Lionel Dante
Lionel Dante
Selena Elora / XI AK 1
“Mencintainya adalah hal terindah yang pernah saya lakukan. Dan dicintainya, adalah anugerah terbesar yang saya dapatkan.”
Bagian 1
Pertemuan dengannya
“Ah, sial. Kenapa gw harus terlambat lagi?” Ucap Dante pada dirinya sendiri. Lelaki bertubuh tegap yang memiliki tinggi 179 cm itu, tergesah-gesah mengendarai motornya menuju Oskar University, di mana ia menjadi salah satu mahasiswa kampus tersebut.
Sesampainya di kampus, mau tak mau ia harus menunggu jam pertama di kelasnya selesai.
“Gw gak abis pikir ya sama lo. Apa susahnya sih beli jam yang ada krincingannya itu Dan?” Ucap salah satu sahabat Dante yang bernama Benjamin atau akrab disapa Ben.
“Maksud lo jam beker? Gw ga perlu itu Ben selama handphone gw masih ada alaramnya.” Jawab Dante.
“Tapi mau sampe kapan lo telat masuk kelas? Niat doang pengen lulus cepat, tapi gak ada usaha.” Timpal Erlan. Dante hanya mengedikkan bahu. Lalu mereka melanjutkan mata kuliah selanjutnya sampai jam kuliah berakhir.
§
Dante mendengus lelah, lalu menghidupkan sepuntung rokok yang sudah bertengger di tangan kanannya.
“Empat tahun sudah berlalu, mau sampai kapan ngerokok terus?” Tanya Cornel dengan nada tak sukanya. Karena dalam pertemanan mereka, Cornel lah yang selalu memperhatikan kesehatan sahabat-sahabatnya itu.
“Bukan urusan lo.” Jawab Dante seadanya.
“Lo tau dia di sana gak suka liat lo begini. Mau kapan berubahnya?” Kata James pada Dante.
Dante melirik James sengit tanpa membalas pertanyaan yang dilontarkan temannya itu. Lalu mereka terdiam. Mereka tahu bahwa temannya yang satu ini sangat sensitif jika sudah berurusan dengan masa lalunya. Saat Dante serta teman-temannya sedang berjalan di lorong kampus, Dante merasakan sesuatu menabrak punggung laki-laki itu. Diiringi dengan nada terbata dari orang tersebut.
“ma… maaf, aku tidak sengaja nabrak kamu.” Ucap wanita itu dengan kepala tertunduk.
“Aku sedang terburu-buru dan tidak melihat ada sesuatu di depanku.” Lanjutnya dengan posisi yang masih sama. Perempuan itu bernama Kalara Casimira. Atau akrab disapa Kala. Gadis dengan paras cantik dan memiliki tinggi 156 cm itu, mampu membuat siapa saja jatuh cinta setiap pertama kali bertemu. Tapi beda halnya dengan Dante. Laki-laki bertubuh tegap itu membalikkan badan sambil mendengus jengah.
“Terus, apa gunanya Tuhan kasih lo mata yang lengkap kalau tidak digunakan sesuai dengan fungsinya?” Jawab Dante dengan ketus.
“Lagipula, mengapa langkahmu lamban sekali?” Jawab Kalara
“Loh kok malah lo nyalahin gw, udah tau disini posisinya lo yang salah!” Jawab Dante. Mungkin, kalau ditanya sudah sebesar apa tingkat kemarahan Dante, maka jawabannya adalah kurang satu tingkat lagi untuk mencapai penuh.
“Tapi, kamu itu gak se-
“Udah cukup, gak usah memperpanjang masalah yang gak seharusnya dibesar-besarkan” Ucap Cornel memotong pembicaraan Kala. Lelaki itu tahu bahwa Dante tidak pernah pandang bulu jika berurusan dengan kemarahannya itu.
“Jangan pernah cari masalah lagi sama gw, ngerti?” Tanya Dante menatap tajam Kala. Lalu perempuan itu hanya menganggukan kepalnya sebagai jawaban.
Bagian 2
Mengapa dia kembali?
“HAH…Demi apa.. seorang Lionel Dante gak dateng terlambat hari ini?” ucap heboh Benjamin.
“Kita harus party si ini mah.” Timpal Erlan.
“Bacot lo semua. Gw dateng cepat salah, dateng telat juga salah.” Kata Dante.
“Tapi inimah suatu keajaiban bro.” Lanjut James.
“Gw dateng cepat, karna gw mau nyalin tugas.” Jawab Dante.
“Seenak jidat lo main nyontek aja.” Ucap Erlan.
“Halah Lan, kayak lo ngerjain sendiri aja. Semalam juga lo panik nyuruh gw fotoin tugas Cornel.” Timpal James.
Lalu mereka tertawa, sedangkan Erlan hanya menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Tak lama dari situ, dosen jam pertama pun masuk kelas.
§
“Kemarin gw ketemu Satria.” Ucap Cornel santai. Seketika suasana yang tadinya hangat mulai mendingin.
“Dimana? Kenapa bisa ketemu dia? Dia liat lo? Atau nyapa lo?” Tanya Dante dengan raut muka yang tidak dapat ditebak.
“Eh buset bang sabar, nanya nya satu-satu ngapa.” Timpal Ben.
Dante mendengus gusar “Gimana gw bisa sabar, setelah sekian lama dia datang lagi tanpa rasa bersalah? Lo semua lupa apa yang terjadi sama Feli 4 tahun lalu?” Tanya Dante dengan ketus.
Felicia Hilary atau akrab disapa Feli, ia adalah kekasih Dante. Namun, empat tahun lalu Feli pergi meninggalkan Dante untuk selama-lamnya karena kesalahan yang telah dilakukan oleh Satria Kusuma. Dan kesalahan yang telah dilakukan Satria membuat Dante tidak bisa memaafkan dirinya, dan membuat Dante tidak bisa leluasa dalam menjalani hidupnya. Dante selalu dihantui rasa bersalah karena tidak bisa menjaga kekasihnya itu.
“Gw ketemu dia dekat toko roti rumah gw. Dia gak liat gw.” Jawab Cornel
“Kenapa dia bisa ada di dekat rumah lo?” Tanya Dante penasaran.
“Entah lah. Intinya gw liat dia dekat rumah gw dan dia sendirian.” Ucap Cornel.
Dante Terdiam sesaat ‘Gw pikir lo bakal ngejauh dari sekitar gw setelah kejadian itu. Tapi, lo malah mendekat sekarang. Apa yang bakal lo lakuin kali ini, Sat?’ Ucap Dante dalam hati.
James menepuk pundak Dante “Udah, gak usah kebanyakan di pikirin. Mending kita basecamp sekarang.” Ucap James menghibur Dante.
“Gw gak ikut, kalian aja. Gw mau ke makam Feli.” Ucap Dante tidak bersemangat. Lalu Dante melangkahkan kakinya pergi.
§
“Hai, Maaf banget baru bisa samperin kamu sekarang. Kamu apa kabar?” Ucap Dante pada gundukan tanah yang ada di depannya itu.
“Kangen kamu.” Sambungnya dengan nada lemah. Tanpa ia sadari, air mata yang coba ia tahan tak mampu terbendung lagi. Kali ini Dante benar-benar merindukan wanitanya itu. Setelah beberapa saat menikmati kesendiriannya itu, Dante bangkit dari duduknya
“Aku pulang dulu ya, sampai bertemu lagi.” Lalu pergi meningkalkan tempat itu.
Ketika dalam perjalanan pulang, ia tak sengaja melihat sesuatu yang tidak asing baginya. Ya, itu Kala. Kala terlihat sedang di ganggu oleh seorang laki-laki yang sedikit menyeramkan. Dengan tergesah Dante menambah sedikit kecepatan motornya agak dapat cepat sampai ke objek tersebut. Setelah sampai, Dante langsung turun dari motornya dan terlihat Kala yang hampir menangis ketakutan.
Bughh dengan cepat Dante langsung memukul pipi kanan orang tersebut sampai tersungkur ke tanah
“Cepat lo pergi dari sini, atau tempat ini menjadi saksi kematian lo hari ini?” Ucap Dante pada orang tersebut.
Lalu dengan tergopoh-gopoh orang tersebut pergi, menyisakan Dante dan Kala.
Kala menyeka air matanya yang hampir terjatuh “Wah… kamu hebat sekali.” Ucap Kala seraya memperlihatkan jempol tangannya yang mungil
“Kamu yang waktu itu gak sengaja aku tabrak kan yaa?” Lanjutnya.
“Iya itu gw, sebenernya gw terpaksa nolongin lo.” Ujar Dante
“Biar kejadian itu gak terulang lagi.” Lanjutnya dengan nada pelan.
“Jadi kamu ini ikhlas tidak?” tanya Kala. Dante menaikkan sebelah alisnya lalu mengedikkan bahu.
