Live, Laugh, Love
Live, Laugh, Love
Kirana Chandra Dharma
XI AK 1
“This me praying that
This was the very first page
Not where the story line ends
My thoughts will echo your name, until I see you again
These are the words I held back, as I was leaving too soon
I was enchanted to meet you
Please don't be in love with someone else
Please don't have somebody waiting on you…”
Lantunan dari lagu Enchanted milik Taylor Swift telah menggema di ruangan berukuran 4x4 milik Ilovia Calanthe, Perempuan berusia 18 tahun dengan tinggi badan 167cm serta badan ideal dan rambut panjang sepunggung yang dimilikinya membuat Ilovia memiliki paras yang cantik.
“WOY! MASIH PAGI UDAH NGEGALAU AJA, BURUAN ILOO NANTI KITA KESIANGAN. GUE TINGGALIN JUGA NIH LAMA LAMA,” suara nyaring milik Julianne, perempuan yang telah menjadi sahabat dekat Ilovia semasa SMP terdengar memenuhi ruangan.
“Iya iyaaaa, sabar sebentar napa sih! Galak amat udah kayak ibu – ibu aja, awas lo cepet tua!” balas Ilo tidak mau kalah.
“Yaudah cepet, nanti kita kesiangan.”
“Baik, Kanjeng Ratu Julianne Agatha, udah siap nih, yuk jalan,” jawab Ilo menutup pintu apartement sambil terkekeh atas candaan yang dia lontarkan. Ilo dan Juli memutuskan untuk tinggal bersama di sebuah apartement dengan 2 kamar tidur, agar biaya yang dikeluarkan lebih murah. Hari ini, mereka memiliki rencana untuk membeli peralatan yang akan mereka butuhkan, karena sebentar lagi mereka akan menjadi maba1 di Universitas Bina Nusantara atau lebih dikenal dengan nama BINUS.
♛♛♛
Sesampainya di Mall Alam Sutera mereka segera pergi ke Gramedia yang terletak di lantai dasar untuk mencari peralatan tulis yang mereka butuhkan. Setelah beberapa saat berada di bagian peralatan menulis, dan bukan Ilo namanya jika tidak melihat lihat novel jika sedang berada di Gramedia. Dia akhirnya memutuskan untuk pindah ke bagian novel untuk memberi beberapa novel baru karena ia sudah kehabisan buku untuk dibacanya.
1Mahasiswa Baru
“Juliii, sini geh, gue ada rekomendasi novel bagus buat lo,” panggil Ilo terhadap sahabatnya itu.
“Mana? Sini gue liat?”
“Nih, sumpah lo harus baca, isinya bagus banget trus endingnya sangat menyayat gue yang hatinya lemah lembut bagai bidadari ini,”
“Idih, geli sumpah, gak ah gue gak mau beli kalo sad ending, lagian lo napa suka banget sih novel sad ending kayak gini?” Juli terkadang terheran heran mengapa sahabatnya ini suka sekali dengan novel yang memiliki ending yang sedih dan tragis, padahal menurutnya akan lebih baik bahwa novel tersebut memiliki ending yang berbahagia.
“Lo harus tau feeling dari novel sad ending tuh beda cuy, coba deh sekali sekali baca biar bisa ikut ngerasain.”
“Enggak ah! Gak mau, awas lo keseringan baca novel sad ending kek gini, kisah hidup lo beneran sad juga.”
Ilo terdiam sebentar ditempatnya sambil mencerna perkatan Juli.
“Idiiih, amit amit anjir, lo kalo doain tuh yang bagusan dikit napa Jul, jangan yang jelek jelek mulu,” Protes Ilo setelah mengerti apa yang Juli katakan barusan.
“Dah ah gue mau bayar, udah nyayi nih perut gue dari tadi,” Juli akhirnya pergi ke kasir untuk membayar belanjaannya yang disusul oleh Ilo, setelah puas berbelanja di Gramedia, mereka memutuskan untuk mampir ke sebuah restoran untuk makan siang terlebih dahulu sebelum pulang ke apartement yang mereka tinggali.
Chapter 1
Lantunan instrument Psycho milik Red Velvet yang menjadi ringtone telephone Ilo berbunyi di atas nakas menapilkan kontak dari Kevin, sontak Ilo terbangun dari tempat tidurnya untuk membaca pesan dari pacarnya itu.Walaupun Kevin adalah pacar Ilo sedari SMA, tingkat bertemu pasangan itu terbilang jarang. Hal tersebut.
Begitu membaca pesan tersebut, Ilo langsung bangun dari tempat tidurnya untuk mandi dan menata dirinya di depan cermin kamarnya.
“Weitss,tumben lo mandi jam segini, biasa juga masih goleran di kasur, mau ke mana emangnya?” Tanya Juli yang penasaran dengan sahabatnya itu, karena jarang sekali Ilo mau mandi pagi pagi kalau tidak sedang ada acara setelahnya.
“Kevin minta ketemu nih, setengah jam lagi sampe kesini”. Meskipun Kevin dan Ilo berpacaran mereka tetap menggunakan nama mereka untuk memanggil satu sama lain.
“Ngapain dia kesini?” Tanya Juli penasaran dengan temannya itu. “Jemput gue lah, Gue kan princess”, Jawab Ilo bercanda. “Sip dah sipaling princess”, Balas Juli menanggapi candaaan temannya itu.
“Dah gue turun dulu ya, mau nunggu Kevin di lobby aja biar gak usah repot naik lagi”
“Yaudah, hati hati di jalan” Kata Juli mengakhiri percakapan mereka berdua. Ilo pun segera turun dari kamarnya untuk menunggu di Lobby. Beberapa menit kemudian Kevin datang dengan mobilnya untuk menjemput Ilo.
“Gak ada yang ketinggalan kan?” tanya Kevin sebelum menjalankan mobilnya. Ilo yang mendengar hal itu menggelengkan kepalanya sebagai jawaban atas pertanyaan Kevin barusan.
“Kita mau kemana emangnya? Tumben banget ngajak pergi jam segini?” tanya Ilo penasaran.
“Ke tempat pertama kali kita ketemu, ada yang mau aku omongin ke kamu”. Jawab Kevin selagi berkonsentrasi untuk mengendarakan mobilnya. Ilo yang mendengar hal itu sontak ber’oh’ ria di tempat duduknya.
Beberapa saat kemudian, Kevin akhirnya memakirkan mobilnya di tempat yang mereka tuju, yaitu sebuah restaurant mewah yang bergaya Eropa yang didominasi oleh warna krem dan coklat yang menambah kesan estetika dari tempat tersebut.
Tempat ini sebenarnya tidak dekat dari apartement Ilo, membutuhkan 1 jam 30 menit untuk sampai ke tempat tersebut.Maka dari itu Kevin sengaja mengajak Ilo lebih pagi, agar ketika mereka sampai disana,mereka bertepatan dengan jam makan siang Setelah mereka berdua turun dari mobil, mereka segera masuk ke dalam restaurant dan duduk di kursi yang terletak paling ujung.
