The Conqueror of Soul
The Conqueror of Soul
Rudi Hartono
XI AK 1
Prologue
“At that day my life changed entirely”
Di hari itu hidupku berubah total
Di sebuah dunia yang dibentuk oleh sihir,perang, tumpah darah dan di lindungi oleh para Archon. Dunia yang bernama Tavet, merupakan tempat tinggal 7 bangsa yang berada di bawah perlindungan Archon. Setiap bangsa diberkati kekuatan elemen yang luar biasa. Notle, bangsa yang terletak di barat tempat kelahiran gunung api, bangsa yang dilindungi oleh Archon api “God Of War” Kiruto. Hiland, bangsa yang terletak di utara tempat alam tertidur, bangsa yang dilindungi oleh Archon es “ Loveless God ” Chaterine. Nemis, bangsa yang terletak di timur tempat matahari terbit, sebuah bangsa yang menyukai pesta dan anggur yang dilindungi oleh Archon angin “God Of Freedom” Toruu. Sumehru, bangsa yang terletak di padang rumput Nahria dan padang gurun Sahria, bangsa yang baru kehilangan Archon mereka dan sekarang berada di bawah Archon hutan/tumbuhan “Flower God” Nehida. Li Ye, bangsa yang terletak di selatan tempat perdagangan antar bangsa terjadi, bangsa pedagang dan tempat terciptanya mata uang Tavet yaitu Pera yang dilindungi oleh Archon tanah “God Of Trades And Contracts” Morakh. Nasuna, bangsa yang terletak jauh di lautan guntur, bangsa misterius yang dilindungi oleh Archon petir “The Almighty Shogun” Mizuru. Bangsa yang terakhir adalah Fontana, bangsa yang terletak di pusat benua Tavet tempat teknologi dan invensi-invensi menakjubkan lahir, bangsa yang sangat damai dan tentram yang dilindungi Archon air “Goddess Of Justice” Aria, tempat kelahiranku dan tempat dimana semuanya berawal.
Bab I | Peaceful Life | 平和に暮らす
Kehidupan yang damai
Curriculum vitae,
Namaku adala Zayne Collosal, aku adalah anak tertua dari sebuah keluarga bangsawan. Di Fontana ada sebutan bagi 4 keluarga bangsawan yang merupakan keturunan dari Archon pelindung sendiri. “4 Pillars” atau 4 Pilar dan *Kebetulan* keluarga Collosal adalah pilar ke-2 dari ke-4 pilar. Pilar bertugas membantu Archon mengelola negara dan pilar memiliki perannya masing-masing, pilar pertama adalah keluarga Zonicus yang bertanggung jawab atas pemerintahan negara.
“Ya, Archon kami tidak turun tangan langsung memerintah negara, hanya pada saat-saat krusial beliau akan memberi perintah langsung.”
Pilar yang kedua adalah Keluarga Collosal yang bertanggung jawab atas militer dan ekonomi negara.
“Dapat terbayang sekuat apa keluargaku bukan ?”
Yah, seperti kata pepatah “ Kekuatan yang besar datang dengan tanggung jawab yang besar “. Dan aku merasakan efeknya secara langsung.
Pilar ketiga adalah keluarga Olof yang bertanggung jawab atas agrikultur.
“Jujur walaupun negara kami di berkati oleh Archon air sendiri, namun hasil bumi kami tidak sebagus bangsa-bangsa lain”. Ini merupakan tugas yang berat.
Pilar terakhir yaitu keempat adalah keluarga Leichester yang bertanggung jawab atas pendidikan negara.
“Pengetahuan adalah sumber kekuatan dan kesuksesan”. Pasti kalian pernah dengar kata-kata itu kan ? Ya, kalau tidak juga tidak masalah. Tapi fondasi pembangun bangsa adalah pendidikan yang bagus dan keluarga Leichester telah memenuhi perannya dengan sangat baik sampai saat ini.
“Fontana adalah pusat teknologi dan invensi-invensi lahir”. Dan itu bukan bualan belaka. Bangsa kami memang memimpin evolusi teknologi di Tavet.
“Hfft, aku terlalu membanggakan bangsaku”. Itulah yang selalu aku pikirkan setiap bercerita tentang tempat kelahiranku. Sudah cukup berceritanya. Aku akan mulai memperkenalkan diriku sendiri.
Sebagai putra tertua dari Duke Collosal, aku mengemban tugas yang berat. Meskipun begitu, aku bukan seseorang yang spesial. Aku adlaah aib bagi Keluarga Collosal. Pada saat upacara Novletus, aku gagal membangkitkan kekuatan elemenku. Para tamu yang diundang menghadiri upacra tersebut menatapku sangat sinis seakan – akan mereka sedang menatap babi yang sedang mandi lumpur. Itu.... sangat memalukan. Aku tidak ingin menceritakannya lebih lanjut.
Selain aku yang merupakan putra tunggal Keluarga Collosal, aku adalah seorang kakak dari adik perempuanku yang bernama Cecilia, umur kami hanya berbeda 2 tahun namun, hubungan kami sangat baik.
Bisa dibilang kami tidak pernah bertengkar dalam hal apapun, terlepas dari umurnya Cecilia adalah seorang gadis yang baik hati dan bijak. Tidak seperti teman sebayanya yang lain dia seorang yang jenius dalam banyak hal dan seorang murid teladan di sekolah para bangsawan Fontana.
“Keluarga Collosal mendapat bibit unggul tahun ini !”. Sayangnya, yang dimaksud *Bibit Unggul* tersebut bukanlah aku.
Ayahku adalah seorang Duke yang sekarang menjadi kepala Keluarga Collosal. Beliau sering dipanggil Hanwess Sang Anjing Archon. Mungkin kalian bertanya – tanya “Mengapa beliau dipanggil Anjing Archon ?”. Jawabannya ada pada masa lalu ayah, sebelum Bibi Aria menjadi Archon yang dipilih oleh para dewa Cellestial, ayah adalah pengawal sekaligus kesatria yang menjaga beliau. Ini juga menjadi alasan kenapa keluarga kami bertanggung jawab terhadap kemiliteran Fontana.
“Seorang kesatria tampan nan hebat !!!! Fontana akan berjaya di bawah kemimpinannya”. Seru para rakyat Fontana kala itu.
Ibuku adalah seorang yang biasa saja. Akan tetapi, pertemuannya dengan ayahku lah yang membuat beliau tidak biasa.
“Di tengah hutan belantara terdapat seorang kesatria yang di utus oleh Archon untuk menjelajah hutan tersebut demi memperluas negara. Kesatria tersebut bersenjatakan pedang yang terbuat berlian biru yang konon mempunyai kekuatan 7 (tujuh) lautan. Pada suatu saat, sang kesatria pun terpisah dari rombongannya dan tersesat di hutan penderitaan tersebut. Akan tetapi, di tengah sinar bulan purnama terlihat bayang seseorang yang sangat cantik parasnya serta elok tubuhnya. Walau kesatria itu adalah seorang yang hebat, ia tetap seorang manusia. Maka jatuh cintalah kesatria itu pada pandangan pertama. Sang gadis menolong kesatria yang tersesat untuk menemukan jalan kembali. Saat mereka berdua berhasil kembali ke negara tempat kesatria itu berasal, timbullah perasaan enggan untuk berpisah. Akhirnya mereka pun memutuskan untuk mengucap janji sehidup semati dan tinggal di negeri itu dalam dam-“.