“Lain kali kalau mau pulang lebih baik pesan ojek online aja.” Ucap Dante dengan sedikit pertahian.
“Gimana Kalau kamu saja tukang ojek pribadiku?” Ucap Kala penasaran
“Maksud lo?!” Jawab Dante dengan cepat.
“Kamu jangan marah dulu dong, aku akan tetap bayar kamu kok” Kata Kala
“Cari aja yang lain. Gw gak mau waktu gw terbuang sia-sia cuma buat antar jemput lo.” Ucap Dante pada Kala.
Kala menghela nafas berat lalu menggembungkan pipinya. Sangat menggemaskan. Kiranya itu kata yang cocok yang ada di pikiran Dante sekarang.
“Cepat pesan ojek online nya. Gw bakal tunggu lo sampai ojolnya dateng.” Ucapnya
“Kenapa gak kamu aja yang nganterin aku pulang, sekalian aku traktir deh sebagai rasa berterima kasih aku ke kamu karena sudah nolongin aku. Oh ya, sekalian sebagai permohonan maaf juga karena ga sengaja nabrak kamu waktu itu. Gimana?” Ucap Kala
“Gak usah banyak alesan. Cepetan pesen atau gw tinggal sendirian?” Ancam Dante pada gadis itu.
“Huftt, ngomong panjang gak ada gunanya ternyata.” Ucap kala pelan tapi masih bisa terdengar oleh Dante. “Oke, tunggu sebentar ya, aku pesan dulu.” lanjutnya
Tak lama kemudian ojol yang dipesan Kala pun tiba.
“Aku duluan ya.” Ucap gadis itu. Lalu motor yang ditumpangi Kala melaju dengan kecepatan normal.
“Kok malah gw yang ditinggal sendiri?” Ucap Dante pada dirinya.
Karena hari makin menggelap, lalu Dante pun melajukan motornya menuju rumahnya dengan kecepatan sedikit tinggi.
§
“Ibun, Lio pulang.” Lionel Dante adalah anak sulung dari dua bersaudara. Lio adalah nama pangglan rumah Dante. Sedari kecil orang tua Dante memanggilnya dengan sebutan Lio. Dan tak banyak orang tahu nama kecilnya itu. Ia memiliki adik perempuan yang kini duduk di kelas 2 SMA, yang bernama Laura Demora. Dan mereka bisa dibilang cukup akur untuk ukuran kakak beradik.
“Kok pulangnya agak malem ya bang?” tanya Diana, ibunda Dante dan Laura.
“Iya bun, tadi mampir ke makam Feli dulu.” Jawab Dante
“It’s okay” Jawab Diana
“Kalo gitu Lio ke atas dulu bun.” Ucap Dante
Diana hanya menganggukan kepala sebagai jawaban.
“Jangan lupa makan malam ya bang” Sambungnya.
Dante hanya mengacungkan jempolnya. Didalam keluarga, Dante terbilang anak yang baik. Beda halnya ketika ia sudah menapakkan kaki di luar rumah, ia bukanlah anak yang seperti dilihat kedua orangtuanya.
§
BPJS (Barisan Para Jomblo Sukses) J
James H : Halo bang. Ada orang kah disini?
Ben Jamin : Hadir bang.
James H : Gw gak butuh lo. Gw butuh Oskar, mau liat tugas dia hahahaha.
Erlan Edison : Temen kek gini harus di kick sih.
Cornel Oskar : Gw ada. Knp?
James H : Bang, mau liat tugas Pak Bambang dong hihihi.
Erlan Edison : Kar, gw bilang mah jangan geh.
Ben Jamin : Tau. Temen dakjal itu mah Kar.
L Dante : @Cornel Oskar tugas lu udh bang?
Cornel Oskar : @L Dante Udh sbar.
Cornel Oskar mengirim foto
Ben Jamin : Giliran Dante yg minta langsung send bang @Cornel Oskar ? musuhan yok
James H : HAHAHAHA ngenes lu Ben.
Ben Jamin keluar
Erlan Edison : Awokaowkaowk ngambek dia.
Ben Jamin ditambahkan
Ben Jamin : Makasih bang @Cornel Oskar nyesel aing keluar. Foto tugas blm di SS L
Cornal Oskar : Minta Dante aja.
Ben Jamin : Oke siap.
Dante tersenyum melihat percakapan teman-temannya di grup tersebut.
Bagian 3
Perkenalan diri
Harapan Dante untuk datang lebih pagi ke kampus, pupus sudah, karena laki-laki ini terlambat bangun pagi serta tiba-tiba motornya mati kehabisan bensin. Sesampainya di tempat yang ia tuju, ia harus menunggu sampai jam pertama mata kuliah berakhir.
“Hai, kita bertemu lagi.” Ucap Kala sumringah sembari melambaikan tangannya.
“Kenapa lo bisa disini?” Kata Dante penasaran.
“Karena aku juga kebetulan terlambat hari ini.” Ucapnya semangat.
“Dan lo bangga karna telat?” Tanya Dante
Perempuan itu hanya menganggukan kepalanya sembari tersenyum manis.
“Sekali-kali sih gak papa. Asal jangan kayak kamu.” Ucapnya diiringi tawa yang tak bisa ia tahan. Dan Dante hanya menatap sengit pada gadis itu.
“Btw, kita udah ketemu tiga kali tapi aku belum tau nama kamu. Kenalkan nama aku Kalara Casimira atau kamu bisa panggil aku Kala.” Ucapnya sembari mengulurkan tangan ke Dante.
“Gw Dante.” Ucapnya tanpa membalas uluran tangan Kala. Dan perempuan itu hanya menganggukan kepalanya sembari tersenyum lebar. Beda halnya dengan Dante yang hanya menampilkan muka datarnya.
§
Sesampainya Dante di kelas, tak ada satupun temannya yang menyapanya.
“Ini pada gak ada niatan nyapa gw apa? Selamat pagi kek atau apa kek.” Tanya Dante
“Gak, udh bosen gw nyapa lu yang terlambat mulu.” Ucap Benjamin
“Besok berusaha untuk bangun pagi. Lo gak takut kalo nanti lo gak lulus cuman karena telat masuk kelas mulu?” Tanya Cornel
Mereka hanya menganga tak percaya bahwa temannya itu berkata seperti itu. Jika diingat-ingat lagi, mungkin itu kata-kata terpanjang yang dikatakan oleh seorang Cornelius Oskar.
“Keknya Oskar kesambet arwah Feli.” Timpal James
“Heh monyet, kalo ngomong yang bener dikit napa sih. Gw jg kaget kali Oskar ngomong panjang. Tapi gak gitu juga nyet.” Jawab Erlan
“Iya, gw juga udah berusaha Kar tapi susah.” Jawab Dante
“Susah karena lo gak mau.” Ucap Cornel
Ya memang benar, jika saja Dante ingin berusaha lebih maka tak ada yang tak mungkin. Waktu itu saja buktinya Dante berhasil bangun pagi hanya untuk melihat pekerjaan Cornel.
“Udalah Kar, lo gak bosen apa ngingetin dia mulu? Orangnya aja gak mau berubah.” Ucap ketus Ben.
“Maka dari itu, lo harus ngomongin dia terus biar dia bosen denger omongan lo, dan dia berubah.” Ucap Cornel sembari berlalu.
Dante hanya menggarukan kepala, dan yang lain pergi mengikuti Oscar.
§
Setelah jam kuliah berakhir, Dante serta teman-temannya sudah duduk tenang di sebuah café dekat kampus mereka.
“Hi Dante.” Sapa Kala dengan senyum merekah setia di wajahnya.
“Ngapain lo disini? Lo ngikutin gw apa gimana?” ucap Dante dengan tak sukanya.
“Aku… gak sengaja liat kamu disini, jadi aku ikut masuk.” Jawab Kala dengan senyuman. Lalu gadis itu menempatkan dirinya duduk tepat di sebelah Dante.
“Uhuy…. Piwitt…Asekk…” Sorak heboh teman Dante
Dante memejamkan matanya lalu membukanya kembali untuk mereda amarahnya yang hampir memuncak.
“Lo boleh kok dateng kesini. Gw gak larang sama sekali. Tapi tolong, cari bangku lain untuk duduk.” Kata Dante
“Memang kenapa? Teman-teman kamu aja gak kenapa-kenapa kok aku duduk sini.” Ucap Kala tak mau kalah.
“Gw. Risih.” Ucap Dante dengan penuh penekanan.
Gadis itu hanya menundukkan kepalanya
“Oke, aku pindah.” Ucap Kala
Ketika gadis tersebut sudah melangkahkan kakinya agak jauh dari tempat Dante. Lalu Erlan membuka suara
“Main Truth or Dare yok.” Seru Erlan dengan tatapan mencurigakan
“Lo pasti lagi mikirin sesuatu yang gak bener?” Tanya James
“Loh, gw Cuma ngajakin main loh, kan kita gabut.” Jawab Erlan
“Yuk lah sekuy” Timpal Ben
Lalu mereka memutarkan botol yang sudah kosong, dan botol mengarah ke arah Cornel.