“Selamat datang, silahkan kak menunya”, Sapa seorang pelayan membawakan menu restaurant tersebut. “Kalau kakaknya mau order bisa panggil saya atau teman teman saya ya kak”. Setelah memilih beberapa saat, mereka berdua memutuskan untuk memesan spaghetti aglio olio yang merupakan makanan terfavorit di restoran tersebut dan es teh tawar sebagai menu makan siang mereka.
“Oiya, tadi kamu bilang ada yang mau diomongin? Mau ngomong apa emangnya?” tanya Ilo setelah menghabiskan makanannya.
Kevin yang mendengar hal tersebut langsung menghela nafasnya. Hal tersebut membuat jantung Ilo berdegup sedikit lebih kencang, perasaan antara cemas dan takut berkecamuk menjadi satu.
“Aku harus ngomong ini” Kevin membuka kalimatnya. “but before that I need to say sorry first, aku rasa hubungan kita harus selesai disini” Kata Kevin sambil menunduk.
“Hah? Kenapa? Kamu lagi gak bercanda kan?
Sekarang kamu jelasin ke aku, emang aku ada salah apa sama kamu? Coba kamu jelasin semuanya ke aku?” Sahut Ilo dengan runtutan pertanyaan yang diucapkannya secara cepat
“Okay, okay aku mau jelasin tapi kamu tenang dulu ya”, Kata Kevin menenangkan Ilo. “First of all, kamu engga ada salah sama sekali sama aku, yang kedua karena, aku akan pergi ke Amsterdam untuk melanjutkan pendidikan aku, dan yang terakhir aku gak mau ngebebanin kamunya, sekarang aja kita susah buat ketemu karena sibuk urusan masing masing, gimana nanti kalau aku udah beda negara sama kamu? Apa gak makin renggang nantinya” Jelas Kevin dengan panjang lebar.
♛♛♛
Beberapa hari yang lalu….
Kevin mendapatkan kesempatan untuk mendaftar beasiswa pertukaran pelajar yang dibuka oleh Universitasnya. Kevin, yang sedari dulu mengidam – idamkan beasiswa tersebut, tentu tidak akan melewatkan kesempatan itu. Ia kemudian mendaftarkan dirinya dalam event itu. Setelah melewati serangkaian tes, Pucuk Dicinta Ulam Pun Tiba, Ia ternyata berhasil lolos dan mendapatkan beasiswa tersebut bersama 15 orang lainnya.
Ilo yang mendengar itu hanya duduk termenung, ia tidak menangis sama sekali karena sesungguhnya dia tahu bahwa cepat atau lambat, hal ini akan terjadi kepadanya, tapi dia tidak menyangka akan terjadi secepat ini. Pikirannya terlalu berkecamuk sehingga ia tidak dapat mengatakan hal apapun. Keduanya duduk terdiam beberapa saat sampai akhirnya Kevin mengajak Ilo untuk pulang ke apartemennya.
“Pulang yuk, nanti kemaleman” ajak Kevin sambil menarik pelan tangan Ilo untuk kembali ke parkiran.
♛♛♛
”Happy for you, Know that I am,
Even if I can't understand,
I'll take the pain
Give me the truth, me and my heart
We'll make it through
…”
Lagu Stone Cold milik Demi Lovato yang terputar di radio mobil milik Kevin menambah suasana sendu yang terdapat di dalam tempat tersebut. Jalanan sore ini cukup macet dikarenakan mereka pulang bertepatan dengan jam pulang kerja. Keduanya duduk bergeming sambil berkutat dengan pikirannya masing masing. Sampai pada akhirnya Ilo memulai pembicaraan diantara mereka.
“Kenapa kamu gak cerita dari awal?” Tanya Ilo dengan berbisik tetapi dapat ditangkap oleh Kevin.
“Jujur, sebenarnya aku pengen banget ngasih tau hal ini dari awal aku dapet pengumuman itu, tapi ternyata keberanian aku belum cukup untuk bilang ini ke kamu.
Bilanglah kalau aku ini cupu, tapi buat ngumpulin keberanian ternyata gak secepat itu.” Jelas Kevin panjang.
Selang beberapa waktu, Kevin akhirnya memarkirkan mobilnya di dalam parkiran apartemen Ilo. Keduanya pun turun dari mobil dan berjalan menuju lobby apartemen Ilo. Ilo maju beberapa langkah dan kemudian berbalik.
“Tapi…..”, Ilo menggantung kata katanya. “….Kita masih bisa untuk temenan kan?” Tanya Ilo. Kevin yang mendengar hal itu, sontak tersenyum.
“Pasti donk, If you want someone to tell stories, just text or call me yaa” Jawab Kevin yang membuat Ilo lega karena ternyata Kevin masih ingin menjadi temannya.
“So, A Hug Before Leaving?” Tawar Ilo bercanda dan sambil terkekeh
“Sure”, Tanggap Kevin yang kemudian memeluk Ilo dengan erat. Ilo yang tidak menyangka ide usilnya itu akan ditangkap dengan serius oleh Kevin sedikit terkejut akan perlakuan dari laki laki itu segera membalas pelukannya dengan erat.
Selang beberapa saat mereka bepelukan, akhirnya mereka melepaskan pelukan tersebut.
“Janji gak bakal lupain aku?” Tanya Ilo sambil menunjukkan jari kelingkingnnya.
“Janji” Kevin membalasnya dengan menautkan kedua kelingking mereka. “Dah kamu naik sana, nanti dicariin sama Juli, nanti aku dimarahin dia lagi kalo balikin kamunya telat. Juli kalo udah marah kayak nenek sihir soalnya” Suruh yang lebih tua.
“HAHAHA, Juli kalo denger ini gimana ya reaksinya,” Ilo menanggapi bercandaan Kevin dengan tertawa. “Yaudah aku naik dulu byeeee” Yang muda akhirnya menuruti dan berlari kecil ke dalam unit apartemennya sambil melambaikan tangannya ke Kevin sebagai bentuk perpisahan.
Seiring menghilangnya Ilo kedalam apartemennya. Kevin memutuskan untuk kembali ke mobilnya dan kemudian menumpahkan semua emosinya. Sedikit yang Kevin tahu, Ilo juga menangis ketika ia menapakkan kakinya ke dalam lift.
“Seringkali Cinta Tidak Menyadari
Kedalamannya Hingga Saat Perpisahan Tiba”
~ Kahlil Gibran~
♛♛♛
Chapter 2
Akhirnya, Ilo sampai di unit apartemennya dengan Juli yang sudah menunggunnya di ruang tamu sambil menonton sebuah drama korea yang baru ditemukannya tadi malam.
“weitss dah pulang nih PRINCESS, gimana ngedatenya?” Tanya Juli yang menekankan kata princess untuk mengejek Ilo.
Ilo sempat diam sesaat, kemudian dia berkata dengan nada yang sedikit asing di telinga Juli, “Keknya yang waktu itu lo omongin beneran kejadian deh Jul”
Juli yang mendengar hal itu dengan penasarannya menengok ke arah Ilo.
“Woy!! Kok mata lo sembab begitu? Diapain lo sama cowok lo itu?”
“Diputusin, hehe..”
“HAH???”