“KAKAKKKK!!!!” Teriak seorang gadis. Aku sungguh terkejut hingga melemparkan penaku.
“HAH?!?! Cecilia? Apa itu kau?” Aku mengambil penaku dan menyembunyikan diary ku. “Kak, TOLONG BUKA PINTUNYA.” lagi-lagi teriakan seorang gadis. Anehnya aku tidak mengenali suara itu dan tidak mungkin Cecilia yang memanggilku. Dia, ayah dan ibu sedang keluar negeri untuk menghadiri acara temu sapa semua keluarga bangsawan Tavet di Li Ye.
“Siapa dia? Para pelayan seharusnya sudah tidur dan kepala pelayan tidak akan berteriak seperti itu kan?”. Aku ketakutan...... SANGAT KETAKUTAN. Aku mengambil sebuah pisau kecil untuk perlindungan diri. Berjaga – jaga kalau itu adalah pencuri.
“Beranikan dirimu Zayne, kau adalah putra tertua Keluarga Collosal. Kau adalah penerus pilar penggerak negara ini.” Aku mengambil 1 langkah kedepan dan memberanikan diri untuk membuka pintu kamarku.
“Aku datang, ada apa di tengah malam yang membuat mu berteriak ?” ...... “Bodoh”.......”Bodoh”...... “BETAPA BODOHNYA AKU”......”SIAPA YANG AKAN MENYELAMATKANKU SEKARANG?”.”AKHHHHHH SIAL AKU BELUM INGIN MATI.”
“Tolong.....” Aku merintih seraya mencoba melepaskan diri.
“Aku belum ingin mati. Masih banyak yang belum aku lakukan. Aku bahkan belum menulis tentang diriku.” Melihat keadaanku sekarang jika aku mati sekarang, tidak akan ada orang yang mengingatku. SATUPUN....
Bab II | At that night my life changed | その夜、私の人生は変わりました.
Di malam itu hidupku berubah
“Cklk, Krieeeeeeeeettttt. Perlahan aku membuka pintu kamarku.” Ada sesuatu yang menungguku di depan pintu. Dia.... Tidak..... Kukenal..... “Maaf, siapa Anda?” Tanyaku dengan santai.
“Ke. Te. Mu..... HAHAHAHAHAHAHA.” Sesuatu yang berbentuk manusia namun aura kehadirannya berbeda dari manusia biasa, ini.... lebih jahat dan tercemar. “Seorang..... Tidak, IBLIS! YA! Dia adalah seorang IBLIS.” Aku biasanya hanya mendengar cerita dari rakyat. Bahwa ada dunia lain selain di Tavet dan jumlah dunia tersebut melebihi logika manusia yang cenderung terbatas. Dan salah satunya adalah Dunia Iblis yang merupakan musuh alami Para Dewa Cellestial. Satu – satunya ras yang bisa menandingi kekuatan para Archon.
Namun, salah satu dari mereka ada di depanku sekarang. Entah mengapa aku sangat yakin bahwa “Sesuatu” yang berdiri di depanku ini adalah seorang iblis.
MATI “Aku harus la-” MATI “Tidak aku punya senjat-” MATI “Ah.... Apa sampai disini saja ?”.
“Akh~~ Sesak, aku tidak bisa bernafas.” Dalam sekejap, iblis itu mencekik leherku dan mengangkatku.
“Archon, tolong aku.” Aku ketakutan dan putus asa.
“Tuan muda ! Dimana engkau?” Teriak para prajurit. “Berisik, setidaknya biarkan aku pergi dengan tenang.”.
“Ketemu !! Ada seorang iblis disini. Semuanya SERANG!!!!!” Para prajurit itu menyerang sekuat tenaga. Namun, apa daya mereka melawan sesuatu yang ada di luar pemahaman mereka. Kemenangan bisa di pastikan absolut 0%.
“Sriiiingggg.” Terdengar ayunan pedang yang sangat... sangat indah. “Tuan muda. Sadarlah!!! Ini Aku Porvania!!” Aku membuka mataku dan melihat tangan iblis itu tergeletak di lantai kamarku dan darahnya berceceran di mana – mana.
“Aku selamat. Lebih tepatnya diselamatkan.” Aku menangis sesaat setelah membuka mataku dan untuk pertama kalinya aku merasa tertolong.
“Huaaaaaaaa. Apa yang terjadi? Kenapa? Kenapa semua orang berdarah dan berteriak kesakitan? Kenapa kediaman kita terbakar? Dimanakan bibi berada? Bukankah dia akan selalu membantu kita? Dia adalah Archon yang sayang rakyatnya bukan? Dimana dia sekarang? Aku kesakitan.” Hushh “Anak baik, anak baik. Sekarang sudah tidak apa-apa, kamu sudah aman Tuan.” Aku baru sadar suara Porvania ternyata selembut ini. Sebelumnya, dia adalah kepala pelayan yang dingin dan pendiam. Itulah alasan mengapa dia adalah orang ke-2 yang aku takuti setelah ibuku.
“Tuan muda, kami akan menahan para iblis disini. Karena itu, tolong larilah ke jalan Barat dan larilah ke ibukota.” Jelas Porvania dengan nada terengah-engah. “Bagaimana dengan engkau? Jika menetap disini kamu akan mati juga. Aku takut berjalan sendiri di tengah kegelapan. Lagipula apa yang terjadi sebenarnya?” Aku sungguh tidak mengerti bencana apa yang telah menimpa keluarga kami saat ini.
“Akhir dunia sudah dekat. Tuan muda, engkau adalah putra tertua Keluarga Collosal. Pilar penggerak negeri ini. Engkau adalah satu-satunya harapan kami dan asalkan kau selamat..... Maka pengorbanan pelayanmu ini tidak akan sia-sia.” Lagi-lagi kata itu disebutkan, aku mulai muak.
“DUARRRRR” Terdengar ledakan dari Ruang Utama.
“Tidak ada waktu lagi! Tuan muda LARILAH. LARILAH secepat kilat yang mengelilingi Nasuna. LARILAH.”.
Tanpa berpikir apapun aku mengikuti perkataan Porvania dan berlari secepat kilat. Akan tetapi, setelah aku keluar dari kediaman yang sudah tidak jelas bentuknya itu. Aku menoleh lagi kebelakang. Pemandangan yang penuh kekacauan ini, ditengah-tengah api yang membara. Aku melihat senyuman orang yang menyelamatkan nyawaku, orang terakhir yang peduli kepadaku.
“Sakit! Sakit! Sakit! Sakit! Sakit! Sakit! SAKIT SAKIT SAKIT!!!!!!! ARRRRRRRRRGGGGGHHHHHHHH.” Aku tidak pernah merasa sekesal ini dalam hidupku. “AKU BERSUMPAH DEMI HIDUPKU. AKU AKAN MEMBALASKAN DENDAMKU. Hatiku diselimuti dendam yang tak tertahankan. Aku merasa seakan aku menjadi bagian dari para iblis itu. Aku.... Tidak bisa berbuat apapun, kapanpun.....
