Friend-Zone
Friend-Zone
Gabriel Maxel & Angella Novia
XI AK 2
Masa Lalu
“Bentar lagi gue ke sana...”
“Iya, hati-hati..”
Gadis cantik dengan rambut panjang, mata yang indah dan senyum yang manis itu langsung mematikan teleponnya dan duduk di meja makan.
“Lo nanti berangkat sama siapa?”
“Sama Aidan kak.”
Cowok dengan setelan almamaternya dan wajah bak pangeran itu hanya menganggukkan kepala.
“Kalian minggu depan mau ikut papa keluar kota gak?”
“Kaluna ada ujian.”
“Aaron ada kuis jadi sibuk.”
Pria paruh baya dengan setelan jas hitam itu hanya dapat menghela nafas. Bagaimana tidak, kedua anaknya tersebut sangat membenci dirinya. Semenjak istrinya meninggal sebulan yang lalu karena bunuh diri, menyebabkan Kaluna dan Aaron menjadi acuh pada dirinya.
“Dah ya, Kaluna berangkat dulu.”
“Hati-hati ya sayang.”
“Hati-hati Ka..”
Kaluna hanya mengacungkan jempolnya dan bergegas keluar rumah.
Di depan gerbang rumah Kaluna ada seorang lelaki yang sedang bersandar pada motor ninjanya dengan mata yang tajam seperti serigala, tubuh yang tinggi kekar dengan rahang kuat sedang memainkan ponselnya. Kaluna pun langsung bergegas menghampirinya dengan wajah kesalnya.
“Kebiasaan banget sih lo, tiap nyampe gak mau masuk, selalu chat gue terus.”
Sudah seminggu, setiap Aidan datang untuk menjemput Kaluna, Aidan selalu menunggunya di depan gerbang.
“Males masuk.”
Singkat, padat dan jelas, itulah yang selalu diucapkan oleh Aidan. Kaluna yang selalu berhadapan dengan Aidan sudah menjadi biasa.
“Iya-in aja, gue males debat sama lo, mana helm gue?”
Aidan langsung memberi helmnya pada Kaluna. Setelah dipakai oleh Kaluna, ia langsung naik dan Aidan langsung melajukan motornya. Motor Aidan melintas melewati ramainya ibu kota di pagi hari, dengan kecepatan sedang, supaya Kaluna nyaman saat dibonceng dengannya.
***
Sesampainya di sekolah Aidan langsung memarkirkan motornya di tempat khusus motor. Saat Kaluna turun Aidan langsung menutup rok belakang Kaluna dengan tangannya, supaya Kaluna turun dengan nyaman.
“Cie prenjon, pacaran kagak tapi kemana-mana bareng...”
Ledek Ernest, yang barusan datang dengan kelakuannya yang tengil dan jail, langsung menggoda Kaluna dan Aidan.
“Mulut lo keknya belom pernah ditabok ya?”
“Mampus kanjeng ratu Kaluna ngamuk!” Teriak Ernest yang menggelegar seisi sekolah SMA Bangsa Jaya, membuat semua siswa dan siswi tertawa karena ulah Ernest.
“Wah liat noh temen lo, kelakuanya sebelas dua belas sama setan.” Ucap Kaluna pada Barra yang terlihat menahan tawa karena tingkah Kaluna dan Ernest yang seperti Tom and Jerry.
“Masuk.. Dah mau bel...”
Aaron langsung melewati Kaluna dan geng-nya begitu saja, tanpa mengucapkan kata-kata lain.
“Noh es batu lewat.” Ucap Edwin yang menyindir Aidan lewat. Bagaimana tidak, Edwin, Ernest, Barra dan Ardias terkadang diacuhkan oleh Aidan yang posisinya adalah ketua geng motor terkenal di sekolah SMA ini yang bernama GALAXY incaran pada siswi-siswi.
***
“Tumben gak ngebucin mbak?”
Tanya seorang siswi yang berambut pendek sebahu dengan mata yang sedikit sipit, kalo ngomong bawelnya minta ampun.
“Lagi males gue, Berly.”
“Halah males-males bentar lagi juga geh ngebucin..”
Ledek siswi dengan rambut yang selalu terikat rapi dengan warna kulit sawo matang, kalo udah nyindir, pedesnya ngalahin cabe setan.
“Ih iya Leana, gue setuju banget sama lo....”
“Gue yakin sih gitu, biasanya kan Kaluna suka bucin tanpa ingat waktu dan tempat.”
Alice berhasil mendapatkan satu pukulan di lengannya yang berasal dari Kaluna.
“Gila! Sakit dodol!”
Alice langsung mengusap lengannya yang dipukul oleh Kaluna barusan dengan wajah yang kesal.
“Btw, lo sama Aidan kenapa gak pacaran aja sih, malah pacaran sama si ketos itu.”
Sudah ratusan ribu kali Kaluna mendapat pertanyaan seperti itu sejak SMP, Kaluna sangat malas menjawab pertanyaan yang membuat Kaluna juga heran sendiri.
“Gue sama Aidan sahabatan dari umur 3 tahun, dan sekarang kita umur 18 tahun, udah 15 tahun gue sahabatan sama dia, tapi gue maupun dia, sama sekali gak nyimpen perasaan apapun.”
Jelas saja jawaban Kaluna bohong. Bagaimana tidak, Aidan adalah cinta pertamanya, tapi Kaluna pendam perasaaannya sehingga datanglah Dilan, cowok dengan pribadi yang tegas, humoris dan penyayang yang mampu membuat Kaluna terpikat padanya.
“Yakin lo gak nyimpen perasaan sama dia?” Tanya Leana yang membuat Kaluna nengok dan merasa bahwa dirinya dijebak dalam pertanyaan itu.
“Saran gue, kalo suka itu diungkapin, jangan malah dipendem !!” Ucap Berly yang langsung pindah tempat duduk karena bel berbunyi yang artinya semua siswa dan siswi wajib masuk ke kelas masing masing.
Gue gak akan nyimpen perasaan apapun sama lo, karena lo sahabat gue bukan cinta sejati gue
Kaluna berhenti untuk memikirkan hal lain selain pelajaran di pagi hari ini.
Tentang Dia
Kringgg~~~~
Bel istirahat pun berbunyi, pelajaran berhenti dan semua siswa/i keluar kelas untuk menuju ke kantin.
“Akhirnya kelar juga nih Sains. Gila tangan gue udah mau patah cuy...”
Alice langsung meregangkan semua jari-jari dan juga tubuhnya.
“Kantin gak lu?” Tanya Leana pada Kaluna yang sedang merapikan buku-buku Sainsnya.
“Kantin deh keknya. Laper gue soalnya, cuman sarapan roti doang.”
“Gak ngebucin nih mbaknya?” Ledek Berly yang langsung dibalas tatapan tajam oleh Kaluna.
“Udah jangan bangunin macan tidur. Angguran kita cepet ke kantin, nanti gak kebagian tempat duduk.”
Kaluna, Berly dan Alice akhirnya lari menyusul Leana yang sudah lebih dulu pergi meninggalkan mereka yang asik meledek Kaluna.
***
Sesampainya di kantin, Kaluna dan Alice mencari tempat duduk, sedangkan Leana dan Berly membeli makanan. Sudah menjadi kebiasaan mereka berbagi tugas satu sama lain.
“Pagi Kaluna...”
Sapa seorang cowok, dengan mata yang indah dan tubuh tinggi seperti seorang atlet basket, yang membuat Kaluna menengok dan tersenyum padanya.
“Haloo Nevan...”
Nevan langsung duduk di samping Kaluna dan memberi Kaluna sebuah paper bag yang berukuran kecil.
“Ehem ada yang siap-siap mau ngebucin nih.....”
“Pindah gak sih? Gue mabok.”
“Gas gak sih?”
“Plis deh, jangan lebay, gue sama Nevan berduaan gak tiap hari juga keles...
Kaluna langsung menjulurkan lidahnya ke Leana, Alice dan Berly seakan-akan mengajak mereka bertiga.
“Dakjal sih kalo kata gue mah.”
Leana langsung melemparkan tisu ke arah Kaluna karena kesal.
***
“Kamu ngapain ngasih aku kalung Nevan?”
Nevan langsung tersenyum manis ke arah Kaluna. Menurut Nevan, bagian wajah Kaluna yang membuat orang lain mudah candu adalah matanya. Mata yang indah mampu memikat siapa saja yang melihat Kaluna, apalagi ditemani dengan hembusan angin yang menerpa wajahnya.
“Hahahaha, aku sengaja ngajak kamu kesini supaya kamu nemuin makna kenapa aku kasih kalung ini?”
“Ha? Di taman ini?”
Kaluna sangat bingung dengan pernyataan Nevan, apa hubungannya kalung dengan taman.
“Aku gak tau Nevan, kasih tau dong. Otak aku dah ngebul gara-gara Sains tadi.”
“Hahahaha lucu banget sih pacar aku ini...”
Nevan langsung mencubit kedua pipi kekasihnya itu karena gemas dengan tingkah Kaluna itu.
“Ya udah, aku kasih tau. Kalung yang aku kasih ini artinya kamu akan seindah dengan bunga yang bermekaran di taman. Kamu akan menjadi wanita paling cantik di taman ini nanti. Makanya aku kasih kamu kalung dengan gambar bunga yang berkelap-kelip ini.”
Nevan menjelaskan secara detail kenapa ia memberikan sebuah kalung dengan motif yang sangat indah kepada Kaluna. Kaluna yang mendengar maknanya langsung salah tingkah dan baper karena maknanya begitu indah.
“Nevan, aku gak nyangka maknanya bakal seindah itu. Makasih banyak ya, aku pasti pake kok kalungnya.”
“Iya sama-sama. Sini aku pakein kalungnya.”
Kaluna langsung mengangkat rambutnya dan membelakangi Nevan supaya Nevan mudah memakaikan kalung bunga itu di leher Kaluna.
“Cantik banget !!” Ucap Kaluna saat kalung itu sudah terpasang rapi di lehernya.
“Aku harap kamu pake terus ya.”
“Pasti Nevan. Aku gak bakal lepas kalung ini.”
“Janji demi aku?”
“Janji !!”
Kaluna dan Nevan saling tersenyum satu sama lain, sehingga tanpa mereka sadari ada sepasang mata yang menatap mereka dari balik pohon dengan tatapan mata yang sendu. Apalagi melihat Kaluna dan Nevan tertawa bahagia, membuat orang itu sakit dan menangis di hatinya.
***
“Pulang sekolah nongkrong gak nih?”
Ucap Barra sambil melemparkan bola basketnya pada Edwin.
“Pulang sekolah kumpul di warjok Bu Gendut aja.”
“Kan itu emang markas kita kalo nongkrong jamal.....”
Edwin langsung memukul bahu Ernest karena gemes dengan kelakuan Ernest.
“Sakit dodol!”
Ernest langsung menyentil jidat Edwin sebagai tanda bales dendam.
“Diem !!”
Edwin dan Ernest langsung terdiam ketika Aidan bicara.
“Lo liat chat yang dikirim sama Tristan?”
Tanya Barra pada Aidan yang sedang memainkan ponselnya.
“Udah. Kayaknya kita harus bikin strategi sebelum mereka kesini?” Ucap Aiden sambil memasukkan ponselnya ke saku celananya.
“Gue setuju sama lo. Sebelum mereka nyerang, kita harus punya perlawanan dulu.”
Geng GALAXY dan geng GLIS sudah sejak lama menyimpan dendam satu sama lain. Sebab itu, GALAXY dan GLIS sangat terkenal di SMA Bangsa Jaya dan SMA Taruna Bangsa
“Pulang sekolah kita harus ngumpul !!” Ucap Aidan yang langsung disusul anggukan dari Ernest, Barra, Edwin dan Ardias.
***
“Ibu akan menyebutkan nama, siapa yang akan mewakilkan sekolah dalam pertandingan voli untuk minggu depan.”
Semua siswa dan siswi kelas XII IPA 2 terlihat sangat menanti dan bersemangat untuk info ini. Bagaimana tidak 10 nama yang akan disebut oleh Bu Diah akan mewakilkan SMA Bangsa Jaya melawan SMA Taruna Bangsa.
“Baiklah namanya adalah Kaluna, Leana, Berly, Alice, Caroline, Cindy, Grace, Michelle, Killa, Natasha. Itulah nama-nama siswi yang akan mewakilkan sekolah kita dalam pertandingan voli wanita. Kaluna yang akan memimpin kalian nanti.”
