Siblings
Siblings
Nur Haliza / XI AK 1
Prolog
“Gk usah hubungin gw lagi,gw udah gk peduli mau lo hidup bahkan kalau lo mati sekalipun.” Xavier berkata dengan enteng tanpa tau aku sudah meneteskan air mata mendengar perkataanya.Lalu Xavier mematikan telfon secara sepihak.
“Andai aku mau mendengarkan lebih banyak kata yang Xaviera ucapkan waktu itu,mungkin semua ini tidak akan pernah terjadi.Andai aku tidak mengatakan kata-kata kasar itu padanya,mungkin ia tidak akan menghilang seperti ini,” Ucapnya dalam hati.
Mereka berharap rembulan mereka segera kembali.
Ujian Sekolah
HARISON INTERNASIONAL HIGH SCHOOL,salah satu sekolah elit tempat berkumpulnya anak-anak konglomerat,sekolah ini sedang mengadakan ujian akhir.
Diruangan dengan tulisan 10 science 1,dimana itu adalah kelasku Xaviera Nerissa.Berbeda dengan murid lainnya kalau murid lainnya tengah sibuk mengisi lembar jawaban dan berfikir aku malah ngisi lembar jawaban dengan gambaran imajinasiku.
Jam nunjukin waktu ujian hampir selesai siswa yang duduknya tepat didepanku ngasih kode ke Gavin,seketika Gavin tau apa maksudnya itu,lalu ia mengalihkan perhatian pengawas, diwaktu yang bersamaan lembar jawaban orang yang didepanku dia kasih ke aku.
Orang itu Xavier Elvino kakak kembarku.
Aku hanya cukup menuliskan namaku dilembar jawaban itu dan seketika aku selesai mengisi semua jawaban.
“Ra,enak ya jadi lu gk perlu mikir tapi soal keisi semua,” kata Alice merasa iri.Aku hanya tersenyum angkuh menanggapi ucapan Alice.
Aku,Xavier,Alice,dan Gavin kita semua sedang menuju kevilla untuk mendapatkan pelajaran tambahan dari guru yang udah disewa sama orang tua kita.
Sesampainya kita divilla tidak lama juga guru itu sampai.Alexa itu namanya umurnya gk beda jauh sama kita karena dia mahasiswa.
Kita semua mendengarkan apa yang sedang dijelaskan, tetapi hanya Xavier dan Alice yang menanggapi dengan baik.
”Sekarang kalian catat rumus yang sudah ditulis didepan,” tetapi lagi-lagi hanya Alice dan Xavier yang mendengarkan perintahnya.
”Kenapa kalian tidak mencatat,” tegurnya kepada aku dan Gavin.
“Bu,gimana kalo ibu pulang aja kita gk akan bilang kalo jamnya selesai lebih awal.”
“Saya tidak mau,saya dibayar disini dan saya akan melakukan tugas saya dengan benar.”
“Ya udah kalo gitu saya yang akan keluar dari sini,” saat aku ingin keluar aku dicegah sama Alexa.
”Tunggu,kamu tidak bisa meninggalkan kelas.”
Aku ngerasa kesal sama guru itu “Gk usah banyak omong,lo disini dibayar untuk ngajar bukan ngatur.”
”Kalian gk ada yang ikut gw,” lalu Xavier membereskan alat tulisnya tentunya ia akan ikut.Gavin pun sama ia ikut keluar dia juga sudah merasa bosan.Tapi Alice dia tetep ada diruangan itu.
****
Saat dirumah kita lagi makan malem sama-sama.”Dimakan ya sayang,” ucap mama ngasih lauk ke aku dan Xavier.
“Ujian kalian gimana hari ini,kalian mengisi jawaban dengan benarkan?”
“Pa-“ baru aja gw mau ngomong udah dipotong aja sama Xavier.
“Kita ngerjain dengan baik papa tenang aja.”
“Bagus.”
“Xaviera,kamu harus bisa lebih dari Vania,kalahkan dia jika bisa kamu dan Xavier harus berada diposisi yang teratas.”
“Papa tenang aja aku sama Xavier pasti ada diposisi yang papa inginkan,” Vania Diandra sepupu gw sama Xavier anaknya om Marquez kakaknya papa.
Dari dulu papa paling gk suka kalo dikalahin sama om Marquez,makanya papa selalu menekankan pada aku dan Xavier untuk harus melebihi Vania.
“Kita lanjut makannya ya.”
Selesai makan malam dikamar aku dan Xavier.”Ra,lu yakin mau nurutin perkataan papa?”
“Kenapa lu gk percaya gw bisa ngalahin Vania dan buat papa dapetin apa yang dia mau selama ini.”
“Gw juga bisa ada diposisi yang teratas kaya elo.”
“Gw selalu percaya sama lu,Ra.”
“Oh iya Ra lu kepilih untuk lomba lagi?”
“Iya,dan pasangan gw lo.Besok kita latihan untuk lomba.”
Aku sama Xavier ikut Club Ice Skating dari kecil.Aku suka banget sama Ice Skating,kalo Xavier dia cuman ngikutin aku aja katanya biar sama-sama terus tapi karena dia pintar akhirnya dia bisa menguasai permainan Ice Skating dan selalu jadi pasanganku saat lomba.
***
Aku sama Xavier lagi siap-siap mau kesekolah diantar oleh supir.
“Belajar yang bener ya sayang,semoga hari ini menyenangkan untuk kalian,” ucapan kasih sayang itu terlontar dari mama untuk kita berdua,mama memang orang yang lembut.
Dijam istirahat aku ketemu sama Vania.”Wah anak emas lagi belajar mau banggain mama papanya dengan nilai yang bagus?”
“Tapi jangan berharap lo bisa kalahin gw ataupun Xavier,karna gw dan Xavier yang akan ada paling atas nanti.”
“Gw heran sama lo kenapa lo merasa percaya diri banget kalo lo bisa dapetin nilai yang sempurna nanti.”
“Lo lupa sebelum-sebelumnya siapa yang peringkat pertama.”
“Ya tapi itu belum menjamin lo bakal bisa ada diposisi itu lagi tahun ini.”
“Kenapa lo gk percaya lo takut gk bisa kalahin gw sama Xavier lagi tahun ini.”
Vania kesal dengan ucapan yang aku lontarkan untuk dia .
“Jangan merasa menang dulu kita liat aja siapa yang bakal teratas nanti namanya.”
“Good luck semoga usaha lo kali ini gagal seperti tahun lalu.”
Saat pulang sekolah Xavier dan aku menuju ke tempat Ice Skating untuk latihan.Setelah sampai kita langsung ganti baju sekolah dengan baju Ice Skating.Kita ngelakuin pemanasan sebelum latihan.
Aku dengan lihai menari diatas es bersama dengan Xavier,aku berputar diudara lalu ditangkap oleh Xavier dan kita terus berlatih sampai selesai.
“Latihan hari ini cukup kalian sudah sangat baik,jaga kesehatan sampai lomba tiba,” ujar pelatih mereka.
Keangkuhan
Ujian sudah berakhir kemarin, kita semua tinggal nunggu hasilnya hari ini.
Saat gw baru memasuki kantin gw ngeliat ada Bianca “Eh…ada anak buangan sedirian aja,oh iya gw lupa lo kan emang gk punya temen,” semua murid tertawa mendengarnya
“Kenapa berhenti makannya lanjut aja kali gw juga gk mau minta makanan punya lo.”
“Xaviera?”Panggil Xavier dia baru saja masuk kekantin bersama Gavin.
“Kenapa?”
“Lo ngapain?”
“Gw cuman ngobrol doang kok sama nih anak.” kataku sambil nunjuk kearah Bianca.
“Ngapain lo dari tadi ngeliatin Xavier mulu masih suka lo sama dia.” iya,Bianca emang suka sama Xavier aku tau dari anak-anak yang lain tapi aku gk percaya kalo dia berani terang-terangan natap Xavier langsung disaat ada aku disini.
“Emang kenapa?Emang salah ya kalo aku suka sama Xavier?”
“Eh anak buangan Xavier itu cuman punya Xaviera jadi lo jangan coba-coba buat deketin Xavier tanpa ijin dari Xaviera,” itu Gavin yang menjawab.
“Masih bisa denger kan,jadi jangan macem-macem.”
Gw nyampurin minuman kemakanannya sambil tersenyum jahat lalu mengaduknya menjadi satu “Diabisin ya jangan dibuang.”
Murid-murid yang ada dikantin semuanya ketawa merhatiin gw sama Bianca dari tadi.Lalu gw sama yang lain keluar dari kantin.
“Kenapa lo nyariin gw?”
“Hasil ujiannya udah keluar di mading.”
Aku yang denger hal itu langsung pergi menuju mading.
Saat sampai didepan mading aku ngeliat ada Viana disana,dia keliatan gelisah.
Aku melihat kearah mading dan seketika aku tau apa yang buat dia gelisah.
Aku natap dia dengan senyum kemenangan“I win dan lo kalah.” ya aku menang dari dia karena dia ada di peringkat kedua dan aku sama Xavier ada di peringkat pertama.
Disekolahku disaat ujian telah berakhir pasti hasil ujian akan diberitahukan keseluruh murid dengan cara ditempelkan dimading sekolah.
“Akhirnya kita tau siapa yang lebih pantes buat dapetin apa yang lagi direbutin sama om Marquez dan papa gw.” Aku melipat kedua tanganku didada sambal memandang remeh Viana.
“Lo jangan merasa menang dulu ini bukan akhirnya masih ada ujian berikutnya dan ujian kelulusan,dan gw pastiin gw bakal ngalahin lo.”
“Gk akan gw biarin hal itu terjadi.”
Disisi lain:
“Halo… pah aku sama Xavier bisa dapetin posisi yang papa harapin,dan tentunya Vania kalah dari aku.”
“Bagus kalian memang anak-anak papa yang pintar,” Marquel memandang Marquez dengan sombong karena dia meresa menang lagi dari kakaknya itu.
“Papa tutup dulu telponnya kalian bersenang-senanglah atas keberhasilan kalian kali ini,” sambungan telponpun terputus.
“Bagaimana, papa percayakan sama aku sekarang kalau Xaviera layak mendapatkan rumah sakit itu?”
“Nilai-nilai akademiknya sudah cukup untuk membuktikan kepapa bahwa rumah sakit itu layak jatuh ketangan kelurgaku,”Marquel tetap kekeh membuat rumah sakit milik papanya itu jatuh ketangannya dengan cara memanfaatkan Xaviera.
“Bahkan putriku mampu mengalahkan anaknya Marquez untuk kesekian kalinya.”
“kenapa kamu sangat ingin mendapatkan rumah sakit itu,bahkan kau sudah mempunyai persuhan yang sukses,Marquel,” akhirnya tuan Pradipta angkat bicara.
“Aku hanya ingin masa depan yang bagus untuk putriku.”
“Untuk masa depan putrimu atau untuk dirimu yang serakah akan kekuasan dan harta,” imbuh Marquez
“Apa yang dikatakan Marquez benar kau memikirkan masa depan putrimu atau kau hanya ingin kekuasaanmu bertambah?”
“Tidak, aku benar-benar ingin rumah sakit itu umtuk putriku.”
“Kita bicarakan ini lain kali lagi.”
“Tapi papa akan memberikan rumah sakit itu kepadaku kan?”
“Kau dengar apa kataku tadi kan Marquel?
Lomba
1 Bulan Kemudian:
Aku dan Xavier sedang bersiap sekarang,lomba akan segera dimulai.
Openingnya menampilkan atlet ice skating senior,pertunjukannya cukup menajubkan dan indah,setelah opening selesai pembawa acara memanggil peserta pertama untuk tampil.
“Cuman segitu kemampuannya?” ucapku sombong melihat penampilan peserta pertama itu merasa aku yang paling hebat,ya tentu karena aku selalu membawa pulang piala dan kali ini aku pasti membawa pulang piala itu lagi.
“Gw yakin kita pasti menang lagi.”
“Pasti kita pasti menang karna lo gk mungkin mau dikalahin,lo pasti akan ngelakuin apapun supaya diri lo menang.”
“Dan lo juga bakal ngelakuin segala hal supaya kita menang.”
“Pasti,karna gw benci kekalahan.”
“Lo masih Xavier yang sama selalu sejalan sama gw.”
“Gw akan selalu ada untuk lo Ra,lo segalanya buat gw.”
Para peserta pun tampil satu persatu kini giliran aku dan Xavier untuk tampil.
“Ayo kalian harus menang lagi kali ini.”
“Pasti pa,kita pasti menang papa gk usah khawatir.”
“Tentu,papa tidak akan khawatir karena kalian anak-anak papa kalian akan melakukan apapun untuk menang,” ucapnya dalam hati.
“Ayo sayang tunjukan kemampuan yang kalian punya mama yakin kalian pasti bisa.”
Aku memberi isyarat kepada Xavier untuk memasuki ice rink.
Lagu dengan judul Swan Lake pun diputar lagu itu akan mengirikan kami menari diatas ice rink,intro dari lagu itu pun sudah mulai terdengar kami mengawali gerakan dengan aku dan Xavier yang berbentuk seperti angsa.Lagu sudah berputar aku berjalan dan menari layaknya ballerina dan Xavier dengan gerakan berputar putar mengelilingiku,kami menari layaknya orang berdansa,aku membungkuk dengan Xavier dibelkangku dia mengangkatku ke udara dan berputar,kami meluncur mundur dengan Xavier memegang satu kakiku keudara,Xavier mengangkatku lagi lalu aku berbutar dari bahu kanan ke bahu kirinya lalu berdiri diatas pahanya dengan Xavier yang sedang meluncur,aku dan Xavier membungkuk dengan satu kaki diangkat dan berputar,kami terus menari berputar dan meluncur sampai lagu selesai berputar.
“Keren,penampilan kalian tadi keren.” mama memuji saat kami baru sampai di ruang tunggu.
“Anak anak mama selalu menampilkannya dengan hebat.”
“Mama suka sama pertunjukannya tadi?”
“Iya sayang,mama suka putri mama tadi keren bangett,putra mama juga tadi keren kalian semua hebat,”mama berkata dan mengulus pipi kami dengan penuh kasih sayang.
“Jangan berlebihan tadi emang bagus tapi papa mau nextnya lebih bagus lagi,”papa datang dengan mengatakannya dengan dingin.
“Mungkin sekarang kalian yang terhebat,tapi kita tidak tau ada yang lebih hebat dari kalian diluar sana,jadi kalian harus berlatih dan terus tingkatkan kemampuan kalian.”
****
“Baik Para peserta semua kami sudah mendapatkan hasil dari para juri siapa yang akan membawa pulang piala pada kesempatan kali ini,dimohon untuk para peserta untuk berkumpul diarea ice rink,”suara MC terdengar bahwa kini saatnya untuk mengumumkan pemenangnya.Aku dan Xavier berbaris bergabung dengan peserta lainnya.
“Baik para peserta sudah berkumpul tanpa berlama lama lagi saya akan mengumumkan siapa saja yang akan jadi pemenangnya kali ini.”
“oke…saya akan mengumumkan juara ketiga yang sudah dipilih oleh juri,pemenangnya adalahh….Amara dan Kenzo…selamat untuk Amara dan Kenzo dipersilahkan maju dari barisan.”
“Selanjutnya juara kedua adalahh….Sahara dan Azka….selamat untuk Sahara dan Azka telah meraih juara kedua dipersilahkan untuk maju.”
“Dan saatnya yang ditunggu tunggu juara pertama adalahhh…….Xavier dan Xaviera.Beri tepuk tangannya untuk para pemenang dan selamat atas kemenangannya.”suara riuh tepuk tangan dan sorakan penonton memenuhi tempat ini sekarang aku dan Xavier maju kedepan dengan senyuman sombong dan berjalan angkuh seperti meremehkan peserta yang lain bahwa aku adalah pemenangnya lagi kali ini.
“Wahh…sepertinya jura pertama kita masih sama dari tahun tahu yang lalu selamat ya untuk kalian berdua,”ucap salah satu juri yang memberi kami hadiah lalu kami berjabat tangan dengannya.
“Terimakasih,” kataku dan Xavier
“WIH SELAMAT UNTUK KALIAN BERDUA MENJADI JUARA BERTAHAN,”suara Gavin yang memenuhi sepanjang koridor dengan semangatnya memberi kami ucapan selamat.
“Selamat untuk kalian berdua.”
“Gimana abis ini kita party,setuju gk?”aku memberi ide dan diangguki semangat oleh mereka.
