Multiverse of Urban Legends
Multiverse of Urban Legends
Erfin / XI AK 1
BAB I
Bola Api
Aku termenung melihat hal-hal yang biasa dari kamarku. Burung burung bernyanyi, suara Cicadidae yang nyaring, dan pemandangan desa yang indah. Aku mengerjakan tugas sekolah yang tak kunjung selesai. Aku keluar kamar dan menuruni tangga untuk mengambil sebuah sarapan yang sudah disiapkan. Libur musim panas ini baru dimulai.
Perkenalkan Aku adalah Uryae, dilahirkan di Siuming, tempat desa kecil yang nan indah. Aku dibesarkan oleh Kakek dan Nenek karena orang tuaku sedang bekerja di Ibeko. Setelah berumur 10 tahun, Aku menyadari ada yang tidak beres dengan lingkunganku. Kakek dan Nenek merasakan hal yang sama sehingga kami pergi dari desa tersebut. Sekarang aku tinggal di sebuah desa bernama Ululu. Membeli sebuah rumah tingkat dua yang sederhana.
Aku berpaling ke jendela seperti ada yang menyahut.
“Yae, Yae!“ kata seseorang memanggilku dengan keras.
Aku turun dan saat ingin meraih pintu, BRAKK!! Suara pintu didobrak oleh 3 orang temanku.
“Yae! kamu akan pergi lagi ?!“ kata Kely dengan nada tegas.
“Tidak, Aku hanya...” kataku.
“Baguslah kalau tidak pergi,“ kata Isac.
Aku mendapatkan 3 temanku secara tidak sengaja karena hal saling menolong sehingga kami menjadi akrab. Kely, seorang siswi sepantaranku yang bersekolah sama, Kely sangat pintar dalam kelasku. Dia sering mendapatkan juara internasional. Isac, temanku berumur hampir sama denganku, tetangga sebelah. Isac sering membantuku mengerjakan tugas walaupun sedikit membantu dalam mengerjakan tugas.
Terakhir Dewi, temanku yang memanggil tadi, dia berteman dengan Isac sehingga Aku bisa berteman dengannya. Dewi sangat ahli dalam hal mistis dan mempraktekkan ilmu ilmu gaib. Dewi tidak menggunakan keahlian untuk dendam. Dewi menggunakan keahliannya untuk kebaikan. Sementara itu, Kami berencana untuk berliburan ini.
“Ayo, kita pergi sekarang,” kata Kely
“Ayo!“ seru Kami.
Mereka tidak tahu kalau Aku mempunyai kisah cukup unik dan aneh setelah pindah dari desa.
Sesampainya di tempat liburan yang telah direncanakan, Aku sangat senang melepas beban yang kian meringan akibat 3 temanku. Aku merasakan hal aneh sangat ditengah-tengah senda gurau kami.
“Yae, Uryae!” teriak Isac. Sontak Aku kaget.
“Kamu kenapa kami memanggilmu beberapa kali?“ tanya heran Dewi
“Aku baik baik saja, hanya sedikit memikirkan keadaan orang tuaku,” kataku
Mereka mengerti dan melanjutkan lagi permainan yang sangat seru. Langit sudah berubah, Kami memutuskan untuk pulang. Sesampainya dirumah, Pintu yang awalnya ku kunci sudah terbuka. Suasana makin gelap, angin dingin mendesis pepohonan, Aku memberanikan diri untuk masuk. Aku melihat jejak-jejak kuku yang tergunting. Terus mengikuti sampai ke halaman belakang yang penuh pepohonan, Aku heran karena halaman belakang hanyalah rerumputan hijau.
Aku kembali menutup pintu belakang dengan cepat dan dikejutkan kakek dan nenek yang baru pulang.
“Nak kamu kenapa?“ tanya Nenek dengan sangat heran.
“Tidak apa-apa hanya sedikit olahraga tadi,“ kataku dengan kembang kempis sedikit cepat karena kaget.
“Ya sudah, Kamu sudah makan?“ tanya Nenek.
“Sudah kok Nek, Aku mau tidur dulu ya,“ kataku.
“Selamat Malam,” kata Kakek dan Nenek.
Aku menuju kamar dan membereskan buku buku berserakan yang ada di meja. Saat aku ingin tidur, aku teringat bahwa kakek dan nenek sudah meninggal. Tetapi Aku ingat ingat lagi kakek dan nenek Isac lah yang sudah meninggal. Aku segera tidur dan berharap bahwa kakek dan nenek berumur panjang.
BEEP!! BEEP!! Aku terbangun mendengar suara Handphone Ku berdering, Ternyata panggilan grup ketiga temannya.
Mereka telepon karena ingin bercerita indahnya malam ini dipenuhi bintang-bintang dan hujan meteor. Aku segera beranjak dan membuka tirai jendela, Aku melihat keindahan alam yang tak pernah ku lihat.
Jam menunjukkan pukul dua malam, aku segera tidur dan kulihat mereka sudah mematikan telepon. Saat ingin menutup tirai kulihat ada api hijau yang menuju gunung. Tetapi aku biarkan karena aku sangat mengantuk. Aku pun tertidur dengan lelap.
Keesokan harinya aku bangun seperti biasa mengerjakan tugas tugas, membereskan dan merapikan rumah. Kakek dan Nenek berangkat bekerja di ladang dan panti. Aku menyelesaikan tugasku sampai siang dan pergi ke tempat Isac. Aku memanggilnya dan Ia pun keluar. Aku mengajak Isac untuk mendaki gunung Evu. Aku pun mengajak Kely dan Dewi. Kami Semua sudah berkumpul ditempat yang telah ditentukan. Kami berencana untuk membuat dokumentasi menjaga kelestarian alam.
Kami mengumpulkan sampah sampah berserakan sambil bersenda gurau. Aku menemukan banyak sampah yang sangat asing karena banyak orang pesisir sungai datang kesini. Aku melihat sampah yang seperti bola, bentuknya hampir mirip seperti boal api hijau yang kulihat tadi malam. Ketiga temanku juga mendapatkannya. Kami berhitung dan totalnya ada 7.
Semua berbentuk berbeda beda, ada yang teksturnya keras, kering, basah, dan berlendir. Lalu Aku pun teringat yang kulihat semalam, ku ceritakanlah pada ketiga temanku. Dewi pun paham bahwa ini adalah Urban Legend dari desa ini.
Konon Bola ini berapi hijau dan mencari hewan hewan ternak bahkan jiwa jiwa tidak berdosa untuk menjadi kuat. Bola Api Hijau muncul pada abad 2 yang dipuja sebagai perlindungan, tetapi semua itu berakhir tragis. Pemuja-pemuja itu menjadi beku dan hancur berdebu. Tetapi, kalau bola api hijau ini sepertinya akan berevolusi dan akan menjadi sangat kuat. Dewi menyuruh kami untuk membawa lilin, panci, kertas hijau, air merah, dan batu kerikil sebelum tepat tengah malam.
Semua sibuk mencari bahan bahan yang disuruh Dewi. Aku tidak menyangka bahwa Dewi masih mempercayai Urban Legend yang sudah sangat lama. Tetapi, Aku tetap percaya bahwa yang kulihat bola api tersebut nyata. Aku membawa lilin dan kertas hijau, sedangkan yang lain kuserahkan pada Kely dan Isac. Kertas Hijau tersebut harus dibuat dari daun Rosbit.
Aku pun bingung bagaimana cara membuatnya dalam waktu singkat. Aku menelusuri rumahku untuk melihat apakah ada daun Rosbit. Tak lama, Aku mendengar suara seperti ketukan di belakang rumah. Aku langsung menghampiri pintu tersebut dan Angin kuat menerpa pintu yang kubuka itu. Kututup pintu dengan sekuat tenaga, setelah itu kertas hijau jatuh di atas kepalaku.