“Truth or Dare, Bro?” Tanya Dante
“Truth” Jawab Cornel
“Siapa cewek yang lo suka?” Tanya Erlan cepat
“Gak ada.” Jawab Cornel
“Hilih boong banget.” Timpal Ben
Lalu cornel menaikkan satu alisnya sambil berkata
“Emang lo pernah liat gw di deketin perempuan?”
“Enggak sih” Jawab Ben
Lalu lelaki itu hanya mengganggukan kepala.
“Oke, lanjut” kata James
Lalu botol kembali berputar dan berhenti tepat ke arah Dante. ‘Botol sialan’ umpat Dante dalam hati.
“Gw pilih dare, tapi darenya harus masuk akal.” Kata Dante dengan tatapan datar ke teman-temannya.
Lalu Erlan menunjukan senyum smirk nya, sambil berkata
“Lo harus trial jadi pacar Kala selama seminggu.”
“Najis, gak ngotak.” Jawab Dante
“Tapi gw setuju sih. Setiap ketemu pasti kalian tuh debat.” Timpal James
“Apalagi gw, sangat setuju bro.” Kata Ben
“Menurut lu, gimana Kar?” Tanya James pada Cornel
Cornel hanya menggangukan kepala tanda setuju. Sedangkan Dante hanya memutarkan bola matanya malas.
“Siapa tau, Kala bisa ngobatin rasa kangen lo ke Feli.” Ucap Cornel
Dante hanya menghela napas “Mana bisa gitu Kar” Ucap Dante
“Seenggaknya dicoba dulu.” Kata Ben.
Dante hanya mengedikkan bahu sambil berlalu untuk mencari gadis yang akan menjadi pacarnya itu.
Bagian 4
Menjadi Miliknya
Setelah mengelilingi bagian café, ia tidak menemukan sosok yang ia cari. Maka Dante memutuskan untuk mencarinya ke kampus. Akhirnya Dante menemukan Kala yang tengah berjalan di kodidor.
Hosh Hosh “Ha..Hai” Ucap Dante dengan napas yang memburu.
“Kamu kenapa?” Ucap Kala dengan menggerutkan dahi.
“Lo mau gak jadi pa..pacar gw mungkin?” Kata Dante gugup
Kala menempelkan tempurung tangan perempuan itu ke dahi Dante.
“Kamu gak sakit sih, tapi kenapa tiba-tiba aneh begini?” Ucap Kala sembari menurunkan tengannya.
“Gw dapet dare, trial pacaran sama lo satu minggu.” Ucap Dante dengan jelas.
“Oke. Berarti kita pacaran? Ini pertama kalinya buat aku loh.” Ucap Kala antusias dengan senyum yang menghiasi wajah cantiknya.
Dante hanya mengganggukan kepalanya sembari tersenyum terpaksa pada Kala, yang kini menjadi gadisnya dalam seminggu kedepan.
§
BPJS (Barisan Para Jomblo Sukses) J
L Dante mengirim foto
L Dante : Puas kalian semua?
James H : Cakep ye bang
Erlan Edison : Kelaz brou @L Dante
Cornel Oskar : Selamat berbahagia @L Dante
Ben Jamin : Wkwkwkw selamat bang, sapa tau langgeng ampe pelaminan
L Dante : Diem aja lah kalian tuh. Harga diri gw hancur
L Dante : CUMA DI READ DOANG PA MAKSUD?!!
Cornel Oskar : Nikmati masa-masa selama punya pacar
Ben Jamin : Yoi, jangan pernah menyesal dengan yang sudah terjadi sekarang ya @L Dante wkwkwk
Erlan Edison : Mantap. Benjamin, 2022 nih boss
§
Pagi ini Dante sudah duduk tenang di dalam kelas dengan earphone yang sudah bertengger dikedua telinganya. Heran, itulah yang dirasakan oleh teman-temannya.
“Gw makin gak ngerti konsep hidupnya.” Ucap Erlan
“Mungkin aja sedang jatuh cinta, sapa tau dia malu diliat Kala kalo terlambat.” Ucap Ben dengan cekikikan.
“Masuk akal sih.” Timpal James
Sedangkan cornel hanya melangkahkan kakinya mendekati Dante, dan duduk di samping laki-laki itu.
“Tumben.” Hanya satu kata yang keluar dari mulut Oskar, mampu membuat Dante mengerutkan keningnya bingung.
“Maksud?” Tanya Dante
Belum sempat Oskar membalas pertanyaan Dante, kedua temannya masuk sembari berteriak tidak jelas.
“PJ PJ asik PJ bang” Ucap Ben heboh (PJ adalah singkatan dari Pajak Jadian)
“Seenggaknya traktir seminggu gak sih.” Timpal Erlan.
Satu buku melesat ke arah Ben dan mengenai kening pria itu. Ya, itu ulah Dante.
“Mulut lo bisa diem gak?”
“Oke gw diem.” Balas Ben
Bagian 5
Akankah berakhir sama?
Ketika sedang ngobrol santai di salah satu taman dalam kampus, mereka di datangi oleh orang yang sangat mereka kenal.
“Halo Lio, lama tidak bertemu.” Ya, dia adalah Satria Kusuma. Satria Mengulurkan tangannya pada Dante. Tapi kejadian tidak sesuai harapan Satria, dimana Dante langsung menepis kasar tangan Satria.
“Ngapain lo disini?!” Tanya Dante dengan sedikit amarah yang memuncak. Jika sudah berurusan dengan Satria, Dante tidak akan bisa menahan amarahnya.
“Ohh, ternyata masih benci gw?” Tanya Satria dengan nada yang meremehkan.
“Kejahatan bejat lo gak akan pernah bisa dimaafin sama siapapun dan sampai kapanpun” Ucap Dante dengan tangan yang sudah menarik kerah kemeja yang dikenakan rekan berbicaranya itu.
“Santai dong, gw gak lagi cari masalah sama lo” Balas Satria.
“Mending lo pergi sekarang, kalo sampai lo berbuat kesalahan yang sama. Abis lo sama gw.” Ancam Dante sembari melepaskan tangannya dari kerah Satria.
Dante mengusap kasar wajahnya. Hatinya khawatir. Ia takut Satria akan melakukan kejahatan yang sama pada keluarga Dante, atau orang-orang yang disayanginya.
“Lo keliatan banget takutnya sama dia?” Ucap Cornel pada Dante.
“Gw takut kejadian yang lalu bakal keulang Kar.” Balas Dante dengan sedikit mengerutkan kening.
“Dia gak bakal ngelakuin itu sama kita Dan.” Timpal Erlan
“Ya, memang bukan kalian. Tapi mungkin bisa aja dia ngelakuin itu sama Laura, atau mungkin Kala.” Ucapnya melemah di akhir kata.
“Lo khawatiririn Kala.” Tanya James
“Bagaimanapun dia perempuan James. Apalagi Feli bukan korban pertama.” Jawab Dante pada James
Sedangkan James, Erlan, Dan Ben hanya menahan senyum mereka. Bagaimana bisa, temannya itu mengkhawatirkan gadis yang baru kemarin menjadi pacarnya itu.
“Ya udah, intinya lo jaga Kala sama Laura dengan baik. Oke bro?” Tanya Ben
“Selalu gw usahain Ben.” Jawab Dante
“Oke. ‘Selalu’ ya ges ya.” Timpal Erlan
“Gak usah bercanda dulu bisa Lan?” Tanya Dante menatap tajam Erlan
“Oke.” Ucap Erlan sembari menunjukan jempol tangannya.
Lalu mereka satu per satu menepuk pundak Dante sebagai tanda untuk menyemangati temannya itu.
‘Oke, gw harus bisa percaya sama diri gw sendiri.’ Ucap Dante optimis pada dirinya sendiri.
Bagaimana pun juga kesalahan yang dilakukan Satria bukanlah perbuatan yang dapat dengan mudah dimaafkan. Yang masih menjadi pertanyaan besar di kepala Dante hingga kini adalah, bagaimana mungkin manusia bejat satu itu tidak pernah merasakan dingin dan sunyinya ruangan di balik jeruji besi?
Ataukah selama ini ia bersembunyi di balik banyaknya orang yang menganggap perbuatanya itu benar?
Entahlah, mungkin hanya Satria, orang-orang itu, dan Tuhan yang tahu.
Bagian 6
Permulaan yang baik
Saat Dante hendak menaiki motornya untuk pulang, Kala berlari kecil ke arah Dante.
“Aku boleh minta tolong?” Ucap Kala pada Dante
Lelaki itu pun langsung membalikkan badannya. Sembari mengusap kepala Kala, yang disambut dengan senyum indah gadis itu.