Bab III | Coward on the run | 逃げる臆病者
Pengecut dalam pelarian
Aku kelelahan. Entah sudah berapa lama aku berlari, hari sudah mulai terang. Fajar akan tiba, aku akan hidup. Kira-kira menu apa yang akan dimasak kepala pelayan hari ini ya? Aku harap itu steak. Steak buatan Porvania adalah yang terbaik. Cecilia, aku dan ibu adalah penggemar nomor 1 masakannya.
“Tunggu, dia sudah tidak ada di dunia ini bukan? Aku melihatnya dengan mata kepalaku sendiri.” Hatiku terasa sakit. Sebenarnya, seluruh tubuhku kesakitan. Aku tidak pernah turun ke medan perang. Aku hanya mempelajari tekniknya saja dalam buku yang ada di perpustakaan.
“Apakah ayah dan ibu akan sedih jika mengetahui bahwa anaknya telah tiada saat mereka pergi?” Beribu pikiran tidak mengenakkan terlintas di pikiranku. Kalau dipikir-pikir wajar saja. Aku baru saja di cekik oleh mahluk yang tidak kuketahui asal-usulnya, di selamatkan oleh orang yang aku takuti, di lempar 7 kali lipat tinggi normal manusia dan menyaksikkan penyelamat hidupu mati dibunuh oleh mahluk kotor itu.
“Semuanya terjadi terlalu cepat. Aku tidak tahu harus sedih atau marah.” Aku hanya ingin pulang.
“Dum!” Ada sesuatu jatuh sangat keras di depanku. Aku mencoba mengangkat kepalaku dengan energi yang tersisa.
“Akhirnya! Ketemu juga kau! Subjek 099!”. “Siapa itu subjek 099? Tidak, yang terpenting adalah apa kamu datang untuk menghabisiku juga?” Aku pasrah dengan semua keadaan ini, walau aku merasa sangat bersalah jika aku mati disini setelah banyak orang yang mengorbankan nyawanya demi aku, terutama Porvania.
“Menghabisimu? HAHAHAHAHA peracayalah! Aku berharap bisa membunuhmu disini sekarang juga. Namun “Yang Mulia” menginginkanmu dalam keasdaan hidup. “Hey sialan, APA KAMU YANG MENGHABISI SEMUA ORANG DI KEDIAMANKU?!?!” Amarahku melonjak. Bibirku gemetaran. Namun aku merasa kesal.
“Hey bocah tengik, beraninya kau berbicara seperti itu kepadaku?” Iblis itu jelas marah kepadaku. Kalau memang iya kenapa?” Lanjutnya.
“Aku tidak takut kepadamu!” Kataku dengan sombongnya. “CK! Aku datang kesini membuang tenagaku dan mempertaruhkan nyawaku hanya untuk bocah tengil satu ini? AYOLAH?!?” Ucap iblis itu dengan nada kesal.
“Ambil apa yang kau inginkan dan biarkan aku pergi, aku harus bertemu dengan keluargaku.”
“Gawat, siapa aku? Ini bukanlah Zayne Collosal yang dikenal ramah dan baik itu. Baik ucapan dan tindakanku tidak mencerminkan hal itu.”
“Yang kuinginkan adalah dirimu bodoh. Bukankah sudah ku bilang?”.
Apa maksudnya menginginkan diriku? Apakah para iblis gemar menjadikan manusia yang bertahan hidup terakhir dari serangan mereka sebagai rampasan perang?
“Apa yang ingin kau lakukan padaku?”
Cih! Mana ku tahu, itu adalah urusan ilmuan gila itu. Dia tergila-gila akan tubuh yang dapat menahan kekuatan dari darah keturunan Raja Iblis Sejati.” Perkataan yang sama sekali tidak kumengerti.
Iblis itu segera mengikat tangan, kaki serta mulutku. Aku tidak punya kekuatan untuk melawan.
Pasrahkan saja pada takdir. Itu yang kupikirkan saat dia menggeretku kembali ke kediaman.
Banyak tubuh berserakkan, bau darah yang menyengat dan aku melihat tubuh yang familiar. “Porvania? Apa itu kau?” Tanyaku dalam pikiran.
“Haha.” Aku tertawa kecil. Melihat tubuh itu memang Porvania tapi jiwanya sudah tidak ada alias mati. Aku menangis tanpa air mata melihat orang-orang terakhir yang masih peduli kepadaku setelah kejadian saat Novletus.
“Aku telah menangkap buruan kita. Dengan begini akhirnya kita dapat bersenang-senang.” Ucap iblis itu. “YAAAAA!!!!!!! Hidup Kapten Korvatus!” Seru para iblis.
Untuk pertama kalinya aku tahu nama iblis yang mendalangi ini semua. “Korvatus.... Akan kuingat kau, bahkan jika aku mati. Akan kupastikan kamu akan menderita selamanya.” Aku tidak kuasa menahan penderitaan ini dan akhirnya tubuhku mulai melemah dan pada akhirnya pandanganku kabur dan aku pun tidak sadarkan diri.
Aku terbangun di padang rumput nan indah yang hampir menandingi padang rumput Nahria.
Aku merenungkan apa yang telah terjadi dan berpikir bahwa itu tak pernah terjadi. Tetapi rasa sakit dan lelah masih tetap kurasakan pada saat ini. Aku tidak tahu.... lebih tepatnya tidak peduli apakah ini realita atau mimpi. Aku hanya ingin menikmati masa – masa damai ini. Mungkin ini adalah kilas balik saat – saat terakhirku. Tapi..... ini agak..... sepi.
“Kak.... Tolong kuatkanlah dirimu!” Aaah.... akhirnya terdengar suara yang familiar. Itu adalah suara Cecilia yang asli. Lembut bagai salju awal musim dan hangat seperti sinar mentari saat musim gugur.
Tubuhku tidak memiliki energi untuk bergerak dan saat kusadari, aku dalam keadaan sekarat.
“Heheheh.” Tawaku dengan patetis. “Palingan juga aku akan segera mati. Tidak ada gunanya melawan. Biarkan takdir bergerak semaunya.” Ucapku dengan pasrah.
“TIDAK!!” Aku terkejut seketika Cecilia berteriak. “Kau adalah putra tertua Keluarga Collosal.” Yang benar saja, bahkan di saat-saat terakhirku, kata-kata itu masih kudengar. Terlebih lagi, dari orang yang sangat ku sayangi.
“Dan yang lebih penting lagi. Kamu adalah kakakku satu-satunya. Orang yang paling aku sayangi di dunia ini, karena itu tolong bertahan hidupah agar kita bisa bertemu lagi suatu saat.” Mataku yang berat karena menahan rasa sakit akhirnya terbuka perlahan. Namun, setelah mengucapkan hal itu, suara Cecilia menghilang bersamaan dengan bayangan wujudnya. Tanpa meninggalkan jejak apapun.... . Tapi aku berterima kasih, karena walau sebatas mimpi. Aku mendapatkan alasan bertahan hidup.
“Huffft.....” Aku menarik nafas panjang dan menghembuskamnya. Seakan aku sedang bersiap untuk menghadapi sesuatu... sesuatu yang besar dan penuh dengan penderitaan.
“Aku siap.” Ucapku menantang takdir dan sayangnya semua mimpi indah akan berakhir. Begitu juga dengan mimpi buruk.