“Dah gue duga pasti lo yang bakal jadi ketua-nya.” Ucap Alice sambil menunjuk Kaluna.
Alice yakin bahwa yang nantinya akan menjadi ketua pasti Kaluna, karena Kaluna sangat tegas dalam memimpin dan memberi arahan yang sangat bagus.
“Ha? Sumpah kita masuk?” Ucap Alice yang masih tidak menyangka jika namanya disebut oleh Bu Diah tadi.
“Iya Alice sayang, kita ber-empatkan sering main voli, ditambah lagi kita ikut ekskul voli dari SMP otomatis udah jago.” Ucap Berly yang bangga karena ia sangat jago bermain voli apalagi jika urusan passing atas.
“Fiks mulai besok, kita harus latihan.” Ucap Kaluna sambil mencatat nama-nama yang tadi ikut terseret dalam lomba voli wanita.
“Yuk beres-beres, soalnya bentar lagi kita pulang.” Ucap Berly yang langsung membereskan bukunya, disusul oleh Kaluna, Leana dan Alice.
***
Bunga
"Aku punya sesuatu buat kamu, tutup mata dong." ucap Nevan.
Kaluna dan Nevan saat ini sedang di taman kota. Kaluna tidak pulang dengan Aidan, karena Kaluna merasa bahwa ia harus menghabiskan waktunya dengan Nevan yang tak lain adalah kekasihnya sendiri.
"Apa tuh??"
"Tutup mata dulu dong....."
Di saat Kaluna sudah menutup matanya, Nevan langsung mengeluarkan setangkai bunga mawar merah dengan pita bewarna merah yang terikat rapi di tangkai bunganya.
Nevan dengan siap langsung menyodorkan bunga tersebut ke hadapan Kaluna yang sedang memejamkan matanya.
"Buka mata kamu....."
Kaluna langsung membuka matanya dan terkejut dengan apa yang ada didepannya saat ini.
"Van, ini buat aku?"
"Iya, cantik kek kamu kan?"
Nevan langsung memberikan senyuman yang manis ke Kaluna dan Kaluna langsung membalas senyum Nevan. Kaluna langsung mengambil bunga tersebut dan menghirup aroma bunga mawarnya.
"Aku suka banget Nevan. Makasih ya!!"
Kaluna tersenyum manis ke arah Nevan, yang langsung dibalas usapan lembut ke pucuk rambut Kaluna.
"Sama-sama sayang. Aku harap kamu jaga kalung ini baik-baik ya."
Kaluna menganggukan kepalanya dan bersender pada bahu Nevan dan menikmati pemandangan sore dengan ditemani suara burung dan matahari yang mulai terbenam.
***
"Ini mienya ya Ernest plus telor setengah mateng." Ucap Bu Kantin.
"Makan aja lo yang dipikirin." Ernest yang disindir Erwin malah menyengir dengan wajah yang polos.
"Yang penting kan perut gue kenyang."
"Perut lu tuh gak ada kenyangnya perasaan gue."
"Gue balik duluan ya."
Aidan tiba-tiba berdiri dari tempat duduknya yang langsung membuat semua anggota geng GALAXY melihat ke arahnya.
"Lah cepet amat bos, baru juga 1 jam disini." Ucap Edwin yang langsung ikut berdiri.
"Gue mau ngadem aja, capek gue."
"Aelah, alesannya aja capek pasti lagi cemburu karna Kaluna jalan sama Nevan." Ucap Ernest yang sudah selesai memakan mienya.
"Heh, jangan terlalu jujur dong...." Ucap Ardias sambil menepuk pundak Ernest.
Aidan yang mendengar hal itu langsung menatap tajam Ernest dengan perasaan campur aduk.
"Kan lo mampus diplotot-in sama bos." Ledek Edwin yang langsung tertawa.
"Daripada mikirin perasaan aneh lo dan hal lainnya, mending kita pikirin rencana buat pertahanin benteng terhadap geng GLIS."
Ucap Barra yang berdiri dan memasukkan kedua tangannya ke saku celana. Sungguh pemandangan yang indah bagi kaum perempuan. Wajah yang tampan dan badannya yang gagah, mampu memikat siapa saja yang melihatnya.
Aidan langsung menatap wajah Barra. Seperti kontak batin, Aidan langsung mengerti apa yang ada dipikiran Barra saat ini.
"Iya juga si... Yodah, yok kita bahas rencananya."
***
Motor Nevan menembus ibu kota dengan ditemani seliran angin yang dingin dengan ditambah lampu jalanan yang berwarna-warni.
"Kamu bahagia gak hari ini?"
Tanya Nevan dari balik helmnya.
"Banget, aku bahagia banget bisa jalan sama kamu tanpa memikirkan beban apapun." Jawab Kaluna sambil mengeratkan pelukannya.
Nevan sangat bahagia saat ini. Tidak, seperti dari awal dan sampai selamanya, Nevan akan bahagia di samping Kaluna. Kaluna cinta sejatinya, ia tidak akan pernah meninggalkan Kaluna kecuali takdir Tuhan.
"Aku sayang kamu selama-lamanya."
"Aku juga sayang sama kamu... Satu universe harus tau bahwa kamu adalah orang yang paling cantik."
Ucap Nevan yang tersenyum ke Kaluna lewat kaca spion yang sengaja Nevan arahkan ke wajah Kaluna.
Kaluna yang mendengar hal itu menjadi salah tingkah sendiri, padahal setiap hari Kaluna sering mendengar hal itu, tapi entah kenapa, malam ini terasa sangat special. Kalimat apapun yang diucapkan Nevan hari ini membuat Kaluna sangat bahagia.
***
"Makasih ya untuk hari ini, aku bahagia banget !!" Ucap Kaluna yang selesai melepas helmnya dan langsung memberikan helm tersebut ke Nevan.
"Sama-sama sayang, aku bakal lakuin apapun buat kamu."
Nevan tersenyum dan langsung mengusap lembut rambut Kaluna.
"Ya udah, hati-hati ya pulangnya, jangan ngebut-ngebut ya.."
"Iya sayang...."
Nevan langsung menyalakan kembali motornya. Sebelum pergi meninggalkan kediaman rumah Kaluna, Nevan melambaikan tangannya yang langsung dibalas oleh Kaluna.
Motor Nevan yang lama kelamaan tak terlihat, membuat Kaluna beranjak pergi dan masuk kedalam rumah.
"Malam non..."
Mendengar ada yang memanggilnya Kaluna langsung menengok ke arah sumber suara tersebut.
"Eh Bi Iyem, belum pulang?"
"Belum non, den Aaron sama Pak Domi belum pulang."
"Bibi pulang aja, Kaluna gak papa disini sendirian, palingan juga bentar lagi mereka pulang."
"Baik non. Bibi pamit ya..."
Kaluna menganggukkan kepalanya setelah itu Bi Iyem pergi meninggalkan Kaluna sendirian di rumah yang lumayan besar ini.
"Kaluna emang udah biasa sendiri. Jadi, gak masalah."
Kaluna pun beranjak pergi menuju kamarnya untuk membersihkan dirinya dan melakukan aktivitas lainnya, yaitu belajar dan tidur.
***
Rindu
Jam menunjukkan pukul 22.00, sampai saat ini Dominic yang tak lain adalah papa Kaluna belum pulang.
"Lo yakin papa lembur?" Tanya Kaluna kepada Aaron.
"Gue gak yakin. Palingan dia lagi jalan sama selingkuhannya dulu." Jawab Aaron sambil memakan popcorn miliknya.
Kaluna menghela nafasnya, sudah 3 jam Kaluna menunggu papanya pulang. Tapi, sampai sekarang Dominic belum pulang juga.
Kaluna pun berdiri dari tempat duduknya.
"Mau kemana dek?"
"Gue mau ke kamar aja, mau tidur."
Kaluna langsung berjalan menuju kamarnya. Sesampainya di kamar, Kaluna duduk di meja belajarnya dan menatap sebuah foto dengan bingkai yang rapi. Sosok wanita yang ada di foto tersebut memiliki wajahnya begitu cantik, manis, dengan rambut panjang dan hitam lebat, mirip dengan Kaluna.
"Ma, Kaluna kangen....."
Ucap Kaluna sambil mengusap foto wanita tersebut yang tak lain adalah Serelyn Adiwijaya. Ibunya Kaluna dan Aaron.
Sudah 1 tahun sejak kepergian Serelyn yang langsung merenggut setengah jiwa Kaluna. Semenjak kepergian Serelyn, Kaluna sangat benci akan Hari Ibu, karena tepat di Hari Ibu, nyawa Serelyn hilang.
"Seharusnya Luna waktu itu gak jalan-jalan sama temen, pasti mama ada disini, disamping Kaluna, sambil kuncir-in rambut Kaluna."
Ucap Kaluna dengan ditemani setetes air mata yang jatuh dari matanya. Kaluna sangat menyayangi Serelyne lebih dari apapun itu. Sebab itu, Kaluna sangat benci dengan Dominic, ayahnya.
Karna keegoisan Dominic, Serelyn mengakhiri hidupnya, setelah 20 tahun mereka menikah.
"Mama, Kaluna kangen.....” Ucap Kaluna sambil memeluk erat foto tersebut sehingga air mata Kaluna tak berhenti keluar dengan nada terisak, Kaluna mengelus fotonya.
Tanpa Kaluna sadari, ada seseorang yang mendengar apa yang Kaluna bicarakan dan lakukan. Kaluna lupa untuk mengunci kamarnya sehingga orang tersebut membuka pintu Kaluna sedikit. Air matanya lolos begitu saja, saat Kaluna memeluk fotonya.
"Gue janji bakal bikin lo bahagia walaupun lo bukan milik gue Kal."
Sangat sakit jika melihat Kaluna menangis terisak seperti itu, tapi dia tak bisa melakukan apapun selain diam dan langsung pergi. Ya, orang tersebut meninggalkan Kaluna sendirian.
***
"Darimana aja lo?" Tanya Barra saat melihat Aidan baru sampai di markasnya.
"Nyari angin."
Setelah menjawab pertanyaan Barra, Aidan langsung duduk dan mengambil ponselnya dari kantong celana.
"Nyari angin apa nyari angin nih bos...." Ledek Ernest yang sedang membakar jagung.
"Aduh nanti bos ngamuk..." Ucap Edwin yang sedang mengipas jagung bakar.
Aidan yang sedang menjadi bahan perbincangan hanya diam dan fokus ke layar handphonenya.
Lagi apa?
Lagi tiduran aja, kenapa Ai?
Udh mkn?
Udh tdi, lo dimna?
Markas. Mau ikut? Lg bakar jagung nih
Mau, bntar ya gue siap2 dulu
Ok. 15 menit lg gue sampe
Hati2 dan jangan ngebut2 ya
Selesai chattan dengan Kaluna. Aidan langsung bergegas untuk menjemput Kaluna.
"Mau kemana lo??" Ucap Ardias yang barusan sampai di markas karena baru membeli minuman.
"Mau jemput nyonya bos........"
Aidan pun naik ke motor dan langsung menjalankan motornya sehingga dengan begitu cepat meninggalkan markas.
"Kasian ya korban prenjon...." Ucap Ernest sambil memakan jagungnya.
***
Kaos hitam dan celana jeans adalah outfit Kaluna hari ini untuk berkumpul bersama geng GALAXY. Kaluna sudah siap dan tinggal menunggu kedatangan Aidan.
"Luna, Aidan dah di depan noh !!" Ucap Aaron yang baru saja selesai mengobrol dengan Aidan diteras.
"Ok gue pergi dulu ya kak..."
Pamit Kaluna, yang langsung pergi ke teras dan menghampiri Aidan yang sedang duduk di atas motor ninjanya.
"Maaf ya jadi ngerepot-in. Gue bener-bener bosen di rumah."
"Gak, lo gak akan pernah ngerepot-in gue sampai kapanpun."
Ucap Aidan sambil menyodorkan helm ke Kaluna. Selesai memakai helm, Kaluna langsung niak ke motor Aidan.
Setelah naik, Aidan langsung melajukan motornya meninggalkan kediaman Kaluna.
Malam ini akan menjadi malam yang panjang bagi Aidan. Dimana ia membawa orang yang benar-benar berarti baginya. Walaupun Kaluna bukan miliknya, ia berjanji akan selalu membahagiakan Kaluna dengan caranya sendiri.
***
"Bisa gak sih kamu tuh dengerin aku sekali aja!"
"Apa lagi sih?! Inget ya, kedua anak saya sangat membenci saya karna kamu!"