“Bisa gak usah ngagetin orang gak? Seenggaknya kasih aba-aba dulu lah.”
“Mau minta tolong apa emang?” Tanya Dante pada gadis itu.
“Temenin aku ke toko perlengkapan gitu. Soalnya ada beberapa hal yang harus aku beli.” Jawab Kala
“Oke.” Balas Dante
Kala pun langsung menaiki motor Dante dan Dante menjalankan motornya dengan kecepatan nornal.
“Kamu mau ikut masuk?” Tanya Kala pada Dante
Lelaki itupun hanya mengganggukan kepalanya tanda setuju. Setelah selesai membayar barang yang Kala cari, mereka memutuskan untuk makan siang.
“Aku gak nyangka banget, ternyata makanan pinggir jalan enak banget.” Ucap senang Kala pada Dante.
“Orang kaya emang beda.” Jawab Dante pada Kala.
“Aku bukan orang kaya. Tapi aku memang jarang sekali makan makanan kayak gitu. Aku lebih suka makanan buatan bundaku.” Kata Kala pada Dante
“Kayaknya enak banget ya masakannya.” Ucap Dante sembari memaikankan helm ke kepala Kala.
“Hehehe iya bener banget. Makasih ya.” Jawab Kala
“Makasih buat?” Tanya lelaki itu sembari menatap dalam Kala
“Udah temenin aku setengah hari ini.” Jawabnya diringi senyum.
Sedangkan Dante hanya mengganggukan kepalanya. Lalu lelaki itu menghidupkan motonya dan menyuruh Kala naik ke motornya lalu melaju dengan kecepatan sedang.
§
Sesampainya di rumah Dante pun langsung melemparkan dirinya ke kasur besar miliknya.
“Gilaaaaa!! Tadi siang gw ngapain sih. Bisa-bisanya gw gak nolak pas dia ngajak gw jalan.” Ucap Dante pada dirinya sendiri
“Mana gw manis banget lagi tadi sama dia. Gw kenapa sih?.” Tanya Dante pada dirinya.
“Arghh!!! Bodo amat lah.” Lanjutnya sembari menarik rambutnya.
Lalu Dante menggambil handuk yang tergantung di balkon kamarnya. Lalu membiarkan tubuhnya basah oleh air yang keluar dari Shower kamar mandinya.
§
“Abangg.. abangg… cepet turun sini.” Suara lantang Laura menggema ke seluruh ruangan dirumah itu.
‘Ini rumah bukan hutan. Ada apa si lo berisik banget?” Jawab Dante dengan mengerutkan dahinya.
“Ini ada yang kirim makanan loh.” Kata Laura
“Dari siapa?” Tanya Dante“From Kalara. Dia Cewek lo?” Tanya Laura
“Bukan. Makan aja kalo lo mau. Gw aja gak kenal siapa Kalara.” Jawab Dante
Lalu dengan segera laki-laki itupun menaiki satu per satu anak tangga menuju kamarnya.
“Hai. Selamat pagi.” Sapa Kala sembari mendudukan diri di sebelah Dante.
Tak ada balasan yang keluar dari mulut Dante. Ia masih setia diam dengan earphone yang menyumbat kedua telinganya.
“Kamu denger gak tadi aku nyapa kamu.” Kata Kala ketika ia berhasil mengambil earphone sebelah kiri Dante.
“Sini balikin. Gw gak denger lo ngomong apa.” Jawab Dante sembari melangkahkan kaki menjauh dari Kala.
Bohong. Jawaban yang dilontarkan Dante pada gadis itu tidaklah benar. Jelas sekali Dante dapat mendengar suara lembut wanita itu, hanya saja ia gengsi untuk membalas sapaan itu.
“Dia kayak bunglon ya. Selalu berbubah-ubah. Sesekali berbuat manis, sesekali berbuat hati menangis.” Dialog Kala pada dirinya sendiri.
Bagian 7
Awal dari saling diam
2 Hari kemudian…
Saat melangkahkan kakinya memasuki sebuah Café, tak sengaja matanya teralih pada sebuah objek yang tidak asing baginya. Ya, itu Kala kekasih Dante. Bagaimana mungkin wanita itu bertemu dengan seorang laki-laki saat dirinya sedang memiliki masalah bersama Dante.
Tanpa berbicara sedikitpun Dante hanya melangkahkan kakinya keluar dari Café tersebut.
§
“Knock knock…siapa di sana?” Ucap Ben ketika Dante baru saja membuka pintu rumahnya.
“Ngapain kesini?” tanya Dante
“Mau jadi badut sebentar. Mau menghibur lo yang lagi sedih. Baik kan niat kita?” Timpal Erlan
“Gw gak butuh penghibur. Dah sana pulang.” Kata Dante
Namun kalimat itu tak berlaku bagi seorang James Hartanto, pasalnya ia sudah masuk semenjak Dante membukakan pintu rumahnya.
“Galau bang?” Tanya Ben pada Dante
“Gak.” Jawabnya
Beda halnya dengan Oskar, ia mendenguskan napas lantaran tak percaya pada apa yang dikatakan temannya itu.
“Pake acara bohong segala. Udah keliatan muka lo.” Kata Oskar
“Gw kesel aja, bisa-bisanya dia kayak gitu.” Ucap Dante sembari berdecih.
“Asik ada yang mau putus nih aroma-aromanya.” Timpal Erlan
Dug
“Tepat sasaran.” Ucap Dante
“Ngaco. Gak usah main lempar-lemparan. Kek bocah kurang happy.” Timpal Ben
§
Tok Tok Tok…
“Siapa co, takut gw.” Ucap Erlan
“Masih siang Erlan. Gak akan ada hantu juga.” Balas James
“Siapa tau orang jahat.” Jawab Erlan
“Tunggu sini, gw buka dulu.” Kata Dante
§
“Hai. Lama tidak bertemu.” Ucap riang kala pada Dante.
Sedangkan lelaki itu hanya mendatarkan wajahnya.
“Ada urusan apa kesini?” Tanya Dante
“Hanya ingin mengunjungi kamu.” Jawab Kala
“Gak usah ngunjungin. Sana pulang.” Jawab Dante sembari menunjuk pintu gerbang keluar.
“Aku baru sampai loh.” Ucap Kala dengan nada tak terima.
“Gak ada yang minta lo kesini, Kalara!” Balas Dante dengan nada sedikit meninggi
“Bisa-bisanya lo kesini tanpa rasa bersalah.” Lanjutnya.
“Loh, emang aku ada salah apa sama kamu?” Tanya Kala
“Gak usah pura-pura bego gitulah. Udah terbukti lo ketemu sama cowok lain tanpa izin gw.” Jawab Dante dengan ketus.
“Kapan Dante?” Ucap Kala tak kalah lantang.
Lelaki itupun hanya terdiam ketika namanya disebutkan oleh Kala.
“Seorang yang lo temuin di Café c’wasih.” Tegas Dante.
Perempuan itu pun terdiam sesaat. Dan setelahnya gadis itu malah tertawa lepas.
“Hahahha. Kamu cemburu sama sepupu aku sendiri?!” Tanyanya
“Sepupu?” Balas Dante dengan kondisi muka yang memerah menahan malu.
Lalu gadis itupun maju selangkah kemudian mengusap lembut pipi Dante.
“Jadi, itu alasan kamu gak pernah angkat telpon dari aku?” Ucapnya sembari menjauhkan tangannya dari wajah Dante.
Tanpa membalas pertanyaan dari Kala, Dante pun langsung memeluk hangat Kala sembari menciumi puncak kepala Kala. Perlakuannya itu menunjukan betapa ia merindukan gadisnya.
“Lo nyebelin ya kala.” Ucap Dante lalu melepaskan pelukannya.
Sedangkan gadis itu hanya tersenyum pada kekasihnya itu sembari mengedikkan bahu.
“Jadi aku boleh masuk nih ya?” Tanya Kala
Dante pun hanya mengganggukan kepala sebagai jawaban.
§
“Halo neng Kala.” Sapa Ben sembari memasukkan sepotong pizza ke dalam mulutnya.
“Halo Ben.” Jawabnya
“Jadi ada yang udah baikkan nih?” Tanya James
“Aku sama Dante emang gak ada masalah kok. Cuman salah paham doang kok Dante.” Jelas Kala
“Jadi waktu itu lo ketemu siapa emang?” Tanya Erlan
“Ketemu sepupuku. Emang kebetulan aja dia cowok.” Jawab kala sambil mendudukan dirinya di sofa.
“Nama nya siapa. Siapa tau bisa masuk circle kita hehehe.” Timpal Ben
“ Namanya Satria. Satria Kusuma.” Jawab Kala santai.
Lalu mereka pun langsung menghentikan kegiatan mereka lalu beralih menatap Kala tak percaya.
“Lo gak bercanda kan, Kala?” Tanya Dante mengintimidasi.