Bab IV | Unexpected event | 予期せぬ出来事
Kejadian tidak terduga
Kesadaranku kembali, aku perlahan membuka mataku seraya mencoba meraba-raba lingkungan sekitar. Anehnya, yang kurasakan adalah ubin yang biasa dibuat manusia. Saat aku akhirnya membuka mataku aku tidak mengenali tempat aku berada. Tapi yang pasti aku berada di dalam semacam ruang sel tahanan, aku memutuskan untuk menjelajahi ruangan itu. Semuanya.... terlihat bersih tanpa noda sedikitpun. “Ini aneh.” Kataku. “Berbeda dari yang harapkan. Tapi akan ku terima.” Ucapku tidak jelas. Ruangan itu lebih pantas disebut “Rumah Kecil” daripada ruang sel.
“Ah!” Aku melihat ada makanan yang sedikit mewah di atas meja tamu di ruangan itu. Di dalam menu makanan itu ada butterized steak, wine dan salad sebagai dessert. Sungguh menu yang tidak biasa untuk seorang tahanan.
Tanpa berpikir apapun aku langsung mengambil sendok dan garpu serta menyiapkan serbetku. Aku mengucap doa makan yang biasanya kuucapkan dan aku segera melahap makanan itu. “Mau bagaimana lagi? Seharian aku tidak makan dan tubuhku terus-terusan menekan batasnya.”.
“Eh? Kalau dipikir-pikir sudah berapa lama aku disini?”.
“Klak Klek Klak Klek.” Terdengar langkah kaki dari kejauhan.
“Walau bocah tengik itu adalah tahanan kita, kenapa dia diperlakukan sangat hormat? Padahal dia hanya manusia rendahan yang tidak bisa apa-apa!”.
“Hey kecilkan suaramu! Jika terdengar kepalamu itu akan dipenggal tahu!”.
“Tidak ada siapapun di sini tenang saja!”.
“Rumor mengatakan bahwa dia adalah keluarga dari Yang Mulia. Maka dari itu dia harus diperlakukan sama seperti beliau.” Obrolan kedua pengawal tersebut membuat aku bertanya-tanya “Siapakah “Yang Mulia” ini?”.
Suara langkah kaki itu makin dekat. Aku yakin mereka datang untuk membawaku pergi. Aku bergegas membereskan makananku dan pergi ke tempat awal aku terbangun untuk pura-pura tidur.
“Cklek! Dum! Dum! Dum!” Suara pintu besi yang terbuka membuat aku keringat dingin. “Apa yang ingin mereka lakukan kepadaku?”.
“Cih! Lihat anak ini, walau sudah tertangkap musuh dia masih bisa tertidur pulas.” Sindirnya kesal.
“Sudahlah, ayo kita bawa dia segera. Yang Mulia tidak suka menunggu.” Ucap penjaga satunya.
Mereka mengangkatku dan sepertinya membawaku ke tempat Yang Mulia mereka berada. “Pangeran telah tiba!!!” Teriak pengawal gerbang disertai dengan bunyi terompet. “Apa-apaan ini? Mirip dengan saat bibi (Aria) tiba di istananya. Siapa pangeran yang dimaksud itu?”.
Kedua penjaga yang membawaku meletakkan aku di karpet yang terasa lembut dengan perlahan. “Hmmmm ini berbeda ketika saat mereka membawaku.” Heran dengan apa yang terjadi. Mereka tiba-tiba bersikap lembut.
“Yang Mulia, kami telah membawa pangeran sesuai perintahmu.” Ucap kedua penjaga itu. “Hah? Bukannya yang mereka bawa adalah aku?” Keherananku makin menjadi.
“Kerja bagus! Wahai prajuritku. Apakah kalian telah memperlakukan ia dengan baik?” Terdengar suara yang sangat dalam dan memberikan tekanan yang besar.
“Ya! Yang Mulia, seperti perintahmu kami memperlakukan beliau sebagaimana kami melayani engkau.”. “HAAAH? Baik kau bilang? Kalian menyerang kediamanku, menghabisi semua orang dan menyeretku kesini. Dan itu dibilang *Perlakuan BAIK?*”. Pikirku kesal.
“Heh! Janganlah kalian berbohong kepadaku. Kalian tahu konsekuensinya kan?” Ucap orang dengan suara dalam tadi.
“K- K- K- Ka- Kami mengatakan yang sesungguhnya Yang Mulia!” Ucap kedua penjaga itu ketakutan.
“Baiklah! Aku percaya kepada kalian.” Ucap orang deng-, aku akan memanggilnya Dalang Pembunuh agar lebih mudah.
“Zayne! Bukalah matamu. Lihatlah aku!” Ucap dalang itu. Tentu saja aku masih melanjutkan aktingku dan menolak menurutinya.
“Orang yang tertidur tidak berkeringat di tempat sejuk seperti ini.” Tegasnya.
“Hah? Aku berkeringat? Ahahahah apa ketakutanku membuahkan keringat dingin?” Gawat apa dia telah menyadarinya?
Tahu aktingku terbongkar aku perlahan membuka mata dan melihat pemandangan yang kulihat saat upacara Novletus. Banyak orang-orang dengan derajat tinggi hadir disini. Tanpa bertanya pun aku tahu bahwa mereka semua adalah bangsawan.
“Akhirnya kau sadar.” Dalang itu berbicara dengan nada lega.
“Siapa kamu?” Tanpa sengaja aku menyuarakan pertanyaan di pikiranku.
“Lancang! Beraninya kamu!” Para pengawal yang ada disana menghunuskan senjatanya kepadaku. Namun entah kenapa aku tidak merasa takut sama sekali.
“Berhenti! Dia adalah keponakanku. Beraninya kalian menghunus senjata kotor itu terhadapnya.” Dalang itu mengatakan sesuatu yang aneh.
“Apa maksudmu aku adalah keponakanmu? Aku adalah anak dari Duke Hanwess Collosal dan Shinori. Aku tidak mengenal kamu!” Ucapku tegas.
“Shinori ya.... HAHAHAHA. Sungguh nama samaran yang indah. Sesuai dengan yang kuharapkan dari adik perempuan tersayangku.” Aneh. “Adik perempuan?”
“Shinori yang kamu maksud itu adalah adik perempuanku Shinta. Putri satu-satunya Keluarga Kerajaan Collosus.” Pak tua ini mengatakan sesuatu yang lebih aneh lagi.
“Jadi, ibuku adalah adikmu? Jika benar dimana dia? Sedang apa kamu disini? Kenapa kamu tidak membawanya kesini juga?” Tanyaku bingung dan sedikit marah.
“Tenanglah keponakanku.... lihat sekelilingmu. Apa kamu yakin ini adalah Tavet dunia tempat kamu tinggal?” Kalau dilihat-lihat memang keseluruhan dunia ini terasa aneh. Blessing milikku tidak memancarkan aura sama sekali. Itu menandakan aku tidak sedang berada dekat Fontana dan tidak mungkin jika Bibi Aria kalah melawan cecunguk ini.
“Dimana aku?”
“Longvolt. Dunia kekuasaanku.”
“Siapa kamu? Jawab aku dan perkenalkan dirimu!”