"Ingat ya Dominic, hal ini tidak akan terjadi jika tidak kamu yang memulai!!!"
Dominic saat ini sedang bertengkar hebat dengan seorang wanita, yang tak lain adalah selingkuhannya, Loywis Megantara.
Sampai saat ini Dominic tidak pernah akur pada Loywis padahal mereka sudah 2 tahun menikah. Dendam antara mereka berdua terjadi setelah kepergian Serelyn, istri Dominic.
"Aku harus pulang ke rumah sekarang, anak-anak pada nungguin aku!!"
Loywis langsung menahan tangan Dominic dengan cepat supaya Dominic tidak meninggalkan rumah.
"Inget mas, aku istri kamu bukan pajangan."
Dominic dengan cepat menangkis tangan Loywis.
"Anak anak aku lebih penting daripada kamu.” Ucap Dominic yang langsung pergi meninggalkan Loywis dengan keadaan kacau.
Lowyis hanya bisa menyaksikan kepergian Dominic dengan diam. Rasa kecewa dan kesal menjadi satu di diri Lowyis. Bagaimana tidak, Lowyis di sini menjadi korban akan keegoisan Dominic tapi di satu sisi juga, ia adalah pelaku yang telah merebut kebahagiaan Serelyn. Lowyis kini hanya bisa menanggung semuanya sendiri dengan seorang anak kecil yang masih berumur 1 tahun hasil dari perselingkuhan antara Lowyis dan Dominic. Kini anak tersebut menjadi korban dari keegoisan Lowyis.
Aku, Kamu dan Bintang
Akhirnya Kaluna dan Aidan sampai di markas GALAXY.
"Wihh nyonya boss udah dateng nih....."
Ucap Ardias ketika melihat Aidan datang dengan membonceng Kaluna.
"Asik ada yang bisa gue comblangin nih...."
Ucap Ernest yang paling senang jika membahas Aidan dan Kaluna.
"Hai semuanya!!" Sapa Kaluna yang barusan turun dari motor Aidan.
"Halooo Kaluna..." Sapa balik geng GALAXY yang seketika membuat semangat dan mood Kaluna naik drastis.
"Nyonya mau jagung bakar gak?" Tawar Edwin yang sedang makan jagung bakar miliknya.
"Hahaha gak usah, gue mau numpang nyantai aja kok disini."
"Tapi, lo belom makan." Ucap Aidan yang datang tiba-tiba membuat Kaluna kaget dan berbalik arah ke Aidan.
"Gue tau lo belum makan, tunggu aja, gue lagi pesen makanan."
Aidan langsung jongkok di depan bara api, membakar jagung untuk dirinya dan Kaluna.
"Wih asik ada makanan nih. Kalo ada nyonya pasti lancar jaya semuanya." Ucap Ardias yang dibalas senyuman jahil dari Edwin dan Ernest.
"Lo baik-baik ajakan Kal?" Tanya Barra yang duduk di samping Kaluna.
"Baik kok Bar. Lo gimana?"
"Baik juga, cuman sahabat lo tuh kalo galau suka ngajak-ngajak." Ucap Barra sambil menunjuk Aidan yang sedang membakar jagung.
"Galau kenapa Bar?"
"Gak tau, semua hal di galauin sama dia."
"Hahahah aneh aja sih anaknya."
Kaluna terus menatap punggung Aidan yang terlihat lebar itu. Kaluna harap Aidan mengerti akan keadaan dan mendapatkan pasangan yang sangat menyayangi dia dengan tulus. Kaluna sangat sayang pada Aidan melebihi apapun. Tapi, ada hati yang harus Kaluna jaga. Kaluna tidak mau egois akan perasaannya sendiri. Ia akan memikirkan mana hal yang baik dan mana hal yang tidak baik.
"Nih buat lo." Ucap Aidan sambil menyodorkan jagung bakar yang baru saja ia bikin untuk Kaluna.
"Makasih...."
Kaluna dan Aidan langsung memakan jagung bakar tersebut sambil melihat tingkah laku Ernest, Edwin, Ardias dan Barra.
"Liat deh.." Ucap Aidan sambil menunjuk bintang di langit malam yang indah.
Kaluna pun langsung menatap bintang tersebut. Benar saja, bintang tersebut sangat cantik.
"Malam ini, langit penuh bintang. Cocok, apalagi disaksikan sama kita berdua."
Ucap Aidan yang tiba-tiba membuat suasana menjadi serius dengan ditambah angin yang kencang menerpa tubuh mereka.
"Gue mau lo bersinar kek bintang di langit!!"
Kaluna yang mendengar hal itu, langsung menatap wajah Aidan yang sedang fokus menatap bintang tersebut.
"Kenapa gitu?"
"Karena lo adalah bintang kehidupan bagi gue. Jadi, gue mau lo terus bersinar walaupun keadaan di sekitar lo gelap."
Jelas Aidan yang kalimatnya sangat menyentuh di hati Kaluna. Baru kali ini, Aidan mengucapkan hal yang bermakna bagi kehidupannya. Kaluna langsung tersenyum dan menunduk.Ia bahagia tapi juga sedih, kenapa keadaan yang Kaluna benci harus terjadi. Banyak luka yang membekas di tubuh Kaluna termasuk hatinya. Membuat Kaluna trauma akan banyak hal.
"Gue jamin lo bakal bahagia." Ucap Aidan yang beranjak berdiri dan berjalan untuk mengambil makanan yang telah sampai.
Benar kata Aidan, bahwa Kaluna harus bisa bangkit dan semangat dalam menjalani kehidupan ini, walaupun keadaan gelap dan sulit, Kaluna harus bisa bertahan
***
"Aaron, dimana Kaluna?"
"Jalan."
Pukul 23.00 Dominic baru sampai rumah dengan keadaan yang tak rapih.
"Ke mana dia? Udah jam 11 malem ini." Ucap Dominic yang terlihat menahan emosi didepan Aaron.
"Sama Aidan."
"Aidan anak laki, mana bisa kamu perbolehkan Kaluna jalan malem sama Aidan!"
"Pa! Bisa gak sih, papa tuh mikir tentang Kaluna?! Apa papa pernah tau kalo setiap malem Kaluna selalu nangis? Apa papa pernah tau kalo Kaluna pernah sakit? Apa papa pernah tau kalo Kaluna hampir mau bunuh diri? Tau?!”
Skakmat. Dominic tidak bisa berbicara apa apa disaat Aaron sudah mengatakan semua fakta yang selama ini tidak diketahui oleh Dominic.
"Papa gak tau kan? Iyalah, kan di otak papa cuman ada cewek selingkuhan itu!!" Ucap Aaron yang meninggalkan Dominic sendirian di ruang tamu.
Rasanya malam ini Dominic hancur. Sudah tidak ada cara lagi untuk memperbaiki hubungan antara ayah dan anaknya. Dominic gagal menjadi seorang ayah bagi Aaron dan Kaluna.
Janji
"Udah malem banget, keknya gue balik aja deh.." ucap Kaluna sambil berdiri dari duduknya dan memakai jaketnya.
"Yauda ayok gue anter."
"Gaes, gue balik dulu ya...."
"Hati hati Luna." ucap mereka serempak sambil melambaikan tangannya ke Kaluna.
Kaluna pun langsung naik ke atas motor Aidan dan memakai helmnya.
"Gue harap lo peluk gue erat-erat, takutnya lo terbang."
Kaluna langsung memukul pundak Aidan. Namun Aidan hanya tertawa dari balik helmnya.
"Kalo ngomong disaring dulu dong....."
"Hahahaha siap tuan putri...."
Aidan langsung menyalakan motornya dan melaju membelah jalanan yang padat karena ini adalah malam minggu, banyak sepasang remaja jalan-jalan menghabiskan waktunya bersama orang yang mereka sayangi.
Di sepanjang jalan, Kaluna sangat menikmati pemandangan yang begitu indah. Lampu jalanan yang menyala begitu terang, lampu motor dan mobil yang saling berpandangan, hiasan yang terpasang di trotoar. Kaluna tersenyum sambil menatap langit yang menambah keindahan malam ini.
"Gue tau lo suka banget sama langit. Tapi, jangan suka senyum ke langit." ucap Aidan dari balik helmnya.
Ternyata, Aidan dari tadi memperhatikan apa yang Kaluna lakukan di belakang. Semuanya terekam jelas diingatan Aidan.
"Kenapa?" Tanya Kaluna yang bingung karena pernyataan Aidan barusan.
"Gue gak suka kalo lo senyum-in langit. Nanti kalo langitnya suka sama lo gimana? Kan makin banyak saingan gue...."
Kaluna langsung tertawa karena ulah Aidan barusan. Gombalan maut apapun milik Aidan, sudah biasa bagi Kaluna. Kaluna sudah kebal dengan semua omongan Aidan dari dulu.
"Bisa ae deh lo...."
Aidan langsung tersenyum bisa sedikit menghibur Kaluna karena Aidan tau bahwa beban yang dipikul Kaluna saat ini sangat berat.
"Lo besok ada jadwal gak?"
"Gak keknya. Soalnya Nevan sibuk mau bantuin mamanya nganter pesenan kue."
"Jalan sama gue mau gak?"
"Kemana?"
"Kemana aja yang lo suka dan intinya yang bisa bikin lo bahagia." Ucap Aidan yang penuh makna di setiap kalimatnya.
"Mau banget, gue yang nentuin tempatnya ya?"
"Iya, apapun yang lo mau gue turutin. Janji..."
Kaluna terlihat tersenyum gembira saat mendengar perkataan Aidan itu. Apapun yang Kaluna inginkan akan dituruti oleh Aidan. Kaluna akan merancang semua kegiatannya untuk besok hari.
Gue bahagia kalo lo bahagia. Lo sakit gue juga sakit. Sesayang itu gue sama lo sekarang.
***
"Makasih banyak ya Aidan, gue dah banyak ngerepot-in lo hari ini." ucap Kaluna sambil melepas helmnya.
"Udah berapa kali gue bilang, lo sama sekali gak ngerepot-in gue."
"Hehehe iya Aidan, makasih banyak ya..."
"Iya. Setelah ini gue minta lo kalo ada apa-apa tuh bilang ke gue. Gue udah tau sifat lo dari kecil Luna. Jadi, keliatan kalo lo lagi ada masalah kek gimana."
Kaluna menghela nafasnya seketika, dadanya terasa sangat sesak. Hanya Aidan yang mengerti sifatnya dari kecil. Bahkan, Aaron saja terkadang tidak mengerti sifat Kaluna.
"Cuman lo yang ngerti sifat gue Dan, janji sama gue ya, lo gak akan ninggallin gue..." ucap Kaluna sambil memberi jari kelingkingnya ke hadapan Aidan untuk berjanji padanya.
"Gue janji Kaluna. Gue akan tetap di sini buat lo..."
Aidan membalas jari kelingking Kaluna, sehingga jari kelingking mereka saling bertautan, yang artinya Aidan telah berjanji untuk selalu di samping Kaluna sampai seterusnya.
"Dah sana masuk. Besok gak usah bangun pagi-pagi, takutnya lo kurang tidur."
"Siyap bos!!"
Kaluna pun beranjak meninggalkan Aidan yang sudah siap-siap untuk meninggalkan halaman rumah Kaluna.
"Hati-hati Dan!!!"
Aidan langsung menancap gasnya dan seketika Aidan hilang dari hadapan Kaluna.
Gue selalu lupa kalo lo adalah sahabat gue karena rasa sayang gue ke lo lebih besar.
***
Jalan
Kaluna terbangun dari tidurnya pukul 08.00 dan langsung beranjak ke kamar mandi untuk mencuci mukanya. Setelah selesai, Kaluna keluar kamar dan menuju dapur.
"Tumben amat lo bangun pagi..." Ucap Kaluna ketika melihat Aaron sedang memakan roti di meja makan.
"Abis joging dong. Masa abis ngapel."
"Ih parah banget sih, lo gak ngajak gue kak."
"Ya, biasanya-kan lo mager anaknya."
Kaluna langsung memukul pundak Aaron karena kesal.
"Lo bisa gak sih gak usah mukul..." Ucap Aaron sambil mengelus pundaknya yang sakit karena pukulan Kaluna.
Kaluna memang dijuluki Si Tangan Merah karena ketika Kaluna memukul seseorang pasti akan merah dan membekas.
"Lo jangan ngesel-in makanya."
Kaluna duduk di samping Aaron sambil memakan roti buatannya tadi.
"Hmm... Eh lo tau tentang Tante Loywis?"