Aku menganalisis kertas tersebut yang ada lambang seperti pentagram bulat. Aku tidak peduli pada lambang tersebut yang kuyakin bahwa kertas ini terbuat dari daun Rosbit. Aku membawa kertas hijau dan lilin ke tempat Dewi berada.
Aku sampai ke tempat Dewi berada untuk melakukan pembasmian Bola Api Hijau tersebut. Dewi telah mempersiapkan hal hal yang diperlukan. Kulihat Kely dan Isac belum datang, padahal pembasmian ini sangatlah lama.
“Yae, kamu sudah membawa bahan bahannya?“ tanya Dewi sedikit tegas.
Aku menyerahkan bahan yang kubawa dan Dewi meletakkan bahan tersebut di sebuah mangkuk secara terpisah.
“Sekarang kamu harus membantu Kely dan Isac untuk mencari bahan bahan lainnya, terutama Air Merah,“ kata Dewi.
Aku dijelaskan bagaimana cara mendapatkan air merah oleh Dewi, dengan sigap aku segera mencari kedua temanku. Secara tidak sengaja saat menuruni gunung aku bertemu Kely. Kely sudah mendapatkan batu kerikil dengan jumlah yang banyak dan juga panci sebanyak 5. Aku menjelaskannya cara mendapatkan Air merah seperti Dewi bilang. Segera Kely menghampiri Dewi, sedangkan aku terus mencari keberadaan Isac.
Setelah sekian lama mencari, rumah Isac adalah satu satunya yang tidak kutelusuri. Kutemukan Isac di dalam rumah dalam keadaan tidur. Kubangunkan dia dan memarahinya karena Ia tidak membantu. Ternyata alasan Isac tidur karena Ia tidak percaya akan hal tersebut. Lalu ku jelaskan cara mendapatkan Air Merah.
Kuyakinkan Isac untuk mempercayai temannya, Tetapi Isac tetap tidak yakin. Aku menjelaskan yang kulihat semalam bahwa Bola Api Hijau tersebut nyata karena Ia terbang dengan lambat. Kuyakinkan Isac dengan sepenuh hati dan Isac pun mempercayainya.
Karena aku menjelaskan panjang lebar kepada Isac, kami pun akhirnya sampai di tempat Dewi dan Kely berada. Dewi bilang bahwa kita masih sempat untuk melakukan pembasmian ini. Pembasmian ini dilakukan, Dewi mengambil mangkuk mangkuk yang berisi bahan bahan untuk pembasmian.
Kami pun duduk berbentuk persegi, Lilin ditaruh berdiri di panci bersama bola api di tengah tengah lilin. Batu kerikil tersebut ditaruh ke panci dan Kertas Hijau menutupi panci tersebut. Kami mengambil tanah dan menaruhnya di atas kertas hijau dan kertas tersebut menjadi air merah. Lilin dinyalakan dan udara dingin menghembus kencang. Lilin perlahan mencair dengan cepat, air merah membeku, Semua tiba tiba terserap ke dalam Bola Api Hijau tersebut. Bola Api Hijau tersebut hancur dan berdebu kristal. Di lihatlah di panci terdapat lambang seperti di Kertas Hijau.
Pukul menunjukkan hampir tengah malam. Kami melakukan pembasmian hingga habis.
“Ini yang terakhir,“ kataku,
“Ayo lakukan sekarang,“ kata Dewi.
Kami menaruh tanah diatas kertas hijau dan angin panas menghembus, kami kesakitan karena seperti ada yang menyayat kulit. Angin tersebut reda dan Bola Api ini Membeku dan menghilang seperti asap. Semua panci digunakan tadi menghilang hanya sisa abu kristal.
BAB II
Kuku Panjang
Saat pembasmian tersebut selesai kami mengecek tubuh dan semua dalam keadaan normal. Kami memutuskan untuk pulang ke rumah karena setelah pembasmian kami merasa agak lelah. Aku pulang dan kulihat Kakek dan Nenek terlihat khawatir karena tadi ada angin kencang serta rumah sedikit berantakan. Aku menjelaskan apa yang terjadi.
Mereka percaya apa yang ku katakan dari angin kencang muncul dari belakang pintu dan pembasmian bola api hijau yang tadi kulakukan bersama temanku. Lalu, mereka menyuruhku untuk tidur saja dan tidak usah memikirkan apa yang sudah terjadi. Aku berjalan ke atas dengan sedikit bingung, kenapa mereka tidak kaget dan mereka percaya apa yang kukatakan.
Kulihat depan pintu kamarku ada sebuah kuku yang berserakan. Kubersihkan dengan sapu dan kuku itu ada lagi dan lagi. Aku ingat saat memasuki rumahku ada kuku yang menuju pintu belakang. Aku kumpulkan kuku tersebut dan membuangnya ke pintu belakang tersebut. Untungnya, Kakek dan Nenekku sudah tertidur. Aku membuka pintu tersebut, pintu terbuka dan kulihat langit merah serta lahan penuh kuku kuku manusia. Aku segera membuang kuku ini, menutup pintu dan berlari ke kamarku. Aku tidak bisa tidur, karena pintu belakang misterius tersebut.
Matahari terbit, aku tidak tertidur dan temanku sudah memanggil di bawah. Segeralah aku turun dan mereka menanyai ku.
“Kamu tidak tidur semalam,“ kata Isac.
“Memang Aku kelihatannya bagaimana?“ tanyaku pada ketiga temanku seperti kebingungan dan heran.
“Pucat, bermata panda, seperti tidak makan beberapa hari,“
“Seperti zombie dan...“
“Hampir mau mati karena kaget,“ kata ketiga temanku.
Aku jelaskan panjang lebar yang kulihat semalam.
“Bagaimana kalau kita telusuri pintu belakang?“ kata Kely.
Semua heran yang di pintu belakang tersebut sangatlah tidak masuk akal. Aku membolehkan saja karena Kakek dan Nenek akan mengunjungi suatu tempat yang sangat jauh. Kami menuju pintu belakang, membukakan pintu perlahan, dan mempersiapkan diri. Pintu terbuka dan hanyalah rerumputan hijau seperti biasa. Ketiga temanku kecewa dan menganggapku seorang pembohong.
“Tapi, memang ada lahan penuh kuku kuku manusia!“ kataku menegaskan agar mereka percaya.
“Memang kamu membuka ini pada jam berapa?“ tanya Dewi.
“Antara tengah malam atau jam 00.30,“ kataku
“Bukankah itu jam gaib?“ tanya Kely.
“Betul, jam sekitar itu dapat membuka pintu gerbang antara dunia Alam Korus dan Alam Gaib,“ kata Dewi.
Alam Korus adalah alam yang ditinggali oleh kami dipenuhi oleh kekayaan alam dan penuh dengan hutan. Kami tenteram pada dahulu sehingga disebut Alam Piase, sampai suatu kehadiran aneh karena salah satu orang bernama Orupous. Alam kami hampir hancur dibuatnya, seperti bencana Hujan Asam Darah, Abu Vulkanik, Kuku beterbangan sampai menembus kulit, dan Gempa bumi. Setelah bencana tersebut banyak memakan korban, sehingga populasi manusia semakin sedikit.
Orupous melawan dua orang yang tidak dikenal dan menyegel Orupous di suatu tempat sehingga tidak bisa ditemukan. Dua orang tersebut menghilang tanpa jejak. Alam Piase hancur dan mulai dikembang sedikit demi sedikit, karena peristiwa tak terlupakan tersebut orang orang sekitar menamai Alam ini Korus.