Juli akhirnya menarik Ilo untuk duduk dan menyuruhnya untuk menceritakan hal yang baru saja terjadi terhadap sahabatnya itu.
“Jadi-“ Ilo menjelaskan semua kejadian hari ini kepada Juli, termasuk alasan mengapa hubungan Ilo dan Kevin harus kandas hari ini.
“Ohhh jadi lo diputusin karena dia mau lanjutin kuliah nya ke luar negeri.”
“Iya, sebenernya gue udah tau sih kalo cepat atau lambat kita bakal putus juga, Cuma kenapa tetep aja, susah gitu buat nerimanya,” Ilo mengatakan hal yang ada di benaknya dari tadi sambil menunduk. Juli kemudian memeluk Ilo erat untuk memberikan bentuk dukungan kepada sahabatnya itu.
“Dah jangan mewek lagi, mending lo mandi trus kesini lagi, gue mau masak dulu buat kita makan.”
♛♛♛
Setelah mengikuti apa yang dikatakan sahabatnya. Ilo akhirnya keluar kamar untuk makan malam.
“Buset gue liat liat, apart kita berubah jadi rumah makan nih.”
“Yeeee, bukannya makasih, malah ngeledek.”
“Iya iyaa, ini baru mau bilang makasih, udah dipotong aja. Anyway tumbenan lo masak segini banyak? Jangan jangan lo ngidam yaa?” Tanya Ilo semakin jail.
“HEH!! Jaga alat ghibah mu itu ya kack.”
Ilo yang mendengar hal itu tertawa terbahak bahak. Tapi yang selanjutnya dikatakan Juli membuatnya harus merelakan kekalahannya terhadap Juli.
“Gue masakin banyak makanan hari ini special buat orang yang baru aja diputusin sama cowoknya.”
“Yee, mainnya bawa bawa realita”, Dumal Ilo sambil berjalan ke meja makan.
“Yess, 1-0 buat gue,” Juli yang cekikikan ikut menghampiri ke meja makan untuk makan bersama.
Ketika mereka ber 2 selesai makan, mereka segera berbagi tugas untuk membereskan bekas makanan mereka. Setelah selesai beberes mereka berdua mendudukan dirinya di sofa ruang tamu untuk melanjutkan drama korea milik Juli dan mengobrol ngobrol santai agar tidak mengantuk.
Ketika sedang asyik menonton, Ponsel Ilo berdering menampilkan notifikasi dari Kevin. Hal tersebut tertangkap oleh mata Juli.
“Jawab gak nih?” Tanya Juli. “Jawab aja”
-Kevin-
Hai Ilo, Just wanna inform you, besok aku berangkat ke Amsterdamnya
oya?? berangkat jam berapa vin??
Aku perlu kesana kah ??
Kalau kamu gak keberatan, boleh
Tapi kalo kamu sibuk, gk usah, aku gak mau ngerepotin kamu
Ilo yang membaca hal itu, kemudian menanyakan pendapat Juli.
“Jul, gimana nih? Samperin ke bandara jangan?”
“Ya kalo lo udah berdamai dengan keadaan datengin aja, buat jadi kenangan kenangan sebelum dia pergi ke Amster. Tapi sekirannya lo pulang dari sana mewek mewek lagi, mending gak usah, nanti gue harus masak banyak-banyak lagi buat lo”
“Yee, ujung ujungnya kena lagi gue”, seru Ilo membalas candaan itu.
♛♛♛
Keesokan harinya, Ilo memutuskan untuk pergi ke bandara untuk mengantarkan Kevin. Karena menurutnya, apa gunanya kita berlarut larut ke dalam kesedihan. Dikarenakan jarak antara apartemen dengan bandara tidak bisa dibilang dekat. Ilo memutuskan untuk bangun sekitar jam 8 pagi untuk mandi dan sarapan, dikarenakan menurut info yang ia dapat penerbangan Kevin mendapatkan jadwal jam 11 pagi.
Ilo memutuskan untuk memakai kemeja lengan pendek satin berwarna coklat yang dipadukannya dengan celana panjang polos yang membuat kakinya tampak jenjang. Ia sengaja memakai pakaian yang santai karena akan makan siang diluar bersama Juli. Setelah berkaca, Ilo segera keluar dari kamarnya dan mengambil sehelai roti yang dioleskannya dengan selai coklat untuk dimakan di perjalanan menuju bandara. Sesampainya di bandara, Ilo segera melangkahkan kakinya menuju ke gate yang telah diberitahukan oleh Kevin.
“Ilo, disini”, Kevin melambaikan tangannya karena melihat Ilo yang sedikit kesusahan untuk mencari posisinya. Ilo yang melihat lambaian tangan dari Kevin segera menghampiri pemuda itu. Mereka kemudian berbincang-bincang sampai waktu keberangkatan Kevin mulai dekat.
“Duluan ya Ilo, aku masuk, pesawatnya udah landing, aku pamit.”
“Kevin-“ panggil Ilo sambil menahan kata katanya. “Hati-hati di jalan”, Lanjutnya sambil menyunggingkan senyum indahnya. Kevin yang melihat itu, lantas membalas senyuman itu dan melambaikan tangannya, kemudian dia berbalik untuk mengejar teman temannya yang terlebih dahulu memasuki tempat pengecekan barang.
Ketika sedang menunggu Kevin untuk benar benar menghilang dari pandangannya, Ilo akhirnya menelepon Juli agar dia segera menjemputnya di bandara untuk melakukan makan siang.
♛♛♛
Chapter 3
Beberapa minggu telah berlalu, kini kedua bersahabat itu telah memasuki masa Ospek di kampus mereka. Mereka berdua bangun lebih pagi untuk mengikuti kegiatan ospek tersebut. Bukan mereka jika tidak mengawali hari dengan bercanda dan bertengkar.
“Udah kali ngacanya, udah mau retak tuh kacanya”, Juli membuka pembicaraan diantara mereka ber dua
“Yeee sirik aja lo panjul.” Balas Ilo tidak mau kalah.
“Ponjal panjul, nama gue udah bagus bagus dikasih sama emak bapak gue, maen ganti ganti aja lo, gimana yaa emak bapak gue kalo denger kayak gini, pasti sedih banget,” Ucap Juli sedikit dramatis
“Buset dahh, dramatis bener nih anak, udah ah yuk cabut nanti telat, gue sih ogah kalo nanti telat gue dibentak bentak,”
“Kalo katingnya cakep?”
“Yaaaa bisa di bicarakan lah kalo itu.” “Yeee, gatell”
Lantas mereka pun tertawa atas candaan yang telah mereka lontarkan. Mereka pun turun dari unit apartemen mereka dan pergi ke universitas menggunakan bus karena Juli sedang malas untuk membawa mobilnya.
“Eh Jul, file untuk kakak pembimbingnya udah dibagi belum sih? Kok di gue engga ada ya?” Tanya Ilo kebingungan.
“Udah ada kok.”
“Hah di mana?? Kok di gue engga ada sih”
“Makanya, sering sering check grup, giliran gak ada aja panik”, Kata Juli sambil memberikan file tersebut kepada Ilo.