Tanya Aaron yang seketika membuat Kaluna berhenti memakan makanannya. Kaluna menghela nafas panjang dan menengok ke arah Aaron.
"Gue gak peduli." Ucap Kaluna sambil melanjutkan aktivitasnya yang sempat tertunda tadi.
"Gue tau lo benci banget sama dia, tapi setidaknya jangan benci sama anaknya, Alaska. Dia gak salah apa-"
"Cukup kak."
Belum sempat untuk menyampaikan semua kata-katanya. Kaluna memotong pembicaraan Aaron. Hal itu dilakukan Kaluna karena ia sangat benci jika harus menbahas orang yang telah merenggut kebahagiaannya.
"Gue benci kak. Harus berapa kali gue bilang ke lo. Gue benci kak, gue benci!!"
Kaluna langsung meninggalkan Aaron sendirian di meja makan yang mampu merubah semua suasana menjadi berantakan yang tadinya dari menyenangkan kini menjadi menghancurkan.
***
"Sorry bro, gue ganggu waktu lo. Gue cuman mau bilang ke lo. Jaga baik-baik sahabat lo itu, takutnya dia kenapa-napa."
"Maksud lo apa?!!"
Aidan langsung menarik kerah baju seorang pria yang sangat dibenci oleh Aidan dan gengnya. Orang yang harus dijauhkan dari Kaluna dan keluarganya. Ya, dia adalah Tristan Gaskara, ketua geng GLIS.
"Wih santai dong. Gue cuman mau bilang ke lo, hati-hati aja" Ucap Tristan sebelum meninggalkan Aidan yang kini sedang menahan amarahnya karena ucapan Tristan tadi.
"Tahan. Dia cuman mau mancing amarah lo.."
Ardias langsung menepuk pundak Aidan supaya emosi Aidan mereda sedikit.
"Gue yakin Kaluna baik-baik aja selagi kita jaga dia."
"Gue juga yakin, kalo Kaluna pasti ngerti maksud kita ngejaga dia." Tambah Ernest yang membalas ucapan Barra.
Ketika semua temannya memberikan saran dan motivasi, Aidan malah memikirkan keadaan Kaluna kedepannya. Bagaimana tidak, karena dirinyalah Kaluna sering dalam bahaya. Karena semua orang tau, bahwa kelemahan Aidan ada di keluarganya dan juga Kaluna, orang yang ia sayangi.
***
"Gak usah dandan Luna..."
"Diem deh. Cewek itu harus dandan tau sebelum pergi..."
Aidan hanya menghela nafasnya ketika melihat Kaluna yang masih sibuk dengan alat make up-nya di depan cermin meja rias yang terlihat banyak sekali berbagai alat make up milik Kaluna.
"Kita mau jalan kemana?"
"Emm... Hari ini gue pengen banget makan mie ramen yang katanya enak di daerah Kelapa Gading. Jadi, kita makan ramen disana ya...."
"Ok."
Hari ini apapun yang Kaluna inginkan akan di turuti oleh Aidan, demi kebahagiaan Kaluna.
"Dah, ayok berangkat.."
Kaluna dan Aidan pun langsung turun ke bawah untuk berpamitan pada Aaron dan Dominic.
"Pa, Luna berangkat dulu."
"Om, saya berangkat dulu ya."
"Jaga anak saya ya, jangan sampe lecet!"
"Siyap om.."
Selesai berpamitan dengan Dominic, Kaluna dan Aidan berjalan ke teras untuk berpamitan dengan Aaron yang sedang mencuci bersih mobil miliknya.
"Kak gue pergi dulu ya.."
"Kak, Aidan pamit dulu ya."
"Yo, hati-hati..."
Aidan memberikan jempolnya ke Aaron yang dibalas jempol juga oleh Aaron.
Aidan langsung naik ke atas motornya dan disusul oleh Kaluna yang sudah siap dengan jaket dan helm miliknya.
"Mari kita jalan..."
"Let's go!"
Motor Aidan pun melesat pergi dari kediaman rumah Kaluna. Kini, Kaluna dan Aidan dapat menikmati kota Jakarta dengan bebas dan nyaman.
***
Sakit
Kaluna dan Aidan saat ini tengah duduk di sebuah restoran ramen di Mall terkenal. Kaluna sangat senang saat makanan mereka sampai.
"Tuhkan. Keknya emang beneran enak deh.." Ucap Kaluna ketika melihat penampilan ramennya yang begitu cantik dan menggiurkan.
"Alah lebay, belom cobain dah bilang enak." Ucap Aidan yang ingin memakan ramennya namun langsung ditahan oleh Kaluna.
"Difoto dulu dong, sayang ini."
Aidan hanya menghela nafas karena kelakuan Kaluna. Kaluna sibuk memotret ramennya sehingga membuat Aidan kesal sendiri.
"Lama banget sih, buru dong..."
"Dah tuh, boleh makan. Bawel banget sih."
Kaluna dan Aidan pun langsung menyantap ramen mereka berdua dan di sela-sela mereka menikmati ramen, mereka bercanda dan mengobrol. Sehingga tanpa mereka sadari ada sepasang mata yang mengintai mereka dari jauh.
"Abis ini kita mau kemana?"
"Abis ini kita jalan-jalan ke museum yuk....."
"Ya udah, cepet abisin ramennya biar cepet selesai."
Kaluna dan Aidan, menikmati ramen mereka supaya cepat selesai dan dapat menghabiskan waktu ke tempat yang Kaluna inginkan.
***
"Cewek lo, lo biarin-in jalan sama cowok lain?"
"Dia sahabatnya dari kecil Ram."
"Gue tau Van, gue gak bodoh, cuman lo gak bisa mikir apa? Mereka cewek cowok loh! Gak mungkin kalo salah satunya gak ada rasa suka." Ucap Rama, sahabat Nevan dari SD yang sangat protektif terhadap Nevan.
Rama dan Nevan saat ini sedang berada di mall yang sama dengan Kaluna dan Aidan.
Nevan hanya bisa melihat dari jauh ketika kekasihnya berjalan dan tertawa lepas bersama Aidan. Rasa sakit yang begitu luar biasa, dirasakan oleh Nevan saat ini.
Setelah membantu mamanya mengantar pesanan kue, Nevan jalan bersama dengan Rama, karen Nevan tau, pasti Kaluna akan menghabiskan hari liburnya dengan Aidan.
"Gue harus apa Ram?"
"Lo harus bisa ngasih tau dia tentang posisi lo di hidupnya."
Nevan rasanya tak berani mengucapkan kalimat itu karena Aidan adalah kebahagiaan Kaluna walaupun Nevan adalah kekasihnya Kaluna.
"Oke de, bakal gue coba."
***
"Makasih banyak ya lo udah mau ngabisin waktu lo bareng gue."
"Kaluna..... Kebiasaan deh..."
"Hehehehe, btw ini ada hadiah dari gue buat lo, semoga suka ya."
Kaluna memberikan sebuah paper bag kecil ke Aidan yang saat ini duduk di atas motor.
"Apaan?"
"Bukanya di rumah aja, dah sana balik."
Aidan pun tersenyum dan langsung memasukkan paper bag tersebut ke tas miliknya.
"Yauda, gue balik ya.."
"Hati-hati"
Aidan pun langsung menyalakan motornya dan melesat pergi.
"Kaluna...."
Saat berbalik badan, Kaluna dikejutkan oleh kehadiran Nevan dengan raut wajah yang menurut Kaluna sangat tidak baik.
"Kamu disini? Bukannya lagi bantuin mama?"
"Aku mau ngomong sesuatu sama kamu."
Kaluna langsung merasakan hawa yang tidak enak di sini. Kaluna merasa bahwa akan ada badai besar yang akan datang.
"Duduk di sana yuk.."
Kaluna dan Nevan pun duduk di teras rumah Kaluna.
"Aku mau ngomongin tentang kamu dan Aidan."
Benar dugaan Kaluna. Hal ini akan terjadi kapan pun itu. Tepat hari ini, hal yang dipikirkan oleh Kaluna terjadi.
"Maksud kamu?"
"Bisa gak kamu jaga jarak sama Aidan? Aku tau dia sahabat kamu, tapi aku di sini sebagai pacar kamu Luna!"
Rasanya hati Kaluna sangat saat Nevan membentaknya. Ini pertama kalinya Nevan membentak Kaluna selama mereka berpacaran.
"Aku tau rasanya sakit buat kamu Luna. Tapi, di sini aku lebih sakit Luna..."
"Maaf-in aku, aku egois."
Kaluna langsung menundukkan kepalanya sehingga air mata lolos begitu saja dari mata Kaluna. Tak tega melihat Kaluna menangis sesenggukan, Nevan langsung memeluk Kaluna dengan erat dan tulus. Rasanya lega dan sakit menjadi satu. Nevan bukan ingin menyakiti Kaluna tapi, Nevan hanya ingin dihargai.
"Aku gak bermaksud buat kamu sakit hati, sayang. Aku mau kita fokus buat ke depannya. Aku mau fokus kamu buat aku bukan buat Aidan. Aku cemburu."
Aku adalah manusia terbodoh, aku mencintai 2 orang sekaligus dalam 1 hati. Aku gak berhak untuk mecintai mereka berdua, mereka berdua terlalu baik. Aku yang jahat.
"Udah jangan nangis, nanti cantiknya ilang tau..."
Nevan mengusap air mata Kaluna yang masih mengalir deras sehingga membuat mata Kaluna sedikit sembab.
"Aku egois banget ya ke kamu?"
"Nggak kok. Aku di sini mau kita sama sama jalanin hari bersama."
"Aku minta maaf ya..."
Nevan tersenyum dan mengusap rambut Kaluna lembut. Rasa sayang Nevan ke Kaluna sangat besar. Sebab itu Nevan tidak mau kehilangan Kaluna. Apapun akan Nevan lakukan jika berkaitan dengan Kaluna. Maupun itu hal negatif ataupun positif. Demi Kaluna, Nevan menjadi gila.
***
Bukan Aku Yang Mau
"Mungkin ini adalah teguran buat gue karena gue terlalu mentingin Aidan daripada Nevan. Padahal Nevan cowok gue."
Kaluna datang dan bercerita ke Alice, Leana dan Berly di dalam kelas. Kaluna hari ini berangkat lebih awal yaitu jam 6 pagi dan naik ojek.
"Gue tau perasaan lo gimana. Tapi, gue juga ngerasain apa yang Nevan rasain Kal.." Ucap Berly sambil memegang kedua tangan Kaluna yang dingin itu karena cuaca pagi ini sangat dingin.
"Tapi, seharusnya dari awal pacaran Nevan dah ngerti dong? Kenapa pas di tengah kek gini dia baru speak up?" Tanya Leana yang menjadi teka-teki bagi mereka berempat.
***
"Ok makasih ya kak...." Aidan langsung memasukkan ponsel ke saku celananya.
"Gimana?"
"Ternyata Kaluna udah berangkat dari jam 6 pagi tadi, pake ojek."
Aidan sangat khawatir ketika dari malam sampai pagi ini, chatnya belum dibaca oleh Kaluna. Bahkan puluhan kali ia menelepon Kaluna, tidak diangkat.
"Gue bingung Kaluna kenapa. Padahal kemarin kita baik-baik aja."
"Lagi dateng bulan kali?"
"Nggak kok, ini bukan tanggal dia dateng bulan. " Jawab Aidan yang sudah hafal semuanya tentang Kaluna.
Rasanya aneh dan sakit jika Kaluna tiba-tiba menjauh dari dirinya seperti ini.
"Coba lo tanya langsung ke orangnya."
"Nanti aja deh pas istirahat."
Aidan masih merasa aneh dengan Kaluna. Aidan hanya berharap tidak akan terjadi hal buruk pada Kaluna.
***
Hujan tiba-tiba turun dengan deras sehingga suara benturan air hujan dan tanah sangat berisik.
"Gue mau ke kantin, lo mau ikut?" Ajak Berly ke Kaluna yang sedang mendengar lagu dengan airpods miliknya.
"Nggak deh. Kalian aja."
"Ok."
Berly, Leana dan Alice pergi meninggalkan Kaluna sendirian di dalam kelas untuk menuju kantin. Kaluna langsung memejamkan matanya dan menikmati alunan melodi yang masuk ke dalam telinganya.
Tiba-tiba ada seseorang yang duduk di samping Kaluna, sehingga membuat Kaluna membuka matanya dan menengok ke samping.
"Aidan?"