Dewi ingin melihat Alam Gaib tersebut dengan cara, Ia mengumpulkan alat semacam magis dan menemui ke rumah Uryae pada tengah malam. Teman-temannya pun ingin ikut juga, tetapi mereka harus lewat jendela kamar Uryae, karena Yae tidak ingin kakek dan neneknya bangun dari tidurnya. Mereka pun sepakat untuk mengikuti arahan Uryae. Pukul menunjukkan tengah malam, mereka sudah tiba di rumah Uryae.
Perlahan mereka memanjat satu per satu untuk ke kamarnya. Mereka mempersiapkan rencana dengan matang dan bersiap menuju pintu belakang.
Pukul sudah menunjukkan tengah malam, Dewi membuka pintu belakang dan langit merah kehitaman dengan sedikit gemuruh menerangi lahan penuh kuku manusia. Mereka terkejut dan menutup pintu lagi.
“Kenapa ditutup?“ Tanya heran Isac.
“Takut,“ Tersenyum malu kepada mereka.
“Sini aku aja,“ dengan sigap aku membuka pintu tersebut.
Kami perlahan berjalan ke Alam Gaib tersebut. Pintu tertutup perlahan dan kami terkejut karena tidak ada jalan keluar. Kuku tersebut seperti diambil paksa karena masi berdarah berdarah di ujung bawah kuku tersebut. Kuku yang kami lihat sangatlah tajam dan tipis. Karena ketipisan tersebut terkadang kami tersayat oleh kuku tersebut.
Tak lama kami melihat sebuah gubuk kecil yang terlihat terawat. Kami memasuki gubuk tersebut dan beristirahat sambil mengobati luka luka gores.
Kely melihat sebuah buku catatan tua melihat dan isi buku tersebut seperti mantra dan gambar gambar aneh. Dewi melihat Kely melihat lihat buku catatan tersebut.
“Kely, kenapa kamu bingung melihat catatan tersebut,” kata Dewi.
“Gambar kuku ini seperti yang kita lihat tadi,” sambil menunjukkan gambar tersebut ke Dewi.
“Aksara ini seperti huruf pada abad kuno,” kata Dewi
“Aku mungkin bisa membacanya,” kataku pada mereka.
Mereka memberi buku catatan kuno tersebut dan berisi
‘Dalam ketenangan pasti ada kehampaan dalam kesunyian ada keramaian. Aku melihat keluar anak anak bermain tetapi aku tidak bisa karena kau mempunyai tubuh aneh. Kuku panjang di tangan dan kaki tak heran aku dijauhi dan menganggapku monster kuku panjang.
Aku menikmati keseharian ku dengan keluarga tidak memperhatikanku. Saat malam hari warga menuduhku sebagai pembawa bencana dan Orang Tuaku setuju akan hal itu. Aku tak sengaja mendengar hal tersebut dari kamarku segeralah aku berlari menangis.
Aku menemukan gubuk ini dan menjadikannya sebagai rumah baru tetapi tubuhku mulai membiru dan sedikit merah. Aku tidak tahu kenapa. Aku berharap semua menjadi tenang dan..’
Kalimat tersebut tidak ada sambungannya dan terus membalikkan halaman hingga paling akhir. Aku terkejut dan terdiam beku. Mereka menghampiri ku dan lihat apa yang ada di buku.
‘SEMUA MATI’.
Buku tersebut menjadi abu hitam dan angin kuat meniup kami sehingga abu tersebut bercampur pada angin tersebut. Semua menghilang, aku tiba tiba ditempatkan di sebuah rumah mewah berdekorasi jaman dahulu. Aku melihat lukisan keluarga yang begitu besar dan ada seorang anak pucat seperti albino warna kulitnya.
Tiba tiba anak yang kulihat keluar dari kamar yang ditutup oleh banyak kunci dan segel kuno. Orang tua mereka memberikan hadiah berupa buku catatan dan Orang Tua tersebut tidak menyayangi anak tersebut. Lalu, kenapa kamar tersebut dipenuhi banyak kunci dan segel kuno.
Aku terbangun dan ketiga temanku memelukku tiba tiba. Mereka mengira aku sudah berpindah alam. Aku menjelaskan apa yang kulihat.
Lalu saat menjelaskan aku mendengar jejak kaki yang sedang menuju kemari, kami bersembunyi dan mereka adalah penyihir. Penyihir tersebut membawa sebuah buku mirip seperti yang kami lihat.
Kami mendengar perkataan penyihir tersebut bahwa ia akan memanfaatkan Anak dalam buku catatan tersebut. Karena kami mendengar hal tersebut sontak penyihir menyadari bahwa ada keberadaan kami.
Penyihir tersebut membaca mantra seperti ingin memanggil sesuatu yang jahat, tak ingin ada keberadaannya. Ternyata benar, penyihir tersebut mengendalikan anak tersebut menjadi berbadan besar berkuku panjang yang seperti benang. Gubuk tersebut hancur tiba tiba karena ledakan sesudah memunculkan mahluk jahat.
Dewi pun membacakan mantra dan memulai pertarungan. Dewi bilang karena penyihir tersebut masih menggunakan mantra kuno sehingga ia masih bisa melawannya. Dewi hanya memakai keris hitam dan menyerang makhluk tersebut. Sehingga kami melawan penyihir untuk membatalkan yang telah dipanggilnya.
Dewi menyerang sambil membacakan mantra untuk menetralkan makhluk tersebut dan penyihir kami membuat dia sibuk. Dewi tersayat karena kukunya yang sangat tidak terlihat. Penyihir tersebut memerintahkan makhluk tersebut untuk melindunginya. Dengan sigap Dewi memberikan mantra melumpuhkan kaki mahluk jahat tersebut.
Dewi berlari ke arah penyihir tersebut dan membaca mantra untuk mengirimkannya ke Alam Jahanam. Penyihir tersebut disinari oleh cahaya api dan menghilang menjadi abu.
Makhluk tersebut menyusut sehingga menjadi anak normal dan lahan kuku tersebut menghilang. Anak tersebut kebingungan, kami menjelaskan apa yang terjadi barusan. Ia berterimakasih karena sudah menyelamatkannya.
Anak tersebut bernama Aleni. Leni meminta tolong untuk menemukan boneka kesayangannya serta buku catatannya. Leni memberikan petunjuk bahwa ada rumah besar di ujung pohon Gunduk, disana terdapat jalan bebatuan dan di rumah besar tersebutlah buku catatannya. Kami segera ke tempat yang sudah dikasih tau oleh Leni. Kami menemukan rumah besar dan memasuki rumah besar tersebut. Setelah memasuki, Aku tersadar bahwa rumah ini mirip seperti gambaranku.
Aku menemukan ruangan dipenuhi kunci dan segel kuno. Kami segera menemukan buku catatannya di ruangan tersebut. Ruangan tersebut rapi dan tidak terjadi hal hal menakutkan, Alhasil kami menemukannya di atas meja.
BAB III
Boneka Hitam
Keempat remaja tersebut mengembalikan buku catatan tersebut. Aleni sebenarnya adalah anak yang dirasuki oleh roh jahat dan roh tersebut mendiami boneka yang disukainya. Kely, Uryae, Dewi, dan Isac ingin mengembalikkan boneka yang diinginkan oleh roh Aleni. Aleni menjelaskan bahwa boneka yang ia sukai terdapat di bukit dan goa lapindo. Keempat remaja ini melanjutkan perjalanannya untuk menolong roh Aleni yang tidak ingin kembali ke alam yang seharusnya.
