Michelle Florensia
XI AK 2
PROLOG
Mentari terlihat rapi dengan seragam barunya. Rambutnya pendek dan hitam,matanya yang bersinar, hidungnya yang kecil,warna kulitnya yang putih, tingginya sama seperti anak seumurannya.Tak lupa senyumnya yang tak pernah pudar dari tadi.Hari ini ia akan memulai hari pertama sekolahnya di jenjang sekolah dasar. Ia bersekolah di SD Negeri 1.
Ayahnya bernama Andy ayahnya sudah meninggal sejak Mentari berusia 2 tahun.Ibunya bernama Florencia, Mentari bisa dibilang sangat dekat dengan ibunya.Ibunya bekerja sebagai karyawan di pabrik kaca.Mentari juga mempunyai satu kakak laki-laki yang biasa ia panggil koko bernama Arya.Arya lebih tua 6 tahun dari Mentari.
*
Mentari pun sudah sampai di sekolah barunya.Awal sekolahnya dimulai dengan berkenalan dengan semua guru disana dan pembagian kelas.Mentari mendapat kelas 1A.Lalu dilanjutkan dengan memilih tempat duduk.
Mentari pun memilih duduk di bangku paling depan,ia melihat sekelilingnya,penuh dengan orang yang sangat asing baginya. Semua bangku sudah terisi penuh,kecuali bangku disampingnya.
"Kayaknya duduk sendiri juga gak buruk" ucapnya dalam hati.
Lalu seorang guru pun masuk ke kelasnya.
"Halo anak anak,perkenalkan nama Ibu Amanda. Kalian bisa manggil ibu dengan sebutan Bu Manda. Ibu akan menjadi wali kelas kalian. Oh iya ibu belum kenalan nih sama kalian,kita kenalan dulu ya."
Mereka pun mulai memperkenalkan dirinya masing masing, kini saatnya Mentari memperkenalkan dirinya.
"Halo temen temen! Nama aku Mentari!" ucapnya dengan senyum di wajahnya.
"Kamu non muslim ya Mentari?" tanya Bu Manda
"Iya bu." balasnya
" Anak anak,walaupun agama Mentari berbeda,tapi dia tetap teman kita ya,jangan ada yang membeda bedakan ya." ucap Bu Manda kepada mereka.
"Iya Buuuu." ucap mereka serempak.
Mereka pun melanjutkan perkenalan,tak terasa bel pulang sudah berbunyi.
"Oke anak anak,sampai sini saja perkenalan kita,sampai jumpa besok!" ucap Bu Manda
"Terima kasih Buu." ucap murid kelas 1A serempak.
Mentari yang melihat mamanya sudah menunggu langsung mengahampirinya dan mereka pun langsung pulang.
*
Ketika sudah sampai di rumah,Mentari langsung melepas sepatunya dan masuk ke dalam.
“Tadi gimana sekolahnya de,udah dapet temen baru belum?” tanya Floren
“Biasa aja ma,gak ada yang seru,gak ada temen juga.” ucap Mentari lesu
“Maafin mama ya de,kamu harus sekolah di negeri” ucap Floren sedih
“Gapapa kok ma,Mentari ngerti” ucapnya dengan senyuman.
“Yaudah sekarang kamu ganti baju terus makan ya.”ucap Floren
“Siap maa!” ucap Mentari sambil tangannya memberi hormat.
“Aku sebenarnya sedih,orang lain sudah mendapat teman baru dihari pertamanya.Sedangkan aku…diajak ngobrol aja enggak,seakan akan…aku terabaikan.Tapi aku harus kuat,nanti kalo aku keliatan sedih mama pasti ikut sedih.Aku kuat kok,kan aku punya mama yang kuat.”
-Mentari-
BAB 1
Kehidupan Mentari berjalan seperti biasanya, tak ada yang berbeda. Di sekolah pun Mentari tetap tidak mempunyai teman. Hari ini Mentari sekolah seperti biasanya,tetapi hari ini ia dijemput oleh Arya. Saat pulang ia melihat mamanya menyusun baju ke koper.