Kaluna langsung mematikan lagunya dan melepaskan airpods dari telinganya.
"Lo ngapain ke sini?"
Tanya Kaluna sambil berdiri dari tempat duduknya. Kaluna terlihat menghindari Aidan yang membuat Aidan berdiri dan bingung.
"Lo kenapa? Gue ada salah atau apa?"
Saat Aidan ingin menggapai tangan Kaluna, Kaluna langsung menghempasnya.
"Gue minta lo pergi Dan."
Dada Aidan rasanya sakit saat Kaluna mengucapkan kalimat itu. Seumur hidup, Kaluna tidak pernah seperti ini. Aidan rasanya ingin memeluk Kaluna dan menanyakan tentang keadaannya.
"Kal, jangan kek gini plis. Gue gak bisa, hati gue sakit Kal."
Kaluna langsung berbalik badan, ia tak kuat melihat wajah Aidan yang terlihat menahan sakit dan air matanya. Kaluna merasakan hal yang dirasakan oleh Aidan sekarang.
"Kal..."
"Ini bukan kemauan gue Dan. Gue juga gak bisa jauh-in lo, gue sayang sama lo, tapi gue gak bisa! Bakal banyak hati yang sakit kalo gue nuruti kemauan gue sendiri!" Kaluna mengucap semua kalimat itu sambil menangis dan rasa sesak di dadanya semakin menjadi jadi.
"Gue gak bisa Dan, gue gak bisa!"
Kaluna langsung pergi meninggalkan Aidan yang terdiam kaku di kelas. Aidan sekarang mengerti kenapa Kaluna seperti ini. Tanpa disadari, Aidan menitikkan air matanya dan menyusul Kaluna yang berlari ke keluar kelas.
***
Kaluna berlari di bawah derasnya hujan. Ia berlari sekuat tenaganya. Ia akhirnya sampai di mana tempat ia meluapkan semua kesedihannya dan semua rasa sakitnya. Rooftop sekolah adalah tempat terbaik bagi Kaluna untuk menenangkan diri.
"Gue benci kenapa keadaan harus kek gini." Teriak Kaluna sambil mengacak rambutnya secara frustasi dan menangis sejadi jadinya. Di saat Kaluna memukul dadanya, ada seseorang yang langsung memeluk Kaluna dengan lembut.
"Gue gak suka lo kayak gini. Biar gue aja yang sakit, jangan lo yang sakit."
"Aidan maaf."
Aidan mengusap rambut Kaluna dengan lembut. Aidan paling lemah jika melihat Kaluna seperti ini. Rasanya dunia Aidan hancur saat melihat Kaluna menangis dan menyakiti dirinya sendiri.
"Maaf Aidan, gue gak bisa nepatin janji gue..."
"It's ok Kal. Lo gak harus menuntut diri lo sempurna kok. Jadilah diri lo sendiri ya."
Aidan langsung mengecup pucuk kepala Kaluna. Kaluna sangat nyaman jika sudah dipeluk oleh Aidan. Rasanya semua sakit menjadi hilang.
***
Tak Terduga
Bel sekolah sudah berbunyi, tapi Kaluna dan Aidan masih di rooftop, bahkan mereka sedang melihat langit dengan cerah setelah hujan yang panjang tadi.
"Kalo gue udah gak ada. Lo bisa kan jaga diri lo sendiri?" Ucap Aidan sambil melihat langit.
Kaluna langsung menengok ke Aidan dan menatap mata Aidan yang masih fokus melihat langit.
"Kenapa lo ngomong kek gitu? Lo beneran mau ninggallin gue?"
Aidan tersenyum dan menatap Kaluna.
"Kalo semesta berkehendak kek gitu, gue bisa apa Kal?"
Kaluna menatap mata Aidan yang indah itu. Kaluna merasakan bimbang yang luar biasa saat ini. Rasa untuk Aidan dan juga Nevan.
***
"Gue yang wakilin Aidan." Ucap Barra yang fokus pada anggota GALAXY.
"Siap. Kita mulai dari arena aja. Geng GLIS licik, otomatis mereka bakal nyerang kita dari dua sisi." Jelas Edwin sambil mencoret kertas putih polos menggunakan pulpen miliknya.
Supaya memiliki strategi yang matang, GALAXY harus menyiapkan semuanya dengan total.
"Gue jaga belakang, gue tau David suka banget nyerang dari belakang secara tiba-tiba." Ucap Ardias yang mengingat kejadian di mana punggungnya dipukul secara tiba-tiba dari belakang David, anggota geng GLIS yang sangat licik.
"Ok kalo gitu gue temenin Ardias, karena gue yakin David gak akan sendirian." Tambah Ernest.
Walaupun Ernest orangnya humoris, jika sudah berurusan dengan hal seperti ini, ia akan sangat jago dan serius.
"Kalo gitu lo sama gue sama Aidan jaga depan. Karena Aidan pasti di depan. Gue gak mau Aidan kenapa-napa, dia ketua kita dan dia sahabat kita." Ucap Barra sambil menunjuk Edwin yang sedang fokus dengan ucapan Barra dari tadi.
"Kita harus bisa ngalahin mereka"
***
"Maaf udah ngerepot-in.." Ucap Kaluna sambil memberi hoodie Aidan.
Karena seragam Kaluna basah, Aidan meminta Kaluna menggunakan hoodienya.
"Gak kok, santai. Kalo ada apa-apa cerita aja ya.."
"Iya makasih, gue balik duluan."
Aidan tersenyum pada Kaluna yang kemudian menghilang dari hadapannya.
"Andai kamu tau Kaluna, aku sebentar lagi akan pergi dari kehidupan kamu. Aku mau bikin bahagia kamu supaya aku gak ada penyeselan." Ucap Aidan sambil menatap foto Kaluna di galery handphonenya.
Jantung Aidan terasa begitu sakit, hati Aidan begitu hancur. Rasanya dunia Aidan akan runtuh.
"Lo gak boleh nyerah sebelum menang Aidan. Demi Kaluna dan kebahagiaannya."
Aidan langsung berdiri dan bergegas menuju markas GALAXY untuk membahas pertarungan antara GALAXY dan GLIS.
***
"Kamu darimana?" Tanya Nevan saat melihat Kaluna yang baru datang ke parkiran.
"Maaf aku tadi izin soalnya badan aku gak enak jadi di UKS." Jawab Kaluna sambil menundukkan kepalanya.
Nevan langsung memegang kedua pipi Kaluna dan tersenyum.
"Gak papa sayang. Sekarang udah sembuhkan?"
Kaluna pun menganggukkan kepala yang membuat Nevan gemas dan mengusap lembut kepala Kaluna.
"Yuk kita pulang."
Kaluna langsung naik ke atas motor Nevan. Nevan menyalakan mesin motornya dan melesat keluar dari halaman sekolah.
***
"Lo harus tutup mulut. Atau Kaluna mati?"
Seorang pria dengan jaket hitam menodongkan pisau ke arah wanita yang kini berdiam diri menatap pisau tersebut dengan rasa takut dan bimbang.
"Kalo sampe Kaluna tau, dia akan mati di tangan gue."
"Kenapa lo jahat sama Kaluna?!"
Pria tersebut hanya memberikan senyum liciknya dan menurunkan pisaunya.
"Gue pengen liat Aidan menderita. Karena kelemahan Aidan adalah Kaluna, dan kelemahan Kaluna adalah Aidan."
Pria tersebut berjalan dan berhenti sejenak. Ia mengambil sebuah foto polaroid di mana foto tersebut ada banyak pria yang saling merangkul pundak dan tersenyum bahagia.
"Dulu gue adalah salah satu geng GALAXY. Aidan bahkan nunjuk gue sebagai wakil ketua GALAXY. Namun, karena Kaluna tau ternyata gue adalah pecandu narkoba dan berencana ngerebut gelar Aidan. Gue dikeluar-in gitu aja dari GALAXY."
"Lo pantes dapet-in itu, karena lo gak tau diri!!!"
Pria tersebut langsung mengepal kedua tangannya sehingga foto tersebut menjadi rusak.
"Dan inilah saatnya, gue akan balas dendam ke mereka berdua. Kalo sampe lo bocor-in, inget omongan gue!!"
Pria tersebut langsung pergi meninggalkan tempat dan wanita itu sendirian.
***
Ungkapan
Kaluna saat ini sedang duduk menonton televisi di ruang tamu sembari ditemani oleh Aaron.
"Gue pengen ketemu mama deh." Ucap Kaluna secara tiba tiba, sehingga membuat Aaron menengok dan menatap wajah Kaluna dengan sedih.
"Dek? Are you ok?"
Terlihat dari wajah Kaluna yang begitu sendu, tapi disaat seperti ini, Kaluna malah menatap wajah Aaron dan memberikan senyum yang begitu manis dan tulus.
"Gue cuman kangen sama mama kak. Gue pengen tiduran di pangkuan mama lagi. Semesta kenapa jahat ya kak?"
"Kal, itu udah takdir mama. Gue juga kangen sama maka. Tapi, gue yakin mama udah bahagia di atas sana."
Aaron mengusap kepala Kaluna dengan pelan dan lembut. Tanpa mereka sadari, ada seorang pria paruh baya yang mendenger ucapan mereka dengan rasa yang sungguh bersalah.
"Kalo gue bilang, gue sayang dan cinta banget sama mama. Apa mama bakal bahagia kak?"
"Pasti dong. Mama pasti bahagia banget. Apalagi kalo ngeliat lo bahagia dan tetap semangat."
Kaluna tersenyum dan menatap mata Aaron dengan dalam.
"Gue bahagia kok kak."
Gue bahagia? Gak akan pernah, gue sekarang kembali menderita. Seperti dulu.
***
"Gue mau Aidan mati!!"
"Tiba-tiba?"
"Gue muak lama-lama sama dia."
"Lo serius? Dia sahabat cewek lo bro."
Nevan langsung mengepal tangannya saat Tristan mengatakan kalimat yang sangat dibenci oleh Nevan.
"Cewek lo gak tau kalo lo salah satu anggota geng GLIS? Musuhnya Geng GALAXY yang diketuai oleh Aidan."
Nevan langsung tersenyum licik. Ia menatap ponselnya yang wallpaper-nya adalah foto Kaluna.
"Gue tulus sama Kaluna, cuman gue gak mau ada penghalang. Gue juga gak peduli kalo Kaluna tau."
"Lo gak takut putus?" Tanya Adnan yang sedang mengisap rokoknya sambil duduk santai di kurai markas mereka.
"Gue gak takut. Karena Kaluna gak bisa lepas dari gue."
"Hahahaha, gampang nih bro peluang kita buat nyakit-in Aidan." Ucap Bastian sambil mengecek isi pistol yang sudah ia sediakan dari awal.
"David pinter nih kalo bikin rencana. Bikin Dav, gue pengen liat GALAXY ancur!"
David pun langsung menyusun strategi untuk menghancurkan GALAXY. Satu per satu akan mereka hancurkan.
Maaf Kal, aku terlalu sakit dan muak sama sahabat kamu, aku mau kita maju tanpa penghalang.
***
"Sesayang apa lo sama Aidan?" Tanya Leana tiba tiba kepada Kaluna yang sedang memakan cemilan.
Kaluna langsung menghentikan aktivitasnya dan menatap Leana dengan bingung.
"Maksudnya?"
"Gue cuman mau tau, seberapa banyak sayang lo sama Aidan, Kal. Lo sama Aidan sahabatan dari kecil, bullshit kalo lo gak ada rasa ke Aidan." Jelas Leana yang membuat Kaluna merasakan gejolak besar di hatinya.
Bohong jika Kaluna menjawab tidak ada.
"Na, karena di sini cuman ada kita berdua. Gue bakal jujur sama lo."
Leana datang ke rumah Kaluna karena ia ingin menghabiskan waktunya berdua dengan Kaluna. Leana adalah sahabat Kaluna dari SD yang sudah banyak menemani Kaluna dalam masa senang maupun susah.
"Gue sayang banget sama dia Na, jauh daripada Nevan. Tapi, Nevan udah nemenin gue di saat gue ancur karena kehilangan mama. Tapi, Aidan adalah sumber kebahagiaan gue dari kecil. Gue bisa apa? Gue gak mungkin memilih mereka berdua Na. Egois gue kalo kek gitu." Jelas Kaluna sambil menahan air matanya yang hampir jatuh karena dadanya begitu sakit jika menceritakan tentang perasaannya ke Aidan.
"Kenapa lo pilih Nevan?"