“Selamat ya sayang mama bangga sama kalian,”mama datang memberi selamat kepada kami dan memeluk kami dengan penuh kasih sayang,aku selalu suka pelukan mama menengkan dan penuh kasih sayang seorang ibu.
“Pertahankan apa yang sudah kalian miliki sekarang dengan cara apapun itu,”papa berucap dan memberi kami sebuah kartu.”Nikmati party kalian malam ini,papa kasih kartu itu khusus untuk kalian gunakan malam ini.”
“Thank you papa,”aku memeluk senang papa, papa memang selalu tau apa yang aku inginkan.
“Ayok.”
****
Kami semua memasuki salah satu resto terkenal.
Disaat kami sedang menikmaati makanan tiba tiba Alice berbicara“Ra liat deh ada Bianca.”
Aku pun melihat kearah yang ditunjuk Alice,dan benar disana emang ada Bianca,tapi dia gk sendiri dia bersama seorang wanita lain sepertinya itu ibunya.Aku tak mau terlalu memperdulikan dia.
“Udah lah biarin aja,”yang pada dasarnya aku sedang malas untuk menanggapi kehadiran Bianca disekitar kami jadi aku lebih memilih mengabaikannya saja.
“Tumben banget lo gk ngerusuhin Bianca.”
“Tau biasanya paling semangat dia buat gangguin sianak buangan,”Gavin ikut membenarkan perkataan Alice.
Brakk
Aku menggebrak meja dan orang orang melihat kearah meja kami.Aku sudah terlalu kesal dan muak dengan apa yang dibicarakan Alice dan Gavin.
“Kalian berdua mending mending diem gk usah bahas hal itu lagi,”Xavier menanggapi kekesalanku dan menyuruh mereka berdua untuk tidak membicarakn hal itu lagi.
“Udah ra gk enak diliatin banyak orang.”
“Sorry ra.”
****
Disisi lain:
“Buat apa sih kamu mau ikut kaya begituan?”
“Aku mau ngelakuin hal yang aku suka kenapa ibu selalu larang larang aku.”
“Kamu itu anak pinter lebih baik kamu belajar untuk masa depan kamu,nilai-nilai kamu juga bagus-bagus jadi kamu gk perlu ikut yang kaya begitu.”
“Aku bakal tetep ikut,kalo ibu gk mau bayarin aku bisa bayar pakai uang aku sendiri.”
“Bianca ibu mohon dengerin apa kata ibu.”
“Bu…aku selamain ini selalu dengerin apa kata ibu, tapi kenapa ibu gk mau dengerin permintaan aku.”
“Bianca?”
“Aku bakal tetep ikut,”lalu Bianca berlalu pergi dari resto itu dia tidak mau memperpanjang masalahnya ditempat umum seperti ini,dia pun tahu dibelakang mejanya terdapat rombongan Xaviera dia takut jika Xaviera berulah didepan ibunya.Acara makan malam bersama ibunya pun berakhir menjadi perdebatan padahal ibunya sudah berkerja keras untuk membawanya ke resto ternama itu tetapi karena keinginan yang dia utarakan acaranya jadi gagal.
Perbedaan
Roomchat
“Guys”Gavin
“Keluar yuk gabut nih?”Gavin
“Mager!”Alice
“Gk usah alay lo,gw jemput deh”Gavin
“Kuy lah kalo lo mau jemput”Alice
“Woy kembar ikut gk lo berdua?”Gavin
“Gw ngikut Xaviera”Xavier
“Ra…?woy mana nih nongol woy”Gavin
“Berisik!”Xaviera
“Udah buru otw gw tunggu ditempat biasa”Gavin
****
“Kok lo masih tiduran aja sih ayok dong.”
“Ra…gw mager banget buat bangun.”
“Gk usah lebay deh tadi lo bilangnya ikut,udah ayok buru.”
“Ya udah lo duluan aja kebawah ntar gw nyusul.”
“Ya udah gw tunggu dibawah awasya lo lama.”
Aku pun turun menuju lantai bawah ingin menemui mama untuk meminta izin sambil menunggu Xavier bersiap.
“Mah…,”aku melihat mama sedang duduk disofa sambil melukis sesuatu.
“Iya,sayang kenapa?”
“Mama ngelukis apa kali ini?”ucapku sambil duduk disamping mama dan melihat lukisan yang dibuat mama.
“Cantik,lukisan mama bagus,”aku selalu takjub dengan lukisan yang dibuat mama,lukisan yang dibuatnya selalu indah.
“Itu taman bunga yang indah mah,aku mau suatu hari pergi kesitu sama mama,”
“Ra udah siap kan ayok,”Xavier berkata sambil menuruni anak tangga.
“Kalian mau pergi?”
“Iya kita keluar bentar ya mah.”
“Ya udah kalian hati hati.”
“Mah jangan lupa ya suatu saat ajak aku ke taman bunga itu haha,”ucapku sambil berlalu pergi.Mama menanggapinya dengan senyumannya.
Xavier mengeluarkan motornya dari dalam garasi.
“Ayok naek,”aku pun naik kemotor yang Xavier bawa dan akhirnya kami menuju tempat yang sudah Gavin beritahu tadi.
****
Saat sampai Xavier langsung memarkirkan motornya,aku masuk kedalam dan diikuti Xavier dari belakang,kami sedang berada ditempat karoke tempat yang sering kami datangi.
Aku dan Xavier langsung masuk keruangan yang sudah dipesan oleh Gavin,Gavin dan Alice mereka sudah tiba lebih dulu dari pada aku dan Xavier.Saat aku membuka pintu ruangan lagu yang sedang diputar oleh Gavin langsung terdengar oleh telingaku,aku duduk disalah satu sofa yang sudah ada diruangan itu sambil menikmati suara Gavin yang lumayan bagus menurutku.
Saat Gavin selesai dengan lagunya aku menyuruh Xavier untuk dia yang bernyanyi berikutnya.
“Ayolah Vier,cepet nyanyi biasanya aja lo mau kalo disuruh nyanyi.”
“Lagi mager nyanyi gw.”
“Buruan elah lebay amat sih lo hari ini,”sahut Gavin pada Xavier.
“Ayok dong lo nyanyi satu laguuu aja,percuma lo dateng kesini kalo gk mau nyanyi.”
“Ya udah sini micnya.”
“Oooooo…Xavier,”teriak kami bertiga semangat karena Xavier mau bernyanyi juga.
Suara merdunya Xavier mulai terdengar,suaranya yang mengalun indah membuat siapapun yang mendengar akan terhipnotis oleh suaranya.Xavier menyanyikan lagu dari Justin Bieber yang berjudul Love Yourself.
For all the times that you rained on my parade
And all the clubs you get in using my name
You think you broke my heart, oh, girl, for goodness' sake
You think I'm crying on my own, well, I ain't
And I didn't wanna write a song
'Cause I didn't want anyone thinkin' I still care, I don't, but
You still hit my phone up
And baby, I'll be movin' on
And I think you should be somethin' I don't wanna hold back
Maybe you should know that
My mama don't like you and she likes everyone
And I never like to admit that I was wrong
And I've been so caught up in my job
Didn't see what's going on, but now I know
I'm better sleeping on my own
Cause if you like the way you look that much
Oh, baby, you should go and love yourself
And if you think that I'm still holdin' on to somethin'
You should go and love yourself
Lagu diakhiri dengan Xavier,yang memberikan senyumannya kearahku,dan diberi tepuk tangan heboh dari Gavin dan Alice.
“Eh..eh..eh…guys sini sini foto,”Alice mengarahkan kamera hpnya kearah kami.
“Cissss.”
Cekrek
“Mana mana coba liat,” kataku ingin melihat hasil gambar yang diambil oleh Alice.
“Ah elah senyum kenapa Vier datar amat tuh muka kaya jalan tol,” aku kesal dengan ekspresi wajah Xavier yang datar didalam foto itu.
“Sini gw ajarin lo senyum.Nih gini senyum yang lebar,senyum pepsoden,”aku menarik kedua sudut bibir Xavier hingga membentuk senyuman yang lebar.Kenapa sih dia susah banget kalo disuruh senyum?emang susah ya cuman senyum doang?
“Oke,satu…dua…tiga…”
Cekrek
“Woy Gav muka lo kaya ngajak gelut.”
“Hahaha…komuk lo Vier,gw kira orang ganteng mukanya gk bisa jelek.”
“Ra…Ra…muka lo sok manis,padahal mah aslinya kaya nenek lampir.”
“Kurang ajar amat tuh bacot lo.”
“Ih sok imut amat lu Lice,iyuh…”
Masih banyak lagi lontaran kata yang mereka ucapkan,masih banyak tawa yang terdengar di ruangan ini,masih banyak foto yang diambil sebagai kenangan.
Hari itu kami berempat menghabiskan waktu dengan penuh canda tawa,melupakan sesaat semua beban yang kami punya.
****
“BIANCA?”
“Atas izin siapa kamu mendaftar ditempat itu?Dapat uang dari siapa kamu?”ia menunjukan kertas pendaftaran itu kepada Bianca,dengan perasaan yang kesal dan amarah yang terlihat dari raut wajahnya.
Ibu Bianca marah pada putrinya yang telah berani mendaftarkan diri ke tempat yang sangat ia benci,walaupun ia telah melarangnya.
“Ibu udah bilang jangan pernah kamu ikut kegiatan itu,tapi kenapa sekarang kamu malah mendaftarkan diri hah?”
“Emangnya kenapa sih bu aku gk boleh ikut?aku gk akan minta uang sama ibu untuk bayar uang perbulannya,aku bakal bayar pakai uang aku sendiri.Jadi ibu gk berhak larang larang aku.”
“Bukan itu masalahnya,”suaranya lebih merendah tidak seperti tadi,ia bicara dengan suara yang tinggi.Sekarang ia beusaha berbicara dengan lembut kapada putrinya,ia inggin hati putrinya luluh dan mau mendengarkan ucapannya.
“Terus apa kenapa ibu selalu larang aku tapi gk pernah kasih alasannya?”Bianca dengan emosi menuntut alasan dari ibunya,kenapa ibunya tidak pernah memberi tahu dia apa alasan beliau melarangnya untuk masuk ketempat itu.
“Kenapa ibu selalu gk pernah memihak sama aku? kenapa ibu selalu melarang,aku mau melakukan hal yang aku suka.Aku punya mimpi.”
“Ibu egois,ibu cuman bisa nuntut aku untuk melakukan apapun yang menurut ibu itu menguntungkan untuk diri ibu,”sambungnya dengan suara yang bergetar menahan tangis.
“Bianca,maafin ibu,ibu Cuman gk mau sesuatu yang ibu alami dulu terjadi juga sama kamu.”
“Ibu gk mau lihat kamu hancur dan kecawa dengan apa yang sudah kamu putuskan untuk diri kamu.”
“J-jadi.ibu mohon sama kamu untuk keluar dari tempat itu ya,”pintanya dengan suara yang bergetar menahan tangis.
“GK.”
“AKU GK AKAN NURUTIN KEMAUAN IBU YANG SATU INI.”
“IBU GK BOLEH EGOIS UNTUK SURUH AKU NGIKUTIN SEMUA PERINTAH IBU.”
“Pokonya aku gk akan keluar dari tempat itu,”Bianca berlari keluar rumah dengan keadaan menangis.Ia berlari tanpa menghiraukan panggilan dari ibunya yang menyuruh ia untuk kembali.
Dua Sifat
Setelah liburan yang cukup panjang,hari ini waktunya sikembar kembali sekolah seperti biasa.
“Xaviera…?”aku melihat mama yang dating dengan membawa dua gelas susu hangat,itu pasti untuk aku dan Xavier.
“Iya,ma….”
“Loh kok rambutnya masih berantakan belum disisir? Terus ini sixavier kemana?”
“Dia lagi mandi.”
“Kebiasan bangunnya selalu kesiangan.”
“Ini rambutnya kenapa belum rapih?”mama mengelus rambutku dengan lembut dan ia tersenyum kearahku.
“Aku mau dikuncirin sama mama.”
“Ya udah….nih sambil diminum susunya,”mama memberikan segelas susu hangat untuk aku minum.
“Makasih mama,”aku tersenyum kearah mama.
“Rambut anak mama lembut banget sih wangi lagi,”ini adalah salah satu kebiasanya mama yang selalu memuji rambutku,aku udah sering denger mama memuji rambutku.
Aku meminum susu yang tadi dibawa oleh mama,dengan ia yang mengikat rambutku dengan sabar.
“Nah udah deh selesai,”ucapnya yang telah menyelesaikan kegiatan mengikatnya.
“Gimana suka gk?”
“Suka…”aku berujar senang.Aku memandang rambutku yang panjang dan hitam diikat menjadi satu dengan poni didepannya.
“Mah….kalo rambutnya aku potong gimana?”
“Kenapa mau dipotong,padahal mama seneng ngiketin dan ngelus rambut kamu,mama seneng liat rambut kamu yang panjang.Putri mama juga keliatan semakin cantik dengan rambut panjang,”mama keliatan tidak senang saat aku berbicara ingin mmotong pendek rambutku.Dari dulu mama selalu tidak suka aku memotong pendek rambutku,etah apa alasannya.
Saat aku sedang berbicara dengan mama tiba tiba Xavier keluar dari kamar mandi,orang itu ternyata telah selesai dengan acara mandinya.
“Ra,lu kaya bocil aja masih diiketin rambutnya sama mama.”
“Ih…kenapa sih sirik aja,iri ya gk bisa dikuncirin rambutnya sama mama.”
“Untuk apa iri sama bocil,gw tau kok kalo anak kecil itu butuh perhatian lebih dari orang tuanya.”
“Berarti lo ngatain gw bocil dong?”
“Kalo sadar syukur deh.”
Aku tidak terima dikatakan anak kecil oleh Xavier,lalu aku memukul bahunya karena ia yang berada tepat disampingku jadi dengan mudah aku bisa menggeplak bahunya.
“Ih….nyebelin banget sih lo pagi pagi.”
“Udah-udah nanti kalo kalian rebut terus malah bisa telat kesekolahnya,nih Xavier minum dulu susunya,”mama menengahi perdebatan diantara kami berdua dan memberi segelas susu kepada Xavier.
Setelah Xavier menghabiskan susu yang diberikan mama tadi,kami segera berangkat kesekolah.
“Hati-hati jangan ngebut-ngebut!”peringat mama pada Xavier,agar ia tidak memawa motornya dengan kecepatan yang tinggi.
“Da…mah,”aku melabaikan tangan kearah mama,lalu motor Xavier melesat membelah jalanan kota dengan kecepatan sedang.
****
Aku,Xavier,Gavin dan Alice kami sedang berjalan dikoridor menuju kekelas,saat diperjalanan kami bertemu dengan seseorang yang berjalan berlawanan dengan kami.
“Stop!”aku melihat kearah orang itu dan melihat dia sedang membawa makanan ditangannya.
“Mau makan ya?gk saying tuh sama pipi udah bulet kaya gitu”aku berkata sambil menepuk-nepuk pipinya dan tertawa.
“Keliatannya enak nih,”Gavin ikut memulai,ia mengambil alih wadah makanan yang sedang dipegang oleh Keyla.
“Wih gila berat banget nih,kayaknya untuk porsi satu kelas yang dia bawa,gimana tuh badan gk melar,hahahaaha.”
Aku tiba-tiba mengambil wadah yang Gavin pegang lalu membukanya.
“Iuh…berminyak banget nih makanan,pantes lo banyak lemaknya makan aja modelan begini.”
Keyla hanya bisa menunduk,aku mengangkat dagunya lalu menepuk nepuk pipinya.
“Gk kasian sama nih pipi muka lo itu udah gk ada bentuknya,”dan terakhir aku mendorong tubuh Keyla,ia tidak bisa menyeimbangkan tubuhnya dan akhirnya ia terjatuh.Kami semua menertawakan hal yang menurut kami itu lucu.
Alice maju mendekat kearah Keyla ia berjongkok lalu menepuk nepuk perut buncit Keyla.
“Udah berapa bulan kok belum lahiran aja sih,hahahaha.”
“Kenapa liat-liat mau ngelawan atau mau nangis hmm?”setelahnya Alice kembali berdiri dan menjauh dari Keyla.
“Bangun!”aku menyuruh Keyla bangun dan saat ia berusaha untuk bangun aku kembali mendorongnya lagi dan ia pun terjatuh kembali,kami semua kembali menertawakannya lagi.
“Kenapa liat-liat mau nolongin,mau jadi pahlawan?”aku bertanya kepada murid-murid lain yang melihat kearah kami.seketika mereka semua pergi.