“Mama kok mindahin baju ke koper, kenapa?” ucapnya dengan wajah bingung.
“Iya de, popo sakit, jadi mama harus rawat popo, dede nanti ikut ya.Siap siap nanti sore kita berangkat.” Ucap Floren
“Oke ma” ucapnya dengan sedih.
Diantara kakek dan nenek dari papa maupun mamanya, Mentari paling dekat dan sayang dengan nenek dari mamanya, yaitu Anna.Mentari biasanya memanggil dengan sebutan popo. Mendengar poponya sakit,Mentari pun khawatir dan sedih. Ia pun siap siap untuk berangkat ke tempat poponya, disana juga ada bibinya yang bernama Ika yang biasanya ia panggil kuku dan pamannya yang bernama Indra yang biasa ia panggil apak. Serta 3 sepupunya,dari yang paling tua Amalia selanjutnya ada Rangga dan terakhir Aulia. Usia mereka masing-masing berjarak 1 tahun.Jarak usia antara Aulia dan Mentari 1 tahun.
Saat perjalanan Mentari yang tak tau jalan pun hanya mengikuti langkah kaki Floren.Barang bawaan mereka tidak terlalu banyak,karena Floren tidak membawa baju Mentari. Saat Mentari bertanya kenapa, Floren menjawab ia bisa meminjam baju sepupunya.Mentari diajak ke tempat poponya karena Mentari masih terlalu kecil untuk ditinggal berdua dengan kokonya,kokonya belum dipercaya untuk merawat Mentari.
Tak terasa mereka sudah sampai di tempat poponya,mereka langsung menaruh barang bawaan,makan dan mandi. Setelah selesai mereka langsung ke rumah sakit. Di rumah sakit ternyata hanya 12 tahun keatas yang boleh masuk ke ruangan rawat inap, Mentari yang saat itu belum cukup umur pun duduk diluar ruangan. Ia sebenarnya rindu pada poponya, tapi apa boleh buat, ia tidak diperbolehkan masuk ke ruangan itu.
Satu jam kemudian apak dan kukunya datang dan bergantian jaga dengan Floren.
Floren pun akhirnya keluar dan mengajak Mentari untuk makan siang, mereka pergi ke sekitar rumah sakit untuk mencari makan. Saat sudah kenyang pun Mentari dan Floren kembali ke rumah sakit lagi dan kembali masuk ke ruangan. Mentari yang saat itu bosan pun hanya diam mengamati sekitar. Tiba tiba kukunya mengajak ia untuk ke instalasi farmasi untuk mengambil obat poponya.
Saat sedang menunggu,Mentari pun bertanya pada kukunya.
“ Kuku,popo sakit apa?”
“Popo sakit kanker paru-paru, saat ketahuan sudah stadium 3, makanya langsung dibawa ke rumah sakit.” ucap Ika
“Kanker itu penyakit apa ku?” tanya Mentari
“Nanti kamu juga tau sendiri sayang”ucap Ika.
Mentari pun hanya diam dengan pikiran yang masih bingung tentang penyakit poponya. Tak terasa obat nya sudah selesai, ia dan kukunya kembali keruangan dengan Mentari yang tetap menunggu diluar ruangan. Tak lama kuku dan apaknya pun keluar.
“Mentari ayo kita pulang, mama kamu gak pulang karena harus jaga popo, jadinya pulang sama kuku ya sayang” ucap Ika.
Mentari pun hanya mengangguk mengerti.Mereka pun menuju parkiran dan pulang.Saat pulang Ika memberikan baju ganti untuk Mentari. Mentari pun langsung mandi dan istirahat. Disini ia dan Floren tidur dikamar poponya, karena kamar poponya cukup luas.
“Aku kangen banget sama popo,semoga popo cepet sembuh yah.Aku kangen juga sama mama,padahal baru pisah sebentar doang.”