“Heh. Hahahahah. Baiklah, aku adalah dewa Cellestial yang bernama Oorus Collosus. Putra kedua dari Raja Iblis Sagatus.” Makin aneh, bukannya dewa dan iblis tidak pernah akur? Bahkan saling membunuh? Kenapa orang yang mengaku keturunan Raja Iblis Status? tadi bilang bahwa dirinya seorang dewa?
“Raja Iblis Sagatus memanglah ayahku. Tetapi aku mengambil jalan yang berbeda dari Iblis Tirani itu. Aku berhasil mendapat kekuatan yang luar biasa dan menjadi seorang dewa yang melindungi dunia ini.” Jelasnya.
“Kau adalah keponakanku, putra dari adik perempuanku Shinta. Maka namamu bukan lagi Collosal tetapi Zayne Collosus.”
“Sembarangan! Aku adalah putra tertua Keluarga Collosal dan aku tidak berniat masuk ke dalam keluargamu yang tidak jelas asal-usulnya itu!” Tegasku.
“Lihatlah keponakanku yang malang ini! Dia telah ditipu oleh manusia-manusia lemah itu.”
“Engkau adalah darah keturunan Raja Iblis Sejati Zachary. Iblis terkuat sepanjang sejarah! Darahnya mengalir dalam tubuhmu dan nama Collosus sudah menjadi bagian hidupmu!”
“Jangan berkata yang tidak-tidak! Aku bahkan baru mengenalmu dan aku sama sekali tidak pernah mendengar nama Zachary yang kamu sebut itu! Cepat pulangkan aku ke Fontana sekarang juga!” Bantahku.
“Nak, dengarlah! Alasan kau dibawa kesini adalah untuk merebut tahta Raja Iblis yang sekarang diduki oleh kakakku Kanaroh.”
“Sayangnya aku tidak tertarik.” Aku menolak dia mentah-mentah.
Dewa yang mengaku pamanku itu terlihat sedikit kesal dan melambaikan tangannya ke arah pengawal dan berkata “Zayne... ketahuilah bahwa ini adalah takdir yang telah ditentukan bahkan sebelum kamu lahir. Tidak peduli apapun caranya aku akan membuatmu menjadi Kaisar Iblis.” Seketika para pengawal mengikat kembali tanganku dan bersiap membawaku pergi.
“Lepaskan aku!.” Bentakku putus asa.
Aku melihat ke arah dewa itu dan bibirnya bergerak seolah mengatakan “Tolong maafkan aku.” Aku benar-benar tidak mengerti alasan dia melakukan semua ini.
Aku terus memberontak dan berhasil lepas dari cengkraman pengawal itu. Aku mendapati belati yang aku bawa dari kamarku masih ada di sakuku. Tanpa berpikir panjang aku membuka sarung belati itu dan menghunusnya ke dewa itu. Berharap bahwa dia akan tertusuk.
“Brakkk!!!” Tubuhku terhempas ke karpet lembut itu seolah ada yang menimpaku dari atas. Terlihat bayangan orang di atas tubuhku. Dia memberiku obat yang aku tidak tahu apa gunanya dan memasukkannya dengan paksa lewat mulutku. Aku dipaksa untuk menelannya.
“Argh” Aku kesakitan dan efek obat itu mulai terasa. Aku mulai mengantuk dan pandanganku berputar-putar. Kepalaku sakit dan aku perlahan tidak sadarkan diri.
Bab V | Mistaken | 間違った
Keliru
Saat terbangun, aku mendapati diriku berada di ruangan dimana aku ditahan tadi. Aku ragu harus berbuat apa, biasanya di saat-saat seperti ini ibuku akan memelukku sambil menenangkanku. Aku hanya seorang bocah berumur 7 Tahun. Mengalami hal menakutkan seperti ini membuatku sangat putus asa. Aku hanya duduk termenung sambil mengira apa yang akan terjadi padaku nanti. Tanpa disadari hari pun mulai larut dan aku berusaha untuk tidur dan tidak memikirkan tentang hal-hal buruk yang mungkin terjadi kepadaku.
“Tidak peduli apa yang terjadi aku harus bertahan hidup! Demi Cecilia dan aku sudah berjanji kepadanya.”
Fajar tiba. Tidak seperti di Tavet dimana ayam akan berkokok sebelum matahari terbit. Di sini terasa lebih sunyi, yang dapat kudengar hanya suara mesin dan pintu besi yang terus berbunyi sepanjang malam.
Ketika aku melihat ke arah meja di samping tempat tidurku , aku melihat ada makanan yang telah disiapkan untukku. Terlebih lagi, itu bukanlah makanan biasa melainkan makanan yang bisa dibilang mewah untuk sebuah sarapan.
Aku menyantap sarapanku dengan lahap dan membersihkan piring serta alat makan yang ada lalu duduk di kasur.
“Sejauh ini berjalan sangat damai. Sebenarnya apa yang mereka ingin lakukan kepadaku. Tidak mungkin mereka hanya mengurungku disini untuk menyicipi makanan mereka bukan?” Sebuah pemikiran yang aneh muncul di kepalaku. Memang benar makanan yang mereka sajikan memang unik dan baru, mengingat ini bukan di Tavet membuatku lebih terkesan karena makanan asing ini sangat enak.
“Dug Dug Dug Dug.” Terdengar suara langklah kaki dari kejauhan, namun sepertinya mereka datang beramai-ramai.
Pintu besi di depanku perlahan terbuka dan aku melihat sosok prajurit yang mengawal dewa itu kemarin datang kehadapanku.
“Perhatian! Perintah dari Yang Mulia Oorus! Pangeran diharapkan hadir menghadap di aula singgasana.”
“?” “Apa yang mereka inginkan?” Pikirku.
“Pangeran, kami datang untuk mengantarmu bertemu Yang Mulia. Tolong bersiaplah karena Yang Mulia sudah menunggu kedatangan Anda.”
“Antar aku menemui beliau.” Ucapku.
Di perjalanan aku berpikir bahwa hari ini aku akan mengetahui tujuan asli dari dewa sialan itu. Aku mempersiapkan diriku untuk kemungkinan yang terburuk dan berdoa bahwa aku akan kuat menghadapi semuanya.
“Pangeran telah tiba!” Prajurit yang mengantarku melaporkan kedatanganku dan segera pergi meninggalkan aula singgasana.
“Zayne, keponakanku. Bagaimana kabarmu belakangan ini?” Sapanya.
“Tolong jangan berbasa basi dan langsung saja ke intinya. Aku tidak perlu rasa kepedulianmu itu.” Aku mulai muak dengan omong kosong ini.
“Sungguh kejam. Padahal aku ingin menjalin hubungan yang kebih baik denganmu.” Balasnya.
“Katakan apa yang kamu rencanakan padaku? Apa yang ingin kamu dapatkan dari diriku?” Ucapku.
“Sepertinya kata-kataku kemarin belum tersampaikan dengan jelas.”;
“Biar kuperjelas sekarang, Zayne Collosus kamu adalah keluargaku yang hilang, darah raja iblis sejati mengalir di dalammu. Aku berharap kamu dapat bekerja sama agar kita dapat kembali merebut kekuasaan Kekaisaran Collosus dari tangan kakkakku Kanaroh.” Dia terus bercerita tentang tirani yang dilakukan Kanaroh itu dan berusaha meyakinkanku untuk membantunya menyelamatkan mereka.