Saat aku ingin menarik ikat rambutnya tiba-tiba ada yang menahan tanganku.
Sebuah Objek
Aku melihat kearah orang yang menahan tanganku,aku melihat Biancalah orang yang dengan berani menahan pergerakanku.Aku melirik kearah tanganku yang ditahan oleh tangannya,lalu menepis dengan kasar tangannya.
“Mau apa lo?”
Dia tidak menjawab pertannyaanku,ia malah berjalan kearah Keyla dan membantunya untuk berdiri.Setelahnya dia menarik Keyla untuk pergi dari hadapan kami semua,sebelum Bianca benar-benar pergi dari hadapanku,aku menghalangi jalan mereka.
“Mau lo apa,dateng-dateng maen bawa pergi nih orang?”aku berkata sambil menunjuk kearah Keyla yang ada disamping Bianca.
“Ayok Key,gak usah perduliin orang ini,”Bianca berlalu pergi tanpa menjawab pertannyaanku.
“Gk tau sopan santu banget sih lo ditannya bukannya jawab malah pergi,”kesalku.
Bianca berhenti lalu ia berbalik kearahku.
“Yang gk punya sopan itu siapa?bukannya elo ya yang gak punya sopan,gk punya rasa kemanusian,bisannya cuman nindas orang sesuka hati.”
“Kenapa mau jadi pahlawan,yang ada nanti lo yang bakal jadi target selanjutnya,jadi mending lo cari aman aja gk usah berurusan sama gw.”
“Walaupun gw gk selametin Keyla sekarang,walupun gw gk cari masalah sama kalian suatu saat nanti kalian pasti jadiin gw mainan kalian.”
“Itu lo tau jadi,lebih baik sebelum waktunya tiba mending lo cari aman dulu gw lagi gk mau berurusan sama lo.Oh iya bukannya lo juga sukakan sama Xavier?”aku jalan lebih mendekat kearah mereka.
“Lo mau dipermaluin didepan crush lo sekarang?”
Tiba-tiba Alice mendekat dan langsung menarik rambut Bianca.
“Lo masih berani suka sama Xavier?gk tau diri banget sih,lo itu gk pantes buat suka sama Xavier.”
“Kenapa lo merasa tersaingi?”
Alice yang mendengarnya pun memperkuat tarikan rambutnya.
“Awwww….lepassss.”
“Jangan merasa percaya diri lo itu orang rendahan gk pantes buat Xavier.”
“Tapi suatu saat nanti gw bakal dapetin hatinya Xavier,”Bianca berbisik kepada Alice dan hal itu membuat Alice semakin geram dan mendorong Bianca dengan kuat.
“JANGAN HARAP ITU BISA TERJADI”teriak Alice pada Bianca.
“Kalian semua orang-orang gk punya hati,dan untuk kalian berdua,”Bianca menunjuk kearahku dan Alice.
“Kalian berdua SAMPAH.”
Aku kesal dengan apa yang diucapkan Bianca untukku.Disaat aku ingin memberi pelajaran untuknya tiba-tiba dari arah belakang Xavier maju kearah Bianca dan mencengkram rahangnya.
“Jaga mulu lo,yang ada lo yang sampah,”ia berkata dengan tajam kepada Bianca.
“Jangan harap gw bakal bales cinta lo,gw gk akan sudi,”setelahnya Xavier menghempaskannya begitu saja.
Xavier menarik tanganku untuk pergi dari tempat itu.Aku melihat kearah Bianca dengan tersenyum remeh.
****
“Gimana perkembangan lahan yang akan kita ambil alih itu?”tanya Marquel pada sekertarisnya.
“Pemiliknya masih belum mau menandatangani suratnya tuan.”
“Baik kalau begitu,saya punya tugas baru untu kamu.”
“Lakukan apapun supaya lahan itu menjadi milik saya,jika perlu paksa pemiliknya untuk menandatangani surat itu.”
“Robohkan jika ia, tetap tidak ingin menjualnya pada kita.”perintahnya
“Baik tuan.”
“Kamu boleh pergi sekarang,lakukan tugasmu dengan baik,”lalu skertaris itu pergi dari hadapan Marquel.
“Lahan itu sangat menguntungkan,bagaimana pun caranya lahan itu harus jatuh ketanganku,”Marquel menekan sebuah tombol diremot yang ia,pegang,setelah ia menekannya munculah sebuah gambar bangunan 4D.Ia berjalan kearah gambar tersebut dan memutarinya.
“Jika rumah sakit milik Pradipta juga jatuh ketanganku maka kekuasaanku akan semakin besar dikota ini hahaha…..”senyum licik dan tawa jahat terpatri diwajahnya.
Lalu ia,menekan tombol lain dan munculah gambar lain disisi ruangan itu.Ia berpindah kegambar 4D yang baru ia,munculkan.
“Tempat ini akanku jadikan sebuah kota yang selama ini aku impikan.Tidak ada seorang pun yang boleh merebut tempat ini sekalipun itu Marquez ataupun papa.”
****
“Dipelajaran kali ini saya akan membebaskan kalian untuk memilih objek yang akan kalian lukis,seksuka kalian apapun itu objeknya,”terang sangguru memeberi instruksi.
“Waktunya hanya sampai jam pelajaran ini berakhir dan kumpul kesaya hasil lukisan kalian.”
Para murid sudah sibuk memilih objek apa yang akan mereka gambar.Alice dan Bianca mereka memilih Xavier sebagai objek yang akan mereka lukis.Tapi Xavier,dia memilih Xaviera sebagai objeknya,dia memilih saudarinya itu untuk ia jadikan sebuah karya lukis yang indah nantinya.Xaviera sendiri ia,memilih menjadikan langit sebagai objek yang akan dia lukis.
“Cyeilah yang bucin sama kembarannya,pasti muka sixaviera yang selalu digambar,sekali kali muka gw napa,”Gavin dengan rusuhnya mengganggu Xavier yang sedang fokus melukis.
“Widih cakep juga gambaran lo Vier.”
“Berisik.”tekan Xavier kepada Gavin.
“Udah deh Gav,gk usah rusuh jadi orang kelarin aja kerjaan lo,”sambung Alice.
Aku melihat kearah Bianca ingin melihat apa yang orang itu gambar,dan dugaanku benar dia menjadikan Xavier objek yang dia gambar karena,aku perhatikan dari tadi dia memandangi Xavier dan ternyata emang bener Xavierlah yang menjadi objeknya.
“Bu,saya izin ketoilet,”Bianca meminta izin untuk pergi ketoilet.
“Silahkan.”
Aku melihat ia,sudah keluar menuju toilet,lalu aku mendekat kearah lukisan Bianca dan tersenyum licik kearah lukisan itu.
Lalu aku kembali duduk melanjutkan pekerjaanku agar selesai dan bisa dikumpul.Disela sela aku melukis aku melihat kearah lukisan yang Xavier buat emang multitalen banget gambaran yang dia buat bener bener bagus.
Beberapa saat berlalu Bianca sudah kembali dari toilet ia,langsung menuju ketempat dimana ia,duduk.
Aku melihat raut wajah kesal Bianca saat tiba ditempat duduknya,aku berfikir kenapa dia?bener bener aneh.
“Siapa yang udah ngerusakin lukisan gw?”triaknya tiba-tiba bertanya pada seisi kelas.
“Ayok ngaku,SIAPA?”
“Bianca,kenapa kamu ini triak triak?”tanya guru yang ada diruangan ini.
“Ibu,liat ada yang iseng rusakin lukisan saya,”katanya dengan menujuk lukisannya yang sudah rusak tak berbentuk.
Aku yang melihat kerbutan itu merasa tak peduli dan terus melanjutkan kegiatanku.
“Emang kamu yakin ada orang yang rusakin lukisan kamu?bukannya emang lukisan kamu dari awal kaya gitu gambarnya?”
“Gk bu,saya yakin ada orang yang iseng rusakin gambaran saya.”
“Siapa kamu tau?jangan asal nuduh kalo gk punya buktinya Bianca.”
“Saya tau siapa orang yang bikin lukisan saya kaya gini”Bianca berjalan menuju kearah dimana Xaviera berada.
Murid Baru
“Lo kan yang udah rusakin lukisan gw,”tuduh Bianca kepadaku.
“Kurang kerjaan banget gw ngurusin lukisan sampah lo itu,”elakku.
“Ngaku aja Ra,lo kan yang rusakin.”
“Punya bukti apa lo kalo itu kerjaan gw?”
“Gk ada kan makannya gk usah asal nuduh,bisa aja itu kerjaan anak anak yang lain.”
“Tapi gw yakin ini perbuatan lo,lo selalu iri kan sama apa yang gw buat,contohnya sekarang lo pasti iri karena gambaran gw lebih bagus dari punya lo.”
“Kepedean banget sih lo jadi orang.Udah lah tinggal bikin yang baru aja apa susahnya sih.”
“Apa lo bilang?”
“Udah budge lo sekarang gk bisa ngedenger dengan baik?”
“Lo udah buta ya sekarang gk bisa liat,liat udah gk keburu kalau gw bikin baru.”
Aku sudah tidak menanggapi lagi ucapan Bianca dan lebih memilih melanjutkan lukisanku.Tiba-tiba Bianca mengambil cat dan menuangkannya kelukisanku dan sekarang lukisanku sudah tidak berbentuk sama persis seperti punyanya.
“YAA…MAKSUD LO APA SIH.”
“Kenapa kesel? Sekarang kita imbang.”
Aku sudah cukup kesal dengan tingkah Bianca tanpa pikir panjang aku langsung menarik rambutnya.
“Gw udah bilang bukan gw yang rusakin lukisan sampah lo itu.Gk ada gunanya juga buat gw ngoyorin tangan gw buat sentuh barang-barang punya lo,paham lo sekarang,”tekanku di akhir.
Aku langsung menyiramnya dengan cat,lalu menarik dagunya untuk melihat kearahku.
“Gw peringatin sama lo jangan cari gara-gara lagi sama gw kalau gk mau hidup lo gk tenang selama di SMA ini,”setelahnya aku menghempaskan wajahnya dengan kasar.
Aku berlalu pergi dari ruangan itu karena sudah muak melihat wajahnya.Disisi lain Alice tesenyum senang kearah Bianca,dan ia pun menyusul jalan dibelakangku.
****
Kami berempat sedang ada di tempat latihan ice Skating,saat sedang melakukan pemanasan Coach Gibran datang bersama sesorang,sepertinya dia murid baru yang akan bergabung ke club ini.Saat semakin dekat aku seperti familiar dengan wajahnya,dan benar saja dugaanku aku memang mengenali orang itu.
“Ra,ngapaian dia kesini barengan sama Coach lagi?”tanya Alice padaku,dan sejujurnya akupun tidak tau untuk apa dia datang ketempat ini,atau jangan jangan.
“Baik semua perhatiannya sebentar untuk berkumpul,”instruksi Coach Gibran pada kami untuk berkumpul.Semuanya pun langsung bergegas untuk berkumpul ditengah lapangan dimana Coach Gibran berdiri.
“Saya tidak akan banyak berbasa basi disini,seperti yang sudah kalian lihat saya datang membawa teman baru untuk kalian.Dia akan belajar bersama dengan kita disini,kita sama sama belajar untuk menjadi seorang Ice Skater terkenal.”
“Perkenalkan namamu pada kami semua.”ucapnya pada murid baru itu.
“Eee…hai semua nama saya Bianca senang berkenalan dengan kalian.”
Iya benar murid baru itu adalah Bianca,ngapain sih dia pake acara ikut club ini juga emang dia mampu bayarnya secarakan bayaran club ini gk murah dapet uang dari mana coba dia.
“Baik karena kita tidak punya banyak waktu maka cukup sampai disini sesi perkenalannya kalian bisa melanjutkannya sendiri nanti.Sekarang kalian bisa melanjutkan aktivitas kalian kembali lalu kembali berkumpul lagi disini,terimakasih,”Coach Gibran pergi keluar dari arena ice rink meninggalkan kami semua untuk melanjutkan kegiatan kami yang tertunda tadi.
Aku menatap sinis kepada Bianca yang sedang berkenalan dengan muri murid lainnya, ngapain coba dia pake acara ada disini gk disekolah gk disini ketemu terus sama dia gedeg banget liatnya.
“Udah lah gk usah diurusin kita lanjut pemanasan aja,”Xavier berkata pada kami menyuruh untuk melanjutkan pemanasan yang tertunda tadi.
Selesai kami semua pemanasan Coach Gibran datang lagi dan langsung memulai sesi latihan.
“Hari ini kita akan sedikit mengulang gerakan gerakan yang sudah kita pelajarin kemarin,karena disini kamu masih baru Bianca kamu bisa memperhatikan dulu dan mencobanya setelah yang lain agar kamu bisa melihat bagaimana tehniknya,”ucapnya kepada Bianca diakhir.
Dia hanya menganggukan kepalanya tanda mengerti apa yang dikatan oleh Coach Gibran.
“Kita mulai dari Spins, Spirals, Jumps, dan Lift kalian harus menggabungkan semua gerakan itu secara berurut menjadi sebuah tarian,paham.”
“Paham Coach.”
“Alice dan Gavin kalian yang pertama ayo maju.”
Alice dan Gavin melakukan apa yang Coach Gibran perintahkan,mereka cukup bagus melakukan gerakan gerkan itu,mereka menari dengan mudah di atas ice rink.
“Selanjutnya Xavier dan Xaviera.”
Aku dan Xavier berjalan menuju Ice rink dan memulai gerakan Spins hingga Lift dengan mudah.Berputar melompat meluncur dengan mudahnya kami melakukan semua gerakan dengan tehnik yang tepat dan benar.Semua mendapatkan giliran untuk maju dan sekarang hanya tersisa satu orang yang belum maju yaitu Bianca.
“Baik Bianca ayo sekarang kamu coba semua gerakan yang sudah kamu lihat dari teman temanmu tadi dan Xavier yang akan menjadi pasangannya.”
“Coach emang harus Xavier ya yang jadi pasangannya gk bisa yang lain?”Alice bertanya dengan nada kesal entah kenapa akupun gk tau sepertinya dia gk suka kalo Xavier jadi pasangannya Bianca.
“Loh kenapa kamu keberatan Xavier?”tanya Coach pada Xavier.
“Gk Coach Xavier mau jadi pasangannya Bianca,”aku langsung menjawab pertannyaan Coach Gibran sebelum Xavier mwnjawabnya.
“Ra?”
“Apaan sih Lice gk usah alay deh,emang kenapa sih,lo cemburu?emang lo siapanya Xavier?bukan siapa siapanyakan.”
Setelah menanggapi Alice yang tidak suka karena Xavier menjadi pasangan Bianca aku langsung menarik Xavier menjauh dari mereka.
“Lo punya rencana apa lagi?”tanya Xavier to the poin sudah tau apa yang aku pikirkan.
“Buat dia gagal pokonya jangan bikin gerakan dia itu bener,lo harus recokin gerakan gerakan yang dia lakuin,pahamkan?”
“Pokonya gw gk mau dia keliatan bagus dimata Coach Gibran,lo bisa kan lakuin itu buat gw?”
“Oke,”Xavier setuju dengan apa yang aku rencanakan.
Setelah kami merencanakan sesuatu untuk menggagalkan Bianca dihari pertama dia kami pun kembali lagi ketempat dimana yang lain berada.
“Coach langsung kita mulai aja.”
“Ayo Bianca,langsung ambil posisi,”printah Coach Gibran.
Sekarang Bianca dan Xavier sedang bersiap untuk memulai tarian mereka.Tarian diawalnya masih terlihat bagus belum terjadi apa-apa,tetapi saat Bianca ingin meraih tangan Xavier dan melakukan gerakan berputar seketika Xavier mundur dan alhasil Bianca tidak dapat meraihnya,ia pun hanya meluncur dan tidak dapat berputar.Aku yang melihat hal itu tersenyum senang.
“Ck gitu aja gk bisa dasar cupu,”cibir Alice.
Dan lagi disaat Bianca berputar Xavier yang memegang tangannya melepas tautan tangan mereka dimana Bianca belum menyelesaikan putarannya tersebut alhasil ia terjatuh dan gagal.Xavier terus membuat Bianca gagal lagi dan lagi disetiap gerakan yang ia lakukan,aku yang merasa puas pun memberi isyarat kepada Xavier karena dia telah melakukan apa yang telah aku rencanakan.
“Bagus Xavier terus buat dia salah dalam melakukan gerakan,”ucapku dalam hati.