“Ya maaf sihh, namanya juga gak liatt”, Ilo berpendapat dan kemudian mulai membuka filenya untuk sekedar melihat lihat dengan siapa dia berkelompok dan siapa nama kakak pembimbingnnya.
“Anjirr, kakak pembimbing gue cowok cuyy, namanya keren dah”
“Siapa emang namanya?” tanya Juli penasaran.
“Nama panjangnya Gavriel Keenan A. Keren kan cuy namanyaa, jadi penasaran sama mukanya deh, secakep mukanya gak yaaa?”
Juli yang mendengarnya hanya ber-Oh ria dengan nada yang dipanjang panjangkannya.
“IH, KOK LO GAK ADA ANTUSIAS ANTUSIASNYA SIH JADI MANUSIA”; Ujar Ilo protes, karena sahabatnya ternyata tidak seantusias dirinya.
“yee, gue mah gak frik kayak lo, ahhahaha”, Juli cekikikan.
“Tapi kenapa ya nama belakangnnya ditulis A doang, sok sok misterius banget sih jadi orang, kan bisa-“
“Dah dah ya, udah dulu yaa, nih lo liat kedepan, tuhhhh, udah sampe kannn, yuk turun” Potong Juli untuk memberhentikan serentetan pertanyaan dari sahabatnya itu karena jika tidak diberhentikan Ilo akan terus bertanya, yang akan membuat Juli kerepotan untuk menjawabnya satu persatu.
Pintu bus pun terbuka dan mereka akhirnya turun di lobby gedung fakultas ekonomi bersamaan dengan beberapa mahasiswa baru yang juga akan menjalani masa OSPEK pada pagi ini. Mereka berdua segera masuk kedalam aula yang telah disediakan oleh panitia karena acara akan dimulai dalam beberapa menit lagi.
“Bagi yang udah masuk ke dalam bisa langsung gabung ke kelompoknya masing masing ya, soalnya kita bakal mulai sebentar lagi”, Ucap salah seorang dari panitia OSPEK yang kalau Ilo taksir tingginya sekitar 178cm.
“Bye Ilo, gue ke kelompok gue dulu ya”, Ucap Juli yang kelompoknya ternyata berbeda dari Ilo
“Bye Jul, Wish us luck”
Mereka berdua kemudian berpisah menuju ke kelompoknya masing masing. Kelompok Juli berada di sebelah kiri gedung sedangkan kelompok Ilo berada di sebelah kanan gedung.
Ilo kemudian mencari kelompoknya di sebelah kanan gedung sampai pada akhirnya ada seseorang yang menghampiriny”.
“Ilo? Bener Ilo kan ini?” Tanya seorang pemuda yang memiliki tinggi sekitar 170an dan memiliki senyum yang cukup manis.
Ilo yang disapa kemudian menengok untuk melihat siapa yang memanggilnya. Setelah menengok, Ilo kemudian terkejut mendapati teman semasa SD nya berada disini. Ilo mengenali wajahnya dikarenakan mereka saling mem-follow akun social media masing masing
“Kenneth?? Iya bener ini Ilo, lo Ken kan?”, Tanya Ilo memastikan.
“Iya bener ini Ken, waaah gila udah lama banget kita gak ketemu, gimana kabarnyaa”
“Baik banget, kamu masuk ke kelompok mana?”
“Kelompok 3 nih, kita kayaknya sekelompok deh”
“Oiya?” Tanya Ilo yang kemudian membuka hapenya untuk kembali mengecek nama nama anggota kelompok nya. “Eh iya bener, kita sekelopok, yuk gabung sama yang lain disana.”
Mereka berdua menuju ke tempat dimana anggota kelompok mereka berada. Kemudian mereka duduk bersampingan sambil menunggu acara OSPEK akan dimulai.
Setelah beberapa menit menunggu, acara OSPEK tersebut akhirnya dimulai. Yang dimulai dari kata kata sambutan sampai pada pengenalan panitia yang akan mendampingi masing masing kelompok. Pada akhirnya sampai pada giliran Gavriel yang membuat Ilo memasangkan telingannya untuk mendengar nama belakang dari Gavriel karena jujur saja dia sangat penasaran dengan nama belakangnnya.
“Halo semuanya, perkenalkan nama gue Gavriel Keenan biasa dipanggil Gav, di masa OSPEK ini gue yang bakal jadi kakak pembimbing dari kelompok 3,salam kenal semuanya”, Gavriel memperkenalan dirinya dengan suara bass yang dimilikinya. Ilo yang mendengar hal itu sondak berdecak yang terdengar sampai di pendengaran Kenneth yang duduk bersebelahan dengannya
“Lo napa kayak kesel gitu dah?”
“Eh gak papa kok”, Ilo yang terkejut karena suaranya ternyata cukup besar sontak membuatnya merasa sedikit malu.
“Yakin gak papa?” Tanya Ken memastikan.
“Suer gue gak papa, dah lanjut dengerin lagi sana nanti kena marah.” Ilo berucap dengan nada yang sedikit panik.
Setelah kejadian singkat namun memalukan menurut Ilo itu, tidak berselang lama maka acara perkenalan itu selesai dan mereka akhirnya duduk melingkar di lantai bersama dengan kakak pembimbing masing masing untuk berkenalan dengan anggota kelompok masing masing
“Sesuai dengan apa yang kalian denger tadi, gue yang akan menjadi pembimbing kalian, jadi mohon bantuannya”, Ucap Gavriel dengan ramah kepada kelompok nya itu.
“Nah karena tadi gue udah perkenalan didepan, sekarang gantian kalian yang perkenalan.”
Semua anggota dari kelompok 3 menuruti perkataan Gavriel, sampai akhirnya Ilo yang mendapat giliran terakhir pun selesai untuk berkenalan dengan teman teman barunya itu.
Mereka akhirnya diberikan waktu bebas untuk berbincang bincang. Ilo yang sedari tadi duduk bersebelahan dengan Kenneth memutuskan untuk mengobrol dengannya karena ia terlalu malas untuk berpindah tempat.
Ilo yang dari tadi tertawa membicarakan masa lalunya bersama dengan Kenneth sontak menarik perhatian dari Gavriel yang sedang berkumpul dengan panitia panita yang lain. Ia sontak menunjukan rasa ketidaksukaannya kepada mereka.
“Weietss napa nih? Bau bau kecemburuan telah menguar disini, kecium gak Dan?”
“Ih iya kecium banget, udah parah ini mah cemburunya El.” Ledek kedua teman Gavriel yaitu Aidan dan Kael
“Bacot ah”. Jawab Gavriel dengan muka masamnya, hal tersebut tidak luput dari pandangan kedua teman temannya yang sontak mentertawakannya.
Kemudian sebuah ide melintas di kepalanya yang membuat ia tersenyum.
“El, El, El lo liat geh temen lo yang satu itu serem banget anjir nyengar nyengir sendiri”, Kata Aidan kepada Kael dengan heboh.
“Ih serem banget gak sih Dan, keknya gedung aula sekarang berhantu deh”, ucap Kael menanggapi temannya itu.
“Iya berhantu, Lo berdua setannya, dah ah jangan ganggu gue, gue mau menjalankan misi gue dulu.”