“Loh, emang ada apa ya?” Tanya Kala penasaran.
“GW TANYA, LO GAK BERCANDA KAN, KALA?!” Tanya Dante dengan nada yg sudah meninggi.
“Emang kenapa?! Satria kenapa, Dante?!” Jawab Kala tak kalah.
Dante pun mendecih sembari memalingkan wajahnya dengan tak percaya.
“Kenapa?! Kenapa selama ini gw menjalin hubungan dengan orang yang salah?! SIALL!” Dialog Dante pada dirinya sendiri.
“Emang ada apa sih? Kalian kenapa diam aja.” Tanya Kala menatap teman-teman Dante.
“Lo pulang Kala. SEKARANG!” Pinta Dante pada Kala
“Dante, kamu kenapa sih? Ada apa sama Satria sampai kamu marah begini sama aku? Tolong kasih tau aku. Aku gak ada hubungan apa-apa sama dia selain sepupuan.” Pertanyaan beruntun yang ditujukan kepada Dante.
“Gw gak minta lo ngomong Kala. Gw minta lo pulang.” Jawab Dante
“Tolong kasih tau aku kalau emosi kamu sudah mereda.” Kata Kala sembari berlalu pergi.
“Gw gak akan mau ketemu lo lagi Kala. Kita selesai sekarang.” Jawab Dante
Oskar menatap Dante tak percaya. Langkah Kala pun terhenti, lalu membalikkan badannya.
“Kamu marah sama siapa tapi imbasnya ke aku. Aku bener-bener gak tau masalah kamu sama Satria, Dante” Jawab Kala
“SEPUPU LO ITU MEMBUNUH PACAR GW KALA. BAIK SECARA MENTAL MAUPUN FISIK!” Jawab Dante dengan emosi yang memuncak kembali.
“Gw gak pernah liat lo semarah ini Dante. Gw gak percaya lo merendahkan perempuan dengan kata-kata kasar lo.” Kata Oskar sembari menarik tangan Kala untuk keluar dari rumah itu.
§
Kala menangis dengan menutup mukanya dengan tangan kecilnya. Ia benar-benar tak paham tentang masalah yang terjadi dengan Dante dan Satria.
“Oskar, memang ada apa? Kenapa Dante semarah itu sama aku?” Tanya Kala pada Cornel
“Nanti lo tau sendiri Kala. Akan ada waktunya Dante yang ngomong sendiri ke lo.” Jawab Cornel
Gadis itu hanya mengganggukan kepala tak semangat, lalu memalingkan wajahnya menatap luar jendela mobil. Dan saat itu pun hujan mulai turun dari posisi nyamannya ke atas tanah, seakan hujan tau kesedihan yang sedang dialami Kala.
Satu pertanyaan yang timbul di benak Kala sekarang, akankah hubungannya berakhir hanya karena masalah yang tidak ia tahu penyebebnya?
“Mungkin memang benar. Jika sedang senang, janganlah pernah sampai terlalu. Karena di balik kesenangan itu, akan selalu ada kesedihan menantimu.” Batin Kala pada dirinya.
§
“Oskar, terima kasih banyak sudah mengantarkan aku pulang.” Ucapnya pada Cornel
“Gak masalah, Kala. Omongan Dante yang tadi gak usah dimasukin hati. Emang kalau lagi marah suka lupa diri dia.” Jawab Cornel sembari bercanda
Sedangkan gadis itu hanya menanggapinya dengan tersenyum.
“Kalau gitu aku masuk duluan ya.” Kata Kala
“Selamat istirahat Kala.” Jawab Cornel lalu perlahan melajukan mobilnya meninggalkan perkarangan rumah Kala.
§
Cornel Oskar
Lo bawa kemana cewek gw?
Kerumah gw. Knp?
‘Oskar sialan arghh’ Kata Dante mengumpat. Ia pun pun melemparkan dirinya ke kasur dan menutup mukanya dengan bantal.
Bagian 8
Akankah menjadi asing?
Pagi ini Kala berjalan di lorong kampus dengan tidak bersemangat. Hal itu pun tak lepas dari pandangan Dante. Ia merasa bersalah pada kekasihnya itu atas kejadian kemarin. Ia tahu bahwa tidak seharusnya ia mengatakan hal itu pada Kala.
“Kala, Bisa ngomong sebentar?” Tanya Dante saat langkahnya telah sejajar dengan kaki Kala.
Kala pun langsung berhenti melangkahkan kakinya.
“Bauat apa kamu izin, toh kamu juga udah ngomong.” Ucapnya sembari menatap Dante
“Gw minta maaf, ya?” Kata Dante
“Setelah apa yang kamu ucapkan ke aku. Menurut kamu, aku mau maafin kamu?” Tanya balik Kala pada Dante lalu kembali melangkahkan kakinya pergi.
Dante pun kembali menghadang Kala.
“Terus gw harus apa biar lo maafin gw?” Tanya Dante
“Bukannya kamu mau putus sama aku? Bukannya waktu kamu pacaran sama aku Cuma seminggu? Toh kan Cuma tinggal sehari lagi juga waktunya.” Tanya Kala lalu memalingkan wajahnya.
“Lo tau darimana, Kala?” Tanya Dante
“Kamu yang ngomong, kamu yang lupa. Tapi giliran lupain pacar kamu, gak bisa secepat itu. Kamu aneh.” Ucap Kala lalu melangkahkan kakinya pergi. Tapi kali ini Dante tak mengejarnya.
§
“Sat, Kamu kenal Dante? Lionel Dante?” Tanya Kala
Satria hanya diam lalu memalingkan wajahnya dari hadapan Kala.
“Kenapa lo bisa kenal sama Lio, Kala?” Tanya balik Satria.
“Kamu belum jawab pertanyaan aku, Sat. Kenapa Kamu malah tanya balik?” Ucap Kala dengan tak sabar.
“Iya. Gw kenal Dante.” Jawab Satria
“Lalu, kamu ada masalah apa sama dia? Katanya, kamu membunuh pacar dia Sat. Itu gak bener kan?” Kata Kala
“Lo gak usah percaya sama apa yang keluar dari mulut sialan dia Kala. Sekarang jawab pertanyaan gw tadi.” Titah Satria
“Aku kenal dia karena kita satu kampus, Sat. Dan sekarang dia pacar aku.” Jawab Kala
“Jangan terlalu dekat sama dia, Kal. Dia orangnya suka balas dendam.” Ucap Satria
“Maksud kamu?” Tanya Kala
Lelaki itu pun enggan menjawab pertanyaan Kala dan langsung melangkahkan kakinya pergi.
“Kok aku malah tambah bingung ya sekarang. Sebenernya apa yang terjadi sama mereka sih? Astaga Tuhan aku pusing sekali.” Batin Kala
§
Keesokan Paginya……
“Let’s Break, Kala.” Ucap Dante
“Oke.” Jawab Kala
Lalu gadis itu pergi meninggalkan Dante yang mematung di kodidor kampus.
“Arghhhhh… huftt. Pagi yang sial.” Umpat Dante
“Wasap bro. Kenape nih?” Tanya Ben
Lelaki itu datang dengan teman-teman yang lainnya.
“Ben, mending lo diem aja daripada jadi sasaran empuk.” Timpal Erlan
“Nanti lo dijadiin samsak ben.” Ucap James
“Gw putus sama Kala.” Sargas Dante
“Gimana Carnya?” Ucap Ben terkejut.
Tak lama satu tangan melayang ke kepala Ben.
“Pake ditanya lagi si ogeb.” Jawab Erlan
“Nyesel gw ngomong sama kalian.” Hardik Dante
“Kala, gw kemarin salah ngomong sama lo. Gw gak ada niatan buat mutusin lo. Serius.” Ucap Dante dengan membentukkan huruf ‘V’di jarinya.
Sedangkan gadis itu hanya tersenyum manis ke lelaki tersebut.
“Jadi, maksudnya kamu?” Tanya gadis itu
“Ayo Balikan.” Ucapnya sembari memrikan puppy eyes ke Kala
Sedangkan gadis itu hanya mengendikkan bahunya sembari berlalu jalan. Dante pun mengekorinya dari belakang.
“Kala, ayolah. Gw janji gak gitu lagi lain kali.” Ucap lelaki bertubuh tegap itu.
“Hahahah. Oke oke. Tapi kamu jangan berdiri kayak gitu. Kaya anak kecil.” Ucap Kala
Lelaki itupun membenarkan posisi tubuhnya dengan pandangan yang masih setia menatap Kala. Lalu mereka berjalan beriringan menuju kelas masing-masing.
§
Setelah jam mata kuliah berakhir. Tanpa pikir panjang Dante langsung lari menuju tempat dimana Kala berada. Ya, kekasihnya itu berada di Gedung Fakultas Kedokteran, Oskar University.