Dewi merasakan bahwa ada yang tidak beres begitu juga pada Kely. Kely berdiskusi pada Dewi kalau harus bersama sama. Dewi setuju dan menyampaikannya pada Uryae dan Isac. Keempat remaja ini kelelahan akibat tempat tujuan mereka sangatlah jauh dari tempat gubuk. Mereka sempat istirahat sejenak sementara Dewi dan Kely mempersiapkan masalah yang akan datang. Kely belajar mantra kuno dari Dewi untuk melindungi dirinya dan melumpuhkan lawannya.
Suara gemuruh petir menemani mereka hingga sampai ke goa untuk menemukan boneka kesayangan Aleni.
Uryae dan Isac mencari bukit bertanduk di sebelah barat dan utara sementara Kely dan Dewi di sebelah timur dan selatan. Mereka sepakat untuk jika ada yang menemukannya langsung segera ke tempat mereka mulai berpencar. Di tengah perjalanan Uryae dan Isac diperlihatkan taman berbunga langit biru. Mereka berdua tidak percaya, Uryae dan Isac yakin ini adalah ilusi yang diciptakan oleh alam ini.
Tetapi mereka berdua salah, ilusi tersebut diciptakan oleh Aleni karena Aleni sudah dirasuki oleh roh penunggu di alam ini tidak lain Boneka yang dicari oleh keempat remaja ini. Uryae dan Isac tidak tahu harus apa karena mereka tidak memiliki apa apa untuk menangkal ilusi tersebut.
Dewi dan Kely tidak mendapatkan apa apa di sebelah timur dan selatan. Dewi dan Kely pergi ke tempat mereka sepakat untuk berkumpul.
Karena ketidakhadiran Uryae dan Isac Dewi dan Kely pergi ke Utara untuk mengecek dan disana ada bukit bertanduk. Dewi dan Kely menduga bahwa Uryae dan Isac masih di sisi barat.
Mereka berdua pergi untuk menghampiri mereka. Uryae dan Isac ternyata tidak ada juga di sisi barat. Dewi mulai membuka kekuatan batinnya untuk melihat keberadaan mereka. Keberadaan mereka tidak ada di Alam Gaib melainkan mereka terjebak di ilusi. Dewi menyuruh Kely untuk mengikuti mantra yang Dewi ucapkan. Mereka berdua berulang kali membacakan mantra, tetapi tetap saja tidak terbuka ilusinya.
Uryae dan Isac mendengar suara Dewi yang berbicara kepada Kely di dalam genangan air. Uryae berteriak tetapi, tidak terdengar mereka berdua tidak dapat kembali dan terjebak dalam ilusi selamanya. Uryae dan Isac mencium bau anyer. Isac tidak yakin bahwa ini bukan bau anyer, melainkan bau alam gaib. Mereka berdua menyusuri bau tersebut dan berhasil tiba di goa lapindo.
Mereka mencari boneka kesayangan Aleni, sayangnya hanya tertulis kertas,
‘KALIAN TERLAMBAT!’.
Mereka bergegas keluar dari goa tersebut dan turun dari bukit untuk bertemu dengan Dewi dan Kely.
Uryae dan Isac bertemu dengan Dewi dan Kely segeralah mereka menjelaskan apa yang terjadi dan Aleni mendengar percakapan mereka.
Keempat remaja ini segera keluar dari Alam ini sambil berlari dan melihat bahwa tidak ada yang mengikuti mereka dari belakang. Aleni membiarkan mereka karena Ia ingin tidak ada yang mengganggunya untuk persiapan. Keempat remaja ini ternyata dibuat terjebak oleh roh jahat boneka Aleni dan Aleni tidak peduli.
“Roh ini terlalu kuat aku tidak bisa melakukan sendiri,” kata Dewi.
“Kalau kita mengucapkan bersama sama bagaimana?” kata Uryae.
“Mungkin bisa,” kata Dewi.
Keempat remaja ini membacakan mantra untuk mematahkan mantra roh jahat boneka. Lalu, angin hitam mengganggu mereka di saat membacakan mantra.
Uryae berada di sebuah rumah mewah. Uryae melihat sosok anak kecil albino yang berulang tahun ke 10 dan melihat bahwa anak tersebut dihadiahi boneka hitam.
Uryae berpindah lagi di malam hari, Anak tersebut diseret oleh orang tuanya untuk keluar dari rumah karena keluarga tersebut terus menerus mendapat kesialan, tetapi anak tersebut tidak mau, akhirnya anak tersebut dibuang di hutan ini bersama boneka hitam.
Lokasi pun pindah ke sebuah keluarga anak itu, keluarga anak itu menerima terror dan meninggal. Di setiap tubuh keluarga itu terdapat boneka boneka hitam rusak. Anak tersebut ternyata telah diambil alih oleh boneka tersebut dan jiwa boneka tersebut berdiam di tubuh anak tersebut.
Anak tersebut sangat mirip dengan Aleni. Lalu tersadarlah Uryae yang sudah di rumahnya. Ketiga temannya senang Uryae telah siuman.
“Kenapa kita sudah kembali?” tanya Uryae.
“Tadi kamu pingsan saat angin hitam mengganggu kita, lalu kita sudah berada di rumahmu Uryae,” kata Kely.
“Kami memindahkannya ke tempat nyaman,” kata Dewi.
Keempat remaja tersebut pulang dan beristirahat karena saat ke Alam Gaib dunia Alam Korus terhenti bagi yang memasukinya. Tetapi, Uryae sangatlah tidak yakin bagaimana bisa kembali dengan mudah begitu saja. Hari telah berganti, Uryae mengerjakan tugas musim panasnya yang belum terselesaikan. Ketiga temannya mengajak Uryae untuk berkemah di Gunung Evu.
Uryae mengatakan bahwa ia harus mengerjakan pekerjaan rumahnya. Ketiga temannya pun bingung apa itu pekerjaan rumah. Namun, mereka tetap memaksa Uryae untuk berkemah dan Uryae setuju saja karena sedikit menghilangkan stress. Sesampainya mereka ke Gunung Evu, Uryae mendengar suara halus
“bangun, sadarlah”.
Uryae menanyakan pada ketiga temannya apakah mereka mendengar juga. Mereka bingung akibat sikap aneh Uryae.
Uryae pun tidak peduli dan Melanjutkan sampai ke puncak Gunung Evu. Saat di puncak gunung Evu, mereka mendirikan tenda dan bersiap untuk api unggun yang sudah disiapkan kayu bakar oleh Isac. Mereka bersenang senang, berbincang bincang sampai hari gelap.
Uryae mendengar lagi suara suara halus tetapi lebih kencang lagi. Tiba tiba, Ketiga temannya hilang dan munculah seorang yang mendekati Uryae dan orang tersebut mengatakan “Sadarlah Nak” dengan suara halusnya di telinga Uryae.
Uryae sadar dan dirinya terikat di sebuah rumah mewah bersama teman temannya. Ternyata, Mereka belum bebas dari Alam Gaib. Suara gemuruh menemani mereka yang tidak tahu bagaimana harus melepaskan diri. Tali tersebut mengandung sihir yang hanya bisa dipatahkan oleh Mantra Gelap. Dewi yang tidak mengerti Mantra Gelap. Namun Uryae dibisikkan oleh suara di kepalanya, Uryae mengucapkan yang dibisikkan.
Ketiga temannya terkejut karena mereka tiba tiba tali lepas. Dewi menyadari bahwa Uryae baru saja mengucapkan mantra gelap tersebut. Tetapi, Utyae tidak tahu. Dewi mengambil buku catatan kuno milik Aleni.
“Aku yakin pasti ada untuk melemahkannya,” kata Dewi.
“Bagaimana? dibakar? disegel?” tanya Isac.
“Disegel dengan energi manusia yaitu kau Isac,” kata Dewi.