-Mentari-
BAB 2
Tak terasa hari sudah pagi kembali,hari ini Mentari tidak ke rumah sakit. Saat keluar ia diajak Amalia untuk sarapan bersama. Setelah sarapan pun ia diajak Aulia untuk bermain sepeda bersama dengan ditemani ART nya yang bernama Putri. Mentari yang tidak pernah naik sepeda pun akhirnya hanya bisa bermain sepeda roda tiga.
Saat hari sudah mulai siang, ia dan Aulia pun akhirnya pulang. Saat sampai ia langsung menghampiri Floren yang sedang beristirahat di kamar.
“Mamaaaa!”teriaknya sambil memeluk Floren.
Floren pun memeluknya juga. Wajahnya terlihat sangat lelah dan matanya pun terlihat sangat mengantuk.
“Mentari, popo harus dibawa ke Singapura buat pengobatan, jadi mama juga harus ikut kesana. Mama disana 1 mingguan. Kamu disini aja ya, jangan ngerepotin kuku, harus bisa mandiri. Mama disana juga bukan buat jalan-jalan, mama disana sibuk ngerawat popo.Hp mama kamu pegang aja ya, kalo ada apa-apa bisa telp ke nomor popo.”ucapnya lalu memberikan hp jadulnya ke Mentari.
“Iya ma, Mentari bisa mandiri kok,mama sehat-sehat ya disana” ucap Mentari dengan senyumannya.
*
Malam ini Floren dan Anna berangkat,tetapi Mentari tidak ikut mengantarkan karena sudah sangat malam.
Saat Mentari bangun pada keesokan harinya,ia langsung menghela nafasnya.Ia tidak bisa membayangkan apa yang akan ia lakukan selama disini.Pasti sangat membosankan dan ia akan sangat merindukan Floren.
Walaupun Mentari masih kecil,tetapi keadaan yang memaksanya untuk lebih dewasa dari teman sebayanya,untungnya Mentari bisa menerimanya dan menyesuaikan diri dengan keadaannya saat ini.
Saat Mentari keluar dari kamarnya,ia hanya melihat Putri karena Indra dan Ika sudah pergi bekerja sedangkan sepupu-sepupunya sudah pergi sekolah.Lalu ia menghampiri Putri untuk meminjam baju Aulia.
“Mbak Putri,aku boleh minjem bajunya Aulia gak?”ucapnya.
“Loh,emangnya Mentari gak bawa baju?”tanya Putri.
“Kata mama gausah mbak,katanya pinjem baju Aulia aja.”
“Owalahh,bentar ya mbak ambilin dulu.”
Putri pun langsung mengambil baju Aulia dan memberikannya.
“Makasih ya mbak.”ucap Mentari.
“Sama-sama.”ucap Putri
Mentari pun mengambil bajunya lalu pergi untuk mandi.Setelah mandi,ia sudah disiapkan sarapan oleh Putri.Ia pun memakannya sambil menonton TV yang sedang menayangkan film kartun monyet dan pria bertopi kuning.Setelah makan,Mentari mematikan TV dan membawa piringnya ke dapur lalu mencucinya.
Setelah mencuci piringnya Mentari merasa sangat bosan dan tidak tau apa yang harus ia lakukan lagi.Akhirnya ia hanya berdiam diri di kamar.Akhirnya Amalia,Rangga dan Aulia sudah pulang dari sekolahnya.
Saat ia keluar kamar,raut wajah Aulia terlihat sangat tidak senang.
“Mentari!!Kenapa baju aku kamu pake!!”teriak Aulia.
Mentari yang mendengarnya pun sangat takut,ia tidak bisa berkata apa-apa.Ia hanya menunduk ketakutan.
“Ganti baju kamu sekarang,balikin baju aku!”teriaknya lagi.
Mentari akhirnya pun berlari ke kamar ketakutan.Tak lama Amalia dan Rangga datang,mengajaknya membuat kesepakatan.Amalia bersedia meminjamkan bajunya,asal ia menjauhi Aulia dan tidak boleh bermain dengan Aulia.