Setelah berucap seperti itu, Gavriel kemudian bangun dari tempat duduknya dan menuju ke tempat dimana kelompoknya berada.
“Eh gais gue ada ide menarik, tapi hasil akhirnya tetep kalian yang mutusin sih, gimana kalo duduk tapi yang cowok sama yang cowok, yang cewek duduk sama yang cewek biar kalian kenalannya lebih cepet gitu, nah nanti kalo udah deket semua baru deh dicampur, gimana pada setuju gak?
“Boleh tuh” “Iya, iya boleh”
“Gue juga setuju setuju aja”
Tidak disangka ternyata semua anggota kelompok 3 menyetujui ide dari Gavriel
“Oke jadi sesuai yang udah kita sepakati, yang cewek bisa ngobrol sama yang cewek disebelah sini, yang cowok bisa ngobrol disebelah sana, kita akan mulai games jam 9, nanti gue bakal balik lagi kesini buat bagiin snack untuk kita sarapan”, Setelah berkata seperti itu, Gavriel balik ke tempat dimana para panitia sedang berkumpul dengan senyuman kemenangan yang terukir di wajah tampanya. Kael dan Aidan yang menyaksikan seluruh kejadian tersebut hanya bisa menggelengkan kepala mereka, tidak habis pikir dengan ide temannya itu
“Gimana? Keren kan gue?” Tanya Gavriel pada teman temannya.
“Gila ya, gue sampe spechless denger ide lo itu untung aja anak anak kelompok lo mau – mau aja disuruh suruh, coba itu gue, udah gue demo”, Kata Aiden sambil tertawa.
“Asli ya Den, gue kira gue bakal ngeliat Gavriel yang pintar dan berwibawa hari ini, eh malah jadi badut dia”, Sahut Kael.
“Yeeee, gue mah gak mau pamer kepintaran gue yang diatas rata rata ini”, Ucap Gavriel mengikuti candaan sahabatnya.
“Iya deh si paling pinter dah, gue mah mundur aja, semangat ya bro, mengejar cinta ama yang bersemi kembali.”
Mereka bertiga kemudian tertawa terbahak bahak.
Memang bukan rahasia lagi bagi mereka ber 3 bahwa Gavriel telah menyukai Ilo semenjak SMA, bahkan semua surat yang Ilo terima semuanya berasal dari Gavriel, karena ia tidak berani berbicara langsung kepada Ilo.
Ilo yang sampai sekarang tidak mengetahui siapa yang memberinya surat tersebut, masih menyimpan semua surat surat tersebut dengan rapih di kotak yang berada di sudut kamarnya.
♛♛♛
Chapter 4
Sudah 3 hari berlalu akhirnya pada sore ini para mahasiswa baru telah selesai menyelesaikan masa OSPEKnya dan resmi menjadi mahasiswa di Universitas tersebut. Ilo langsung mencari sahabatnya, Juli untuk mengajaknya pergi sebentar.
“Julehaaa, temenin gue yuk”, Rengek Ilo kepada Juli.
“Heh, Juleha pala lo botak.” “Hehehe, bagusan begitu namanya.”
“Ck, mau ditemenin kemana emangnyaa?’ Tanya Juli penasaran.
“Ke Summarecon aja bentar, mau ke gramedianya.”
“Ahh gue males ah, udah capek begini, emangnya gak bisa besok aja apa, kan besok kita libur jadi gak kemana mana.”
“Nah, justru karena besok libur gue mau seharian diem dirumah sambil menghabiskan novel, mending sekarang aja Jul, jadi sekalian capeknyaa”, Ucap Ilo semakin meyakinkan Juli agar mau pergi dengannya.
“Ih gak mau ahh gue mau pulang, kalo gak lo sama ini aja, siapa tuh namanya? Yang jadi kakak pembimbing lo itu?” Juli mendadak lupa.
“Gavriel? Ih gak mau ah Jul, gue gak kenal banget sama dia”, Ilo kemudian menggelengkan kepalanya
Gavriel yang menangkap namanya disebut lantas mendekati kedua pemudi ini.
“Ada apa nih manggil manggil nama gue”
“Nah tuh orangnya dateng, gini Gav si Ilo mau ke Summarecon buat ke Gramedianya katanya penulis kesukaannya ngeluarin buku baru, tapi badan gue udah capek banget, lo mau gak nganterin dia kesana? Tolong ya Gav?” Juli menjelaskan panjang lebar.
Ilo terkejut karena dua hal. Yang pertama karena Juli memanggil Gavriel dengan santai seakan sudah lama sekali mengenal Gavriel. Yang kedua karena Gavriel ternyata menerima tawaran tersebut.
“Yaudah boleh kok, malem ini gue free soalnya.
Tapi, Ilonya mau gak perginya sama gue?”
“Kalo enggak-“
“OHHH ILO NYA MAU KOK DIA MAH SAMA SIAPA SAJA BOLEH ASAL TAHAN NUNGGUIN DIA KELILING GRAMEDIA”, Ucap Juli
memotong perkataan Ilo. Ilo yang dipotong perkataannya langsung memelototi Juli.
“Ohh oke oke bisa diatur itu mah, yuk Ilo, kita mau jalan kapan?”
“Tapi Jul”, Ilo berbisik.
“Bye Ilo, gue balik dulu, nanti gue masakin yang enak deh pas lo udah dirumah”, Kemudian Juli pergi sambil cekikikan.
“Yuk Ilo, jalan sekarang takut kemaleman nanti”, Ajak Gavriel lembut.
“Ah-oh o-oke yuk kita jalan”, Ilo menaggapi dengan gugup
Mereka berdua kemudian berjalan ke parkiran mobil untuk mengeluarkan mobil Gavriel. Ketika sampai di depan mobil Gavriel, pemuda itu langsung membukakan pintu mobil abu abunya agar Ilo dapat dengan mudah masuk ke dalam mobilnya.
“Eh makasih Gav”
Gavriel segera berlari kecil ke pintu pengemudi dengan senyuman yang terdapat di bibirnya. Hal tersebut tidak terlewatkan oleh Ilo yang membuat gadis sedikit melupakan kegugupannya dan ikut tersenyum. Gavriel pun masuk ke dalam kursi pengemudi dan mengendarai mobilnya keluar dari lahan parkiran gedung Universitas tersebut.
Ilo yang terbilang jarang untuk keluar pada malam hari mengedarkan pandangannya keluar melalui kaca mobil. Ia tampak terpana dengan kondisi Jakarta pada malam hari.
Gavriel yang melihat hal tersebut memutuskan untuk menyalakan radio yang sudah terhubung dengan handphonenya untuk menyalakan lagu didalam mobil agar keadaannya tidak sunyi.
Gavriel kemudian memutar lagu Taylor Swift yang akhir akhir ini menjadi lagu favoritenya.
“…
'Cause you could be the one that I love
I could be the one that you dream of
Message in a bottle is all I can do
Standin' here, hopin' it gets to you
You could be the one that I keep, and I
Could be the reason you can't sleep at night
Message in a bottle is all I can do
Standin' here, hopin' it gets to you
…”
Ilo tanpa sadar ikut menyanyi dengan suara merdunya dan kemudian dia menyadari bahwa dia sedang bersama seseorang didalam mobil ini.