Mereka pun telah selesai dan Xavier langsung menuju kearah dimana aku duduk.Disaat Xavier baru tiba dan duduk disampingku kami bertos sebagai tanda keberhasilan atas rencana kami untuk menggagalkan Bianca.
“Vier tadi gw liat-liat lo sengaja mundur kan supaya Bianca gk bisa gapai tangan lo?”tanya Gavin dengan suara yang lumayan besar dan orang orang yang ada disekitar langsung menatap kearah kami.
“Mulut lo bisa diem gk?”tekanku kepada Gavin.
“Tapi benarkan lo sengajakan supaya tuh anak gk bisa,”ucapnya dengan bisi-bisik.
“Gk,emang dianya aja yang gk bisa gw udah ngelakuin dengan benar.”
“Eh,Xavier jadi lo emang sengaja ya ngelakuinnya,karena bukan cuman gw yang ngeliat lo sengaja mundur dan lepasin tangan lo dari sianak baru?”salah satu dari mereka bertanya.
“Gk usah sok tau deh lo,mungkin dianya aja yang cupu gk bisa mainnya,”ucapku tak senang dengannya seolah dia menyalahkan Xavier,walau memang kami yang salah tapi aku melakukan ini hanya ingin memberi pelajaran pada Bianca.
“Tapi tadi gw juga liat kalau Xavier mundur,”kata yang lain.
“BISA DIEM GK LO.”teriakku pada mereka.
“Jangan ada yang ngomong lagi atau kalian tau akibatnya.”
Biola
Hari ini kelasku sedang melaksanakan ujian bukan hanya hari ini tapi masih ada ujian lainnya diminggu ini.Tapi seperti biasa aku tidak perlu pusing aku hanya perlu menunggu jawaban yang akan diberikan Xavier untukku.Dan benar saja beberapa menit kemudian Xavier memberiku lembar jawabannya untuk kusalin setelahnya aku mengembalikan lagi lembar jawaban itu kepadanya.
Waktu untuk ujian telah selesai dan para kini sedang beristirahat.Kini Bianca sedang berjalan dengan buku yang sedang ia baca ditangannya,saat ia melewati loby ingin kembali menuju kelas setelah membeli minum dikanti tiba-tiba dari atas ada air yang membasahi seluruh tubuhnya.
“Oyy,gimana seger,panas panas begini mandi segerkan?”ya itu aku,aku pelakunya yang menyiram seember air kepada Bianca dari lantai atas.
“Apa?masih kurang gw masih ada seember lagi nih lo mau lagi?”
“Mau lo itu apa sih gw-“ucapan Bianca terputus karena ada air lagi yang membasahi tubuhnya untuk yang kedua kalinya,dan kali ini adalah ulahnya Alice.
“Hahahahaah,”tawa seluruh orang yang ada diloby yang tengah melihat tontonan seru ini.
“Kayanya lo udah gk gerah lagi kalo gitu gw cabut deh,gk perlu bilang maksih gw ikhlas kok bantuin lo,”aku pun pergi dari tempat itu.
Sekarang jam pelajaran music kami semua sedang ada diruang music.Aku melihat kearah tempat dimana Bianca duduk tempatnya masih kosong itu tandanya pemilik tempat itu belum datang.
“Sekarang kita akan memainkan biola dan saya akan mengambil nilai kalian hari ini jadi silahkan maju satu persatu untuk saya ambil nilai,”terang Miss Helena.
Disaat Miss Helena sedang menerangkan aku mendekat kearah tempat duduk Bianca dan melihat kearah Biola milik Gadis itu,lalu aku tanpa piker panjang langsung menggunting stringnya hingga putus,setelahnya aku kembali duduk disamping Xavier.
“Lo ngapain lagi?”tanya Xavier yang melihatku dari tempat duduk Bianca.
“Lo liat aja nanti.”
Akhirnya satu persatu murid pun dipanggil ke depan.Saat giliran nama Bianca dipanggil tapi tidak ada yang tau dimana dia karena sedari tadi dia belum masuk kekelas.
“Apakah kalian sunggu tidak ada yang melihat Bianca dimana?”tanya Miss Helena.
Kami semua diam memang tidak ada yang tau dimana dia berada.
Sedangkan disisi Bianca sekarang dia berada ditoilet sedang mengganti bajunya yang basah akibat ulah Xaviera dan Alice tadi.Tapi ia harus mengantri karena keadaan toilet yang cukup penuh ada para siswi yang sedang berganti baju olahraga,karena ia harus menunggu untuk mengganti bajunnya itu akibatnya ia telat masuk kelas musiknya Miss Helena.
“Kenapa lama sekali mereka berganti baju,aku sudah telat masuk kelas,”dumelnya.
Setelah menunggu cukup lama akhirnya Bianca bias mengganti bajunya yang basah dengan seragam cadangan yang selalu ada dilokernya.
“Aku harus cepat,”dia terus berlari menuju lokernya untuk meletakan bajunya yang basah dan kembali berlari menuju ruang music dimana seluruh teman temannya berada.
Hos….hos…..hos
“Maaf Miss saya telat,”ucapnya didepan pintu setelah tiba didepan ruang music.
“Dari mana saja kamu?nama kamu sudah terlengkah cukup jauh,”omel Miss Helena.
“Ada sedikit masalah Miss,sekali lagi saya minta maaf,”Bianca berusaha meminta maaf dengan sesekali membungkukkan badannya agar ia bias diberi izin untuk masuk.
“Ya sudah kamu duduk habis Xaviera giliran kamu yang maju.”
“Baik Miss terimakasih,”lalu ia segera duduk di bangkunya.Belum sempat ia memegang atau mengecek biolanya tiba tiba namanya sudah dipanggil untuk giliran maju kedepan.
“Ayo silahkan dimulai,”suruh Miss Helena pada Bianca saat ia telah tiba didepan.
Saat Bianca ingin memulai lagunya tapi ia melihat kearah string biolanya yang terputus.
“Ayo cepat mulai,”tegur Miss Helena karena Bianca terdiam cukup lama dan hanya melihat kearah biolanya.
“String biola saya putus Miss.”
“Loh kok bisa?”
“Saya gk tau Miss.”
“Terus saya gimana mau ngambil nilai kamu,saya juga menyeleksi untuk acara music sekolah kita minggu depan,”geram Miss Helena pada Bianca pasalnya ia sudah terlambat masuk kelas dan sekarang string biolanya putus membuang buang waktu saja.
“Ya sudah kalo begitu kamu duduk waktu pelajaran saya tinggal sedikit lagi jangan buang buang waktu saya,terpaksa kamu saya diskualifikasi.”
“Tapi Miss saya masih bisa pinjem biola murid lain,”sangkal Bianca tidak terima jika ia didisk untuk acara music sekolahnya.
“Tidak usah membantah kamu atau kamu saya usir keluar dari pelajaran saya,sana kembali ketempat dudukmu.”
Dengan berat hati Bianca kembali ketempatnya,disaat ia melewati bangku dimana Xaviera berada ia melihat senyum licik terpatri diwajahnya.Ia tahu bahwa semua ini adalah ulahnya Xaviera,Bianca mengepalkan kedua tangannya merasa kesal dengan perbuatan Xaviera.
Saat jam pelajaran music berakhir seluruh murid kembali kekelas,baru saja Xaviera ingin kembali kekelas tiba tiba Bianca sudah mencegahnya dengan memanggil namanya.
“Xaviera?”Bianca berjalan mendekat kearah Xaviera dengan menahan kekesalan.
“Lo kan yang udah gunting string biola gw?”
Xaviera hanya menyeringai melihat kekesalan diwajah Bianca.
“Punya bukti apa lo?”
“Bukti emang gk ada,tapi gw tau kalo semua ini ulah lo.”
“Gk usah PD deh gw gk punya waktu untuk ngurusin hidup lo,jadi mending sekarang lo minggir gw mau kekelas,”usirnya pada Bianca yang menghalanginya.
Pelindung
Aku dan Xavier sedang dikamar sekarang mengistirahatkan tubuh mumpung hari libur.Disaat kami sedang asik memainkan ponsel tiba tiba ada yang mengetuk pintu kamar aku segera membukakannya.Ternya Asisten rumah kami yang mengetuknya.
“Non,dipanggil tuan disuruh keruang kerjanya tuan sekarang,”ucapnya yang sudah pasti disuruh papa untuk memanggilku,aku hanya menggukkan kepala dan menyuruhnya pergi.
“Lo dipanggil papa keruang kerjanya kenapa?”Xavier yang mendengarnya tadi langsung bangun dari posisi tidurnya.
“Gw gk tau.”
“Lo gk buat kesalahankan?”
Aku hanya terdiam menanggapi pertanyaan Xavier tadi.
“Gw kawanin lo ketemu sama papa!”
“Tapi papa cuman panggil gw,dia gk panggil lo.”
“Gw gk peduli gw bakal tetep temenin lo.”
“Xavier,papa pasti gk bakal suka kalo lo juga ikut buat nemuin dia,karena yang dia mau cuman gw bukan lo.”
“Ya gw gk peduli pokonya gw tetep bakal nemenin lo,udah ayok gk usah kelamaan nanti papa bisa tambah marah,”Xavier menarik tanganku untuk menuju diman ruang kerja papa berada.
Sesampainya didepan pintu masuk,aku dan Xavier saling memandang satu sama lain dan aku mengeratkan genggamanku pada Xavier.Xavier menganggukkan kepalanya mencoba memberiku kekayakinan dan ketenangan sebelum masuk kedalam.
Kami mengetuk pintu secara perlahan dan terdengan suara dari dalam yang menyuruh kami untuk masuk.Saat aku dan Xavier membuka pintu dan masuk hal pertama kali yang kami lihat adalah papa yang sedang duduk membelakangi kami,setelahnya pintu kami tutup dan aku mencoba memanggil papa.
“Pa?”seketika papa langsung berbalik menghadap kearah kami.
“Yang papa panggil adeknya tapi kenapa kakaknya juga ikut datang?”
“Kalo papa manggil Xaviera untuk papa marahin maka aku juga pantes untuk papa marahin juga,karena udah gk bisa jaga Xaviera dan akhirnya bikin papa kecewa.”
Setelah Xavier berucap seperti itu,papa berjalan kearah kami dengan wajah yang tidak bisa ditebak,seketika aku langsung mundur kebelakang tubuh Xavier untuk berlindung.
“Jadi ceritanya kamu mau lindungin adek kamu gitu?”
“Papa mau tanya sama dia apa tujuannya gk ngisi lembar jawabnya saat ujian kemarin?”sambungnya kemabali bertanya.
“Gk mungkin papa pasti bercanda,”Xavier tidak percaya dengan apa yang papanya katakana itu,karena dia sudah memberikan lembar jawabannya untuk Xaviera salin kelembar jawabanya.
“Kamu piker papa bohong kalo gk percaya tanya aja sama adek kamu itu.”
“Ra?apa yang diomongin papa bohong kan?”Xavier bertanya padaku tapi aku hanya diam tidak menjawab pertanyannya itu.
“Ra,jawab gw?kalo apa yang papa omongin bener itu namanya lo cari mati.”
“Sekali lagi saya tanya apa tujuan kamu tidak mengisi lembar jawabanmu,KENAPA XAVIERA?”emosinya yang sudah tidak terkendali dan mencoba menggapai Xaviera yang berada dibelakang tubuh Xavier.
“Ayo ikut saya sekarang juga,”tekannya pada Xaviera untuk ikut dengannya.
“Pa,Xavier mohon jangan sakitin Xaviera.”
“Kalau dia tidak saya hokum maka besar kemungkinan dia akan mengulangi perbuatannya lagi.”
“Gk pah Xavier janji kalau Xaviera gk akan ngulangin perbuatannya lagi,Xavier mohon pah.”
“Oh iya bukanya kamu kesini untuk ngelindungin adek kamu,jadi gima kalua kamu aja yang gantiin hukumannya dia.”
Aku yang mendengar hal itu terkejud kenapa jadi Xavier yang dihukum atas semua perbuatanku,aku tidak bisa terima itu Xavier tidak salah apa apa kenapa harus dia yang dihukum.
“Pah aku mohon sekali ini aja aku minta maaf,,jangan hokum Xavier dia gk salah apa apa,”aku yang dari tadi diam akhirnya memohon untuk tidak menghukum Xavier.Aku berlutut didepan papa untuk meminta maaf.
“Pah,aku mohon maafin aku,aku janji gk akan ngulangin lagi,”aku mencoba menahan kaki papa yang ingin membawa Xavier kesebuah ruangan yang akses masuknya hanya dia yang tau.
“Pah,please maaf aku bener bener janji gk akan ulangin lagi,maafin aku pah jangan sakitin Xavier,”Aku makin histeris saat pintu ruangan itu sudah terbuka dan Xavier yang diam saja saat ditarik oleh papa.
Aku bangun dan mencoba menahan papa sekali lagi tetapi aku malah didorong papa hingga terjatuh dan saat itulah papa langsung menutup pintu itu sehingga aku tidak bisa masuk kedalamnya.Aku terus mencoba menggedor pintu itu dengan tangis yang tak kunjung henti.Aku khawatir dengan keadaan Xavier didalam pasti dia tidak akan baik baik saja.
“ARRGGHHH,”teriakku.
Setelah menunggu beberapa menit di depan pintu akhirnya pintu itu terbuka dan yang pertama kali keluar adalah papa,aku langsung berdiri.Saat papa ingin melangkah dia mengatakan sesuatu kepadaku.
“Terus saja ulangi perbuatanmu itu maka Xavierlah yang akan terus tersiksa,”ucapnya tepat ditelingaku.Setelah berkata seperti itu papa ia langsung pergi dari ruangan ini entah kemana,aku segera masuk dan melihat keadaan Xavier didalam sana.
“Ayok bangun biar gw obtain,”aku langsung membantunya untuk keluar dan segera mengobati lukanya.
Sekarang kami sudah kembali berada dikamar dan aku segera mendudukkan Xavier di sofa dan mengobati luka yang ada dipunggungnya.Aku membuka bajunya dan terlihatlah bekas luka yang belum sempat hilang tetapi sudah kembali mendapatkan luka baru dan itu karena aku.
“Maaf ya karena gw lo jadi dipukulin papa,”aku menahan isakan saat mengobati luka luka yang ada dipunggung Xavier.
“Karena kebodohan gw lo harus merasakan sakit lagi,gw yang salah tapi lo yang terluka.Xavier maaf!”
Aku telah selesai mengobati luka Xavier dan saat Xavier berbalik dan mata kami saling berpadang satu sama lain seketika aku tidak bisa lagi menahan isakan yang sedari tadi tertahan.Aku langsung menghambur kedalam pelukan Xavier dan menangis.
“Hiks…hiks…maaf ini semua karena gw.”
“Gw bener bener minta maaf sama lo gw hiks…”
“Sut… udah gk usah nangis lagi gw udah gk papa kok.”
Disaat kami sedang saling menenangkan satu sama lain tiba tiba pintu terbuka dan muncul lah mama dari balik pintu.
“Kalian kenapa?”tanyanya.
“Mama dari mana aja?”tanyaku tanpa menjawab pertannyaannya.
“Mama tadi abis dari luar ada urusan bentar.”jawabnya dan berjalan kearah kami.
“Gk terjadi sesuatukan sama kalian?”
“Kenapa mama selalu telat?mama datang disaat semuanya sudah terjadi,”ucapku kesal dengan penuh emosi.
“Disaat kita butuh mama untuk menghadapi papa tapi mama malah gk ada disaat itu.”
“Mama gk pernah tau kondisi kita gimana kalau mama gk dirumah,jadi percuma mama ada disini sekarang pertunjukannya sudah berakhir,” aku berkata dengan air mata yang terus mengalir dipipiku.
“Mending sekarang mama keluar!” usirku tapi ia tetap tidak mau keluar dari kamar kami dan malah berjalan mendekati kami.
“Ra?” panggilnya dengan menahan air matanya karena melihatku yang sudah menangis histeris dan mencoba menggapaiku,tapi aku berjalan mundur menghindarinya.
“KELUAR,” teriakku sekali lagi menyuruhnya untuk keluar.
Xavier berjalan kearahku ia mendekapku mencoba menenangkan aku yang menangis.
“Lebih baik mama keluar aja dulu sekarang,” Xavier juga menyuruhnya untuk segera keluar dari kamar ini.
“Xavier?”
“Aku mohon keluar,sekarang!” tekannya.
Akhirnya mama pergi dari kamar kami.Hanya kami berdua yang ada dikamar ini dengan aku yang masih menangis dipelukan Xavier.