"Karena Nevan udah ada buat gue, di saat gue sedih, dan dia berhasil memikat hati gue, karena saat itu gue gak nyimpen perasaan ke Aidan."
Leana tersenyum dan mengusap lembut kepala Kaluna.
"Gue tau rasanya Kal. Gue gak mau lo sedih lagi ya. Gue yakin pilihan lo gak akan pernah salah. Tapi, saran gue, perjuangin Aidan ya Kal. Dia tulus sama lo, walaupun Nevan tulus dan sayang sama lo. Gue tetep gak yakin sama Nevan." Ucapan Leana seperti menjadi tanda tanya dalam hati Kaluna.
Rasa bimbang di hati Kaluna makin berkecamuk dengan besar.
"Gue yakin lo akan super bahagia kalo bersama Aidan."
Bener. Gue selalu bahagia kalo sama Aidan. Rasanya dunia hanya milik gue dan Aidan. Gue gak mau kehilangan Aidan. Aidan harus ada di samping gue.
***
"Cantik..." Ucap Aidan saat melihat foto Kaluna yang kemarin ia ambil secara diam-diam.
Wajah Kaluna begitu manis dan cantik, membuat Aidan tak berhenti untuk menatap fotonya.
"Iya gue tau dia cantik, tapi gue greget kenapa bukan lo yang jadian sama Kaluna." Ucap Gavin, kakak Aidan, memiliki tubuh yang sama seperti Aidan. Begitu kekar dan tinggi.
"Yah gitu deh kak. Namanya juga takdir." Jawab Aidan sambil merapikan foto-foto yang tadi Aidan cetak.
Begitu banyak foto Kaluna yang ia cetak, mulai dari foto candid sampai foto bersama dirinya.
"Ayok dong, lo harus bisa dapet-in Kaluna." Ucap Gavin sambil menepuk pundah Aidan yang membuat Aidan tersenyum pilu.
"Gak akan bisa kak. Dia sayang sama Nevan."
"Tau gak lo? Rasa sayang Kaluna ke Nevan gak menjamin hubungan mereka langgeng tau."
Aidan menatap Gavin. Rasanya ucapan Gavin ada benarnya, tapi Aidan tidak mau terlalu berharap.
"Lo pasti bisa dapet-in Kaluna seutuhnya suatu saat nanti."
Aidan tersenyum dan merasa bahwa suatu saat nanti ia akan mendapatkan hati Kaluna seutuhnya jika ia berjuang dan semangat.
***
Winner
Tak disangka-sangka, hari ini adalah hari pertandingan voli antara SMA Bangsa Jaya dan SMA Taruna Bangsa. Semua orang terlihat memenuhi kursi penonton sehingga membuat suara yang begitu ramai. Kaluna dan teman-temannya terlihat menyusun strategi dan melakukan pemanasan. Kaluna harap timnya akan menang melawan SMA Taruna Bangsa.
"Gaes, intinya kita harus kompak ya.." Ucap Kaluna sebagai pemimpin voli putri hari ini.
Siswa dan siswi SMA Bangsa Jaya bersorak menyemangati tim Kaluna, tak terkecuali geng GALAXY yang terlihat hadir dan duduk paling depan. Tapi, Nevan, kekasih Kaluna tidak hadir hari ini karena Nevan ada urusan keluarga yang membuatnya tidak bisa menyaksikan pertandingan ini. Nevan tidak bisa memberikan dukungan dan suport untuk Kaluna.
"Yo, nyonya bos lo pasti menang!"
Teriak Edwin yang langsung dibalas sorakan dan tepuk tangan. Kaluna yang mendenger hal itu melihat ke arah geng GALAXY dan tersenyum. Aidan yang melihat senyum Kaluna merasa lega dan ikut senang.
Pertandingan pun dimulai. Tim Kaluna dengan cepat melawan Tim SMA Taruna Bangsa sehingga mereka mencetak begitu banyak rekor. Hingga tiba di saat skor mereka seri atau imbang.
“Hari ini akan menjadi sejarah baru dalam hidup baru gue.” Ucap Kaluna dalam hati sambil mengambil ancang-ancang.
Kaluna pun dengan rasa yakin dan berani langsung melempar bola tersebut ke arah lawan dengan cepat.
"Ya! Akhirnya! Lomba kali ini dimenangkan oleh SMA Bangsa Jaya!
Teriakan wasit yang langsung dibalas sorakan oleh semua penonton. Leana, Berly dan Alice berlari dan memeluk Kaluna yang masih berdiam diri.
"Kal kita menang!"
"Mimpi lo terwujud Kal..."
"Lo hebat Kal. Lo adalah pemimpin!"
Kaluna yang mendengar hal tersebut langsung tersenyum.
"Makasih, ini semua berkat kalian semua kok."
Tangis bahagia Kaluna pecah saat ini juga. Kaluna menangis saat piala dan hadiah diberikan kepada timnya. Kaluna menatap piala tersebut lalu ia menatap semua penonton yang sedang bertepuk tangan dan bersorak bahagia karena kemenangan tim Kaluna.
"Selamat untuk tim Kaluna!"
“Terima kasih orang baik, kalian adalah pahlawan di hidup gue, tanpa kalian, gue gak akan pernah bisa berada di posisi ini.”
***
Acara sudah selesai, tim Kaluna kembali ke sekolah untuk berfoto bersama dengan guru.
"Gas yuk kita foto berempat...."
Ajak Leana sambil memasang kamera menggunakan handphonenya.
"Gas....."
Kaluna, Leana, Berly dan Alice akhirnya berfoto bersama dengan piala dan hadiah mereka. Di saat asik berfoto-foto, Aidan datang menghampiri Kaluna dengan membawa sebuah bunga yang sangat indah.
"Kaluna..." Panggil Aidan yang membuat Kaluna menengok ke sumber suara tersebut.
"Aidan? Ada apa?"
"Ini buat kamu. Congrats ya karena udah jadi pemenang..."
Kaluna pun tersenyum dan mengambil buket bunga tersebut dari tangan Aidan.
"Makasih banyak Aidan.."
"Eh, ayok dong kalian foto berdua. Lumayan nih mumpung lagi bagus.." Ucap Leana sebagai mak comblang mereka berdua.
Aidan pun menatap Kaluna sebagai tanda meminta izin. Kaluna pun menganggukan kepalanya sebagai tanda “iya”.
Kaluna dan Aidan berdiri bersampingan, dengan tangan Aidan di pinggang Kaluna dan Kaluna memegang buket bunga pemberian Aidan. Mereka berdua terlihat sangat cocok dengan senyum bahagia yang mereka pancarkan.
Foto ini yang akan menjadi kenangan indah bagi mereka berdua. Senyum bahagia terpancar dari wajah Aidan dan Kaluna.
“Andai kamu bisa denger bunyi detak jantung aku, pasti kamu akan tau kalo aku selalu deg-degan di samping kamu.”
***
Nevan mengepal tangannya dengan kencang di saat melihat Aidan mengantar Kaluna pulang ke rumahnya. Raut wajah kesal dan menahan emosi membuat amarah Nevan semakin berkecamuk.
"Besok gue mau kita lawan mereka!!" Ucap Nevan ke Tristan.
"Gampang, nanti gue kasih tau mereka."
Permainan antara GALAXY dan GLIS akan terjadi besok. Di mana pertempuran ini terjadi lagi setelah 3 tahun. Nevan akan memimpin nantinya, karena ia sudah menyiapkan sebuah rencana licik untuk Aidan.
***
Recana
Saat ini GALAXY sedang berkumpul di markas mereka untuk membahas pertarungan mereka dengan geng GLIS besok.
"Gue takut ada hal yang gak enak akan terjadi." Ucap Edwin tiba-tiba membuat semua anggota menatap dirinya.
"Maksudnya?"
"Gue dari kemarin gak enak hati, gue takutnya terjadi apa-apa. Apalagi kalo salah satu dari kita ada yang terluka." Jelas Edwin yang sedari kemarin merasakan hal yang mengganjal di hatinya.
"Selagi mereka gak main licik kita aman." Ucap Aidan yang sedang memainkan ponselnya.
"Ditambah lagi kalo kita kompak dan selalu sama-sama. Kita bakal aman."
***
"Besok kita jalan-jalan yuk mumpung besok libur karena abis lomba." Ajak Berly ke Alice, Leana dan Kaluna.
"Ayok aja sih gue mah. Mau jalan-jalan ke mana emang?"
"Ke markas kita aja."
Kaluna, Alice, Leana dan Berly mempunyai markas yang simple dan mewah. Markas mereka terletak di perumahan Leana, di mana rumah tersebut bertingkat 2 dan sangat bagus.
"Ayok lah, gue kangen banget sama tuh rumah."
"Besok ya jam 11."
"Ok!"
***
"Gue udah siap buat besok."
"Apapun yang terjadi, lo harus terima resikonya." Ucap Tristan sambil menatap Nevan.
"Of course, gue terima apapun, asalkan dia mati." Ucap Nevan sambil mengambil ponsel miliknya dari saku celana.
"Ok."
***
"Mas, anak kamu demam."
"Bawa ke rumah sakit, apa susahnya."
"Apa susahnya? Otak kamu di mana mas?! Dia anak kamu loh!" Ucap Loywis sambil menggendong Alaska yang suhu badannya sangat tinggi.
"Kali ini aja mas, jangan egois demi Alaska.."
Dominic langsung mengepal kedua tangannya.
"Ok, setelah itu, jangan ganggu kerjaan saya lagi."
Dominic langsung mengendong Alaska dan membawanya ke mobil. Loywis mengambil perlengkapan milik Alaska karena takut jika Alaska harus dirawat.
***
"Papa lagi bawa Alaska ke rumah sakit." Ucap Aaron saat melihat Kaluna baru pulang dari sekolahnya.
"Gue gak peduli."
Acuh Kaluna sehingga meninggalkan Aaron sendirian di ruang tamu.
Kaluna pun naik ke atas dan masuk ke kamarnya. Sesampainya di kamar, Kaluna duduk di meja belajarnya dan menatap foto Serelyn.
"Ma, Kaluna menang...."
Kaluna mengeluarkan kue kecil yang tadi ia beli. Kaluan sengaja membeli kue favorit mamanya yaitu kue stroberi untuk merayakan kemenangannya hari ini.
"Ma, hari ini Kaluna beli kue favorit mama. Maaf ya ma Kaluna beliin kuenya yang kecil bukan yang gede, soalnya kuenya tinggal ini."
Kaluna pun memasangkan lilin di atas kuenya. Setelah itu, Kaluna mengambil korek api untuk menyalakan lilinnya.
"Kita tiup bareng-bareng ya ma..."
Kaluna pun meniup kue tersebut dan langsung mencium foto Serelyn.
Kaluna hari ini sudah berjanji untuk tidak menangis di depan foto Serelyne, karena hari ini adalah hari yang special baginya.
"Oh iya ma, Aidan tadi ngasih bunga lo ke Kaluna. Nih liat deh ma, cantik kan?"
Kaluna tersenyum sambil menatap bunga pemberian Aidan tadi. Aidan sangat tau bunga favorit dirinya dari dulu.
"Kaluna bahagia kok ma, jadi mama jangan sedih ya disana"
Walaupun sakit, Kaluna tetap tersenyum di saat ia memandang foto Serelyne. Karena ia tau bahwa jika ia sedih, maka Serelyne akan sedih juga.
***
"Gue gak setuju lo di belakang Dan."
"Gue juga, kalo lo sampe kenap- napa gimana Dan?"
Aidan menghela nafasnya dan berdiri.
"Kenapa? Lebih baik gue yang luka daripada kalian"
"Gak bisa, lo bos kita. Udah kewajiban kita buat lindungin lo." Ucap Edwin yang langsung dibalas jempol oleh Ernest.
"Gak ada yang namanya bos itu selalu di utamain. Kalo sahabat gue, bukan babu atau pengawal gue."
"Keras kepala banget sih lo jadi orang."
Ardias langsung menjitak kepala Aidan yang langsung dibalas gelak tawa dari Ernest dan Edwin.
"Sakit dodol!"
Aidan pun membalas Ardias dengan memukul lengannya.
"Udah deh, rencana kita yang tadi udah mateng, jadi dah ya. Gak usah protes." Ucap Barra sambil menekankan kalimatnya yang membuat Aidan kesal.
***
Tragedi
Kaluna yang sudah bangun tidur dari jam 7 pagi tadi langsung bergegas mandi dan berdandan.
"Kak, kata lo bagusan yang ini apa yang ini?"