“Ih lo suka sama Taylor Swift juga ya, jarang loh gue ketemu sesama fansnya Taylor, anyway lagu favorite lo sekarang apa?” Tanya Ilo.
“Lagu favorite Taylor Swift kesukaan gue sekarang sih Red kalo lo apa?”
“Oh kalo gue sih akhir akhir ini suka banget sama lagu dia yang Fearless kayak, seenak itu lagunya woyy”
Keduanya pun terhanyut kedalam obrolan mengenai penyanyi kesukaan mereka berdua. Tanpa Ilo tahu, sebenarnya Gavriel mulai mencintai penyanyi tersebut karena Ilo
Setelah beberapa menit berkendara, Gavriel akhirnya memakirkan mobilnya kedalam parkiran Summarecon Mall.
Mereka berdua akhirnya turun dari mobil dan segera menuju ke dalam mall untuk mencari tempat yang Ilo tuju yaitu Gramedia. Setelah sampai ke dalam toko buku tersebut Ilo segera mencari buku yang ia mau beli.
Bukan Ilo namanya kalau tidak salah fokus sana sini jika berada di tempat ini. Ilo akhirnya menghabiskan waktu sekitar 15 menit di dalam toko buku tersebut dan kalau boleh jujur dia sempat melupakan Gavriel yang sedari tadi hanya diam mengekorinya dari belakang.
Ketika Ilo mau membayar buku yang ia beli, Gavriel langsung menghadangnya sambil mengeluarkan kartu kreditnya yang membuat sedikit perdebatan daintara mereka.
“Ih gue aja yang bayar”, Kata Ilo sambil menahan tangan Gavriel yang sedang memegang kartu kreditnya.
“Gak papa, sekali kali, nih mbak”, Ucap Gavriel memberikan kartu nya kepada sang penjaga kasir.
Setelah perdebatan itu mereka akhirnya keluar dari Gramedia dan langsung menuju ke tempat parkir karena tidak ada lagi yang mau Ilo beli disana. Mereka pun memutuskan untuk pulang. Di dalam perjalanan sebuah ide terlintas dikepala Gavriel.
“Ilo laper gak? Mampir dulu yuk sebentar buat makan, gue laper banget soalnya”, Ilo yang kebetulan merasakan hal yang sama pun menyetujui ide itu.
“Lo mau makan apa?” Tanya Gavriel.
“Eh itu tuh ada tukang nasi goreng langganan Gue sama Juli, mampir yuk kesana”, Tanpa banyak protes, Gavriel langsung berhenti di dekat tukang nasi goreng yang telah ditunjuk oleh Ilo tadi.
“Eh tapi perut lo gak bakal kenapa kenapa kan?
Makan nasi goreng pinggiran kayak gini?” Tanya Ilo khawatir karena menurutnya Gavriel adalah seseorang yang tidak pernah memakan makanan pinggiran seperti ini.
“Loh, pasti bisa lah, gini gini gue juga sering kali makan ginian sama temen temen gue”
“Ohh, kirain kan lo gak pernah makan ginian, udah panik gue nanti lo kenapa kenapa yang disalahin gue kali karena ngajak lo disini.”
“Ya enggak lah”, Gavriel tertawa. “Bang, nasi gorengnya dua ya yang satu gak pake daun bawang”.
“Oke syiaapp”
Ilo yang mendengar pesanan dari Gavriel tersebut terkejut dan langsung menanyakan hal ini kepada Gavriel.
“Gav kok lo tau sih gue gak doyan daun bawang”, Tanya Ilo penasaran.
“Ya gue nebak nebak aja sih, tipikal cewek kayak lo kayaknya gak bakal doyan sama daun bawang”, Gavriel beralasan.
Ilo yang mendengar hal tersebut lantas mengerutkan dahinya karena alasan yang tidak masuk akal itu yang sejujurnya alasan tersebut juga tidak masuk akal bagi Gavrie. Tetapi ia tidak mau ambil pusing dan malah mengajak Gavriel untuk bercanda.
“Dih emang ada tipe tipe kayak gitu?”
“Nih ada, depan mata gue lagi”, Sahut Gavriel sambil menunjuk Ilo.
Cukup lama berbincang bincang berdua, akhirnya kedua nasi goreng mereka sampai dan mereka pun memutuskan untuk menyudahi acara mengobrol mereka dan memilih untuk fokus makan. Setelah mereka berdua makan, mereka memutuskan untuk pulang karena badan mereka berdua sudah sangat lelah setelah seharian berkegiatan.
♛♛♛
Ketika sampai Ilo langung turun dari mobil dan mengucapkan terima kasih kepada Gavriel atas tumpangan dan traktiran yang pemuda itu berikan kepada dirinya.
Ilo langsung segera naik ke unit apartemennya untuk segera bebersih dan mengistirahatkan tubuhnya dari semua aktivitas hari ini. Begitu ia membuka pintu unitnya ia langsung dihadangkan banyak pertanyaan oleh Juli.
“Heh, kemana aja lo? Pulangnya malem banget?” Juli bersedekap.
“Ya gak kemana mana lah, kan tadi izinnya ke gramedia ya gue kesana.”
“Ohhh gitu, miskin lagi donk lo, abis ngebeli buku sebanyak itu”, Ucap Juli menunjuk belanjaan milik Ilo.
“Enggak, orang tadi dibeliin”, Cicit Ilo. “What!! Seriusan?”
“Iya, orang tadi gue mau bayar gak dibolehin sama anaknya.”
Juli yang mendengar penjelasan itu hanya bisa ber”Oh” ria. Kemudian ia menawarkan Ilo untuk makan malam.
“Lo mau makan apa? Mau gue masakin nih mumpung gue lagi baik hati”
“Enggak usah Jul, udah makan gue di nasi goreng bang Asep yang biasa kita makan.”
Juli yang mendengar itu merasa sedikit terkejut dan berkata kepada Ilo.
“Lo makan disana?” “Iya”
“Sama Gavriel?”
“Iya”
“Dan dibayarin?”
“Iya”
“Gini deh, mending lo sini dulu dan ceritain semuanya dari awal sampe lo masuk ke sini”, Ujar Juli sambil menarik tangan Ilo ke sofa kesayangannya itu.
Ilo segera mengikuti Juli dan mulai menceritakan semua hal yang terjadi pada malam itu bahkan ketika mereka berdua melakukan carpool karaoke dengan lagu lagu dari Taylor Swift.
“Anjir ini mah namanya udah bukan nganterin lagi tapi ngedate woy ngedate”, Ucap Juli sangat heboh.
“Ngedate apaan orang Cuma nganterin ke Gramedia doang”
“Doang kata lo? Dibayarin buku, makan berdua malem malem menurut lo doang? Ya Allah ampuni dosa dosa Ilovia Calanthe ini Ya Allah”, Ucap Juli frustasi.
“Iidiihh stop lebay deh Panjul, orang emang gak ada apa apa.”
“Eh eh by the way, menurut lo, Gavriel itu gimana orangnya?” Tanya Juli penasaran akan pendapat temannya itu.