Rencana
Disisi kedua orang tua sikembar.
“Kamu abis apain lagi mereka?” tanya Elena (mama Xavier dan Xaviera).
“Mereka ngadu apa kekamu?” Marquel malah balik bertanya pada Elena.
“Kamu tenang dong jangan marah marah,aku gk apa apain mereka.”
“Tapi tadi aku kekamar mereka,aku liat Xaviera lagi gk baik baik aja.”
“Mungkin dia lagi ada masalah disekolahnya.”
“Tapi tadi dia-“ ucapa Elena terhenti oleh Marquel.
“Suutt,udah mereka gk papa,” bujuknya meyakinkan bahwa sikembar tidak apa apa.
“Tapi kamu gk pukul mereka kaya dulu lagi kan?”
“Mereka itu anak-anak aku mana mungkin aku sakitin mereka,” ia mendekat kearah Elena dan mendekap menenangkan istrinya itu yang khawatir kepada sikembar.
****
Dikediaman Tuan Pradipta.
Aku sedang makan malam dirumah kakek bersama mama,papa dan tentunya Xavier tidak hanya kami saja yang diudang makan malam dirumah kakek,tapi ada Vania dan keluarganya juga disini.
Disaat makan malam berlangsung tiba-tiba kakek berbicara sesuatu.
“Jadi,kakek akan memberi tahu apa tujuan makan malam ini diadakan,” beritahu kakek pada aku,Xavier dan Vania karena hanya kami mungkin yang tidak tau apapun,terlihat dari raut wajah papa yang terlihat bahagia dan tenang berbeda dengan om Marquez.
“Setelah papa lihat-lihat nilai-nilai sekolah sikembar semakin meningkan sekarang bukan begitu?” tanyanya pada papa dan mama.
“Benar pa,mereka memang anak yang pintar,” jawab papa dengan bangga.Kakek hanya menganggukkan kepala merespon jawaban yang diberikan papa.
“Dan Vania kenapa nilai kamu semakin menurun?apakah kerjaanmu hanya bermain-main dan menghambur-hamburkan uang papamu saja?” sekarang kakek beralih bertanya pada vania,yang ditanya hanya bisa menundukkan kepala.
“Pah,akhir-akhir ini Vania kurang sehat jadi dia tidak bisa belajar dengan maksimal,” bukan Vania yang menjawab tapi om Marquez.
“Seterah apapun itu alasannya,menurut saya nilai yang dia dapatkan kurang pantas untuk keluarga seperti kita.”
Hening beberapa saat dan akhirnya kakek kembali bicara.
“Kembali ketujuan awal diadakannya makan malam ini.Papa disini ingin memberikan hak kepemilikan atas rumah sakit milik keluarga Pradipta kepada sikembar,” aku yang mendengar itu tidak terkejut lagi karena memang ini tujuanku mendapatkan nilai-nilai yang memuaskan agar rumah sakit keluarga ini jatuh ketangan kami.Tapi itu semua tidak langsung menjadi milikku dan Xavier karena papa akan mengambil alihnya dengan cara apapun.
“karena nilai dan kemampuan kalian yang sangat luar biasa jadi kakek percayakan rumah sakit milik keluarga kita jatuh ketangan kalian berdua,” lanjutnya lagi.
Acara makan malam telah selesai aku dan Xavier tengah menuju ketaman belakang rumah kakek,tapi saat kami baru tiba ditaman tidak sengaja kami mendengara suara ternyata itu suara om Marquez dan Vania.
“Kenapa kamu bisa kalah dari mereka,hah?” tekannya penuh emosi.
“Maaf pa,” isak tangis Vania terdengar.
“Maaf maaf bisanya cuman minta maaf.”
“Kenapa kamu bisa kalah dari Xaviera?papa tahu kalau Xaviera tidak sepintar itu.”
“Dia licik pa dia selama ini menyalin jawabannya Xavier.”
Kulihat om Marquez tampak berpikir.Aku dan Xavier saling memandang takut jika om Marquez berbuat sesuatu tentang hal yang selama ini aku lakukan.
“Jadi selama ini itu yang meraka berdua lakukan, Xavier melindungi Xaviera dengan memberikan setiap jawabannya?”
“Iya,dan papa tau kan kalua aku selalu kalah dari Xavier.”
“Pantau mereka terus,papa akan menyusun rencana untuk membongkar itu semua.” seringainya.
Aku yang mendengar hal itu benar-benar takut apa yang akan mereka rencanankan bagaimana jika papa sampai tau?
Kami langsung bersembunyi saat melihat om Marquez yang hendak masuk kedalam rumah.
Rembulan
Aku sedang duduk dibalkon kamar seorang diri,memandangi rembulan yang indah diatas langit yang gelap.
Bulan
Engkau datang disaat semua orang terlelap.
Engkau pergi disaat semua orang terbangun.
Cahayamu menerangi gelap dan sunyinya malam.
Setia mendengarkan semua keluh kesah yang mereka utarakan padamu.
Cahayamu mungkin tak sehangat mentari.
Tapi indahnya cahayamu tak pernah bosanku pandang.
Sang rembulan mungkin tak selalu ada disetiap malam yang gelap.
Tapi saat sang rembulan muncul malam gelap akan berubah menjadi malam yang penuh cahaya.
Saat aku tengah mengagumi indahnya sang bulan tiba-tiba Xavier duduk disebelahku.
“Kenapa masih diluar? Masuk udah malem”
“Menurut lo om Marquez bakal bikin rencana apa?” tanyaku tanpa menjawab pertanyaan Xavier sebelumnya.
“Sifat om Marquez sama papa 11 12 sama,kemungkinan dia bakal ngelakuin segala cara buat mendapatkan apa yang dia mau.”
“Berarti gw tinggal tunggu tanggal mainnya,setelah semuanya terbongkar tamat riwayat gw ditangan papa.”
“Apa setelah itu gw bakal hidup damai seperti bulan? Atau justru gw harus kaya bulan dulu pergi jauh dari kalian baru bias hidup dengan damai?” lanjutku lagi.
“Ra,lo ngomong apa sih mending kita masuk aja disini dingin,” ajak Xavier lembut sembari ia mengusap kepalaku pelan.
“Vier,lo tau kan apa yang bakal papa lakuin ke gw kalau dia sampai tau gw bohongin dia selama ini?”
“Pliss ra,udah ya gk usah dipikirin!”
“Gk usah dipikirin kata lo,NYAWA GW TERANCAM XAVIER ELVINO,” triakku penuh emosi.
“Gw bukan lo yang pinter,gw bodoh dan itu bisa membahayakan hidup gw.”
“Ya terus gw harus apa? Bilang sama gw apa yang harus gw lakuin buat lo?” Xavier mendekap tubuhku kedalam pelukannya mencoba menenangkanku yang sedang emosi.
“Lo cukup ada disaat papa berulah.Lo cukup selalu ada disaat gw butuh lo Xavier.”
“Iya gw bakal lakuin itu,gw bakal selalu ada buat lo Ra,gw janji.”
“Gw pegang janji lo.”
Xavier hanya menganggukkan kepala sebagai jawabnya.
“Sekarang masuk udah malem!”
Kami berdua akhirnya masuk kedalam kamar,melupakan sejenak permasalahan yang sedang terjadi.
****
Kemana Xavier pagi-pagi gini udah gk ada? Aku sedari tadi mencari Xavier tapi dia tidak terlihat batang hidungnya sejak tadi.Aku menuruni tangga dengan niat ingin kedapur dan mengambil beberapa makanan untuk sarapanku pagi ini,setelahnya aku membawa beberapa roti dan susu keruang tamu dengan niat menikmati sarapan dengan bersantai menonton TV.
Papa menghampiriku dan melempar sebuah map kearah meja.
“Lihat itu?” tekannya menyuruhku untuk melihat apa isi map itu.
Tanpa banyak tanya aku membuka map itu,apa maksdunya ini kenapa isinya lembar jawabanku dan Xavier?
“Apa ini pah?”
“Kamu bisa liatkan apa itu?”
“Maksudku apa artinya papa memberiku lembar jawaban ini”
“Jelasin kepapa!” tekannya.
“Jelasin?” aku bingung papa minta penjelasan apa.
“Papa dapet itu dari pihak sekolah,kenapa jawaban kalian berdua bisa sama persis letak kesalahannya?”
“Mungkin itu hanya kebetulan,” kataku mencoba berbicara sesantai mungkin agar tidak terlihat gugup takut kalua papa akan curiga.Aku sudah tau kemana arah pembicaraan ini.
“Mungkin jika satu papa akan percaya tapi,ini ada beberapa lembar jawaban yang sama,letak jawaban kalian berdua salah dinomer yang sama dan isi yang sama!”
Aku yang mendengar hal itu terkejut bingung harus berkata apa.
“Jawab jangan diem aja!” tegasnya
“Apa kamu membohongi papa selama ini dengan cara menyalin jawaban milik Xavier?” curiganya padaku.
Aku masih terdiam bingung harus menjawab apa? Kekhawatiranku semalam benar-benar terjadi bahkan secepat itu.
“JAWAB XAVIERA!” teriaknya yang membuatku semakin gugup dan takut.
“A-aku-“ suaraku tercekat benar-benar gugup,takut apa yang akan papa lakukan jika aku jujur.?
“Selama ini kamu berani bohongin papa dan seolah-olah kamu itu pintar,HAH?”
Aku merutuki Xavier karena dia tidak ada disini sekarang.
Kring…kring…. Suara HP papa memecahkan suasana yang mencengkam bagiku,selagi papa mengangkat telponnya aku bisa memikirkan alasan apa lagi yang harus keberikan pada papa.
“Mau apa dia sepagi ini” aku mendengar papa kesal terhadap orang yang menelponnya itu.
“Ada apa?” raut wajahnya terlihat kesal.
“Jadi semua ini ulahmu? Apa tujuanmu melakukan semua ini?”
“Aku peringatkan jangan macam-macam apa yang sudah menjadi milikku tidak bisa diambil kembali!”
“Lakukan saja sesukamu papa tidak akan mempercayain omong kosongmu itu.”
Papa? Aku tau siapa yang sedang berbicara dengan papa ditelpon,pasti itu om Marquez.Apa semua ini perbuatannya dia mendatangi sekolahku dan mengambil semua lembar ujianku lalu dia mengirimnya kepada papa atas nama sekolah? Dasar pria yang licik.Kulihat papa sudah selesai menelpon seketika suasana kembali mencengkam.
“Kenapa Marquez bisa tau kecurangan yang kamu perbuat?”
“Jika ingin berbuat curang lakukan dengan serapih mungkin jangan sampai ada yang mencurigai.”
“JAWAB KENAPA DIA BISA TAU,HAH?”
“Kalau kakek sampai tau mau ditaruh dimana muka papa Xaviera? Kamu taukan kakek paling benci dengan orang yang bodoh? Kalua dia tau bisa habis keluarga kita.” Triaknya dengan mendorong aku kesofa.
“Kalau aku bisa memilih aku tidak ingin terlahir bodoh!” tekanku muak dengan semua yang papa ucapkan sedari tadi.
“ARRGGH…BISA HANCUR SEMUA RENCANA SAYA,SEMUA INI GARA-GARA KAMU!”
“AKU JUGA GK MAU JADI ANAK YANG BODOH INI SEMUA BUKAN KEMAUAN AKU”
“BERANI KAMU MEMBENTAK SAYA,HAH?”
“Kenapa aku harus takut?”
Plakk…
“Ikut saya,” papa mebawaku dengan kasar kedalam ruang kerjanya,pertunjukan akan segera dimulai.
“LEPAS” aku mencoba memberontak tetapi semua itu mustahil.
“DIAM!”
Sekarang disinilah aku berada diruangan yang menjadi saksi bisu dimana aku dan Xavier sering mendapatkan perlakuan kasar dari papa.Disini dimana tempat sifat asli papa akan terlihat.
“Pah,maaf pah,aku janji gk akan ngulangin lagi,” ucapku yang takut melihat papa yang sudah bersiap dengan tongkat yang selalu ia gunakan untuk memukulku dan Xavier.
“Pah,cukup pah maaf,” lirihku yang sudah tidak kuat lagi menahan rasa sakit ditubuh akibat pukulan yang papa berikan.
Setelah puas dengan aksinya,dia meninggalkanku seorang diri didalam ruangan ini
Xavier Yang Berbeda
Sekarang aku sedang memainkan ponselku saat aku membuka social media tidak sengaja aku melihat akun Bianca mempost foto bersama Xavier.Aku bertanya-tanya sejak kapan mereka dekat? Kenapa Xavier bisa bersamanya.?
Beberapa saat aku melihat Xavier memasuki kamar,aku masih bingung kemana perginya dia sepagi ini? Saat aku tengah memperhatikan pergerakannya ada yang aneh janggal,bukankah baju yang dipakai Xavier adalah baju yang sama dengan foto yang post Bianca tadi.?
“Dari mana lo pagi-pagi udah ngilang?” tanyaku padanya.
“Abis nganterin mama,” jawabnya sedikit acuh.
“Nganterin mama? Bukanya tadi gw liat mama pulang naik taxi? Kenapa gk pulang bareng lo kalau lo pergi buat nganterin mama?” tanyaku lagi sedikit curiga karena memang aku melihat mama pulang dengan menaiki taxi tadi.
“Gw,Gw ada urusan bentar tadi,” ucapnya dengan gugup.
“Urusan sama Bianca?” aku lihat raut wajahnya berubah menjadi terkejut saat aku menyebut nama Bianca.
“Kenapa? Bener abis ketemu Bianca?”
“Gw ketemu sama temen gw,bukan Bianca,” elaknya.
Aku hanya tersenyum smrik melihat respon yang diberikan Xavier dan aku menunjukkan foto yang dipost oleh Bianca diakun sosmednya.
“Ini temen lo? Temen baru? Kapan kenalnya?” tanyaku lagi beruntun.
“I-itu-“
“Sejak kapan kalian jadi deket?”
“Itu tadi gk sengaja ketemu dijalan”
“Gk sengaja ketemu tapi bisa foto bareng? Gk pernah deket tapi fotonya udah kaya temen deket?”
“Udah deh Ra,kenapa lo jadi sensi sih.”
“Curiga gw sama lo,kayanya emang kalian udah mulai deket deh,iya kan? Atau jangan-jangan sejak dia masuk club Ice Skating?” aku berjalan mendekat kearah Xavier.
“Suka lo sama dia? Happy banger keliatannya,” sepertinya Xavier sudah mulai geram denganku,terlihat dari perbuhan rautnya yang merah padam.
“Bisa gk,gk usah selalu ikut campur urusan gw? Urusin aja,urusan lo sendiri,”tegasnya dan berlalu dengan sengaja menyenggol bahuku.
“Oh ya,jangan lupa pikirin cara supaya lo bisa selamat dari papa!kalau ketauan selama ini lo nyalin jawaban gw,” lanjutnya berkata dengan tajam,aku sedikit terkejut dengan apa yang dikatakan oleh Xavier.Sebenarnya peringatan yang dia berikan sedikit terlambat karena,aku sudah habis ditangan papa sebelum dia memberiku peringatan itu.
****
Hari ini seperti biasa aku berada dikelas tengah mengerjakan soal yang telah diberikan oleh guru yang sedang mengajar dikelasku dan seperti biasa juga aku hanya menunggu Xavier untuk memberikanku jawaban yang sudah ia tulus untukku salin.
Tapi kulihat jam,jam pelajaran akan segera berakhir tapi kenapa Xavier belum juga memberiku jawabnya? Aku mencoba memberinya kode dengan menyenggol bahunya,tapi ia tidak menggubrisnya sama sekali,aku masih berusaha untuk memanggilnya dengan cara menyentuh bahunya,aku berdecak kesal.Tidak lama dari bunyi lonceng terdengar tanda bahwa telah berganti jam,seketika aku panik bukuku masih kosong belum aku isi apapun.Seketika guru itu menyuruh kami untuk mengumpulkan hasil kerja kami kedepan,aku pikir Xavier menghiraukanku dari tadi karena pekerjaannya belum selesai,tapi ternyata aku melihat ia mengumpulkannya dengan santai.
Saat sudah diluar kelas aku langsung menghentikan langkah Xavier yang ingin menuju kekanti.
“Xavier?” cegahku dengan menahan tangannya.seketika ia berhenti dan menghadap kearahku.
“Lo kenapa sih hari ini?”
Ia menghempaskan tanganku yang tengah memegang tanganya.Tanpa menjawab pertanyaanku tadi dia sudah ingin berlalu dari hadapanku,aku yang melihat itu langsung menahannya kembali dan menyentaknya.