“Loh, Nunggunya udah lama?” Tanya Kala pada lelaki itu.
“Gak begitu.” Jawabnya
Gadis itu hanya mengganggukan kepalanya. Lalu tangannya langsung ditarik oleh lelaki yang sedari tadi menunggunya.
“Pelan-pelan dong. Langahku gak sebesar langkahmu.” Ucap Kala protes.
Sedangkan lelaki itu menghentikan kegiatan berlarinya.
“Maaf, gw terlalu excited buat ngenalin lo ke Feli.” Ucapnya sembari menggarukkan kepala.
“Namanya kayak pernah aku dengar.” Katanya
“Ya, dia mantan gw.” Balas Dante
Kala hanya tersenyum mendengar pernyataan Dante. Lalu mereka melanjutkan perjalanannya hingga sampai ke tempat yang ingin dituju.
§
Siang itu kira-kira pukul 1 siang. Tetapi cuacanya tidak panas dan tidak hujan. Sepasang kaki melangkah dengan penuh hati-hati.
“Ini, Feli.” Ucap Dante parau
Gadis itu hanya mengelus punggung kekasihnya itu. Berusaha menegarkan emosi yang sulit terbendung dari seseorang yang berdiri disampingnya.
“Emangnya, kamu udah izin sama yang disini untuk bawa aku kesini?” Tanya Kala
“Belum. Tapi, tepat sebelum dia meninggal dia bilang, siapapun yang akan mengantikkan posisinya di kehidupan gw, dia selalu bahagia soal itu.” Jawab Dante
Setelah setengah jam berada di sana, akhirnya Dante dan Kala memutuskan untuk pulang.
Bagian 9
Belajar menerima Keadaan
“Kamu, Kalau aku tanya soal Satria, apakah kamu bisa menerimanya?” Tanya Kala
“Sebenernya engga. Tapi gw meyakinkan diri gw untuk bisa.” Jawabnya
“Oke. Sebelumnya, aku minta maaf sama kamu, karena aku gak kasih tahu ke kamu kalau Satria itu sepupuku.” Kata Kala
“Gak perlu minta maaf. Kan waktu itu juga gw gak terlalu tahu banyak soal lo.” Jawab Dante
“Kalau aku boleh tau. Apa hubungannya kamu, Feli, sama Satria.” Tanyanya dengan hati-hati
Lelaki itu pun tidak mengeluarkan banyak kata, satu kata pun tidak. Saat itu pun Kala langsung berubah pikiran.
“Kamu gak perlu jawab deh. Anggap saja aku gak pernah tanya.” Kata Kala sembari mengutuki dirinya.
“Dulu, gw Satria dan Feli adalah teman saat kami masih SMP. Kami berteman baik sangat baik. Bahkan, hampir setiap permasalahan yang sedang kami hadapi, kami bertiga selalu tahu. Waktu mau masuk SMA pun, kita cari SMA yang berada di tengah-tengah jarak antara rumah kami.” Ucapnya dengan suara bergetar.
Kala yang mendengarnya pun langsung mengelus pundak Dante lembut.
“Kalau kamu susah buat lanjutin, lebih baik berhenti yaa.” Ucap Kala
“Jangan potong ucapan gw Kala. Gw belum berhenti bicara.” Jawabnya
“Maaf.” Ucapnya lirih
“Sampai suatu saat, gw jatuh cinta sama Feli. Awalnya semua berjalan baik dan kami pacaran. Tapi ternyata, Satria nyimpen perasaan yang sama ke Feli, tapi dia lebih milih mendam perasaannya.” Ucapnya dengan perasaan yang tidak jelas.
Jelas, sulit sekali untuk Dante menceritakan keadaan beberapa tahun yang lalu. Dimana, ia harus menghadapi masalah yang cukup sulit di masa mudanya.
“Sampai akhirnya Satria iri dengan kedekatan gw sama Feli. Dia berbuat sesuka hatinya. Dia gak mikirin perasaan gw, bahkan perasaan orang yang dia cintai.” Lanjutnya
“Apa yang dilakukan dia?” Tanya Kala
Dante menghela napasnya berat. Sungguh, ia tak tahu lagi bagaimana ia harus menjelaskan kepada Kala. Sedangkan ia sudah terlanjur bercerita pada kekasihnya itu.
“Gw yakin lo gak akan percaya sama apa yang gw omongin Kal. Pasti.” Jawabnya
“Gimana aku mau percaya atau engga kalau kamu aja belum ngomong sama aku.” Sarkas Kala
“Dia membunuh Feli.” Jawab Dante
“Membunuh dalam artian?” Tanyanya
“Membunuh mentalnya lalu raganya.” Jawab Dante
Sedangkan Kala hanya mengerutkkan dahinya. Ia benar-benar tak paham dengan apa yang dikatakan kekasihnya itu.
“Feli phobia ketinggian Kala. Kalau ada di tempat yang tinggi dia sulit bernafas. Itu yang Satria gak tahu. Niat dia baik untuk membuat Feli senang. Tapi nyatanya, enggak.” Jawabnya lirih
“Padahal Feli udah nolak untuk naik wahana itu, tapi Satria nganggap itu cuma lelucon.” Lanjutnya
“Kalau seandainya Satria mendengarkan Feli. Mungkin Fel masih ada di sini. Dan masalah terbesarnya, gw gak ada saat itu. Jadi itu yang bikik gw susah buat menghilangkan cerita itu di kepala gw.” Kata Dante
“Jadi, itu yang buat kamu menyalahkan diri kamu sendiri dan tidak bisa memaafkannya?” Tanya Kala
“Mungkin, ya.” Jawabnya
“Tapi kamu harus bisa menerima keadaan sekarang. Itu mungkin kesalahan Satria. Itu gak ada sangkut pautnya sama kamu. Itu takdir, Dante. Takdir yang harus kamu terima. Dan gak bisa selamanya kamu menyalahkan diri kamu atas kejadian itu.” Jelas Kala
“Mungkin, kalau Feli bisa ngomong langsung sama kamu, dia pasti meminta kamu untuk berhenti menyalahkan diri kamu sendiri. Atau mungkin dia bakal bilang ke kamu, bahwa kamu harus bahagia sekarang. Bagaimana pun kehidupan kamu yang sebenarnya harus terus berjalan kan?” Tanya Kala
“Ya, makasih bu dokter.” Balas Dante dengan candaannya
“Ih, kok malah bercanda sih?” Kesal Kala
“Hahaha, ya abisnya lo serius abis. Gw emang susah buat nerima keadaan, tapi bukan berarti gw gak bisa kan.?” Tanyanya
“Iya deh iya.” Balas Kala
Ya, mungkin kehidupan yang seharusnya dijalani adalah kehidupan yang dimana kita harus bisa menerima semua keadaan yang sudah terjadi. Tak peduli besar kecilnya masalah itu. Kita harus menerimanya dengan hati yang lapang dan terus berfokus ke masa depan.
§
Tak terasa waktu yang sudah berjalan, hingga tibalah Kala di depan rumahnya.
“KAMU TAHU RUMAHKU?!” Tanyanya dengan nada terkejut
“Hahaha kejutan.” Jawab Dante
“Gimana bisa?” Tanya Kala lagi
“Gw selalu ngikutin lo tiap lo pulang dari kampus. Bahkan ketika lo pergi kemana sama siapa gw tahu.” Jelas Dante
“Ih, kok gitu?” Tanyanya lagi
“Makannya jangan suka pulang malem, gw selalu manau lo. Mungkin, ya lo gw pikir gak peduli sama lo, tapi satu hal yang harus lo tahu. Hal kecil dalam diri lo yang gak diketahui orang, mungkin gw tau, Casi.” Balasnya
Kala yang mendengarnya hanya terkekeh. Ia sungguh tak tahu pola pikir yang dimiliki Dante.
“Bahkan panggilan masa kecilku aja kamu tahu.” Ucapnya
“Satria selalu cerita tentang lo waktu dulu. Tapi bodohnya gw gak sadar itu lo.” Balas Dante
“Ya udah aku masuk dulu. Kamu langsung pulang ya.” Titah Kala
Dante hanya mengganggukan kepalanya patuh.
Sesampainya dirumah, Dante langsung bergegas mandi. Tanpa ia sadari sejak tadi bibirnya tersenyum lebar membentuk bulan sabit, menandakan bahwa harinya sekarang sudah lebih baik.
Kalara Casimira <3
Besok ada waktu?
Lionel Dante
Ada. Kenapa?
Kalara Casimira <3
Mau bertemu Satria besok?
Lionel Dante
Boleh. Tapi tolong ingatkan gw
Untuk gak mukul dia.
Kalara Casimira <3
Aku seneng bacanya.
Aku gak akan ninggalin kamu
Besok, sampai masalah kamu kelar.
Lionel Dante
Oke
Read
Dante meletakkan Handphone nya di atas nakas, mematikan lampu lalu beranjak menuju alam mimpi.