Ilo yang ditanyakan pertanyaan menedadak itu lantas terkejut dan tanpa disadarinya ternyata mukanya telah berubah menjadi semerah tomat. Hal tersebut membuat Juli yang melihatnya tertawa terbahak bahak dan semakin gencar untuk meledeki temannya itu.
“WOYY, HAHAHA KATANYA BIASA AJA TAPI MUKANYA MERAH KEK TOMAT ANJIRR.”
“Ihhh apaan sih udah ahhh”, Semakin diledeki oleh Juli maka semakin merah pula muka Ilo.
“Aduh duh, dah dah sakit perut gue, Jadi gimana Gavriel?” Juli masih penasaran akan jawaban dari sahabatnya itu.
“Ya dari yang gue dapet kemarin sih, Gavriel tuh orangnya baik, soft juga padahal suaranya berat minta ampun hahaha, trus dia wangi, enak deh sama wanginyaaa”
“Nah kan, nah kan benih benih cinta udah mulai tumbuh ini mah”, Kata Juli setelah melihat raut wajah Ilo ketika ia mendeskripsikan Gavriel.
“IHHH, DAH AH GUE MAU
BEBERSIH, BYEE JULEHAA”, Ilo pun berlari kecil ke dalam kamarnya untuk segera bebersih dan berisitrahat.
Juli yang melihat itu, hanya menggelengkan kepalanya, ia bersyukur setelah melihat temannya kembali ceria lagi seperti ini setelah kejadiannya dengan Kevin waktu itu.
♛♛♛
Chapter 5
Berbulan bulan telah berlalu semenjak malam itu, hubungan diantara Ilo dan Gavriel juga semakin dekat, mulai dari yang sering diantar pulang pergi bareng dan ketika Ilo ingin makan sesuatu pasti Gavriel selalu sedia untuknya.
Contohnya adalah kemarin, Ilo yang lagi pengen banget sama yang namanya seblak, akhirnya memutuskan untuk mengajak Gavriel mencarinya padahal disaat itu cuaca sedang hujan.
Pagi ini adalah tanggal 09 Oktober yang dimana besok adalah hari ulang tahun Ilo.
Ilo yang sudah menanti nantikan hal tersebut tidak bisa untuk menahan senyumnya sepanjang hari ini.
“Weits gue liat liat ada yang sumringah banget hari ini.”
“Yadongg akhirnya besok kan gue ulang tahun jadi gue bisa tagih wishlist novel novel gue ke lo”
“Yeee ada maksud dan tujuan ternyata, yodah sini mana wishlist novel novel lo itu, biar gue engga repot repot lagi beliin kado buat lo.”
Ilo yang mendengar itu langsung tersenyum dengan gembira
“Oke bentar bentar, gue catet di notes gue kok jadi gampang”, Ilo kemudian mencari file tentang wishlist buku bukunya di notes hapenya dan kemudian ia mengirimkan file tersebut kepada Juli.
“Busett cok ini wishlist buku apa daftar belanja bulanan, panjang banget gue liat liat”, Juli terkejut ketika melihat kedalam file tersebut karena jujur saja itu lebih terlihat seperti daftar belanja bulanan daripada daftar buku yang mau di beli.
“Ya gue kan gak minta di beliin semuanya, itu gue kasih pilihan aja buat lo, simple kan.” Ujar Ilo
“Ya tapi kalo lo mau beliin semuanya boleh sih, gak bakal nolak gue mah Jul, akan gue terima dengan hati yang lapang dan senyum yang cerah bagaikan
mentari pagi”, Lanjut Ilo.
Juli yang mendengar celotehan Ilo, lantas menempeleng kepalanya.
“Heh sembarangan aja lo kalo ngomong, lo kata bapak gue nanem saham dimana mana.”
“Yakan siapa tau lo kena muzizat apa gitu Jul”
“Yaudah gue beliin tuh semua wishlist lo yang udah kayak daftar belanja bulanan itu, tapi uang sewa, listrik dan air kita disini lo yang tanggung ya selama 3 bulan kedepan sampe gue ulang tahun.”
“Woy woy woy, gak gitu ye Panjul, gak, gak, gak mending gue beli sendiri itu mahh”
Keduanya tertawa, yang membuat seisi ruangan terasa ramai dengan suara mereka.
Juli kemudian menggelengkan kepalanya dan berkata.
“Iya deh gue beliin nanti. Pokoknya pas lo ultah tuh salah satu buku bakal ada di kamar lo pokok nya, santai aja santaii.”
“Ihhh makasih Juli ku cintaku sayangkuu, sini sini gue peluk dulu, gue tau lo pasti pengen kan dipeluk sama guee”, Ucap Ilo ke geeran.
“Gak, gak sana lo sana, mending lo mandi, tuh iler bekas semalem keknya masih nangkring di bibir lo”, Ucap Juli sambil mendorong Ilo yang mendekatinya untuk memeluknya.
“Ih mana ada ya iler gue masih nempel, sembarangan aja”, Ilo protes akan pernyataan itu, setelah berbincang sedikit dengan Juli, Ilo memutuskan untuk mandi karena ia sudah berncana untuk membereskan kamarnya yang sudah acak – acakan itu.
Tanpa Ilo sadari, Juli diam diam telah mengforward daftar buku buku tersebut kepada nomor seseorang yang berada di kontak whatsappnya dengan sebuah pesan yang berbunyi “Nih cewek lo minta beliin ini, sanggup gak lo? Kalo gak sanggup kata gue sih mundur aja sih wkwkwkwk.”
♛♛♛
Hari yang Ilo tunggu tunggu telah tiba. Hati ini tanggal 10 Oktober, yang bertepatan dengan hari yang special bagi Ilo. Ilo sengaja bangun lebih siang karena janjinya dengan Gavriel adalah jam 4 sore. Yang membuat dirinya merasa lebih lega karena tidak harus bangun pagi di sela sela hari liburnya.
Gavriel sengaja untuk mengajak Ilo pada sore hari karena ia sedang menyiapkan sesuatu untuk Ilo.
Ketika jam sudah menunjukan pukul 2 siang, Ilo akhirnya bangkit dari kasurnya untuk mulai bersiap siap, Ia memutuskan untuk memakai dress terusan berwarna putih sepanjang lutut dengan bagian bahu yang diperlihatkan dengan rambut sepunggungnya yang telah dibuatnya berombak menambah paras cantik yang sudah dimilikinya.
Lama Ilo berdandan, sebuah pesan masuk ke dalam hp Ilo. Pesan tersebut berisikan kabar bahwa Gavriel akan segera menjemputnya sebentar lagi.
Ilo yang membaca pesan tersebut langsung membereskan barang barang make-up nya dan sefera bersiap siap untuk menunggu Gavriel di lobby agar lelaki itu tidak menunggu terlalu lama disini.
Selang beberapa menit, akhirnya Gavriel sampai di dalam Apartement Ilo, Ia langsung menjeput Ilo di dalam lobby untuk mengantarkannya ke dalam parkiran.