“XAVIER!” saat aku berteriak menyebut nama Xavier siswa siswi yang tengah berada dikoridor pun menoleh kearah kami menjadikan aku Xavier sebagai pusat perhatian.
Xavier yang merasa menjadi pusat perhatian pun langsung menarikku menjauh dari koridor menuju taman belakang sekolah.
“LEPAS!” aku menyentak tangan Xavier yang menarikku paksa.
“Mau lo itu apasih? Dari tadi lo itu cuwekin gw bahkan lo gk mau ngasih gw contekan?” kulihat Xavier hanya diam aja tidak ada niat untuk membalas pertanyaanku.
“Jawab Xavier?” tekanku.
“Gw udah bilangkan sama lo kemaren kalo kita jalanin hidup kita masing-masing sekarang,jadi lo gk usah ngerecokin gw lagi,gak usah minta contekan gw lagi,paham lo sampai sini”
“XAVIER?” dari arah jauh aku melihat Bianca,melambai-lambaikan tanganya dengan maksut menyuruh Xavier untuk mendekat kearahnya.
“Heh…dasar cewek caper,” gumamku.
Teman
Saat sampai rumah aku melihat papa yang sedang duduk diruang TV aku hanya melewati tanpa menghiraukan keberadannya,tapi baru saja aku ingin menaiki tangga menuju kamar,terdengar suara papa memanggil namaku.
“Xaviera?” panggilnya.
Aku yang mendengar itu mau tidak mau harus menghampirinya.Aku masih ingat betul bagaimana dia menyiksaku kemarin dan meninggalkannya begitu saja.Saat aku sudah berada didepannya kulihat ia tidak menatapku sama sakali dan terus terfokus pada layar TV yang menyala didepan.
“Apa lagi maksudnya ini?” dia melemparkan beberapa kertas kearah meja didepannya.
“Kemarin kamu ketahuan kerjasama dengan Xavier,terus ini sekarang kenapa lembar latihan kamu gk kamu isi sama sekali?”
“Sial kenapa kertas itu cepet banget udah sampe ketangan papa aja,” ucapku dalam hati.
“Jawab papa kenapa kamu tidak mengisinya sama sekali?”
“Xavier,udah gk mau ngasih aku contekan lagi.”
“Heh,kalo gini caranya kamu bias dikalahin sama Vania,kamu mau kakek ngerendahin kamu dan Vania yang akan dia banggakan?”
Aku hanya bias menggelengkan kepala tanpa bersuara.
“Kalau gk mau itu terjadi lakuin sesuatu apapun itu agar nilai-nilaimu kembali seperti dulu!”
Ku lihat papa berdiri ingin beranjak pergi dari sini,sebelum ia pergi papa mengucapkan sesuatu kepadaku.
“Jika kamu butuh bantuan papa,papa bersedia membantu,” setelah mengatakan itu barulah papa benar-benar pergi,entah ia akan kemana.
Aku pun menduduki diri disofa tempat papa duduk tadi.Aku terus berfikir bagaimana kalau apa yang dikatakan papa tadi benar-benar terjadi? Apa yang harus aku lakukan? Aku harus melakukan sesuatu agar semua itu tidak benar-benar terjadi.
****
Saat ini aku sedang bersama mama,kami sedang berada dicafe sedang menunggu seseorang entah itu siapa aku juga tidak tahu.Beberapa saat akhirnya orang yang kami tunggu akhirnya datang,aku sangat terkejut saat tahu siapa orang sedari tadi mama tunggu.
“Ngapain lo duduk disini?” tanyaku pada orang yang baru saja datang dan langsung duduk dikursi yang ada didepanku.
“Hai tante,” sapanya sok akrab pada mama.
“Dih apa-apaan sih lo sok akrab,” sinisku.
“Xaviera,gk boleh gitu sayang,” tegur mama padaku.
“Tapi mah,kenapa mereka duduk dikursi yang udah kita pesen? Kan masih banyak kursi-kursi yang lain.Itukan kursi buat temen mama.”
“Xaviera,temen mama yang kita tunggu itu mereka jadi ngapain kamu usir mereka.”
Aku terkejut dengan apa yang mama katakan,ini beneran yang aku dan mama tunggu dari tadi itu Bianca orangnya dan wanita yang bersamanya sekarang pasti mamanya.
“Mah,jangan bercanda deh ngapain coba kita ketemuan sama mereka?”
“Xaviera,mulut kamu yang sopan kalau ngomong!”
“Lagian kenapa sih kita ketemuan sama mereka? Mama ada hubungan apa sama mereka?”
“Kamu tau kan tujuan kita kesini buat apa?”
“Untuk ketemu temen mamakan?”
“Yes,good girl.”
“Jadi maksud mama ini temen mama?”
“Iya,why?”
“Terserah mama deh aku mau pulang males berhadapan sama dia,” aku berkata sambil menunjuk kerah Bianca.
“Ekhm..kalau boleh tau kenapa ya kamu tidak suka dengan anak saya?” tanya ibu Bianca yang sejak tadi hanya diam.
“Anda tanya kesaya kenapa? Kenapa anda tidak menanyakannya langsung keanak anda sendiri,kenapa saya tidak suka berada dekat dengannya?”
“Xaviera,duduk!”
“Mah…”
“Duduk mama bilang!”
“Ck..” dengan kesal aku akhirnya menuruti perintah mama yang menyuruhku duduk kembali.
“Maaf ya atas prilaku Xaviera barusan?” mama meminta maaf pada mereka seolah-olah aku berbuat salah,padahal aku tidak melakukan kesalahan apapun>
“Mah!apaan sih kenapa minta maaf gk ada yang perlu dimaafin”
“Xaviera,diam!”
“Oke fine,” akhirnya aku hanya diam saja udah males ngeladeninnya lagi.
Aku hanya diam memainkan ponselku malas menanggapi apa yang sedang mereka bicarakan.Tapi saat aku tengah asik memainkan ponselku aku mendengar mama memuji nilai Bianca.
“Tante denger-denger nilai kamu akhir-akhir ini meningkat ya?”
“Iya tante ini berkat Xavier,makasih ya tan udah bolehin Xavier untuk belajar bareng aku”
“What gw gk salah denger nih Xavier belajar bareng nih anak?” batinku terkejut.
“Pertahanin ya nilai kamu,” kulihat mama tersenyum manis kearahnya dasar caper.
“Oh ya bu,tau gk tadi nilai Xavier lagi-lagi nilai yang paling tinggi dikelas padahal soal-soalnya susah tapi dia bias mendapatkan nilai tertinggi,hebat kan,”
“Wah hebat banget anak kamu mba,udah ganteng pinter lagi dan pasti Xaviera juga gk beda jauh dari Xavier,karena dari yang aku denger mereka berdua itu anak-anak pinter disekolah.”
”Ibu,salah Xaviera tidak mendapatkan nilai tertinggi justru aku yang mendapatkan posisi kedua setelah Xavier.”
Kurang ajar berani banget dia ngomong kaya gitu.
“Bahkan Xaviera tidak mengisi satu pun soal,” lanjutnya yang melihatkan seakan merasa puas telah meredahkanku.Aku yang sudah geram dengan semua ucapannya akhirnya aku memukul meja yang ada didepanku.
Brakk…
“Jangan kurang ajar ya lo,” emosiku padanya.
“Maksud lo apa? Bangga gitu baru ngalahin gw sekali,seneng lo?”
“Jangan merasa seneng dulu lo liat pembalasan gw!” tekanku padanya dan berlalu keluar dari café.
“Xaviera?”
Aku menghiraukan panggilan dari mama dan terus berjalan menjauh.
Rencana Xaviera
Setibanya aku dirumah aku melihat Xavier yang baru saja dari dapur hendak menuju kekamar,aku melawatinya begitu saja tanpa menyapa dan meliriknya begitupun sebaliknya Xavier juga menghiraukanku begitu saja.Aku tidak peduli tentang Xavier yang mendiamiku tanpa sebab tunjuanku hanya satu sekarang aku ingin menemui papa.
Aku melihat papa tengah berkutat dengan berkas-berkas kantornya dengan segera aku membuka pintu ruang kerjanya itu.
“Pah?” panggilku,dan papa langsung meresponnya dengan melihat kearahku.
“Kenapa?”
Sebelum menjawab pertanyaannya aku berjalan mendekat kearah papa.
“Aku butuh bantuan papa.” Aku lihat raut wajah papa terkejut,mungkin sedikit bingung dengan permintaanku yang mendadak ini.
“Bantuan? Bantuan apa?”
Aku membisikkan sesuatu kepapa.
“Kamu serius?”
Aku hanya mengangguk sebagai jawabannya.
“Kenapa kamu minta bantuan kepapa?”
“Karena aku cuman percaya papa sekarang.”
“Kamu memang anak papa,papa akan lakuin semua apa yang anak papa minta,percayakan semuanya kepapa akan papa urus semuanya agar kamu merasa senang,” aku yang mendengar hal itu merasa senang.
“Makasih yap ah,aku kekamar dulu.” Papa hanya mengangguk dan tersenyum sebagai responnya.
****
Baru saja aku memasui kamar tapi Xavier telah melayangkan satu pertanyaan kepadaku.
“Abis ngomong apa lo sama papa?”
Aku berlalu begitu saja menuju kasur tanpa berniat menjawab pertanyaannya.
“Xaviera gw tanya sekali lagi lo abis ngomong apa kepapa?”
Lagi-lagi aku tidak menjawab pertanyaannya,Xavier yang sudah merasa kesal pun menghampiriku dan menarikku hingga aku terduduk dari baringku.
“Xaviera jawab gw!”
“Apaan sih?” ucapku sedikit kesal dan menghempaskan tangannnya yang menarikku.
“Jawab gw!”
“Gk usah ikut campur sama urusan gw,lo sendiri kan yang bilang kita jalanin hidup masing masing,” setelah mengatakannya aku langsung kembali berbaring dikasurku.
“Ra?”
“Diem gw mau tidur!”
Tidak lama kemudian aku mendengar ponsel Xavier berdering.
“Halo,kenapa?”
“Bisa kok,kamu dimana sekarang?”
“Oh,oke aku OTW kesana tunggu bentar ya.”
Aku berbalik setelah mendengar panggilan terputus.
“Mau kemana lo malem-malem begini?”
“Mau keluar bentar.”
“Gw ikut dong?”
“Gw mau ketemuan sama Bianca,motornya gk muat kalau ada lo,” tolaknya padaku.
“Kenapa lo jadi deket sih sama tuh anak? Dari sejak kapan lo deket sama dia?”
“Udah deh gk usah banyak tanya gw mau OTW sekarang nanti kemaleman.”
“Woy? Dih nyebelin banget tuh anak.”
“Gk bias dibiarin gw harus jauhin Bianca sama Xavier gw gk mau Xavier deket-deket sama tuh anak,” aku berfikir rencana apa yang harus kulakukan untuk memisahkan mereka berdua.Aku tau harus dengan siapa aku berkerja sama,hanya dia orang yang bias kuajak kerja sama untuk menjauhkan Xavier dari Bianca,karena aku tau dijuga mencintai Xavier dan itu bisa aku manfaatkan.
Berubah
Aku sedang berada diruang kerja papa sekarang,papa tadi menyuruhku untuk menemuinya.
Papa memberiku sebuah amplop coklat.
“Ini yang kamu minta papa sudah mengambilnya.”
Aku yang mendengar itu merasa senang dan segera mengambil alih amplop itu.
“Ingat jangan sampai ada yang tau kecuranganmu kali ini!” aku hanya menggguk meresponnya.
“Makasih ya pah,cuman papa yang bias ngertiin aku.”
“Udah sana kamu cukup hafalin kunci jawaban itu,supaya ujianmu kali ini berjalan sesuai keinginanmu!”
Aku langsung berlalu keluar dari ruangan papa menuju kamar untuk menghafal kunci jawaban yang sudah diberikan papa.
****
Ditengah kegiatanku yang tengah menghafal tiba-tiba Xavier dating dan langsung mengambil alih kertas yang tengah kubaca.
Aku yang terkejut pun langsung segera merebut kembali kertas itu.
“Apaan sih gk usah kepo deh.”
“Dapet darimana lo kunci jawaban itu?”
“Gk usah ikut campur.”
“Dari papa?”
“Bisa gk,gk usah ikut campur apa perlu gw ingetin lagi kalo lo sendiri yang bilang jalani hidup masing-masing.”
“Ra,siniin kunci jawabannya.” Xavier ingin merebut kunci jawab itu lagi tapi segeraku tepis dan aku menjauh darinya.
“Ra,jangan kaya gini,gw gk kasih lo contekan lagi itu supaya lo belajar dengan benar untuk mendapatkan nilai yang bagus,bukan dengan cara ngafalin kunci jawaban gini.”
“Ra,please?” Xavier mencoba menggenggam tanganku,tapi saat dia melihat kearah lenganku ia melihat ada luka dibalik baju yang tengah aku kenakan dan dengan cepat dia menyikap lengan bajuku dan terlihat jelaslah luka yang waktu itu diberikan papa padaku.
“Papa pukulin lo lagi,kapan apa kok gw gk tau?”
“Apaan sih,” risihku dan langsung menepis tangannya.
“Ra,kasih tau gw kapan papa pukulin lo.”
“Waktu lo pergi sama Bianca,Puas lo? Dah sana gw mau hafalin ini lagi.”
“Ra?” panggilnya dengan lirih.
“Kenapa merasa bersalah lo tinggalin gw dan berujung gw dipukulin papa? Santai gw udah kebal gk perlu merasa bersalah.”
“Ra,please lo gk usah minta bantuan kepapa lagi,gw gk mau lo dimafaatin papa terus terusan.”
“Terus kalua gw gk minta bantuan kepapa gw harus minta bantuan kesiapa? Ke elo? Bukannya lo udah gk peduli lagi sama semua urusan gw,jadi percuma dong kalau gw minta tolong ke elo gk bakal lo peduliin juga,jadi wajarkan gw minta bantuan kepapa?”
“Terserah lo deh capek gw kasih tau lo mau lo di pukulin sama papa sekali pun gw udah gk bakal peduli,bener-bener keras kepala,” Xavier yang kesal pun langsung pergi entah kemana.
“Gw gk peduli pokonya kali ini gw gk boleh kalah lagi dari Bianca maupun Viana,walaupun lo gk mau ngasih gw kunci jawaban gw bisa minta ke papa buat dia ambil bocoran kunci jawaban,” batinku,dan ya benar aku mendatangi papa keruang kerjanya waktu itu untuk meminta ia mengambil kunci jawaban yang ada diruang guru sekolahku dan papa bisa mendapatkan apa yang aku inginkan,aku melakukan ini hanya karna tak ingin kalah dari kedua orang pengganggu itu lagi pula aku tak ingin kakek tau bahwa selama ini aku berada dibawah baying-bayang Xavier.
****
Pagi ini aku sudah bersiap untuk berangkat kesekolah kali ini aku akan berangkat dengan Xavier,kulihat ia baru saja menuruni tangga dengan merapikan sedikit seragamnya yang berantakan.Ia duduk dan hanya meneguk susunya hingga habis dan langsung berpamitan untuk berangkat aku yang takut jika nanti ditinggal olehnya langsung bergegas cepat menghabiskan makananku.
“Mah,pah,aku berangkat dulu?” pamit Xavier pada mama dan papa.
“Mah,pah,aku juga pamit?” pamitku pada keduanya.
“Vier,tunggu kenapa buru-buru sih?” panggilku saat melihat Xavier sudah ingin keluar dari rumah.
“Lo hari ini gk bisa berangkat bareng gw.”
“Loh kenapa?”
“Gw mau bareng sama Bianca.”
“Terus kalau lo sama tuh anak gw sama siapa?” tanyaku sambal berjalan mendekatinya yang berada diambang pintu.
“Lo dianter sama supir aja.”
“Gk bisa gitung dong ,pokonya gw bareng sama lo.Mending lo gk usah jemput tuh cewek kampung.”
“Apa hak lo ngelarang gw?” ucapnya dengan nada dingin.
“Lo kenapa sih Vier-“ ucapku terpotong oleh Xavier.
“Mending lo diem gk usah banyak oceh muak gw dengernya.” Ia langsung berlalu pergi meninggalkanku yang masih bingung dengan sifatnya yang tiba-tiba berubah,apa karena aku tidak menuruti perintahnya semalam.
“Entahlah aku tidak peduli itu sekarang intinya aku harus bisa mengalahkan para pengganggu itu,” batinku.