Isac ketakutan tetapi kata Dewi, Ia memiliki banyak energi dan Isac pun mempersiapkan. Kely dan Uryae memancing Aleni untuk ke rumah mewah ini. Tetapi, Aleni sudah berada di rumah tersebut. Dewi dan Isac telah bersiap untuk menyegel buku tersebut.
Dewi dan Isac memulai menyegel buku catatan Aleni. Roh jahat tersebut merasakan berat dan tidak kuat untuk berdiri. Dewi dan Isac terus melanjutkan hingga tersegel sepenuhnya.
Aleni pingsan dan Keempat remaja berlari dari rumah tersebut hingga ke rumah Uryae. Mereka pun lolos dan selamat ke tempat Uryae.
“Anak anak bodoh kau tidak bisa melemahkanku dengan buku catatan ini,” ucap Aleni merendahkan anak anak dari rumahnya.
BAB IV
Laba Laba
Kami berempat lolos dari kejaran roh jahat. Tak lama kemudian kami istirahat ketiga temanku memintaku untuk istirahat di rumahku.
Tetapi aku bilang bahwa kamarku hanya 1. Mereka tetap memaksaku untuk bisa menginap dengan persetujuan Aku dan Isac tidur di luar sedangkan Kely dan Dewi tidur di kamarku. Mereka pun setuju dengan persyaratan yang kubuat.
“Aku bereskan dulu ya tempat tidurnya,” kataku
“Baiklah kami ingin makan dulu,” kata Kely.
Mereka mengambil hampir semua makanan yang ada di lemari ataupun di kulkas. Aku ke kamarku dan melihat ada sebuah telur putih besar di ranjangku. Tetapi saat ingin kupegang, pintu tertutup dan telur tersebut menghilang. Aku mungkin masih berhalusinasi karena sehabis dari Alam Gaib tadi. Aku segera membereskan tempat tidurku dan kutemukan sarang laba laba di bawah tidurku.
Sepertinya aku sudah membersihkannya, kata dalam hatiku.
Aku mengambil sapu di dekat pintu kamarku dan saat membersihkan sarang laba laba tersebut menghilang. Aku menganggap bahwa ini hanyalah halusinasi karena kelelahan. Aku melanjutkan merapikan kamar tidurku. Setelah selesai aku langsung turun dan ikut makan dengan teman temanku.
Setelah selesai makan, kami berbagi cerita yang seru untuk menghilangkan rasa takut dan tegang sehabis lolos dari Alam Gaib. Kami lanjut bercerita, sampai jam 3 malam kami pun tidur untuk melanjutkan aktivitas di esok hari. Aku bermimpi telur yang kulihat dan telur tersebut menjadi asap hitam, aku pun mengikuti asap tersebut.
Asap hitam tersebut melewati hutan biru dan pohon pohon diselimuti oleh benang benang sutra merah. Aku terus mengikuti asap tersebut sampai aku tiba di sebuah goa yang banyak benang sutra merah, seperti sarang laba laba. Saat ingin memasuki goa tersebut kakiku ditarik ke belakang hingga aku terjatuh.
Aku diseret sampai ke sebuah sungai dan kulihat sebuah laba laba bertaring panjang ingin memakanku. Aku kabur dan berusaha untuk bangun, tetapi tidak bisa. Saat berlari aku terjatuh akibat telur putih yang berserakan di tanah dan pohon.
Laba laba tersebut menangkapku dengan benang sutranya kemudian saat ingin digigit, aku terbangun dengan teman temanku memandangku dengan raut wajah cemas.
“Kamu kenapa Uryae?” tanya Dewi
“Kau mengagetkan saja, Kamu tiba tiba seperti kerasukan padahal masih tidur,” kata Isac.
Aku menjelaskan kepada teman temanku dengan sedikit tegang. Dewi tidak tahu ada legenda tentang laba laba. Mereka pun akan menyusuri hutan yang ku sebutkan. Kami pun sarapan yang sudah disiapkan oleh Dewi dan Kely. Dengan bahan seadanya mereka bisa membuat masakan yang enak tetapi,
“Itu dikulkas telur apa kok dilapisi benang sutra,” kata Kely.
“Aku tidak punya telur di kulkas,” kataku.
Mereka kebingungan. Saat dicek lagi telur tersebut tidak ada. Saat mereka hendak ingin pulang, Isac melihat ada telur putih di atap rumahku. Aku melihat atapku tetapi tidak ada. Mereka pun berpamitan.
Aku Pun membereskan rumah dan saat membereskan dapur aku melihat benang sutra putih. Kulihat atap langit langit ku banyak sarang laba laba. Aku mengambil sapu dan ingin kubersihkan.
Setelah semua dibersihkan aku kembali menyapu, mengepel, dan membersihkan peralatan yang berantakan. Hari telah senja, Aku mandi dan aku mengerjakan tugas yang belum aku selesaikan. Aku mengerjakan tugasku sampai malam.
Setelah selesai mengerjakan tugas, aku mengambil hp ku untuk menanyai kabar Kakek dan Nenek, Mereka baik baik saja dan ingin memberiku oleh oleh. Aku melihat berita di hp bahwa ada pembunuhan dalam 2 kali sehari namun anehnya, pembunuhan ini korban selalu terlilit oleh benang sutra merah sehingga darah korban terserap ke benang sutra tersebut.
Aku membagikan berita ini di grup teman temanku. Mereka menanggapinya berita ini dengan serius sehingga mereka ingin menyelidikinya.
Dewi pun menanggapi bahwa ini bukan pembunuhan melainkan tumbal untuk makhluk gaib. Kami pun menjadwal kapan akan menyelidiki. Setelah berdiskusi panjang akhirnya kami memutuskan untuk menyelidikinya besok pagi hari.
Lalu, aku bilang kepada Kakek dan Nenek untuk berhati hati saat keluar sendirian. Aku pun tidur untuk penyelidikan besok.
Saat di tengah Aku tidur, Suara dapur menjadi bising. Aku terbangun dan mengecek sumber suara yang ada di dapur. Saat hendak turun aku melihat benang sutra berserakan dan saat hendak ke dapur, suara bising tersebut berhenti.
Suara berpindah ke kamarku, tetapi suara tersebut bukanlah suara bising. Suara aneh seperti jejak kaki dan Aku memberanikan diri untuk ke kamarku.
Suara tersebut berhenti setelah menaiki tangga dan kamar tertutup. Aku membuka pintu kamar. Aku melihat tidak ada siapa pun. Aura di belakangku menjadi dingin dan saat melihat ke belakang, laba laba besar melihat aku. Aku terkejut dan langsung terbangun dari tidurku. Hari sudah berganti dan Aku bersiap untuk menyelidiki. Kely dan Dewi menemukan hutan biru yang telah ku jelaskan. Hutan tersebut berada di belakang Gunung Evu, dekat sungai.
Kami pergi ke gunung Evu dan melihat belakang Gunung Evu. Setelah sampai ke puncak, kami beristirahat. Setelah itu kami melihat di belakang gunung tersebut. Tetapi, tidak ada hutan yang berwarna biru. Kami melanjutkan perjalanan dan menyelidiki hutan yang ada di sekitar. Kami berpencar untuk memeriksa adakah keanehan dalam hutan di sekitar.
Saat berpencar, Aku pergi ke aliran sungai. Dalam perjalanan aku menemukan sayatan di pepohonan. Mungkin aku sudah dekat pada sungai. Aku menemukan sungai dan sungainya persis seperti yang aku mimpikan. Saat melihat ke arah sungai, aku ditarik oleh benang sutra merah ke dalam sungai.
Aku berusaha untuk berenang ke atas. Anehnya aku langsung ke Alam Gaib dan disana ada sebuah benang emas. Aku mengikuti benang emas tersebut.