Aku percaya pada kata-katanya dan didasari oleh rasa iba aku pun setuju untuk membantunya.
Jujur ini adalah kesalahan terbesarku seumur hidupku.
Sesaat setelah aku berkata ingin membantunya, aku melihat senyum yang hangat di wajahnya. Itu adalah pertama kali aku merasa lega sejak datang ke dunia ini.
Akan tetapi, di balik senyumannya aku merasakan dendam yang mendalam. Seakan ingin menenggelamkanku untuk menyatu dengannya.
Bab VI | Taste Of Death | 死の味
Rasa Kematian
Aku terbangun di sebuah kontainmen yang terbuat dari besi atau sejenisnya. Tidak ada jalan keluar, hanya terdapat pintu kaca tembus pandang di hadapanku dan ventilasi yang hampir tertutup rapat. Sekarang aku benar-benar seorang tahanan. Semua ini adalah rencana Oorus Si Dewa Licik itu. Dia berkata bahwa dengan bantuanku, dia dapat menyelesaikan sesuatu yang bisa membebaskan Rakyat Kekaisaran Dunia Iblis. Dia menyebutnya sebagai Project-009 atau Demon Terminator. Aku sendiri kurang mengerti tentang itu, dia mengatakan bahwa aku hanya perlu mengikuti instruksinya dan semua akan cepat selesai.
“Hffft, aku harap yang dia mengatakan yang sebenarnya. Terkurung di ruang hampa dan sesak seperti ini membuatku kehilangan semangat hidup.” Ruangan penahanan yang sekarang aku tempati itu memiliki fasilitas yang hampir sama dengan “Sel” ku dulu. Satu ranjang, dua meja dan sepasang kursi. Menu sarapannya juga tidak jauh berbeda dengan yang dulu.
“Pangeran Zayne diharapakan bersiap untuk eksperimen selanjutnya dalam waktu 10 menit.” Ucap seseorang.
“Aku sudah siap!” Nampaknya rencana dewa licik itu sudah mulai berjalan. Aku sudah meneguhkan hatiku untuk ikut membantu. Dan menyingkirkan semua pikiran-pikiran yang mengganggu.
“Kira-kira apa yang sedang Cecillia lakukan ya? Apa dia masih bersedih atas kepergianku?” Aku bertanya-tanya.
Aku menggelengkan kepalaku. Menyingkirkan beban pikiran karena aku harus menghadapi apa yang ada di depanku terlebih dahulu agar aku bisa bertemu dengannya lagi.
Akhirnya aku melihat seseorang datang untuk mengantarku ke ruang eksperimen. “Hey! Kenapa kalian mengabaikanku? Aku sudah menunggu sangat lama.” Ucapku.
“Maaf pangeran, tapi hamba datang sebelum waktu yang telah diumumkan.” Ucap prajurit itu.
“?????” “Lalu siapa yang meminta aku bersiap tadi?” Aku heran.
“Tidak ada pangeran.” Aku semakin heran. “Jika yang Anda maksud adalah Utovatti itu adalah sebuah alat yang memungkinkan kita untuk menyampaikan suara kita tanpa kontak langsung dengan penerima.
Aku pernah mendengar tentang penemuan terbaru Fontana, sebuah alat yang memiliki fungsi yang sama dengan Utovatti ini. Aku tahu bahwa dunia ini berbeda dari Fontana atau bahkan Tavet sendiri namun aku masih terkejut akan betapa majunya dunia ini.
Dia mengikat tanganku dengan semacam alat dan menimbulkan pertanyaan di kepalaku. Tapi, entah kenapa aku mengurungkan niatku dan menurutinya.
Aku berjalan di lorong yang hampa tanpa sedikit pun udara, semua bagiannya tertutup oleh lapisan baja yang nampaknya sangat kuat. Seakan tempat ini adalah ujung dari dunia.
Prajurit yang mengantarku meminta aku untuk masuk ke dalam ruangan tabung yang terbuat dari kaca agar eksperimen dapat dilakukan.
Dari dalam ruangan itu aku dapat melihat belasan orang yang nampaknya Para Ilmuwan yang mengawasiku.
Di antara mereka aku melihat seorang pria paruh baya yang berkumis tebal dan rambutnya berwarna putih. Nampaknya, tanpa bertanya pun aku tahu bahwa dia adalah ketua dari ilmuwan-ilmuwan tersebut.
“Eksperimen akan segera dimulai. Pangeran, apa kamu sudah siap?” Tanya pria tua itu.
“Aku terlahir siap.” Kepercayaan diriku menumpuk dan yakin bahwa semuanya akan berjalan baik-baik saja.
“Project-009 | Demon Terminator.... MULAI !!!”
Awalnya tidak terjadi apa-apa, namun setelah beberapa saat ruangan itu mengeluarkan semacam asap yang berbentuk aura gelap.
“Apa-apaan ini?” Aku mulai bingung. Aku merasakan adanya bahaya. Aku tahu bahwa asap itu bukan hanya sembarang asap. Itu adalah Aura Kematian yakni semacam roh jahat yang berasal dari neraka terdalam.
Benda itu mulai menjangkau kakiku kemudian tubuhku dan berhenti untuk sementara. Aura itu menutupi pandangan Para Ilmuwan dengan menutupi Ruang kaca itu dan lanjut mengelilingi tubuhku. Ruangan tempat aku berada sekarang telah sepenuhnya dipenuhi oleh benda itu. Aku merasa ketakutan.
Ini belum berakhir, seketika aura itu menghilang perlahan masuk ke dalam tubuhku. Dan tidak lama setelah aura itu menghilang, aku merasakan hawa keberadaan yang aneh di dalam tubuhku.
“Apa eksperimennye sudah selesai?” Tanyaku.
“Belum, Ini hanya tahap awal dari eksperimen kita.” Balas pria dengan rambut putih tadi.
Tahap pertama? Yang benar saja. Aku bertanya lagi untuk memastikan apa mereka benar-benar tidak melakukan kesalahan.
“Apa kalian yakin? Aku tidak merasakan apapun yang aneh tentang tubuh----- k--- kh--- khak.” Tubuhku mulai kehilangan tenaga. Aku merasa lelah dan pusing, aku terbaring di lantai itu dan darah mulai keluar dari mulutku. Sungguh pengalaman yang menyakitkan.
“Ap- pa- yang k- k- kali- an lakukh- an?” Aku berjuang hanya untuk mengatakannya.
Aku seperti sedang merasakan kematian itu sendiri. KEMATIAN YANG SANGAT MENYAKITKAN.
Bab VII | The Collapse | 崩壊
Keruntuhan
Takdir telah sekali lagi mempermainkanku. Sesuatu yang kupercayai, sekarang berbalik mengkhianatiku. Sama seperti dulu di mana orang-orang mulai membenci dan menghinaku karena kegagalanku. Ya, kalau dipikir-pikir memang semuanya adalah salahku.
Kenyataannya adalah kepercayaan bukan sesuatu yang diberikan maupun diterima oleh seseorang akan tetapi sesuatu yang tumbuh seiring dengan hubungan yang kita jalin dengan seseorang atau mungkin “Sesuatu”.