Kaluna saat ini bingung untuk memakai baju yang mana. Sebab itu ia meminta Aaron memilihkan pakaian yang cocok untuknya.
"Lo mau nyantai kan?"
"Iya gue mau nyantai sama mereka."
"Kalo lo mau nyantai tapi berkelas, lebih baik lo pake yang ini."
Aaron akhirnya memilihkan pakaian yang casual nyaman tapi tetap berkelas bagi Kaluna.
"Bagus banget kak selera fashion lo.."
Aaron pun langsung bergaya dengan sombong yang langsung membuat Kaluna jijik.
"Btw makasih loh kak. Nanti pulangnya gue beliin lo martabak favorit lo deh..."
"Iyee awas aja lo kagak beliin..."
"Iya bawel dah sono, gue mau ganti baju..."
Aaron pun langsung keluar dari kamar Kaluna. Dengan cepat, Kaluna mengganti pakaiannya dan berdandan dengan simple.
"Oh iya, Aidan kok belom ada kabar ya?"
Kaluna pun langsung menelpon Aidan lewat handphonenya.
Dan, lo dimana?
Gue masih di rumah Kal. Kenapa?
Gue hari ini mau ngumpul sama Berly, Leana dan Alice di markas. Lo mau ikut gak?
Nanti gue usahain dateng ya bareng anak -anak, soalnya hari ini gue ada urusan penting
Oh yauda. Kabarin aja kalo mau ikut
Ok, Enjoy your time Kaluna
Too Dan
Kaluna pun mematikan teleponnya. Entah kenapa perasaan Kaluna tidak enak, rasanya ia ingin bertemu Aidan sekarang juga. Tapi, Aidan ada urusan penting dan Kaluna gak mau ganggu urusan Aidan. Kaluna tau jika Aidan akan tidak nyaman jika diganggu waktunya.
Kaluna pun langsung bergegas ke bawah dan memakai sepatunya. Tak lupa juga ia berpamitan dengan Aaron dan papanya. Setelah itu Kaluna masuk ke mobilnya dan melaju dengan kecepatan sedang menuju markasnya.
***
"Hai, ketemu lagi nih kita..." Sapa Tristan yang langsung disambut dengan tatapan tajam oleh Aidan.
Saat ini geng GALAXY dan geng GLIS sudah berkumpul di gedung biasa mereka bertemu dan tawuran.
"Santai aja dong kak tatapannya. Kita cuman mau ngobrol doang kok..."Ucap Adnan yang langsung dibalas smrik-nya oleh David
"Najis tau gak lo pada!!” Ucap Barra yang sedari tadi menahan emosi karena tingkah laku geng GLIS.
"Wih sabar dong bro, padahal kita di sini niatnya baik..." Ucap Bastian yang langsung ditatap tajam oleh Barra.
"Udah lah gak usah basa basi, kalian mau apa?" Ucap Ernest yang sudah kesal karena geng GLIS dari tadi banyak tingkah.
"Kita disini mau kenal-in ketua kita yang sebenernya sih ke kalian." Ucap Tristan yang langsung membuat geng GALAXY bingung.
"Mungkin orang ini bakal bikin lo kaget Dan, karena orang ini setiap harinya ketemu sama lo terus."
Aidan menjadi penasaran dan bingung dengan ucapan Tristan. Bagaimana tidak, Tristan mengatakan bahwa ketua geng GLIS sebenarnya adalah orang yang selalu Aidan temui setiap hari.
"Siapa?"
"Gue orangnya."
Geng GALAXY pun menoleh ke arah sumber suara tersebut. Betapa terkejutnya mereka ketika melihat orang tersebut. Seketika jantung Aidan langsung berdetak dengan kencang.
"Nevan?!"
"Yes, it's me!!"
Nevan langsung memberikan smirknya ke Aidan yang kini sedang terkejut.
"Kaget ya? Hahaha lucu banget sih kalian..."
Perlahan-lahan Nevan berjalan mendekati Aidan yang disusul oleh geng GLIS yang membuat geng GALAXY maju untuk melindungi Aidan.
"Ternyata kelakuan lo busuk ya!!" Ucap Aidan yang membuat Nevan tertawa.
"Hahaha lo baru tau? Padahal gue udah lama banget jadi ketua GLIS...."
Di saat Aidan dan Nevan berhadapan. Geng GLIS langsung menghajar geng GALAXY.
"Ban***t lo semua!"
Barra langsung menghantam pipi David sebelah kanan, sehingga David terjatuh. Melihat David jatuh, geng GLIS langsung menyerang balik geng GALAXY. GALAXY dan GLIS saling melawan satu sama lain. Namun, di sisi lain, Aidan dan Nevan hanya saling berdiam diri sambil berhadapan satu sama lain.
"Gak guna banget lo jadi cowok!!"
"Hahahah Aidan udah lah, gue tau kelemahan lo kok..." Ucap Nevan sambil mengambil sebuah foto dari kantong saku celananya.
"Inikan kelemahan lo?" Tanya Nevan sambil menunjuk sebuah foto seorang gadis sambil tersenyum dan memegang bunga.
"Jangan sentuh Kaluna! Berani sentuh dia, lo berhadapan sama gua!"
Aidan langsung menarik kerah baju milik Nevan.
"Gue gak takut, karena lo akan kalah hari ini!!"
Tepat sasaran, Nevan menusukkan sebuah pisau di perut Aidan. Ternyata sedari tadi Nevan menyimpan pisau itu di tangan sebelah kirinya dan menyembunyikannya di balik tubuhnya.
Aidan langsung terkejut dan melihat perutnya yang sudah mengeluarkan begitu banyak darah. Nevan hanya memberikan senyum liciknya dan langsung menarik kembali pisau tersebut dari tubuh Aidan.
Aidan langsung terjatuh ke lantai. Tak puas dengan keadaan Aidan, Nevan langsung menendang perut Aidan sehingga Aidan terbujur di lantai dengan keadaan darah yang sudah mengalir dari mulutnya.
"Aidan!!"
Barra yang melihat hal itu langsung berlari menghampiri Aidan. Nevan yang sudah puas dengan keadaan Aidan langsung meninggalkan Aidan begitu saja, diikuti oleh geng GLIS yang pergi meninggalkan geng GALAXY.
"Cepet bawa Aidan ke rumah sakit!" Perintah Barra ke Edwin dan Ernest.
"Kabarin ke Kaluna juga, dia berhak tau" Ucap Ardias yang langsung dibalas anggukan oleh Ernest.
***
Pranggg!!
Sebuah gelas berhasil lolos dari tangan Kaluna sehingga gelas itu jatuh ke lantai dan hancur lebur.
Kaluna langsung mengambil serpihan itu untuk dibersihkan namun, tangan Kaluna tergores serpihan gelas tersebut.
"Auw!"
"Kaluna lo gak papakan?"
Leana langsung menarik tangan Kaluna yang terkena goresan beling tersebut.
"Al tolong ambil-in kotak P3K.." Perintah Leana ke Alice.
Alice bergegas mengambil kotak p3k di laci.
"Eh bentar Ernest telpon gue." Ucap Berly yang langsung pergi meninggalkan Kaluna dan Leana.
"Nih kotak P3K-nya."
Alice langsung memberikan kotak P3K-nya ke Leana. Leana dengan hati-hati mengobati tangan Kaluna dengan obat dan langsung perban tangan Kaluna tersebut dengan rapi.
"Kal.." Panggil Berly dengan air mata yang sudah mengalir dengan deras.
"Ber? Lo kenapa?" Tanya Leana yang heran dengan keadaan Berly.
"Ber? Kenapa?" Tanya Alice yang ikut bingung melihat Berly menangis dan menghampiri dirinya dengan perlahan.
"Kaluna" Berly semakin terisak di saat Kaluna menatap dirinya
"Berly, kenapa?" Tanya Kaluna sambil memegang kedua tangan Berly.
"Kal, Aidan Kal..."
Jantung Kaluna langsung berdetak kencang, ia harap firasat itu tidak benar. Ia tidak siap mendengar hal buruk tentang Aidan.
"Aidan? Aidan kenapa, Ber? Jawab Ber!"
Kaluna semakin histeris saat Berly diam aja dan malah semakin terisak.
"Dia di rumah sakit Hanujaya sama anak-anak Kal.."
Kaluna seketika menjadi lemas sehingga langsung ditahan oleh Leana karena Kaluna hampir terjatuh.
"Kal, tahan Kal, gue yakin Aidan baik-baik aja. Lebih baik kita ke sana rame-rame.." Ucap Leana sambil menenangkan Kaluna yang sudah lemas tak berdaya.
Kaluna rasanya hancur ketika mendengar Aidan di rumah sakit, apalagi ditemani oleh geng GALAXY. Pasti ada kejadian parah sebelumnya sehingga Aidan di rumah sakit.
Kaluna tidak siap jika Aidan mengalami hal parah. Aidan adalah dunia bagi Kaluna, semua hidup adalah tentang Aidan. Dunia Kaluna akan hancur jika tidak ada Aidan. Kaluna harap Aidan akan baik-baik saja.
***
Menjadi Cinta
Kaluna, Berly, Alice dan Leana sudah sampai di Rumah Sakit Hanujaya. Selama di perjalanan, Kaluna tak berhenti menangis, Kaluna takut terjadi sesuatu hal yang buruk pada Aidan. Kaluna dengan cepat berlari mencari keberadaan Aidan di mana. Hingga akhirnya matanya menangkap keberadaan Barra, Ardias, Edwin dan Ernest.
"Bar, Aidan gimana?" Tanya Kaluna yang langsung memegang kedua pundak Barra.
Barra hanya menunduk diam tak menjawab pertanyaan Kaluna.
"Barra! Gue lagi nanya sama lo!"
Kaluna langsung berbalik dan menghampiri Ernest.
"Ernest, Aidan gimana keadaannya?"
"Sorry Kal. Gue gak bisa jelas-in, lebih baik lo masuk sendiri ke ruang ICU."
Kaluna langsung pergi meninggalkan mereka semua dan masuk ke ruang ICU, di mana ada kedua orang tua Aidan, yaitu Christensen dan Ashana yang sedang menangis dengan terisak di samping Aidan yang sedang terbaring dengan wajah yang pucat. Kaluna menghampiri Aidan dengan air mata yang turun dari kedua matanya. Kaluna melihat alat pendeteksi jantung milik Aidan semuanya garis. Kaluna langsung mengenggam tangan kiri Aidan. Tangan Aidan begitu dingin, wajah Aidan begitu pucat.
"Dan, aku tau kamu lagi tidur. Bangun yuk Dan, temenin aku yuk. Aku mau jalan-jalan sama kamu." Ucap Kaluna sambil mengusap pipi Aidan.
"Kaluna ikhlassin Aidan ya, Aidan udah bahagia di sana." Ucap Ashana sambil mengusap pundak Kaluna.
"Gak tante, Aidan itu cuman tidur, tadi pagi Kaluna sama aidan sempet telponan kok"
Ashan semakin terisak melihat keadaan Kaluna seperti ini.
"Dan! Kamu gak akan ninggal-in aku kan?"
Kaluna mengguncang kedua pundak Aidan berharap Aidan menjawab semua pertanyaannya dari awal, namun nihil.
"Dan! Dimana janji kamu?!"
Kaluna langsung terisak dan terjatuh ke lantai. Ia hancur, sangat hancur. Semua dunia miliknya kini hancur. Kaluna kehilangan sosok orang yang ia sangat sayangi untuk selama-lamanya.
Kaluna merasa gagal untuk menjaga Aidan. Kaluna merasa kecewa dengan dirinya sendiri karena tidak bisa menemani Aidan hari ini. Kebahagiaan Kaluna hanya ada di Aidan. Namun, sekarang Aidan sudah pergi meninggalkan Kaluna, ke mana lagi Kaluna akan bersandar?
***
"Bawa semua bukti ke kantor polisi."
Perintah Barra ke Ardias. Ardias langsung menganggukkan kepalanya dan bergegas menuju kantor polisi untuk melaporkan kasus pembunuhan yang dilakukan oleh Nevan ke Aidan.
"Gak mungkinkan Aidan langsung meninggal begitu aja?" Tanya Alice yang masih bingung dengan kematian Aidan.
Padahal Aidan hanya ditusuk di bagian perut bukan dada, namun kenapa meninggalnya begitu cepat.
"Dia emang ditusuk di bagian perut Lice, tapi ternyata di pisau itu udah di taro racun yang mematikan." Jelas Barra yang sudah tahu hal ini dari dokter yang menangani Aidan tadi.