Aku dikejutkan oleh suara teriakan monster. Suara tersebut seperti laba laba yang akan mengamuk. Aku berlari untuk bersembunyi dan benar sebuah laba laba besar sedang mengamuk. Laba laba tersebut menuju sebuah goa berlapis benang sutra emas. Aku tidak sengaja menginjak benang merah dan benang tersebut bergetar sehingga laba laba besar tersebut berhenti.
Aku ingin melarikan diri tetapi, benang merah ini seperti lem. Saat laba laba besar ingin menghampiriku, Aku memejamkan mata dan aku kembali ke alam ku sendiri. Aku memperhatikan sekitarku dan aku di sebuah goa besar.
Aku segera memberitahukan teman temanku untuk segera ke lokasiku berada. Saat semua sampai, mereka tidak menemukan apa apa kecuali Isac. Isac bilang dia menemukkan telur putih besar tetapi ada sehelai benang merah di atas telurnya.
“Nanti, kita cek ketempat Isac menemukkan telur, tetapi aku ingin menjelaskan kepada kalian,” kataku dan aku menjelaskan semua yang aku tau.
Setelah menjelaskan, Dewi bilang bahwa kemungkinan telur yang ditemukkan Isac ada hubungannya dengan laba laba yang mengamuk. Setelah itu, Kami pergi ke tempat Isac menemukkan telur tersebut.
Sesampainya di tempat keberadaan telur tersebut, Kami membawa telur tersebut ke sungai. Hari sudah mulai gelap, Hutan tiba tiba berubah menjadi biru. Kami telah menemukkan keberadaan Laba laba.
Selanjutnya, ingin menuntaskan misteri telur laba laba ini. Kami sampai di sungai dan menceburkan telur laba laba ini. Kami ditarik oleh benang merah dan berusaha berenang ke permukaan. Kami melihat benang emas dan mengikuti benang emas tersebut. Tak lupa dengan telur yang kami bawa. Dipertengahan jalan telur tersebut hilang menjadi asap hitam. Asap tersebut lama lama menjadi warna merah sehingga kami tidak bisa mengikutinya.
Saat asap tersebut menghilang kami telah tiba di sebuah goa diselimuti oleh benang emas. Kami masuk kedalam dan melihat perkumpulan laba laba besar yang seperti sedang rapat.
Kely mengerti bahasa yang digunakan. Bahasa tersebut adalah sansekerta kuno. Kely terkejut mendengar rapat para laba laba tersebut. Kely bilang yang mencuri telur putih harus dibunuh. Tak lama laba laba besar diatas kami mengikat kami dengan benang merah. Laba laba tersebut berbicara. Kely paham yang dimaksud oleh penjaga tersebut.
Laba laba tersebut membawa kami ke sarangnya.
“Kita gak di apa apain kan?” kata Isac sedikit ketakutan.
“Tenang kita hanya ditanya tanya dengan kata lain kita ditangkap dan diinterogasi,” kata Kely.
Setelah sampai ke sarang laba laba, Kami ditanya tentang telur putih. Kami menjelaskan yang kami tahu. Dengan perantara Kely masalah tersebut selesai. Kami dibebaskan dengan syarat membantu laba laba tadi untuk mencari telur.
“Kita harus mencarinya kemana, hutan ini luas,” kataku.
“Bukankah asap hitam itu seperti yang kita lihat,” kata Isac sambil menunjuk.
Kami melihat ke arah yang ditunjukkan oleh Isac. Kami langsung menuju asap hitam itu. Saat sampai Dewi menangkap asap hitam tersebut ke dalam botol. Saat sesudah menangkap asap hitam tersebut, sekelompok laba laba menuju kami. Kami diikat dan mengambil botol tersebut. Laba laba tersebut terlihat marah dan bingung.
“Kenapa kalian punya ini ?!” kata Tetua Laba laba yang mengerti bahasa kami.
“Kami menemukannya di Alam kami dan kami kira telur tersebut punya kalian,” kataku sedikit ketakutan
“Telur tersebut berwarna putih dan tiba tiba berubah jadi asap hitam,” kata Kely
Tiba tiba Angin hitam datang dari arah berlawanan. Aleni datang ke lokasi kami. Aleni menginginkan Asap tersebut. Tetapi laba laba tersebut tidak bisa memberikannya.
Laba laba tersebut dibuat membeku dan segera mengambil botol berisi asap tersebut.
“Selamat tinggal para makhluk rendahan,” kata Aleni dan tertawa setelah itu.
Laba laba tersebut lepas dari mantra Aleni dan menjelaskan bahwa asap tersebut adalah Makhluk Jahat yang pernah disegel oleh 2 orang. Makhluk tersebut bernama Orupous.
Kami kaget dan tidak tahu bencana apa yang akan dibuat. Kami bertanya bagaimana cara menyegel makhluk tersebut tetapi mereka tidak ada yang tahu. Mereka hanya disuruh menjaga telur tersebut agar tidak menjadi asap hitam.
BAB V
Bencana
Setelah itu mereka melepaskan kami dan menyuruh kami bersiap untuk melawan Makhluk terkuat yang telah mengganggu keseimbangan Alam Piase. Tetapi, laba laba tersebut tidak tahu bahwa Alam kami sudah berubah nama. Kami kembali ke Alam kami dan kembali ke rumah kami masing masing. Kakek dan Nenek sudah pulang dan Aku menanyakan seputar Alam Gaib.
“Kek, Nek apa kalian tau makhluk bernama Orupous?” tanyaku
“Kenapa kamu bertanya demikian?” kata Kakek
Aku menjelaskan semua yang aku lewati dimulai dari roh jahat boneka hingga asap hitam. Mereka tidak tampak bingung ataupun terkejut, melainkan mereka serius saat aku bercerita.
Setelah selesai bercerita, mereka menghela nafas. Mereka mengajakku ke pintu belakang dan kakek membacakan mantra yang beda dari Dewi. Pintu belakang terbuka perlahan dengan muncul asap merah dari pintu tersebut.
Kakek dan Nenek ku mengajakku untuk masuk ke pintu tersebut. Saat aku memasuki pintu, ruangan mewah muncul di hadapanku. Mereka menyuruhku untuk duduk dan bercerita tentang masa lalu pada saat Alam Piase dihancurkan.
“Jadi, Nak Yue sudah tau tentang alam gaib dan masa lalu alam piase,” kata Kakek
Kakek dan Nenek bercerita bergiliran saat dimana Alam Piase masih baik baik saja. Mereka bilang bahwa Ayah dan Ibu aku adalah penyelamat alam piase, namun bayarannya adalah jiwa mereka harus terkurung karena harus menyegel Orupous.
Oleh sebab itu kakek dan nenek ku mempelajari mantra gelap untuk memusnahkan Orupous. Ada tanda tanda bahwa Orupous mulai bangkit maupun dilepaskan. Tetapi mereka lupa karena itu sudah lama.
“Kenapa kalian bohong bahwa orangtua ku disegel bukan bekerja ?!” kataku memotong cerita.
Mereka meminta maaf karena tidak sanggup untuk memberitahunya.
“Terus, kenapa kita pindah ke desa Ululu?” tanyaku
“Karena, desa Siuming telah menjadi tempat perantara Alam Gaib dan Alam Korus, sehingga kami harus memindahkannya ke tempat aman lalu menutup perantara tersebut,” kata Nenek
Mereka mengeluarkan sebuah buku tebal yang di sana terdapat sejarah Alam Piase dan Mantra mantra gelap. Buku tersebut harus dipahami dan bisa menjadi senjata untuk perlawanan menghadapi Orupous.