“Wow, you look so pretty today”, Puji Gavriel tulus terhadap Ilo. Ilo pun balas memuji Gavriel yang hari ini menggunakan kemeja berlengan pendek bewarna coklat yang dimasukannya sedikit ke dalam celana terusan bewarna hitam. Dengan paduan pakaian yang dipakai oleh Gavriel sekarang ini membuat Ilo tidak berhenti menatapnya karena sejujurnya Gavriel sangat tampan sekali hari ini.
“Dah yuk, kita ke mobil”, Ajak Gavriel. Ketika sudah sampai di mobil Gavriel langsung membukakan pintu untuk Ilo dan kemudian menjalankan mobilnya.
Ketika mobil yang dikendarai Gavriel telah keluar dari parkiran. Gavriel kemudian menyodorkan handphonenya kepada Ilo.
“Nih, setel aja, mau karaoke apa hari ini?” “Passwordnya?” Tanya Ilo.
“Oh buka aja Passwordnya 813224”
Ilo akhirnya membuka handphone tersebut dengan password yang telah diberikan oleh Gavriel. Ia langsung membuka spotify milik Gavriel untuk memutar lagu dari penyanyi kesukan mereka berdua.
Ilo memutar lagu Upbeat yang berjudul ‘We Are Never Ever Getting Back Together’. Sontak mereka berdua bernyanyi mengikuti irama yang ada.
“…
this time I'm telling you, I'm telling you
We are never ever ever getting back together We are never ever ever getting back together You go talk to your friends,
talk to my friends, talk to me But we are never ever ever ever getting back together…”
Setelah menghabiskan beberapa lagu, mereka akhirnya sampai di tujuan yang dituju. Bangunan bernuansa China dengan dinding dinding yang di dominasi dengan warna hitam dan emas menambah kesan estetika tempat tersebut.
Mereka memutuskan untuk memilih duduk di area luar karena ingin menikmati suasana sore yang hangat. Setelah mereka memesan menu yang diinginkan, Gavriel izin untuk ke kamar mandi sebentar kepada Ilo.
Ketika mereka sampai di depan kamar mandi, ia segera menemui Juli, teman temannya dan juga teman teman Ilo untuk memberikannya kejutan.
“Udah siap?” Tanya Juli.
Gavriel menganggukan kepalanya dan berangkatlah mereka dari tempat persembunyian mereka untuk menghampiri meja yang sedang Ilo duduki.
Dikarenakan posisi duduk Ilo yang membelakangi pintu yang menghubungkan ruang dalam dan outdoor, mereka dapat leluasa untuk mengatur posisi mereka.
Ketika sudah berada di posisi mereka masing masing pada akhirnya Gavriel memanggil Ilo agar ia segera menengok ke belakang.
“Ilo sini hadap kebelakang”
Ilo yang mendapat perintah seperti itu lantas segerah menolehkan kepalanya ke belakang. Alangkah terkejutnya dia bahwa teman temannya sudah berada terlebih dahulu berada disini dibandingkan dengannya, terlebih pula dengan kehadiran Juli yang sedang memegang kue untuknya.
Ilo yang mendapat kejutan seperti ini, lantas membuat matanya berkaca kaca. Ia segera berdiri dan menghapiri mereka.
“Happy birthday Ilo”, Ucap Juli lembut
“Makasih banyak”, Jawab Ilo sambil mengusap air matanya.
“Jangan nangis dulu atuhh, mending kita make a wish dulu, anginnya kenceng euyy nanti mati lilinnya”, Ucap Aidan memberi saran.
Mereka semua akhirnya setuju, Ilo segea menangkupkan tangannya didepan dada untuk berdoa, begitu juga semua orang yang hadir disitu, mereka semua berdoa yang terbaik untuk ulang tahun Ilo.
Ketika mereka selesai berdoa, Ilo akhirnya meniup lilin yang berada di kuenya dan mendapatkan tepuk tangan meriah dari teman temannya.
Di tengah tengah keributan tersebut, Ilo mendegar namanya dipanggil dari belakang tubuhnya. Ia pun segera berbalik dan mendapati Gavriel sedang bersimpuh dengan sebuah buket yang berisikan buku buku yang Ilo mau dan dengan sebuah kotak cincin yang terbuka ditengahnya.
“Ilo, sorry for make you waiting this long, but-“ Gavriel menggantung kata katnya sebelum mengeluarkan kalimat berikutnya.
“Will you be my girlfriend?”
Setelah pengakuannya tersebut, lantas suasana disana mendadak ricuh dengan sorak sorakan dari teman temannya.
“Cie cieeee’
“Ayokkk di terima aja terimaaaa”, Ucap salah satu dari teman Ilo.
“So? Gimana? Kalo kamu terima silahkan terima bunga dan cincin ini, tapi kalo emang kamu belum siap, kamu boleh balikin cincinnya ke aku”, Ucap Gavriel dengan nada sedikit bergetar karena jujur ia sangat gugup saaat ini.
“Umm, maybe-“ Ilo menggantung kata katanya, yang membuat Gavriel semakin gugup.
“Maybe we can try it, Gav”
Gavriel yang mendengar hal tersebut langsung menyunggingkan senyumnya, karena ternyata perjuangannya selama ini tidak berakhir dengan sia sia.
“So it’s a yes?” Tanya Gavriel yang langsung dibalas dengan anggukan ringan oleh Ilo. Gavriel yang melihat hal tersebut langsung memeluk Ilo dengan erat karena ia sudah tidak tahan untuk memeluk wanita tersebut.
“Cie udah jadi ini, cieeee bisalah PJ PJ ke kita kitaa,” Ucap kedua sahabat Gavriel yang tidak lain tidak bukan adalah Aidan dengan Kael.
♛♛♛
Setelah kejadian tersebut, akhirnya teman teman Ilo makan direstoran tersebut yang nantinya akan dibayar oleh Gavriel sebagai tanda terima kasih karena telah membantunya menyukseskan acara ini,
Ilo dan Gavriel memutuskan untuk makan di meja paling ujung agar lebih leluasa untuk berbicara.
“Gav sebenernya aku udah penasaran akan hal ini dari awal aku notice kamu, sebenernya A di ujung nama kamu tuh kepanjangannya apa sih?”
“Ohh ituu”, Kemudian Gavriel bertatapan dengan Juli yang duduk tidak jauh dengannya dan berkata.
“Kasih tau nih?”
“Kasih tau aja, kan udah jadi”, Kata Juli menahan ketawanya.
“Jadi A dinama aku tuh, kepanjangan dari Agatha”
Ilo yang mendengar pengakuan tersebut, hanya bisa terbengong sambil memproses perkataan dari Gavriel tersebut.
“Hah, jadi kamu sama Juli saudaraan?”, Ucap Ilo tak percaya sambil meminta penjelasan dari Gavriel maupun dari Juli.
Keduanya hanya bisa terkekeh dan akhirnya Juli mengklarifikasi semuanya tentang bagaimana Gavriel tahu apa yang Ilo tidak suka, bahkan untuk kado ulang tahun yang Ilo terima tadi, semuanya berasal dari Gavriel.
Setelah panjang x lebar Juli menjelaskan akhirnya ia meminta jawaban dari Ilo.
“Gimana? Ngerti sekarang?”
“Jujur gue masih sangat spechless Gav, Jul…”