§
“Woi, dengerin gw dulu. Gw mau ngomong serius.” Kata Dante
“Ye bang. Ngomong ae.” Balas Ben
“Pulang nanti gw mau ketemu Satria.” Jawabnya
“LAH?! TUMBEN.” Balas James
“Gw gak mau punya dendam lagi sama orang. Gw mau hidup bebas aja sekarang.” Ucapnya lagi.
“Terus urusannya sama kita apa beng? Kenapa kita harus ikut-ikutan?” Tanya Erlan
“Ya, kalian gak mau nemenin gw gitu?” Tanya Dante
“Jadi orang Jahat amat geh.” Lanjutnya
“Kan udah ditemenin pacar beng.” Timpal Oskar
“Hahahah terciduk sobat.” Kata Ben
“Bacot lo semua.” Balasnya lalu meninggalkan mereka menuju tempat duduknya.
§
“Ayo, dimana?” Ucap Dante menarik tangan Kala lembut
“Tunggu, katanya teman-teman kamu mau ikut.” Ucap Kala
“Halah. Katanya gak mau ikut. Banyak omong aja.” Ucap Dante pelan.
Tak lama kemudian yang ditunggu pun datang.
“Lama amat sih.” Protes Dante
“Udah bagus gw berbaik hati menghasut mereka semua, nyet.” Kata Erlan
Lalu Kala dan yang lainnya hanya terkekeh melihat perdebatan mereka.
§
Sesampainya mereka disana, ternyata Satria sudah menunggu dengan ponsel yang setia ditangannya.
“Hai Sat, Udah lama gak ketemu.” Sapa Dante
Teman-teman Dante pun hanya bisa melongo melihat ke sokakraban temannya itu.
“Duduk Lio. Gimana kabar lo?” Tanya Satria saat mereka sudah duduk di tempatnya.
Seketika ruangan yang berisikan mereka berenam itupun menjadi sunyi dan dingin.
“Lebih baik.” Balas Dante
Seketika napas yang terhenti itupun terhembus dengan lega. Lalu mereka berbincang tentang apa yang selama ini sudah mereka jalani dan yang telah terlewatkan kisahnya waktu demi waktu.
Pada akhirnya, setiap masalah yang dimiliki akan selalu memiliki jalan keluar. Kita pasti bisa menyelesaikannya, entah cepat maupun lambat. Satu hal yang penting, selesaikankah setiap masalah yang ada dengan kepala dingin, agar kita memiliki perasaan ikhlas atas semua yang telah terjadi.
Bagian 10
Waktu menunggunya kembali
3 Tahun kemudian…
“Aduh, cepetan dong, Nash.” Ucap seseorang
“Lo bisa diem dulu gak, gw juga lagi berusaha. Emang Erlan anak monyet.” Balas Nashita.
“Kualat tar lo, ngatain tunangan lo sendiri.” Balas Erlan
“Kok gw suka lupa kalo lo tunangan gw. Makannya lo jadi orang jan…” Belum sempat menyelesaikan kalimatnya Erlan melempari Nashita dengan kulit kuaci yang ia makan.
“ERLAN SIALAN!!!” Kesal Nashita.
Nashita Bella adalah tunangan Erlan, teman Dante. Mereka sudah tunangan sekitar 3 bulan dan tinggal menunggu waktu untuk pernikahan mereka.
“Di rumah orang gak usah teriak-teriak. Gak enak kalo didenger tetangga.” Ya, itu adalah sahutan Dante dari arah dapur
“Eh, Kala kapan pulan Dan?” Tanya James
“Kemarin dia telepon gw, katanya lusa.” Jawab Dante
“Omaigat, gw kangen banget sama Kala. Kalo Kala udah pulang gw bakal ajak dia jalan-jalan. Kasian belajar mulu. Pasti palanya panas.” Ucap Nash dengan nada sendu.
“Yang ada kuping dia yang panas denger lo ngoceh mulu.” Timpal Ben
“Huu gw gak mau ajak Ben.” Balasnya
“Emang siapa juga yang mau diajak sama lo.” Ucap Ben
Sedangkan Nash hanya memutar bola matanya malas. Sungguh, sejak pertemuan pertama kali, Ben dan Nash memang sudah tidak akur.
“Kalo Kala pulang, biarin dia istirahat dulu sehari. Gw juga tahu waktu dia disini gak banyak. Cuman kan pasti dia capek banged setelah perjalanan jauh.” Jelas Dante
“Dante mah gak asik. Nanti waktu gw sama Kala berkurang.” Protes Nash
“By the way, rencana lo buat nikahin Kala gak pernah terealisasi?” Tanya Oskar
“Entahlah Kar. Kala masih sibuk sama sekolahnya. Gak mungkin gw menuntut dia buat jadi istri gw sekarang. Yang ada cita-citanya dari kecil bakalan terhenti.” Jawab Dante bijak
Sedangkan Oskar hanya memangutkan kepalanya pertanda paham.
Bagian 11
Memeluknya hangat
Mobil CRV berwarna putih itu tampak melaju dengan tenang di jalannya. Sedangkan, seseorang yang sedang mengendarainya hanya setia tersenyum tanpa memudarkannya sedikit pun. Ia sudah sangat merindukan seseorang yang sebentar lagi dijumpainya.
Sesampainya di sana, ia langsung turun dari mobilnya dan bergegas menuju tempat menunggu. Sekitar 15 menit kemudian ia melihat seseorang yang sudah sangat ia rindukan itu. Melihatnya saja sudah membuat hatinya berdebar tidak karuan.
“Hati, bisa diem dulu sebentar gak sih. Rasanya gw lompat, tapi takut lo copot.” Katanya
§
Tanpa menunggu lagi ia langsung menghampiri gadisnya dengan berlari kecil.
“KALAAAA…” Teriaknya lantang dan langsung mendapat perhatian banyak orang.
Dipeluknya hangat gadis yang sangat ia rindukan itu. Setelah kepergian Kala 2 tahun lalu untuk melanjutkan sekolahnya di negeri yang ia impikan. Ternyata membuat seorang Dante tidak dapat membendung rasa rindu pada gadisnya itu.
“Hei, Anak kecil banget kamu.” Tutur Kala sembari menatap Dante
Sedangkan Dante masih setia memeluk Kala dengan pelukan yang makin mengerat.
“Lo Jahat banget gila, lo ninggalin gw 2 tahun. Itu lama Kala.” Protes Dante
“Kalo gw gak maksa lo buat pulang, ya lo masih setia di negeri orang. Betah ya disana.” Sinis Dante
Kala hanya tersenyum tanpa suara. Sungguh tak pernah terbayangkan oleh Kala bahwa ia akan dicintai sebegitu hebatnya oleh seseorang yang tepat.
“Kan, yang terpenting sekarang. Aku udah disini, bareng sama kamu, bisa peluk kamu, bisa denger kamu ngomel lagi.” Balasnya
“Hih. Malah di ejekin.” Ucap Dante
Dante pun membenarkan posisi berdirinya.
“Ayo pulang. Kita makan di tempat biasa, mau?” Tanya Dante
“MAU.” Balasnya antusias
Mereka mulai melangkahkan kakinya perlahan, menikmati waktu kebersamaan yang telah terbuang 2 tahun.
“Setiap gw makan disana, yang selalu dicari abangnya pasti lo, Kala.” Tutur Dante
Kala hanya terkekeh mendengar cerita dari Dante. Ternyata kekasihnya itu mengucapkannya dengan nada cemburu.
“Kamu cemburu?” Tanyanya
Kali ini tak ada elakan dari Dante. Lelaki itu hanya terdiam dengan pandangan lurus kedepan sembari menggenggam jari-jamari kecil Kala.
Kala pun menyenggol pundak kekasihnya itu.
“Kamu diam, tandanya kamu cemburu.” Kata Kala
“Ya emang. Gimana gw gak cemburu setiap kali gw kesana pasti abangnya bilang gini ‘eh mas Dante, mba Kala yang cantiknya mana’ gitu. Kali ini aku mau ajak kamu biar abangnya gak nanyain kamu terus.” Jelasnya
Kali ini Kala tak dapat menahan tawanya. Pasalnya Dante berbicara sama persis dengan nada yang diucapkan sang penjual.
Bagian 12
Nostalgia kembali
Sesampainya di tempat makan pinggir jalan favorit mereka berdua, duduklah mereka di kursi favorit yang ternyata masih ada.
“Halo abang, mie ayam biasa 2 ya.” Pesan Kala pada sang penjual mie ayam tersebut.
“Loh, dari mana aja mba Kala. Kok baru kelihatan sekarang?” Tanya sang penjual
“Kan udah saya bilang, Kala sekolah di luar negeri, bang.” Ya, itu bukanlah suara Kala, melainkan suara Dante.