Karena kakek dan nenek sudah sedikit energinya, maka mereka harus mengungsi ketempat yang aman. Mereka mengemas barang barang dan memberitahuku bahwa pintu belakang tersebut merupakan perantara Alam Gaib dan Alam Korus. Pintu tersebut bisa digunakan untuk perlindungan ataupun senjata tambahan.
Saat ingin berpamitan, aku bertanya bahwa apakah buku ini boleh dibagikan dan dipelajari oleh teman temanku. Mereka hanya mengangguk. Setelah mereka pergi aku menelpon temanku bahwa aku punya buku istimewa.
Isac adalah yang pertama, karena dekat rumah. Kely dan Dewi datang tepat waktu. Saat semua berkumpul aku memperlihatkan buku tebal tersebut. Mereka semua terkejut melihat buku tersebut, tetapi hanya Dewi yang terlihat ketakutan.
“Kamu kenapa Dewi?” tanyaku
“Bukankah buku ini terdapat mantra gelap dan kutukan jika disalahgunakan?” kata Dewi
“Iya, buku ini terdapat mantra gelap kalau tentang kutukan aku tidak tau,” kataku
Saat Aku membuka buku, sebuah gumpalan asap abu abu muncul. Aku dan temanku terdapat di sebuah gunung Evu namun pemandangannya sangat indah dan lokasi pun tiba tiba berpindah ke sebuah desa yang sangat indah.
Lalu kami mendengar gemuruh dari arah hutan. Lokasi pun berpindah ke sebuah seperti lapangan luas yang dipenuhi oleh bebatuan di pinggir lapangan tersebut. Disana terdapat makhluk bermata api dan berbentuk manusia namun berwujud asap hitam pekat dengan jubah yang berloreng emas, merah dan hitam.
Makhluk tersebut ternyata ingin memunculkan pasukan dari Alam Gaib dan Alam Jahanam. Langit berubah menjadi merah beserta awannya menjadi suara gemuruh.
Lokasi Berpindah ke sebuah desa dengan permukiman banyak dan semua dibantai. Banyak bayangan hitam di tubuh maupun kuku seperti pedang masih menancap di tubuh. Setelah pembantai tiba tiba hujan yang bersifat asam.
Setelah asam hujan tersebut, tiba tiba ada 2 orang yang menghadapi pasukan pasukan makhluk tersebut. Setelah semua pasukan dikalahkan, Makhluk tersebut muncul dan membuat pertarungan yang hebat hingga gempa bumi. Mereka saling menyerang seperti saling membacakan mantra dan melakukan pertarungan fisik. Tiba tiba sebuah ledakan besar terjadi di gunung. Mereka melanjutkan pertarungan tersebut sehingga 2 orang tersebut membuat ritual untuk menyegel karena terlalu kuat. 1 orang tersebut menahan serangan dari makhluk tersebut.
Setelah ritual selesai mereka menghadapi resiko, yaitu jiwa mereka tersegel di Ritual tersebut. Akhirnya mereka membacakan mantra bersama sama sehingga makhluk tersebut melemah dan tiba tiba berubah menjadi asap hitam dan menjadi telur. 2 orang tersebut pingsan dan berwujud menjadi tanah.
Aku kembali ke alamku bersama teman temanku.
“Akankah kita melawan Makhluk tersebut. Kalau iya bagaimana caranya,” tanya Kely
“Kata kakekku kita bisa menggunakan mantra gelap ini untuk mengalahkannya,” kataku
Kami mempelajari mantra mantra gelap dan mempraktekannya di luar ruangan. Mantra ini lebih sulit daripada yang biasa mantra Dewi bacakan. Kami terus mencoba mantra tersebut sampai berhasil. Waktu terus berlalu, kami hampir putus asa. Mantra ini benar benar tidak bisa di praktekan.
“Yue, kamu tidak bisa juga ? Tetapi saat melepaskan tali di rumah mewah itu, kamu bisa,” kata Dewi.
“Aku juga tidak tahu, Aku dibisikkan dan aku mengucapkan yang dibisikkan,” kataku
Hari sudah gelap, kami berpulang dan beristirahat. Aku masih penasaran kenapa aku bisa saat di rumah itu. Aku tidak lama tertidur dan tiba tiba ada suara ketukkan pintu. Aku segera turun dan membukakan pintu. Tetapi tidak ada siapa siapa, dibawah terlihat seperti paket yang dibungkus oleh Pucuk Emas.
Aku tidak bisa membukanya walaupun sudah pakai gunting, cutter, dan benda tajam lainnya. Aku pun tidak peduli lagi dan kembali ke kamar untuk istirahat.
Saat membuka pintu kamarku, Aku berada di sebuah ruangan yang gelap dan tiba tiba suara guntur yang sangat keras hingga membuat ku terkejut. Ruangan tersebut menjadi terang dan berada di sebuah ruang keluarga dengan perapian yang menyala.
“Kemarilah Nak,” kata seseorang di sofa.
Mendengar hal tersebut membuatku menoleh ke sumber suara tersebut. Ternyata orang tersebut perempuan muda yang terlihat seperti umurku.
“Aku adalah Ibumu yang terjebak di sebuah tempat,” kata orang tersebut.
Tiba tiba Ia menyerahkan sebuah jimat berbentuk gelang. Gelang tersebut sangat indah terdiri dari daun rosbit yang muda, kerikil chyrus, dan sebuah taburan emas. Aku masih tidak percaya bahwa Ia adalah Ibuku.
“Jika tidak percaya, tidak apa apa. Tetapi Ibu yakin kamu pasti bisa mengalahkan Orupous,” katanya.
Ruangan tersebut tiba tiba menghilang dan aku berada di sebuah hutan biru. Aku segera berlari ke rumahku. Tetapi aku kembali ke tempat semula. Seseorang memanggilku dengan keras tetapi suara tersebut samar – samar. Lalu ada yang berteriak di telingaku.
“SELAMATKAN KAMI!”
Aku terbangun dan berkeringat. Hari sudah pagi, tetapi ada gelang yang diberikan oleh seseorang mengaku ibuku. Aku membereskan rumah dan mempersiapkan diri untuk melakukan pelatihan mantra gelap tersebut. Saat sedang membersihkan paket tersebut mengilang. Aku pun tidak peduli dan segera untuk berlatih.
Aku menentukan tempat berkumpul untuk berlatih. Mereka telah sampai sekitar 10 menit setelah aku beritahu tempat berkumpulnya. Kami berlatih dan tetap tidak bisa.
Lalu, aku teringat gelang yang diberikan ibuku.
“Apakah gelang itu sama sepertiku?” tanya Dewi.
Semua melihat gelang yang kupakai. Aku pun menjelaskan kisah yang semalam terjadi. Mereka terlihat sangat serius ketika aku bilang bahwa ada paket terbungkus pucuk emas. Setelah selesai bercerita, mereka juga mengalami hal yang sama. Ada sebuah paket yang terbungkus pucuk emas, namun tidak bisa dibuka dan menghilang di pagi hari. Tiba tiba ada suara di sebuah semak semak. Kami pun pergi melihatnya dan disana ada sebuah benda yaitu benda yang terbungkus pucuk emas.
Kami pun mengambilnya benda tersebut memberontak saat ingin diambil. Benda tersebut meledak dan muncul 3 gelang yang sama dipakai olehku.
“Mungkin ini sumber untuk bisa melakukan mantra gelap,” kata Dewi.
Mereka pun mengambil dan memakai gelang tersebut. Kami pun berlatih lagi agar bisa menguasai mantra gelap untuk mengalahkan Orupous. Aku berhasil menguasai sebagian mantra gelap, sedangkan teman temanku masih berusaha. Hari terus berlanjut dan kami pun menanggung resiko dari mantra gelap, yaitu diteror oleh para dedemit.