Peringatan
Ulangan berjalan dengan baik,karena aku sudah menghafal semua kunci jawaban yang diberikan papa semalam.Aku melihat kearah Xavier dia benar-benar tidak menoleh kearahku sedikit pun.Waktu yang diberikan sudah aku keluar kelas karena ini waktunya istirahat,saat didepan pintu kelas aku melihat Xavier dan Bianca menuju dan saat yang bersamaan Alice dating menghampiriku,ini saat yang tepat menajalankan recananya pikirku.
“Lo mau bantu gw?” tanyaku saat Alice baru saja tiba disampingku.
“Bantuin lo?”
“Tuh liat,” tunjukku kearah Bianca dan Xavier.
“Lo mau Xavier sama tuh anak deket-deketan mulu?”
“Maksud lo apa? Emang apa masalahnya sama gw kalau mereka deket?”
“Omongan lo seolah-olah lo gk peduli kalau mereka deket,tapi ekspresi lo tidak menujukan hal yang sama justru lo keliatan sebel banget Bianca deket sama Xavier.”
“Gk kok muka gw biasa aja lo salah liat kali.”
“Lo suka kan sama Xavier?” seketika raut wajah Alice berubah,ia terkejut saat mendengar pertanyaanku itu.
“Hah…e-eng-engak siapa bilang gw suka Sama Xavier,” elaknya.
“Gk usah bohong,lagian gk masalah kalau lo suka sama abang gw.”
“Itu malah mempermudah gw buat singkirin tuh cewek dari Xavier,” batinku.
“Jadi sekarang lo mau kerjasama bareng gw buat jauhin mereka?”
“Gw bias bantu deketin lo sama Xavier!” aku mencoba merayunya agar ia mau berkerjasama denganku.
“Lo serius?”
Aku menganggukkan kepala sebagai jawaban.
“Oke gw setuju.Apa rencana lo?”
Akupun membisikan Alice rencana yang sudah aku rancang agar Xavier dan Bianca tidak bersama lagi.
“Ide bagus,” serunya saat aku selesai memberitahunya rencanaku.Kamipun bertos ria tidak sabar agar Bianca segera menderita.
****
Aku dan Alice sedang pemanasan sebelum berlatih Ice Skating tetapi sedari tadi aku tidak melihat Xavier,aku mencarinya karena kami tidak dating bersama ketempat latihan.
Beberapa saat aku melihat Xavier yang baru dating bersama dengan Bianca.Mereka berpisah karena harus mengganti baju mereka,aku yang mekihat itu dengan segera menghampiri Bianca yang sedang mengganti bajunya.
“Gimana perasaannya akhir-akhir ini deket sama Xavier?” kulihat Bianca terkejut dengan kedatanganku yang tiba-tiba.
“Mau apa lagi lo?”
“Udah bisa songong ya lo merasa udah ada yang ngebela.”
“Gw gk mau nyari ribut sama lo sekarang!”
“Tapi gw mau gimana dong?” aku menghalangi jalannya ketika ia ingin keluar dari toilet.
“Minggir!”
“Jangan buru-buru dong gw masih mau ngobrol.”
“Gw bilang minggir.”
“Galak banget sih mbanya.”
Ia berjalan kesamping berusaha untuk keluar dari toilet,tapi dengan segera aku menyiramnya dengan minuman yang sedari tadi aku sembunyikan dibelakang badanku.
“Upss…sorry tangan gw licin.kenapa kok gk jadi keluar.”
Bianca masih menatapku dengan tajam aku yang tahu dia kesal padaku merasa senang dan aku berniat untuk keluar dari toilet.
“Ya udah kalau lo gk mau keluar gw aja yang keluar,byeee,” baru saja dua langkah aku berjalan dia tiba-tiba menahan tanganku dan menarik nya dengan kuat sehingga aku langsung berbalik menghadapnya.Aku yang merasakan sakit pada tanganku pun langsung menghempaskan tangannya yang berada dilenganku.
“Lo emang bener-bener gk punya hati ya,Ra ,mau lo itu apa sih?”
“Mau gw? Gw mau lo jauhin Xavier.”
“Kalau gw gk mau?”
“Kalau lo gk mau jauhin Xavier… ya lo bakal tau akibatnya.”
“Bisa gk sih lo itu gk usah ganggu gw lagi,hidup lo itu udah enak ,Ra, apa yang lo iriin dari gw?”
“Apa kata lo? Hidup gw enak? Heh…” aku tersenyum kecut mendengarnya.
“Lo punya keluarga yang lengkap orang tua yang saya sama lo,hidu-“
“Orang tua yang saya kata lo? Kalau orang tua gw saya sama gw gk mungkin gw dapetin luka ini,” aku berkata dengan menunjukkan luka yang berada di lenganku.
“Dan iri kata lo? Gw gk iri sama lo untuk apa gw iri sama lo.Gw cuman mau lo jauhin Xavier,karena cuman dia yang gw punya!” setelah mengatakan itu aku segera berlalu dari toilet.
“Dari mana lo?” tanya Alice saat aku baru saja duduk disampingnya.
“Abis gretak cewek gk tau diri itu,” ucapku dengan wajah yang datar.
“Terus gimana dia mau nurutin kemauan lo?”
“Tuh lu liat aja,” tunjukku pada Bianca yang sedang bersama Xavier meski sudah kuperingatkan.
“Emang cewek gk tau malu,jadi kapan kita mulai rencananya?”
“Sekarang!”
“Hah,lo yakin tapi waktunya gk pas?”
“Kita ganti rencana.”
Laut
“Baik anak-anak saya ada pengumuman untuk kalian semua!” Coach Gibran meberikan pengumuman pada kami yang sudah berkumpul.
“Dalam waktu dekat ini akan ada perlombaan,maka dari itu tiga hari lagi atau dipertemuan selanjutnya saya akan menseleksi kalian semua siapa yang pantas untuk mewakili Club kita untuk perlombaan kali ini.” Kami semua mendengarkan seksama atas apa yang Coach Gibran katakana.
“Jadi saya mau kalian semua persiapkan diri melai dari sekarang.Xaviera saya harap kamu bisa mewakili Club ini saya percaya dengan kemampuanmu.” Aku yang mendengar Coach Gibran meharapkanku untuk mewakili Club dan percaya pada kemampuanku merasa bangga sudah bisa membuat Coach mempercayaiku.
“Baik,mungkin itu saja dari saya kalian bisa mepesiapkan diri untul tiga hari kedepan,” Coach Gibran meninggalkan kami semua.
“Ra,liat deh,” Alice menunjuk kearah Bianca dan Xavier yang sedang berseluncur di ice rink.
“Kayanya kalai ini Xavier bakal jadi pasangannya dia.”
“Gk akan gw biarin itu terjadi dang w pastiin tuh anak gk akan ikut tes ini.”
“Hah...maksud lo apa?”
“Lo liat aja nanti,lo cukup ikutin perintah gw!” aku dan Alice saling bertatap mata dan tersenyum penuh arti.
****
Saat Bianca baru saja keluar dan ingin pulang ia mendapatkan notifikasi dari Xavier yang menyuruhnya untuk menemui dia didermaga dekat sini.
“Ngapain Xavier nyuruh gw kesana?” Bianca sedikit bingung pasalnya ini sudah larut malam dan Xavier memang sudah pulang lebih dulu darinya.
“Mungkin ada hal penting yang mau dia omongin,” akhirnya Bianca memutuskan untuk menemui Xavier.
Saat ia telah tiba Bianca mengedarkan pandangan tetapi.tidak melihat siapa pun disekitar sini gelap dan sepi.
“Vier….Xavier….?”
“Xavier…lo dimana lo chat gw katanya lo ada dideket kapal ini,” Bianca terus berusaha mencari Xavier ditempat yang sudah Xavier beri tau.
Tiba-tiba Bianca mendapatkan notifikasi lagi dari Xavier.
Terus maju Ca gw didepan lo.
Ayo maju disini pemandangannya lebih bagus.
Gw juga mau ngomong sesuatu sama lo.
Kira-kira begitu lah isi pesan yang Xavier kirimkan padanya.Bianca pun menuruti ucapan Xavier dan terus berjalan maju,karena ia juga memang melihat bayangan seseorang dari kejauhan.
“Vier..?”
“Xavier…?” panggilnya lagi saat tidak mendapat respon dari Xavier.Ia pun semakin mendekat dan mencoba meraih tubuh Xavier dan membaliknya.
Tapi saat Bianca telah berhasil membalik orang itu bukan Xavier yang ia dapatkan melainkan.
“Gavin…?” ia terkejut karena itu bukan Xavier melainkan Gavin sedang apa orang itu disini? Apakah ia sedang dikerajain oleh mereka.Saat Bianca sedang memikirkan banyaknya pertanyaan yang berada dikepalanya tiba-tiba tubuhnya terdorong dan membuatnya terjatuh kedalam laut,dan sialnya ombak laut malam ini sangat kuat yang membuatnya kesulitan untuk berenang.
****
Beberapa jam sebelumnya
Aku yang sedang bersiap untuk segera pulang melihat HP Xavier yang tergeletak di kursi aku berniat mengambilnya dan memberikan kepada pemilinya,tetapi tiba-tiba sebuah rencana melintas diotakku dengan segera aku pergi menjauh dan mengurungkan niatku yang ingin meberikan ponselnya kepada Xavier.
“Alice…!” teriakku saat melihat Alice yang tengah bersiap untuk pulang.
“Kenapa?”
Aku menunjukkan ponsel Xavier padanya.
Alice hanya mengerutkan dahinya bingung.
“Lo ingetkan rencana kita buat nyingkirin tuh anak?”
“Iya...”
“Yaudah kita jalanin rencana itu sekarang!”
“Sekarang?”
Aku hanya mengangguk sebagai jawaban.
“Jadi gw mau lo chat tuh anak pake HP Xavier,suruh dia datang kedermaga deket sini.Nih lo chat dia kalau Xavier udah pulang supaya tuh anah gk curiga,” aku memberikan HP Xavier pada Alice.
“Terus kita mau apain dia disana?”
“Lo gk usah banyak tanya lo liat aja nanti,tugas lo cuman chat dia dan pastiin dia dateng.”
“Oke…”
“Tapi gw gk tau Password HP Xavier apa?”
“Tanggal lahir gw.”
“Gw Juga gk tau tanggal lahir lo?”
“Tanggal lahir Xavier? Lo tau tanggal lahir Xavierkan?” kulihat Alice mengangguk tanda tau.
“Tanggal lahir gw sama Xavier sama,” ucapku sedikit kesal.
“Oooo…kok bisa sama?” bingungnya.
“Lo mau gw geplak biar gk amnesia?”
“Hehehe….gw cuman bercanda serius amat hidup lo.”
****
Aku melihat Xavier yang baru saja keluar dan bergegas menyalakan motor dan segera pulang.Setelah beberapa lama aku juga melihat Bianca yang baru saja keluar dan bergegas ingin pulang juga,dengan segera aku menelfon Alice dan menyuruhnya untuk segera mengirimkan pesan pada Bianca.Kulihat Bianca mengeluarkan ponselnya dan tidak lama ia bergegas pergi ketempat yang sudah diberi tau oleh Alice menggunakan ponsel Xavier.Dengan cepat aku juga segera bergegas pergi dari sini.
Di tengah perjalanan aku bertemu dengan Gavin.
“Mau kemana lo malem-malem gini?”
“Minggir gw gk punya banyak waktu buat ladenin lo!”
“Tunggu-tunggu mau kemana sih buru-buru?” Gavin mencengkram tanganku dan terus menghalangi jalanku.
“Bisa lepas gk?”
“Kasih tau gw dulu lo mau kemana?” kekehnya.
“Mending lo ikut gw aja siapa tau lo berguna.” Aku dengan segera menariknya untuk ikut denganku.
Sesampainya disana aku dengan segera menghampiri Alice yang berada didalam kapal.
“Gimana?mana tuh anak?”
Alice menunjuk kearah Bianca yang terlihat sedang mencari sesuatu,sepertinya dia sedang mencari keberadaan Xavier.
Seketika sebuah ide kembali melintas diotakku,dengan segera aku menyuruh Gavin untuk berdiri dipinggir pelabuhan dengan menghadap kearah laut solah-olah ia adalah Xavier.
“Gav,lo keluar terus lo berdiri dipinggir situ buruan sekarang!”
“Buat apasih? Terus itu kenapa ada sibianca coba?”
“Udah buran nanti lo tau sendiri,” aku mendorong Gavin untuk segera keluar daru kapan dan berdiri ditempat yang sudah aku beritau tadi.
Saat aku melihat Gavin yang sudah berada ditempat yang benar aku kembali menyuruh Alice untuk membari tahu Bianca untuk mendekat kearah Gavin berada.
Setelah itu kulihat Bianca mendekat dan terus memanggil-manggil nama Xavier,lalu Bianca membalik tubuh Gavin dengan segera aku turun sebelum ia menyadari bahwa dirinya sedang dikerjai.Aku mendekat kearah mereka dan mendorong Bianca kearah laut dan membauat dirinya tercebur dan sulit untuk berenang karena memang ombak sedang besar malam ini.
Kecerobohan
“Ra…!” treak Gavin dan Alice yang terkejut atas apa yang aku lakukan.
“Ra,lo gila kalau dia mati gimana? Tuh liat dia gk bisa berenang Ra,” cemas Gavin yang melihat Bianca yang kesulitan untuk berenang menepi.
“Gw gk peduli! Emang itu tujuan gw,buat dia mati.”
“Bener-bener gila ya lo.”
“Itu akibat dari kesombongan lo dan gw gk suka lo ambil semua perhatian keluarga gw,jadi gw berharap lo mati.” smrik
“Ayok kita tinggal dia sendiri disini!” Alice segera pergi dan akupun mengikutinya,tidak peduli bagaimana nasip Bianca.
“Woy…!bener-bener gila ya lo pada.Aduh maaf ya Bianca gw gk mau malem-malem gini nyebur kelaut jadi,bye hati-hati ya ada hiu.” Gavin pun pergi meningalkan Bianca yang berada diair.
“Ra,lo serius tuh anak gak papa ditinggal gitu aja?” tanya Alice dengan cemas.
“Lo mau balik kesana lagi terus tiba-tiba ada yang liat kita,lo mau?”
“Ya gk mau.”
“Ya udah diem gk usah berisik! sekarang kita cuman perlu pulang dan lupain kejadian ini.”
“Tapi kalau Bianca selamet dan dia ngasih tau keorang-orang kalau dia didorong sama kita gimana? Itu juga kan termasuk percobaan pembunuhan?”
“ALICE! Bisa diem gk? Gw pusing denger ocehan lo.”
Disaat kami sedang berjalan dn segera ingin pulang dari arah belakang ada yang menepuk bahu kami.
“AAAAAAAA…..” triak Alice dia langsung bersimpuh ketakutan.
Sedangkan aku hanya diam membeku, apa jangan-jangan ada yang melihat kejadian tadi?
“Woy…woy….kenapa?”
Seketika aku yang mengenali siapa pemilik suara ini langsung berbalik untuk memastikan jika dugaanku benar tentang siapa pemilik suara ini.
“YAAAA….” Kesalku ternyata benar dugaanku bahwa itu adalah Gavin.
“Lo bikin gw takut s*alan.”
“Gk ada akhlak ya lo bikin gw jantungan,” Alice juga merasa kesal dan dengan entengnya ia menggeplak kepala Gavin.
“Awwww…” Gavin hanya meringis sakit saat kepala dipukul oleh Alice.
****
Setibanya dirumah dengan cepat aku turun dari mobil Gavin dan masuk kedalam rumah melalui pintu belakang karena ini memang sudah larut malam,kurasa orang rumah sudah pada tidur semua.
Aku membuka pintu kamar dengan sangat perlahan takut Xavier bangun dan menanyakan banyak hal tentang kemana perginya aku sampai pulang selarut ini.Dengan segera aku membersihkan diri.Setelah selesai aku ingin beranjak keluar dari kamar mandi baru saja aku membuka pintu aku sudah dikejutkan dengan Xavier yang berdiri didepan pintu dengan melipatkan tangannya didada dan tatapannya yang mengintrogasi diriku.
“Dari mana?” Xavier berkata dengan dingin.
Sudah kuduga pasti ini pertanyaan pertama yang Xavier berikan padaku.
“Gu-gue a-abis latihan iya abis latihan,” aku menjawab dengan terbata-bata takut Xavier akan curiga.
“Sampe semalem ini?”
