tertawa bersama, hingga bercanda Bersama, seorang pelayan yang selama ini merawat dan menemani Chaterine dari kecil baru kali ini melihat Chaterine tertawa lebar dan bebas seperti itu, Setelah ia di nobati menjadi pewaris.
“Akhirnya anda tersenyum, Dari sekian lama anda menampilkan wajah datar dan kosong saat anda menghadiri berbagai acara sosialita anda, Baru kali ini anda tersenyum bebas seperti itu” Gumam sang pelayan yang bernama Bi Mila dengan senyum lembut hingga matanya menyipit, Dan juga tidak lupa memotret kebersamaan itu untuk menjadi kenang kenang berharga untuk Chaterine.
Pemandangan yang indah bukan? Dikala dua anak yang berbeda ras, dimana dengan dua bangsa yang bertolak belakang yang masing masing menaungi mereka, Namun mereka membuktikan bahwa mereka bisa berteman, Tertawa Bersama dengan senyum yang indah mengembang, Tidak ada rasa canggung, Namun tanpa di sadari siapapun ada rasa bersalah yang akan mengerogoti hati mereka berdua.
Setelah akhirnya Anaya pulang kerumah mereka dan di sambut sang adik.
“Aku pulang”
“Selamat datang”
“Apa yang kakak lakukan di sana? Sepertinya kau sangat senang”
“Yah kau benar. Aku menemukan apa yang aku cari, Dan apa yang kita perlukan” Sambil menunjukan sebuah surat dengan cap perintah Belanda.
“Apa itu surat dari pemerintahan belanda”
“tuunggu apa? Kau yakin”
“Ya aku yakin sekali, Aku menemukanya di ruangan, Hei Nanda persiapkan dirimu kita harus memberontak sebelum akhir bulan depan”
“Kenapa , Emang apa yang terjadi?”
“Desa ini akan menjadi medan perang, Jika gagal desa ini akan di bumi hanguskan”
DEGG!!
“Tidak mungkin, Bukankah desa ini menjadi asset yang berharga? Mana mungkin mereka akan membakarnya begitu saja!!”
“Tidak ada yang mustahil, Karna ini adalah desa yang penting. Sekaligus berbahaya, walau tidak seperti Batavia yang menjadi pusat pemerintahan, Namun desa ini juga termasuk desa yang cukup besar”
“Yah itu tidak menutup kemungkinan, namun apa yang akan kakak lakukan”
“Berundinng. Aku akan berunding dengan jendral jepang, Jika mereka membebaskan desa kita. Maka aku akan memberitahu informasi penting ini”
“Hei kakak kau yakin? Kita akan menyebabkan banyak masalah jika informasi penting seperti itu di rundingkan secara lansung, Yang ada kau akan di tangkap dan di eksekusi jika langsung memberitahu begitu”
“Benar namun apa salahnya kita mencoba? Kita tidak tau apa yang akan terajadi nanti. Karana itu mari kita coba saja dulu”
“Kau gila kak, Nyawa itu bukan sesuatu yang bisa di uji coba, kau tau bukan jika nyawa itu berharga!! Aku tau kau mungkin pintar, namun segalanya ada batasnya kak”
“Kau benar, Tapi jika kita tidak berani mengambil Langkah yang besar, Maka untuk melakukan hal yang besar itu pasti mustahil, karna itu jika tidak di coba maka kita tidak akan tau hasilnya bukan?”
“Aku tau, Aku paham. Aku bukan lagi Nanda yang polos dan lugu. Aku sudah berumur 11 tahun, Aku mulai mengerti, Tapi ku mohon kak jangan melakukan hal gila lagi”
“Aku mengerti namun. Bukankah hidup itu gila? Jika kau tidak menikmati kegilaan itu, Maka kaulah yang akan menjadi gila, Untuk melawan kegilaan ini kegilaan pemerintahan kegilaan penjajah. Bukankah untuk melawan itu semua, Harus menggunakan kegilaan yang lebih lagi? Segila apapun itu jika kau ingin melawan maka kau harus lebih gila lagi” Jawan Anaya, Dengan seringai yang berbahaya seolah olah dirinya termakan ambisinya sendiri
“….. Yah apa boleh buat, ku rasa menghentikanmu itu akan sia sia, Kakak sudah menemukan gairah untuk membebaskan seluruh warga desa ya? Jadi apa yang akan kau lakukan setelah ini”
“Aku akan mendekati penjaga terlebih dahulu, Setelahnya menyusup masuk ke markas besar mereka yang terletak di tengah desa”
“APA!!! Ku rasa kau memang sudah gila, Kau mau menyusup dimana tempat tersebut di jaga ketat? Wow kurasa aku harus menyemburmu dengan air suci, Agar pikiranmu mennjadi jernih lagi” Ujar Nanda yang sudah tidak tau lagi cara untuk menghentikan kegilaan sang kakak.
“Maaf Nanda, Ini adalah jalan yang aku pilih” Ujar Anaya dengan senyum lemah yang terpantri di wajahnya.
“Hah terserah kau saja”
“Nanda tunggu, Aku belum selesai berbicara, Nanda!!”
Nanda yang sudah terlanjur kesal dan tidak tau lagi untuk mengatasi kegilaan Anaya, oh ayolah kakanya itu selalu membuatnya khawatir setiap menitnya, Entah apa yang akan kakanya lakukan nanti, Entahlah Nanda tidak tau lagi
.
Seminggu kemudian, Anaya benar-benar melaksanakan apa yang telah di ucapkanya. Kini ia sedang berusaha mendekati seorang prajurit penjaga
Dan entah apa yang di ucapkan Anaya hingga ia terlihat akrab dengan penjaga,
Tentu itu tidak pernah luput dari pandangan Nanda yang selalu mengawasi gerak gerik kakaknya, sejujurnya dia tidak menolak maupun menerima setiap rencana kakaknya itu.
Namun yang bisa di lakukan Nanda hanya menemani dan mendukung kakaknya itu.
.
.
.
“Kebahagiaan dan kehanncuran adalah dua hal yang sama namun bertolak belakang, sama seperti satu koin dengan sisi yang berbeda”