Kehidupan malang seorang bangsawan tidak berguna yang secara tiba-tiba menjadi pangeran. Namun, semua itu hanyalah kebohongan dan sekarang aku terjatuh ke jurang yang sangat amat dalam.
“Ughh-, apa yang telah terjadi? Dimana aku?” Rasa sakitnya masih kurasakan bahkan setelah eksperimen selesai. Aku membuka mataku dan mendapati diriku berada di ruangan yang berbeda.
“Di sini begitu gelap. Apa ada orang di sana? Tolong keluarkan aku.” Aku mengerang kesakitan setiap kali aku berbicara atau bahkan menarik nafas.
Sadar akan kondisiku aku memutuskan untuk kembali menutup mata dan berharap rasa sakit ini akan hilang setelah aku terbangun nanti. Semoga mimpi buruk ini segera berlalu.
Namun ekspektasiku tidak sesuai dengan realitas yang ada. Hari yang kujalani setelah menyetujui permintaan tolong Dewa Licik itu berjalan dengan penuh penderitaan.
Setelah terbangun aku akan diminta untuk bersiap dan seorang prajurit akan mengantarku ke ruang eksperimen. Aku masuk ke dalam ruangan kaca dan semuanya hanya melihatku dari luar. Setiap harinya benda-benda terkutuk kembali di lepaskan di dalam ruangan kaca itu. Dan aku di minta untuk berinteraksi dengannya. Beberapa ada yang menyakitkan dan yang lainnya sungguh menyakitkan.
Proses itu terus berulang tanpa jeda. Hingga pada suatu saat aku tidak dapat mengenali diriku.
“Apa yang kulakukan di sini?”
“Siapa Aku?”
“Sudah berapa lama aku berada di sini?”
“Kenapa aku masih hidup?”.
Pertanyaan itu selalu terngiang-ngiang di pikiranku. Seakan mengingatkan betapa bodoh dan malangnya diriku ini. Hingga sesuatu yang buruk menimpaku.
Pada suatu hari mereka memindahkanku ke ruang penahanan yang lain. Sebuah tempat yang bisa dibilang lebih “Ramai” penghuninya. Ruangan yang dulu aku tempati adalah ruangan khusus yang dibuat oleh mahluk yang sangat amat kuat dan aku baru mengetahui hal itu.
“Kuat? Heh! Apa yang ada di dalam diriku ini hingga mereka menganggapku sesuatu yang kuat?”.
Di tempat tinggal baruku aku bertemu dengan seorang gadis bernama Yosella yang hampir seumuran dengan adikku Cecillia. Paras mereka berdua bisa dibilang sangat mirip dan yang membedakan mereka hanyalah warna rambut serta kepribadiannya saja.
Jika Cecillia adalah gadis yang anggun maka Yosella adalah gadis pemberani. Dia berani menegur penjaga yang telah melukai temannya.
“Sungguh tindakan yang berani.” Pikirku.
“Aku bahkan tidak berani mengucapkan apapun kepada mereka.”.
Aku sungguh kagum pada keberanian Yosella. Biasanya di dalam masyarakat, para wanita dianggap lebih rendah dari para pria. Namun, Yosella membuktikan bahwa hal itu tidak benar.
Kami berdua memiliki harapan yang sama, yaitu keluar dari sini. Aku sudah tidak kuat menahan penderitaan ini. Setiap hari hidup bagaikan tikus percobaan ilmuwan-ilmuwan gila itu.
“Aku ingin hidup bebas.” Tanpa sengaja kata-kata itu keluar dari mulutku.
“Aku menemukan jalan keluarnya!” Teriak seseorang sambil membuka pintu ruanganku.
“Kak Zayne! Di mana Yosella? Apa kau melihatnya?” Ternyata itu adalah Duncan salah satu dari anak-anak yang dijadikan subjek percobaan sama sepertiku.
“Aku rasa dia masih berada di kantin.”
“Ah, maafkan aku! Aku hanya ingin menyampaikan bahwa besok jam 08:00 rencana “Pembebasan” kita akan segera di mulai!” Duncan mengatakan sesuatu yang aneh dan aku meminta penjelasan lebih lanjut.
“Rencana pembebasan? Maksudnya?”
“Apa-Apaan itu?” Tanyaku dalam hati.
Duncan melanjutkan penjelasan tentang rencana ini. Namun dia tidak mengatakan bagaimana cara agar kami bertiga bisa keluar dari sini. Dia hanya memintaku untuk bersiap untuk besok.
Aku tidak pernah mendengar apapun tentang hal ini. Tapi untuk pertama kalinya setelah beberapa lama aku kembali berharap. Karena jika bisa keluar dari sini, aku bisa kembali bertemu dengan Cecillia dan ibu serta ayah di Tavet.
Bab VIII | Destiny Chain | 運命の連鎖
Rantai Takdir
Keesokan harinya aku termenung di atas tempat tidurku yang keras bagaikan batu itu. Aku memikirkan apa yang Duncan dan Yosella rencanakan hari ini.
“Tidak mungkin mereka ingin memberontak bukan? Mereka bisa terbunuh.” Berbagai pikiran dari yang logis hingga tidak logis merasuki kepalaku.
Ketika waktunya tiba, waktu menunjukkan pukul 07:50. Pada waktu ini aku seharusnya dipanggil ke ruangan eksperimen dan hari ini pun tidak berbeda. Aku berjalan menyusuri lorong hampa yang seakan tak berujung.
Pada saat aku hampir sampai ke dalam ruangh eksperimen. Hanya berjarak beberapa langkah saja, aku akan kembali merasakan rutinitas penuh penderitaan itu.
“Hey! Apa yang kalian lakukan?” Teriak salah satu penjaga di sana.
“Kak Zayne!!! Di mana engkau?” Aku mendengar suara Yosella dan Duncan.
Lagi-lagi aku berhalusinasi, ini selalu terjadi di saat-saat seperti ini.
“Syuuuuttt!” Bunyi anak panah yang mengarah ke arahku. Aku tidak dapat membayangkan setelah apa yang terjadi padaku, aku akan mati tertembak anak panah?
Aku menutup mataku karena ketakutan. Namun apa yang kulihat setelahnya sangat mengejutkan. Dua prajurit yang mengantarku tadi terbaring sekarat di sebelahku. Ternyata anak panah itu di arahkan bukan kepadaku melainka ke prajurit itu.
“Kak Zayne, apa kamu baik-baik saja?” Aku melihat Yosella berdiri di depanku.
“Ap- apa yang kalian lakukan di sini? Pergilah! Di sini sangat berbahaya.” Aku masih tidak bisa percaya dengan apa yang kulihat sekarang.
“Kak, kami datang untuk membawamu pergi. Masih ingat rencana yang dikatakan Duncan kemarin? Pada pukul 08:00 kita akan melaksanakan aksi kita. Kita bertiga akan mencari portal penghubung dunia dan melarikan diri dari dunia busuk ini!” Yosella tampaknya sangat bersemangat. Tentu saja, dia terpisah dari keluarganya dan ibunya tinggal sendirian. Jika aku adalah dia aku mungkin tidak bisa tidur karena memikirkannya.