Aku kembali diam memikirkan jawaban apa yang tepat.
“Ee-ehehe…be-ben-bentar lagi kana da tes untuk lomba jadi gw harus…harus latihan lebih keras lagi.”
“Lo gk lagi bohongin gw kan?” curiga Xavier.
“Emmm,buata apa gw bohongin lo? Gk guna juga,dahlah gw mau tidur capek,” aku dan Xavier memang satu kamar tapi ruangan untuk kami tidur terpisahkan oleh sekat yang membatasi antara kamarku dan Xavier,jadi dalam ruangan ini ada tiga ruangan lagi yang dibatasi oleh sekat antara kamarku,Xavier dan ruang belajar kami.
“Ra?” tiba-tiba Xavier kembali memanggilku,dan ia langsung mengangkat pergelangan tanganku.
“Gelang lo mana? Biasanya lo selalu make gelang kesayangan lo.”
Aku baru sadar gelangku memang tidak ada di pergelangan tanganku dan seketika aku panik,kemana gelangku? Atau jangan-jangan gelang itu terjatuh saat didermaga saat aku mendorong Bianca tadi?
“O-oh..ini gw hari ini memang gk pake gelang kok.”
Xavier hanya menganggukkan kepalan dan melepas tanganku sebagai responya.Dengan segera aku masuk kedalam kamarku dan mengkuncinya.Aku mengambil ponselku dan membuka room chatku pada Gavin berharp gelangku terjatuh dimobilnya.
Gav?
Di mobil lo ada gelang gw gk?
Gelang?
Iya,gelang yang selalu gw pake.
Sabar gw cari dulu.
Gk ada Ra,coba lo inget-inget mungkin gk jatuh dimobil gw tapi ditempat lain.
Lo udah cari yang bener kan Gav?
Gw udah cari berulang-ulang dan memang gk ada tuh gelang.
“Gawat gimana kalau dugaan gw bener tuh gelang ada didermaga?” gumamku merutuki kecerobohanku.
Terungkap
Pagi-pagi sekolah sudah dihebohkan dengan berita yang ada dimading,aku yang baru sampai langsung menuju kemading saat sampai didepan madding aku melihat sudah ada Alice dan Gavin disana.
Belum juga sampai aku sudah ditarik oleh Alice menjauhi kerumunan.
“Ra,gawat?” ucapnya panik dengan wajah yang gelisah.
Aku hanya mengangkat sebelah alisku bingung dengannya kenpa dia terlihat sangat ketakutan?
“Bianca!” seolah tau dengan responku Alice langsung menyebutkan satu nama yang akhir-akhir ini banyak dibicarakan karena ia tiba-tiba menghilang.Tidak ada yang tau dia kemana.
Seketika aku panik dan takut setelah mendengar namanya disebut oleh Alice.Aku langsung berlari kembali kearah mading untuk melihat langsung apa yang ada disana,aku berharap apa yang aku pikirkan tidak ada disana.Namun semua itu tidak berjalan sesuai keinginanku,hal yang tidak aku inginkan akan segera terjadi.Ya,menghilangnya Bianca beberapa hari ini sudah diselidiki oleh pihak yang berwajib dan sudah ditemukan penyebabnya,jantungku langsung berdebar kencang saat mengingat ada satu barang yang bias membuktikan dengan mudah bahwa aku pelakunya.
“AAAGGHH…” aku terkejut saat ada yang menepuk punggungku,ternyata itu Xavier dia baru saja dari parkiran setelah memarkirkan motornya.
“Lo kenapa? Dari tadi gw panggil gk denger.”
“E-ee-em g-gw….”
“Lo kenapa sih? Muka lo pucet banget,lo sakit?”
“E-eng-engak-.” Belum selesai aku menyelesaikan kalimatku tiba-tiba Alice datang.
“Em… Xavier pinjem Xavieranya bentar ya?” belum juga Xavier menjawab Alice sudah menarikku pergi.
Aku dan Alice pergi menjauh dari Xavier entah kemana Alice akan membawaku pergi,tetapi setidaknya dia sudah menyelamatkanku dari Xavier.Aku menjadi gugup saat bertemu dengan Xavier,karena akhir-akhir ini Xavier juga ikut turun tangan dalam pencarian Bianca dan secara tidak langsung mungkin dia sudah tau penyebab dari hilangnya Bianca.
****
Ternyata Alice membawaku keruang musik,sekarang kami sudah berada diruang musik dan tidak hanya kami berdua yang ada di ruangan itu ada Gavin juga ternyata.
“Ra,lo liatkan sekarang akibat dari perbuatan lo itu!” sekita Gavin marah padaku atas apa yang sudah aku perbuat pada Bainca.
“Ra,terus gimana sekarang,kalau mereka tau kita pelakunya,kita bisa apa?” Alice ikut menyalahkanku.
“Gw gk mau terseret kedalam masalah ini.”
“ Lo tau nanti akan ada pihak berwajib yang datang kesekolah kita untuk meyelidiki masalah ini,jadi sebelum mereka datang gw harus pergi dari sekolah untuk mengamankan diri,” Alice berucap dengan serius.
“Lo gk bisa pergi gitu aja dong,lo juga mau ikut rencana ini tanpa gw paksakan dan lo juga mau balas dendamkan sama Bianca,jadi lo gk bisa kabur gitu aja,” aku geram dengan mereka yang sedari tadi memojokkanku seolah-olah hanya aku yang salah disini.
“Tapi lo yang dorong dia Ra,dan lo ninggalin dia gitu aja.”
“Jadi lo Ra,dalang dari semua ini?” Xavier tiba-tiba saja muncul dari balik pintu,ternyata ia mengikutiku dan Alice diam-diam tanpa sepengetahuan kami.
“Xa-Xavier?” aku terkejut dengan kemunculan Xavier yang tiba-tiba.
“Apa tujuan lo berbuat itu semua?” suara Xavier sudah mulai tajam dan dingin aku sudah tau apa yang akan terjadi setelah ini jika nada suaranya sudah berubah seperti itu.
“G-gw,gw gk sengaja.”
“Gk sengaja kata lo? Tapi kenapa lo gk nolongin dia dan lo malah kabur gitu aja?”
“MAKSUD LO APA XAVIERA NERISSA?”
“GW GK SUKA LO DEKET-DEKET SAMA DIA DAN GW GK DIA DEKET SAMA MAMA.”
Plakk…
Pipiku terasa panas saat tangan Xavier mendarat dengan mulus dipipi kiriku.
“LO EGOIS.” Xavier berkata masih dengan penuh emosi.
“Kenapa kalau gw egois,KENAPA?”
“Gw cuman mau perhatian dan kasih sayang dari mama dan lo,karena gw udah gk bisa dapet itu dari papa.Tapi semenjak kalian kenal sama dia,kalian jadi lupa sama gw,KALIAN LUPA KALAU ADA GW DISITU,” Seketika kau terisak mengingat selama ini aku selalu diacuhkan oleh mama dan Xavier.
“Dan lo tau kan Vier,cuman lo tempat gw berlindung dari amarahnya papa? Tapi setelah lo kenal sama dia lo jadi gk pernah ada disaat gw butuh tempat berlindung.Disaat dulu gw abis dipukul sama papa selalu ada mama yang siap memberikan pelukkannya walaupun dia gk tau kalau gw habis dipukul sama papa,tapi semenjak mama kenal sama Bianca mama jarang perhatiin gw lagi,dia selalu sibuk dan terlalu asik sama Bianca dan ibunya.”
“Apapun alasannya gw gk peduli lo tetep salah dan lo harus menerima hukuman atas apa yang lo perbuat.”
“Heh… gw tau lo udah gk ada dipihak gw lagi, Xavier yang selalu ada dan ngedukung semua perbuatan gw udah gk ada, gw udah gk kenal Xavier yang berdiri didepan gw sekarang, tapi lo gk punya bukti Vier buat buktiin kalau gw pelakunya.”
“Gw bakal berusaha buat cari bukti itu.”
“Lakuin sesuka hati lo,” aku langsung berlalu dari ruangan itu.
Paris
Aku sedang berada ditempat biasa aku latihan Ice Skating,aku sedang menunggu giliranku dipanggil untuk seleksi lomba yang sudah diumumkan beberapa hari yang lalu,aku harus terpilih dan memenangkan lomba ini karena lomba ini yang bisa membuat aku menjadi seorang Ice Skater yang terkenal.Kulihat Xavier juga tengah bersiap,dia masih mendiamkan aku dan terus berusaha mencari bukti untuk membuktikan aku bersalah.Aku dan dia juga kami tidak berpasangan seperti biasanya,kami benar-benar seperti musuh sekarang.
Nama Xavier dipanggil untuk segera memasuki ice rink.Disaat aku tengah meonton pertunjukkan Xavier tiba-tiba ada yang menarik tanganku dan membawaku menjauhi area tunggu para peserta.
“Papa!”
“Pa,papa mau bawa aku kemana?”
“Gk usah banyak tanya diem dan ikuti saja kemana papa membawamu.”
****
Sekarang kami berada didalam mobil papa.Aku bingung apa yang akan papa katakana kenapa harus menjauh sampai keluar gedung padahal sebentar lagi namaku akan dipanggil.
Kulihat papa mencari sesuatu didalam sakunya.
“Ini punya kamukan?” saat papa menunjukkan barang yang dia cari tadi seketika aku terkejut itu,itu adalah gelangku yang hilang saat aku mendorong Bianca didermaga,kenpa gelang itu bisa berada dipapa?
“Xaviera? Ini punya kamukan?”
“E-em i-itu,itu-“
“Kenapa gugup? Jadi bener ini punya kamu?”
Aku hanya bisa diam bingung harus menjawab apa.
“Oke diamnya kamu papa anggap iya.Sekarang kamu bakal papa kirim ke Paris!”
“Papa seirus?” ucapku antusias akhirnya ada yang ingin melindungiku.
“Iya,papa cuman gk mau nama keluarga kita tercemar gara-gara kamu.”
Seketika aku merasakan sesak mendengarkan papa yang berkata seperti itu.Aku kira papa ingin melindungiku dengan cara mengirimku keparis,tapi ternyata dia hanya ingin melindungi nama baiknya.
“Kita berangkta kebandara sekarang!” printahnya pada orang suruhannya untuk mengantarku kebandara.
“Papa udah siapin semua keperluan kamu disana,menetaplah disana sampai papa yang menyuruhmu kembali kesini!” setelah mengucapkan itu papa langsung keluar dari mobil.
Seketika aku teringat dengan tes dan lomba yang akan menentukan mimpiku.
“Pah,akum au selesaiin tes ini dulu supaya aku bisa ikut lomba dan setelah lomba baru aku bisa pergi ke Paris.”
“Udah gk ada waktu kamu harus berangkat sekarang!” tekannya.
“Tapi,pah aku harus ikut lomba ini.”
“Berangkat sekarang!” perintahnya sekali lagi pada orang suruhannya.
“Pah,please aku gk mau pergi sekarang.PAH….”
“AARGH…” triakku frustasi,hancur sudah semua mimpi dan harapanku.Mobil langsung melesat menuju bandara.
“Xavier,” ya hanya dia yang bisa menolongku saat ini.Seketika aku langsung mencari nomernya diponselku dan segera menelfonnya.
Setelah beberapa kali tidak diangkat oleh Xavier akhirnya Xavier mengangkatnya.
“Xavier…tolongin gw…” aku berkata dengan lirih takut orang suruhan papa mendengar perkataanku.
Beberapa saat Xavier belum juga mengeluarkan suaranya.
“Gk usah hubungin gw lagi,gw udah gk peduli mau lo hidup bahkan kalau lo mati sekalipun.” Xavier berkata dengan enteng tanpa tau aku sudah meneteskan air mata mendengar perkataanya.Lalu Xavier mematikan telfon secara sepihak.
Sekarang harapan satu-satunya hanya mama,aku segera menelfonnya tanpa lama mama langsung mengangkatnya.
“Halo!”
Tunggu ini bukan suara mama akau tau persis siapa suara pemilik suara ini.
“Halo Xaviera! Ini tante mama kamu lagi ada ditoi-“ aku langsung mematikan sambungan sebelum orang itu menyelesaikan perkataannya.
Itu adalah ibunya Bianca aku tau itu bukan suara mama.Jadi mama tidak bisa hadir dites perlombaanku karena pergi menemui ibunya Bianca.Apakah mereka bertemu untuk menyelidiki kasus Bianca? Jika ia maka sudah tidak ada lagi yang bisa aku percaya.Maka keputusan papa untuk mengirimku keparis adalah keputusan yang benar walaupun tujuannya untuk melindungi nama baiknya.
Akhir
Beberapa bulan berlalu
Setelah kejadian itu Xaviera hilang bagai ditelan bumi tidak ada yang tau keberadaannya,Xavier terus mencari keberadaan Xaviera dia menyesal karena tidak mendengarkan apa yang dikatakan oleh Xavier,jika ia tau kalau Xavier akan pergi saat itu pasti dia akan menyusulnya.
Bahkan palaku dari kasus Bianca sudah terungkap,bahwa memang benar kalau Xaviera pelakunya.Ya,hanya Xaviera yang terbukti bersalah karena bukti hanya menunjukan bahwa Xaviera pelakunya.
Xavier sebenarnya tau bahwa bukan hanya adik kembarnya saja yang terlibat dalam masalah ini,ia ingin segera mengungkapkan pelaku-pelaku yang lain dan itu hanya Xaviera yang bisa membantunya karena hanya dia satu-satunya yang bisa menyeret dua orang pelaku itu.
Xavier mencari keberadaan Xaviera memang ingin meminta bantuannya untuk segera menyelesaikan masalah ini,tetapi tidak hanya itu dia mencari Xaviera karena ia juga khawatir dengan saudara kembarnya itu.Selama ini mereka tidak pernah terpisah dengan waktu yang lama.
“Udah dapet info dimana Xaviera berada?” Xavier berucap pada seseorang yang sedang ia terlfon.
“Terus cari info dimana Xaviera berada!” seketika ia mematikan panggilan itu setelah mengucapkannya.
“Xavier?” panggil Elena (mama sikembar).
“Mama?”
“Gimana udah udah ada info tentang Xaviera?” ia berjalan mendekat kearah Xavier yang sedang berada dibalkon kamar.
Xavier hanya bisa menggelengkan kepala sebagai respon,karena memang ia belum mendapatkan info apa-apa.
“Mama bener-bener khawatir sama Xaviera,dimana dia sekarang sama siapa dia dan tinggal dimana dia sekarang.
“Mama tenang dulu ya aku bakal secepatnya bawa pulang Xaviera,” lalu Xavier mendekap ibunya itu untuk menenangkannya.
“Andai aku mau mendengarkan lebih banyak kata yang Xaviera ucapkan waktu itu,mungkin semua ini tidak akan pernah terjadi.Andai aku tidak mengatakan kata-kata kasar itu padanya,mungkin ia tidak akan menghilang seperti ini,” Ucapnya dalam hati.
Hanya kata andai yang bisa kita ucapkan hanya penyesalan yang kita dapat dari keegoisan diri sendiri dan kehilanganlah yang kita dapat dari keegoisan itu.
Baik Xavier ataupun Xaviera mereka mendapatkan penyesalan dari keegoisan meraka masing-masing dan rasa kehilangan yang sama.
Mungkin Xaviera memang jahat,tapi coba kita lihat dari sudut pandang menjadi Xaviera,ia ditekan untuk menjadi apa yang papanya mau dan itu diluar kemampuannya dan berakhir dia menghalalkan segala cara agar ia terhindar dari amarah sang papa.Kedatangan Bianca dihidupnya membuat saudara kembar yang selalu ada dan selalu menjadi pelindungnya menghilang dari sisinya kemana lagi dia berlindung disaat tempat dia untuk berlindung tidak ada.Kedatangan sosok Bianca juga membuat sang mama tempat dia bersandar untuk menghilangkan rasa sakit yang tercipta dari sang papa,Xaviera juga kehilangan sosok itu kehilangan tempat ia berlindung dan tempat ia bersandar.
Xaviera juga telah kehilangan mimpinya hanya karena keegoisannya sendiri.tetapi ia sudah menjadi sang juara dan sang Ice Skater yang sesungguhnya.
Tapi kita juga tidak bisa membetulkan atas semua perbuatan yang telah ia perbuat
Sekarang Xavier dan Elena (mama Sikembar) hanya bisa berharap kepada tuhan supaya tuhan mau mempertemukan mereka dengan Xaviera kembali. Mereka berharap rembulan mereka segera kembali.