“Iya, yang di omongin bener kok bang.” Balas Kala
“Ohh oke mba, silahkan ditunggu yaa.” Ucap Sang penjual
“Oke bang.” Balasnya
“Lama gak ngobrol hadap-hadapan langsung.” Tatap Dante pada Kala
“Waktu aku disana juga, tiap malem pasti telfon aku.” Bela Kala pada dirinya
“Tolong garis bawahi kata ‘langsung’ dong.” Protes Dante
“Ya sama ajalah. Kadang juga liat muka adi di vidcall kadang denger suara aja. Kan yang penting aku gak ngilang.” Ucap Kala
“Ya emang kamu mau hilang kemana geh?” Taya Dante pada Kala
“Ya gak kemana-mana. Udah ah masa baru ketemu udah ngajak ribut aja. Gak asik.” Balas Kala
“Yes, Dante 1 kala 0.” Katanya
Sedangkan Kala hanya memalingkan wajahnya pertanda sebal dengan lawan bicaranya ini.
“Jangan marah, gw cuman bercanda.” Katanya sembari mengelus puncak kepala Kala.
“Bercandanya gak lucu. Males. Lagi capek juga.” Ucap Kala Sebal
“Ya udah iya, gak ganggu lagi.” Janji Dante
§
Setelah selesai menyantap habis mie ayam, mereka langsung berjalan untuk pulang.
“Kala, bentar lagi Erlan mau nikah. Masa gw datang ke kondangan sendirian?” Ucap Dante
“Kan masih lama, masih beberapa bulan lagi.” Jawabnya
“Libur dulu dong Kal.” Mohon Dante
“Ya kan aku disini masih 8 hari lagi. Masih lama kok.” Jelas Kala
Dante hanya terdiam tanpa membalas ucapan Kala. Sungguh bagaimana bisa hanya bertemu 8 hari setelah ditinggal 2 tahun?
§
Sesampainya di depan rumah Kala, Kala langsung menurunkan kakinya dari mobil Dante.
“Udah hari ini istirahat aja. Kalo ada yang ajak jalan atau nongkrong, jawab gak mau. Hari ini hari temu kangen bunda sama anaknya.” Ucap Dante pada Kala
“Siap pak bos, Lio.” Balasnya dengan gerakan hormat
Sedangkan Dante hanya terkekeh melihat sikap anak kecil yang tak kunjung hilang, yang dimiliki seorang Kala.
Seteleh perpisahan mereka, Dante langsung melajukan kendaraannya menuju tempat kerjanya. Dante sudah bekerja di sebuah perusahaan besar, dan di sebuah perusahaan itu ia menjabat sebagai salah satu orang terpenting, yaitu CEO.
Sedangkan Kala, ia mengejar pendidikannya ke luar negeri. Itu bukan semata hanya untuk membahagiakan dirinya, tapi ia ingin membahagiakan orang tuanya serta orang- orang terkasih yang ada di sekitarnya.
Bagian 13
Kekesalan yang datang
Seseorang sedang berusaha untuk menelepon. Tetapi orang yang di seberang tak kunjung menjawabnya. Dengan berat hati, Kala melangkahkan kaki nya dengan berat menemui Nash. Tadinya, ia sangat ingin di antar oleh Dante. Tapi lelaki itu tak kujung menjawab panggilanya.
“Hai Nash, Sudah lama gak ketemu.” Sapa kala ala-ala perempuan
“Hai, kok murung. Kamu gak seneng ya ketemu aku?” Tanya Nash
“Enggak kok, Gak sama sekali.” Elaknya
“Cuma aku heran aja, dari kemarin malam sampai sekarang Dante gak bisa aku hubungi.” Jelasnya
“Apa kamu lihat dia, Nash? Aku khawatir.” Tanya Kala
“Jujur gw juga gak liat dia dari kemarin siang. Bahkan Erlan juga nanyain dia.” Jawab Nash
“Oke deh, gak usah dipikirin dulu. Ini waktunya untuk kita temu kangen.” Peluk mesra Kala
§
“Halo.” Jawab Kala saat ada panggilan ke dalam ponselnya.
“Kala, maaf mengganggu malam-malam.” Jawab seseorang di seberang
“Iya James, gak papa.” Balas Kala
“Dante Kecelakaan Kala.” Jawab James sambil terisak
“JAMES! KAMU GAK BERCANDA KAN.” Teriak Kala
“Tolong datang ke rumah sakit yang udah gw kirim Kal.” Pinta James
“Dante kritis sekarang.” Panik James
“Iya James. Aku kesana sekarang.” Balas Kala langsung menutup panggilan
§
“Dante, tolong bertahan demi aku.” Ucap Kala sembari terisak
Kala sudah tidak dapat berpikir jernih sekarang. Pikirannya Kalang kabut. Ia sungguh takut jika ia harus kehilangan Dante.
Sesampainya disana, ia langsung berlari menuju tempat yang telah dikirim oleh James. Ia terkejut. Tak tampak seperti ada kedukaan disana
Bagian 14
Terima kasih atas bahagianya
Ia melihat taman yang indah, yang dipeuhi oleh bunga-bunga serta alunan lagu tenang yang menambah kesan hangat pada taman itu. Taman itu ditata sedemikian rupa.
Ia melihat seseorang yang berdiri tegap dengan senyum yang melebar di wajahnya. Membawa bunga kesukaannya. Sungguh ia ingim mencabik lelaki yang telah berbohong padanya itu.
Dengan segera ia berlari kencang menuju lelaki itu. Dipukulnya keras dada lelaki itu. Menyalurkan setiap rasa kecewa, sedih, dan kesal yang bergejolak di dadanya.
“KAMU TAHU GAK SIH?! KECELAKAAN ITU BUKAN SUATU HAL YANG BISA DIPERMAINKAN.” Kata kala
Ia sangat marah dengan apa yang dilakukan Dante sekarang. Bagaimana bisa Dante mempermainkannya.
“Aku minta maaf.” Ucap Dante tertunduk
“Kamu gak seharusnya berbuat kayak begini.” Jelas Kala
“Aku marah, sungguh marah sama kamu.” Lanjutnya
Kala berbalik badan meninggalkan area tersebut. Panik. Itulah yang teman-teman Dante alami sekarang.
“Kala.” Panggil Dante
Dengan segera Kala menghentikan Langkahnya. Dante membalikkan badan kecil Kala.
“Aku sungguh meminta kamu untuk menjadi pendampingku. Baik sekarang, nanti, sampai selamanya.” Ucapnya sembari berlutut
“Aku memintanya dengan sepenuh hatiku Kala.” Lanjut Dante
Masih dengan posisi yang sama, Dante mengeluarkan sekotak cincin yang sudah ia siapkan untuk Kala.
Kala tak dapat menahan air matanya sedari tadi. Entah harus apa yang ia rasakan sekarang. Haruskah ia marah karena telah dibohohongi? Ataukah harus bahagia karena lelaki yang dicintainya, memintanya untuk menjadi istrinya?
“Aku harus jawab apa sekarang. Aku marah sama kamu. Tapi kamu berbuat kayak gini ke aku sekarang.” Kata Kala
“Jawablah sepenuh hatimu, tanpa paksaan sedikit pun.” Ingat Dante
Tanpa berpikir panjang, Kala langsung mengganggukkan kepalanya. Menandakan bahwa ia sudah tapat memilih jawabannya.
“Iya, aku mau.” Balasnya
Dante langsung memasangkan cincin ke jari manis Kala, Lalu memeluk Kala dengan hangat. Ia memeluknya dengan erat. Ia sungguh beruntung dicintai oleh seseorang yang rela bertahan dengan segala sikap buruk yang dimilikinya. Ia sangat berterima kasih pada Tuhan, karena-Nya ia mendapat seorang wanita yang yang selalu sabar dengan situasi yang dijalani oleh Dante.
Dante berpikir bahwa ia tak akan bisa merasakan cinta yang sesungguhnya. Tapi, ia salah menduga. Ia malah mendapat wanita yang bisa membantunya keluar dari masa lalu yang kelam. Masa lalu yang ia duga akan menjeratnya selama-lamanya. Ia sangat berterima kasih pada Kala Karena sudah menemaninya salama ini
Epilog
Tiba Hari bahagia Kala dan Dante. Hari yang sangat mereka tunggu-tunggu.
“Bunda, Kala takut.” Ucapnya pada sang bunda
“Gak papa nak, percaya aja sama Tuhan. Percaya sama diri kamu sendiri.” Balas sang bunda
Saat pemberkatan pun tiba. Mereka mengucapkan janji satu sama lain. Mereka berharap bahwa janji yang mereka buat sekarang bukanlah hanya janji semata. Melainkan janji yang bisa mereka tepati untuk selama-lamanya.
“Aku, Kamu selamanya. Akan selamanya mencintai dan menyanyangi.” Ucap mereka berdua dengan saling tatap.
~THE END~