Kami melanjutkan pencarian kami ke beberapa lokasi yang telah Duncan tandai. Total ada lima. Kami pergi ke lokasi pertama yang ternyata sebuah loker tempat penyimpanan senjata. Kami mengambil beberapa untuk membela diri.
Menuju ke lokasi ke dua kami bertemu dengan sekelompok prajurit. Tampaknya alarm darurat telah di nyalakan. Ada sekitar 8-10 orang yang mengelilingi kami. Dengan senjata yang kami dapat dari loker tadi, kami melawan mereka. Lebih tepatnya Duncan dan Yosella yang melawan.
Dan aku hanya diam di tengah-tengah mereka.
Ketika aku mengangkat senjata tanganku tidak dapat berhenti gemetaran. Seolah tubuhku menolak senjata itu. Duncan dan Yosella dengan berani melawan prajurit itu dan berhasil menghabisi mereka. Melihat bekas pertarungan itu membuatku ingin muntah.
Kami melanjutkan ke lokasi yang ketiga. Kami menemukan sebuah pintu yang terbuat dari kayu berkualitas tinggi. Kami membuka pintu itu.
“Krieeeetttttt!” Bahkan kayu berkualitas tinggi pun memiliki bunyi yang sama dengan pintu kayu biasa.
Ruangan itu sangat luas dan terbuat dari kayu yang sama dengan pintu itu. Ada sebuah perpustakaan di bagian belakangnya dan selain itu. Semuanya hampa. Satu-satunya hal yang mencolok di sana adalah sebuah benda yang berbentuk oval dengan kabel-kabel baja yang tertanam di sana.
“Ini dia! Kita menemukannya.” Ucap Duncan.
Dengan cepat Duncan langsung mengutak-atik portal itu dan setelah beberapa saat portal itu mulai mengeluarkan cahaya biru.
“Ketemu kalian!!!! Semuanya kemarilah! Aku menemukan target kita.” Ucap seorang prajurit di depan pintu ruangan itu.
“Yosella, Kak Zayne. Ayo! Kita tidak punya waktu lagi.” Duncan terengah-engah.
“Bagaimanapun caranya jangan biarkan mereka masuk ke dalam portal itu!” Teriak kepala prajurit yang baru tiba di sana.
Duncan melompat ke dalam portal. Yosella memegang tanganku dan berkata “Kak berjanjilah padaku kita akan bertemu lagi suatu saat nanti!”
Aaah, sungguh akhir yang tragis. Untuk bebas aku harus berpisah dengan orang yang sudah ku anggap adikku sendiri.
“Siere, om vanus!” Kata-kata yang singkat namun penuh makna. “Selamat tinggal, semoga beuntung!” Kata-kata terakhir yang juga kuucapkan kepada keluargaku sesaat mereka pergi ke Li Ye.
“Apakah dengan begini kami akhirnya akan bebas? Entahlah.”.
Bab IX | Farewell | さようなら
Selamat Tinggal
Perpisahan adalah akhir dari pertemuan, bisa dibilang akhir yang tragis. Bayangkan saja jika kita bertemu dengan seseorang dan semakin lama kita menjalin hubungan dengannya, kita merasa mereka adalah orang yang telah ditakdirkan untuk kita. Akan tetapi, takdir berlawanan arah dengan pikiran kita. Pada akhirnya, kita harus berpisah dengan mereka dan mungkin tidak akan pernah bertemu lagi.
Sekarang, aku sedang mengalami masa-masa itu. Aku melihat air mata Yosella mengalir sesaat setelah mengucapkan selamat tinggal kepadaku. Aku teringat masa-masa yang kami jalani bersama dan sedikit merasa sedih. Tidak.... Aku.... Sangat sedih.
Yosella telah kuanggap sebagai adik perempuanku sendiri. Sepertinya, aku masih belum siap mengucapkan selamat tinggal. Ini semua terjadi begitu cepat. Bahkan aku tidak sempat menarik napas dan merenungkan apa yang telah terjadi selama ini.
Portal yang telah terbuka memancarkan cahaya biru. Menyinari wajah Yosella yang sedang menahan air mata.
“Sungguh cantiknya.... Bagai lukisan samudera indah yang diterangi cakrawala.” Ternyata jika diperhatikan Yosella cukup.... Tidak! Sungguh cantik!
Kami melompat ke dalam portal bersamaan. Mengingat bahwa ini adalah perpisahan kami. Setidaknya di saat-saat terakhir kami bersama.
“Jika kita tidak melepaskan beban yang menahan kita. Selamanya kita tidak akan pernah bisa terbang bebas di langit.” Perkataan yang indah dan penuh makna.
Rencana kami untuk keluar dari sini berjalan lancar. Tapi, ada satu masalah kecil. Portal yang kami temukan adalah teknologi teleportasi yang amat canggih. Hanya dengan memikirkan tempat yang ingin kami tuju, sesaat setelahnya kami akan sampai di sana. Hanya saja, portal itu memiliki sihir anti iblis dan aku yang secara biologis mempunyai darah keturunan Raja Iblis Zachary berarti aku tidak bisa menggunakan portal itu. Kekuatanku juga belum cukup kuat untuk menghancurkan mantranya.
“Bocah sialan! Kenapa kau membiarkan mereka berdua kabur? Kau adalah sekutu Yang Mulia Oorus bukan?” Tanya prajurit yang naik pitam itu.
Aku terdiam karena sekali lagi takdir telah mempermainkanku. Semua rencana setelah aku keluar dari sini perlahan sirna bagai awan mendung yang menutupi langit di musim hujan.
“Komandan bagaimana ini? Kita pasti akan dihukum berat oleh Yang Mulia karena gagal mencegah mereka melarikan diri.” Para prajurit itu mulai panik karena ketakutan akan kegagalan mereka.
Cih! Untuk sekarang bawa bocah ini ke hadapan Yang Mulia. Kita adalah kesatria dan kesatria yang terhormat tidak lari dari hukuman!”
Prajurit-prajurit itu segera bergerak untuk kembali menangkapku dan ketika mereka mengangkat tubuhku aku mendengar suara ledakan di ruangan itu.
“DUARRR!!!!!” Dinding kayu yang melapisi ruangan itu hancur sepenuhnya dan menjadi abu. Para prajurit itu tampaknya sedang bertarung dengan prajurit lain.
Aku sudah tidak peduli lagi dengan apa yang terjadi di sekitarku. Yang aku rasakan hanyalah kekecewaan.
“Kenapa harus begini pada akhirnya? Padahal aku sudah berjuang. Kenapa masih saja gagal?” Aku merasa muak dengan diriku sendiri.
Karena terlalu kecewa atau mungkin kelelahan. Tubuhku tidak bisa bergerak, seperti ditimpa batu yang sangat berat. Pandanganku mulai kabur dan di tengah-tengah pertempuran itu aku melihat sosok yang tidak jelas di hadapanku.
“Ketemu juga.” Dia mengucapkan dua kata itu dan setelahnya aku kehilangan kesadaranku sepenuhnya.
“Apa aku tertangkap lagi?” Tanyaku.
“Apa aku akan mengalami penderitaan-penderitaan itu lagi?” Pikirku.
“Sungguh kejam kehidupan ini.”
Jilid I ~ Conqueror Of Soul
~TAMAT~