Biasanya aku terkena tindihan ataupun terjebak dalam mimpi hingga aku bangun di sore hari. Kami hampir menyerah untuk menguasai mantra ini. Dewi pun yang pernah melawan dan melihat para roh jahat, ia juga mau menyerah.
Disaat keputusasaan kami, aku didatangi oleh seseorang yang mengaku ibuku. Ia menghampiriku dengan cepat dengan muka yang pucat dan berantakan.
“Cepatlah kuasai mantra gelap, sebentar lagi bencana akan datang,” katanya sambil menyerahkan sebuah pil hitam ke tangan ku dan ia menghilang begitu saja.
Aku pun langsung terbangun dan ditanganku terdapat pil hitam berjumlah 4. Hari pun sudah pagi, aku mengajak temanku berkumpul di rumahku dengan alasan untuk berlatih. Setelah semua berkumpul aku memberikan pil hitam tersebut dan aku bercerita yang terjadi padaku.
Karena hal tersebut aku menjadi yakin bahwa seseorang yang memberi pil ini adalah ibuku. Kami pun meminum pil hitam dan setelah itu, kami muncul di sebuah kastil yang cukup tua. Tiba tiba ada seorang perempuan dan laki laki yang berjalan menuju takhta.
“Kalian sepertinya kesulitan untuk menguasai mantra gelap. Apa karena para dedemit yang mengganggu kalian?” tanya perempuan tersebut.
“Kami akan mengatasi hal tersebut karena kami adalah salah satu pelindung dari ibumu,” kata laki laki sambil menunjuk ke arahku.
“Kembalilah,” kata mereka berdua.
Kami pun kembali, tetapi kami berada di puncak gunung evu. Kami pun melihat sebuah guntur berawan merah.
“Sepertinya ritualnya sudah dimulai,” kata Dewi
“Apakah kita harus kesana?” tanya Isac
“Ayolah kita pun belum bisa menguasai mantra gelap tersebut!” kata Kely dengan nada tegas dan marah
Aku pun meyakinkan bahwa kita pasti bisa mengalahkan Orupous. Dengan tekad dan keyakinan yang tinggi,
kami pun langsung menuju awan merah tersebut. Cuaca yang cerah menjadi gelap, awan berawan merah dan sedikit hitam menutupi matahari. Kami tiba di sebuah lapangan luas di sana ada sebuah altar buatan untuk membangkitkan Orupous. Saat hendak ke altar, kami ditarik oleh bayangan hitam. Ternyata Aleni sudah keluar dari Alam Gaib.
“Anak anak bodoh, kalian tidak bisa mengacaukan hari kebangkitan guruku,” kata Aleni.
Kami dihempaskan ke bawah dan diikat. Aleni mempersiapkan semua dan memulai ritualnya. Kami pun mencoba mantra gelap untuk melepas tali bayangan hitam ini. Saat terlepas, kami ingin membatalkan ritual tersebut.
“Terlambat,” kata Aleni dengan nada sombong.
Dentuman keras dari atas ke bawah hingga kami terhempas. Orupous telah berhasil dibangkitkan.
“Selamat datang guru,” kata Aleni.
Orupous membukakan gerbang alam gaib di seluruh kota ini dan tiba tiba kami ditolong oleh sekelompok laba laba.
“Kami turut membantu, kalian fokus mengurus Orupous,” kata tetua sekelompok laba laba.
Kami pun melawan dengan mantra gelap. Tak disangka, Orupous sangatlah cepat. Ia menidurkan semua temanku dan tersisa aku melawan Orupous. Saat tengah melawan Orupous, Aleni menyerang dari belakang dan Orupous menidurkanku.
Disana aku dijebak oleh ketakutan ketakutan yang dialami oleh diri ku. Aku terus mencari jalan keluar, tetapi semua berulang ulang ketempat awal.
Aku pun putus asa dan aku telah berada di sebuah ruangan yang biasa didatangi oleh ibuku. Tetapi disofa ada Ibuku dan Ayahku.
“Tenang nak, kami berada di sisimu,” kata Ayah
“Ingatlah, gunakan dengan seluruh tenaga dan kami akan terbebaskan,” kata Ibu
Aku pun langsung terbangun dan tenagaku pulih. Aku pun langsung melihat keadaan dan menyusun strategi. Aleni yang menyadari auraku sudah ada, langsung menyerangku. Orupous menyerahkan kepada muridnya dan Orupuous menghilang. Kami pun bertarung sengit dengan beradu mantra. Saat dia lengah aku langsung menyegel. Ia tersegel dan menjadi boneka hitam.
Selanjutnya, aku membangunkan teman temanku yang masih terpengaruh mantra Orupous. Tak lama temanku langsung bangun. Mereka pun bertenaga penuh akibat mantraku.
“Kita harus menyusun strategi,” kataku
Kami berdiskusi cukup panjang, tak terasa ada yang mengintai kami. Akhirnya Dewi membuat ruang hampa yang hanya bisa dilihat dan didengar yang ada di ruangan tersebut. Setelah itu kami pun selesai bersepakat menyusun strategi. Saat ruangan terbuka, dedemit muncul di depan dan kami pun langsung menyerang hingga kami bisa ke tempat Orupous berada.
Setelah kami berada di tempat Orupous, strategi penyerangan pun langsung dimulai. Dewi dan Kely menyerang Orupous dengan bergantian dan berlawanan arah. Sehingga Isac dengan kekuatan energi manusianya dan mantra gelap, Ia membuat kelumpuhan terhadap Orupous. Namun, Orupous berhasil mengelak sehingga membuat strategi kacau. Kami pun tidak menyerah, aku menyiapkan segel dari batu yang kecil sehingga mudah untuk terkubur.
Setelah persiapan selesai, aku pun menyegel Orupous. Kami terus menyerangnya sehingga berhasil tersegel. Dengan kekuatan penuh, kami berhasil menyegel Orupous.
Aku pun tiba tiba kelelahan begitu juga temanku. Kami terjatuh ke tanah dan kami tiba di sebuah ruangan sofa dengan perapian.
“Terima kasih, kalian telah menyegel teman masa kecil kami,” kata Ayah.
“Kami akan bebas jika kalian bisa mengungkap misteri di alam gaib,” kata Ibu.
“Pecahkanlah misteri itu dan kembalilah dengan selamat,” kata mereka berdua sambil melambaikan tangan.
Kami pun kembali dan ditanganku ada sebuah batu kecil yang sudah pecah. Gerbang gaib tidak tertutup dan guntur makin kuat yang menandakan bahwa sebentar lagi gerbang gaib dengan gerbang korus akan bersatu. Kami pun segera menutup gerbang gaib yang ada di sekitar.
Dengan cepat kami menutup gerbang gaib dan setelah kami menutup gerbang gaib keadaan mulai seperti semula. Para dedemit menghilang dalam sekejap.
Tetapi ada gerbang yang sulit untuk ditutup. Tetua laba laba bilang bahwa gerbang tersebut bukanlah dari alam gaib. Kami pun memeriksa ada apakah di dalam gerbang tersebut. Saat kami memasuki, kami kembali berada di sebuah kastil tua.
“Tugas kami sudah selesai, selamat atas pencapaianmu,” kata perempuan tersebut.
Kami diberi sebuah hadiah, yaitu kalung yang berisikan air dari pegunungan yang murni. Mereka mengatakan bahwa kalung ini bisa menjaga kami saat diganggu roh jahat. Lalu, kami kembali ke tempat dimana memasuki gerbang yang sulit untuk ditutup. Kami akhirnya beristirahat dengan tenang namun, boneka hitam tersebut menghilang. Kami pulang dan segera beristirahat. Saat di rumah, kami masing masing mendapatkan boneka hitam. Apakah Aleni belum tersegel ?
TAMAT