"Gue gak abis pikir sama Nevan. Apa Kaluna tau kalo Nevan di balik pembunuhan ini?" Tanya Berly ke Barra.
Barra hanya menggelengkan kepalanya. Bukan takut, tapi Barra merasa belum waktunya untuk memberitahukan hal ini kepada Kaluna. Terlebih lagi Kaluna sedang bersedih.
"Yang ngebunuh Aidan itu Nevan, Bar?"
Semua orang langsung berbalik badan dan menatap Kaluna dengan terkejut. Ternyata sedari tadi, Kaluna mendenger percakapan mereka. Termasuk Nevan yang telah membunuh Aidan, sahabat kecilnya.
"Jawab gue, Nevan pelakunya?" Jawab Kaluna sambil menarik baju milik Barra.
Barra hanya menatap Kaluna dengan wajah bimbang dan terkejut. Ini baru pertama kalinya Kaluna bersikap seperti ini.
"Kal tenang dulu ya. Jangan kek gini.." Ucap Leana yang hendak memegang pundak Kaluna, namun ia menepisnya.
"Gue benci kalo kalian kek gini!" Ucap Kaluna mendorong tubuh Barra.
Barra yang tubuhnya besar saja hampir terjatuh karena dorongan Kaluna yang sangat kuat.
"Iya, Nevan pelakunya dan dia ternyata ketua geng GLIS." Jelas Ardias yang membuat Kaluna mengepal tangannya dengan kuat dan pergi meninggalkan mereka.
"Kaluna lo mau kemana?!"
Kaluna tak menjawab, ia terus berjalan ke parkiran menuju mobilnya.
Hatinya hancur berkali kali lipat. Ia tak menyangka Nevan akan melakukan hal seburuk ini kepadanya. Kaluna akan menyelesaiakan semuanya detik ini juga.
***
Kaluna akhirnya sampai di kediaman Nevan. Kaluna menghela nafas dengan sakit saat melihat Nevan sedang duduk di halaman rumahnya sambil memainkan ponselnya. Kaluna memegang dadanya yang begitu sakit, karena mengingat bahwa Nevan adalah kekasihnya yang sangat ia cintai. Dengan menahan rasa sakitnya demi kebenaran, Kaluna turun dari mobil dan berjalan menghampiri Nevan.
"Sayang?" Ucap Nevan sambil berdiri saat Kaluna tepat berdiri di depannya.
"Sayang? Kenapa?"
Di saat tangan Nevan ingin memegang kedua pipi Kaluna. Ia menepisnya, dengan air mata yang mengalir dari kedua mata Kaluna, ia menampar pipi kanan Nevan. Nevan yang terkejut dengan hal itu, langsung menatap Kaluna dengan bingung.
"Gue benci sama lo Van!!!"
Sakit. Itulah yang dirasakan Nevan saat ini. Pertama kalinya Kaluna mengucapkan kalimat itu.
"Tunggu, maksud kamu apa sih?"
"Lo pikir gue gak tau?"
Kaluna semakin terisak disaat ia ingin mengatakan semuanya didepan Nevan saat ini.
"Lo yang ngebunuh Aidan kan?!" Tanya Kaluna sambil mendorong Nevan hingga Nevan terjatuh.
"Gue bener-bener benci sama lo Van!" Teriak Kaluna sambil terisak.
Nevan yang mendengar hal itu hanya menunduk. Ia tau salah, tapi rasa dendamnya ke Aidan terlalu besar daripada rasa sayangnya ke Kaluna.
"Aidan adalah kebahagiaan gue dari kecil Van. Tanpa dia gue gak akan ada di dunia ini sampe sekarang. Dan sekarang, lo udah ngerenggut kebahagiaan gue. Dengan alasan karena dendam lo? Lo egois! Seharusnya dulu gue gak pernah kenal dan ketemu sama lo"
Nevan yang mendengar hal tersebut langsung memegang kedua tangan Kaluna dan berlutut di depannya.
"Kal maaf. Aku gak bermaksud merenggut kebahagiaan kamu. Aku gak mau kita kek gini Kal..." Nevan terisak sambil berlutut di depan Kaluna yang semakin membuat Kaluna sakit.
"Gak ada kata maaf buat lo Van. Mulai detik ini lo bukan siapa-siapa lagi bagi gue!"
Suara sirine mobil polisi terdenger samar samar sehingga akhirnya 2 mobil polisi terparkir di depan halaman rumah Nevan. 4 polisi keluar dari mobilnya dan diikuti oleh Ardias dibelakang.
"Selamat siang. Saudara Nevan anda ditahan atas kasus pembunuhan saudara Aidan." Ucap seorang polisi sambil memasangkan borgol di kedua tangan Nevan.
Nevan hanya pasrah saat kedua tangannya di borgol. Sebelum pergi masuk ke dalam mobil, Nevan berhenti di samping Kaluna.
"Aku salah Kal. Aku udah ngerenggut kebahagiaan kamu. Tapi, asalkan kamu tau. Aku bener-bener bahagia bisa kenal kamu selama ini."
Kaluna yang mendengar ucapan Nevan semakin sakit dan hancur. Rasanya dunia gelap baginya. Akhirnya Nevan masuk ke dalam mobil polisi dan mereka pergi membawa Nevan ke kantor polisi untuk menerima hukumannya. Ardias berlari dan langsung menangkap tubuh Kaluna disaat Kaluna hampir terjatuh karena lelah dan sakit yang ia rasakan.
"Ar, gue harus apa sekarang. Gue udah kehilangan semua orang yang gue sayang. Gue gak bisa Ar...."
Ardias langsung memeluk Kaluna dengan erat. Ia sangat tau, menjadi Kaluna tidaklah mudah. Banyak duka yang Kaluna lalui daripada bahagianya. Kaluna adalah wanita hebat dan luar biasa.
***
Bunga
Bunga bertaburan dimana-mana, semua orang memakai pakaian serba hitam hari ini. Cuara yang begitu sejuk menemani mereka yang kini sedang berdiri di samping makam seorang pria yang bernama Aidan Arganta bin Adityama. Lahir tanggal 7 Desember 2004 Meninggal tanggal 20 September 2022.
Begitu banyak air mata yang berjatuhan hari ini. Namun, ada salah satu seorang wanita yang menahan tangisnya, ia perlahan duduk di samping makam Aidan.
"Dan, kamu adalah segalanya bagi aku. Kamu adalah warna yang selalu hidup bagi aku Dan. Kamu pernah janji sama aku, kalo kamu gak akan pernah ninggallin akukan? Di mana janji kamu Dan?" Ucap Kaluna sambil mengusap lembut nisan yang bertuliskan nama Aidan.
Hari ini ia sudah tidak kuat untuk menangis, karena sudah 2 hari Kaluna menangis tanpa henti.
Kini pemakaman menyisakan keluarga Aidan, keluarga Kaluna, geng GALAXY dan teman-teman Kaluna. Mereka semua hanya bisa menatap Kaluna dengan perasaan yang sakit dan pilu. Mereka semua membiarkan Kaluna mengobrol dengan Aidan yang kini hanya tinggal namanya.
"Waktu kecil kita pernah naik sepeda barengkan. Trus aku jatuh, dengan cepat kamu lari nolongin aku. Mulai saat itu, kamu gak pernah ngebiar-in aku buat naik sepeda sendiri."
Air mata Kaluna kini berhasil lolos dari matanya. Mata Kaluna yang sudah sangat sembab kini dibasahi lagi oleh air matanya.
"Pas aku jatuh sakit, kamu gak pernah berhenti buat jenguk aku dan bawain aku semua obat dan makanan. Kamu selalu marah kalo aku gak minum vitamin."
Kaluna sekarang terisak, mengingat semua momen yang ia lakukan dengan Aidan dari kecil sampai minggu lalu. Ashana yang melihat hal itu langsung memeluk Kaluna.
"Ikhlas-in Aidan ya sayang... Aidan gak suka liat Kaluna nangis. Kaluna harus bisa lalu-in ini dan tetap semangat....”
Ucap Ashana sambil mengusap kepala Kaluna dengan lembut. Ashana sangat mengerti apa yang Kaluna rasakan dari dulu. Rasa sakit yang begitu luar biasa selalu dirasakan oleh Kaluna.
"Gak bisa. Aidan terlalu berharga buat Kaluna tante. Aidan jahat tante..." Semakin terisak. Kini Leana ikut memeluk Kaluna.
"Gue tau rasanya Kal. Tapi, percayalah ada kita semua yang selalu ada buat lo sekarang."
Kaluna merasa tak cukup dengan hal itu. Ia bukan egois, namun yang mengerti dirinya hanyalah Aidan. Buku antara kisah Aidan dan Kaluna berakhir sampai disini.
Kisah cinta yang tidak pernah terjadi. Hanya kisah yang menceritakan di mana Aidan dan Kaluna saling menyimpan perasaan satu sama lain tanpa berani mengungkapkannya.
Bunga terakhir yang Aidan berikan akan menjadi kenangan terindah dan terakhir bagi Kaluna. Kaluna kini tinggal sendiri, tidak akan ada orang seperti Aidan lagi dihidupnya.
***
3 bulan berlalu
Kini Kaluna sudah bisa sedikit mengikhlaskan kepergian Aidan. Pada hari ini Kaluna datang ke makan Aidan sambil membawa kue favorit Aidan.
"Happy Birthday Aidan. Doa aku selalu yang terbaik buat kamu disana. Hari ini aku bawain kue kesukaan kamu loh.." Ucap Kaluna sambil membuka bungkus kue dan meletakkan kuenya di makam Aidan.
"Walaupun aku belum bisa ikhlas-in kamu seutuhnya tapi, aku akan berusaha kok. Aku juga mau ngucap-in makasih banyak buat kamu karena kamu udah menjadi kebahagiaan bagi aku selama ini."
Kaluna pun mengambil sebuah surat dari dalam tasnya.
"Kemarin tante ngasih ini ke aku. Katanya kamu yang nulis. Aku sengaja gak baca kemarin, aku mau baca ini didepan kamu."
Perlahan lahan Kaluna membuka surat tersebut sambil menahan rasa sesak di dadanya. Kaluna sekuat tenaga menahan air matanya supaya tidak jatuh saat membaca surat tersebut.
"Dear Kaluna
Gadis cantik dengan senyum yang manis. Aku yakin siapapun yang ngeliat kamu akan langsung jatuh cinta. Sama seperti aku yang langsung jatuh cinta saat melihat kamu untuk pertama kalinya. Maaf ya aku pria pengecut, gak berani buat ungkappin rasa suka aku. Tapi, aku tetep sayang sama kamu sampai selama-lamanya Kal. Aku bangga banget bisa ketemu kamu. Aku bahagia bisa selalu ngeliat senyum kamu itu. Andai dunia tau rasa sayang aku ke kamu itu seberapa, pasti bakal kaget. Kaluna, janji ya sama aku, kalo aku gak ada kamu gak boleh nangis dan nyakit-in diri sendiri. Aku gak suka itu. Kamu harus semangat dan inget perkataan aku. Kalo kamu suka nangis, aku jadi sedih, jadi kamu harus happy terus biar aku senyum terus. Oh iya, jangan suka ngelamun ya, gak baik Kaluna, angguran kamu ngajak ngobrol anak-anak GALAXY dijamin seru loh. Kaluna, surat ini aku tulis dengan tangan aku sendiri hanya untuk kamu, orang yang paling aku cintai. Jaga surat ini ya, simpan baik baik. Aku akan tetap disamping kamu kok Kal. Love Yo My Princes
Your Hapinnes
Aidan"
Kaluna menangis saat selesai membaca suratnya. Namun, ia segera menghapusnya karena Aidan gak suka kalo Kaluna menangis.
"Janji Aidan, aku bakal hidup sesuai yang kamu minta." Ucap Kaluna sambil mencium nisan Aidan dan mengusapnya dengan lembutnya.
Kini Kaluna harus berjuang sendiri. Tidak ada Mamanya, Aidan bahkan Nevan. Semua orang yang ia sayangi pergi perlahan-lahan. Tapi, Kaluna tidak boleh menyerah. Ia akan menepati janjinya pada Aidan.
Kaluna akan hidup sesuai yang Aidan minta. Kaluna akan kembali hidup seperti biasa, tanpa menyakiti dirinya sendiri. Buku kisah antara Aidan dan Kaluna selesai. Kisah ini akan menjadi sebuah kenangan yang abadi bagi semua orang yang melihatnya atau bahkan membacanya.
***