Mentari terlihat sangat bingung,tetapi ia akhirnya setuju karena tidak punya pilihan lain.Amalia langsung menganbilkan baju dan memberikannya kepada Mentari.
Mentari langsung ke toilet untuk berganti baju,saat ke toilet maupun ke kamarnya lagi,ia hanya menunduk takut.
Amalia dan Rangga memang tidak suka Aulia karena sifatnya yang sangat kekanakan,apalagi mereka berbeda sekolah dengan Aulia.Sekolah mereka lebih bagus dari Aulia,makanya mereka sering kali mengejek Aulia.Sebenarnya Indra dan Ika ingin memasukkan Aulia ke sekolah yang sama dengan Amalia dan Rangga,tetapi saat tes masuk ternyata Aulia tidak lolos,terpaksa mereka mencari sekolah lain untuk Aulia.
Amalia dan Rangga pun mengajak Mentari untuk ke kamar mereka dan menguncinya agar Aulia tidak bisa masuk.Putri yang dari awal menyaksikan pertengkaran itu pun tidak bisa berbuat apa-apa.Dari jendela kamar Aulia melihat mereka dengan kesal,Amalia dan Rangga terus mengejek Aulia dan mengajak Mentari untuk ikut mengejek Aulia.Hati Mentari tidak tega melihat Aulia yang diperlakukan seperti itu,tetapi ia tidak bisa membelanya,karena ia saat ini meminjam baju Amalia dan tidak boleh melanggar perjanjiannya dengan mereka.
Saat hari sudah sore,Ika sudah pulang.Aulia langsung mengahampiri Ika dan melaporkan apa yang sudah terjadi.
“Maa,masa tadi Mentari pake pake baju aku,terus aku gak dibiarin masuk sama mereka.”ucap Aulia kesal.
Ika yang mendengar itu langsung ke kamar dan menyuruh mereka membuka pintunya.
“Mentari kamu ke kamar kamu dulu ya.”suruh Ika.
“Iya ku.”jawabnya.
Setelah Mentari pergi,Ika bertanya kepada Amalia apa yang terjadi.
“Tadi Mentari kan pake baju Aulia,terus dia dimarahin sama Aulia.Dia disuruh ganti bajunya dan gak boleh minjem baju Aulia lagi,Mentari sampe ketakutan tau ma gara-gara Aulia.”jelas Amalia.
“Bener itu Aulia?Kamu marah-marah ke Mentari?”tanya Ika ke Aulia.
“Iya ma,abisnya dia pake baju aku,kan aku gak suka.”jawab Aulia.
Ika menghela nafasnya,ia sudah lelah dengan pekerjaan nya ditambah lagi saat pulang ada masalah seperti ini.
“Aulia,baju itu mama yang kasih izin dia pake baju kamu.Mereka itu buru-buru pas kesini,jadi gak bisa persiapin barang-barang dengan lengkap.Kamu biarin dia pake baju kamu dulu ya untuk sementara,nanti mama beliin kamu baju baru lagi,oke?”tanya Ika.
“Iya maa.”ucap Aulia tak rela.
“Yaudah sekarang kalian baikan,minta maaf.Kamu juga Aulia,minta maaf ke Mentari.”ucap Ika.
Aulia hanya mengangguk.Mereka akhirnya berbaikan dan Aulia pun minta maaf ke Mentari.Mentari langsung memaafkannya dengan senang hati.
*
Selama seminggu itu berjalan seperti biasa.Sering kali jika Mentari melihat pesawat lewat ia dadah dadah ke pesawat,karena yang ia tau mama dan popo nya naik pesawat.
Pernah juga suatu hari sepupu-sepupunya dibelikan permen oleh Putri sebagai sogokan agar mereka mau tidur siang,saat itu Putri berkata ia lupa membelikan permen lebih untuk Mentari dan janji bahwa besok ia akan membelikannya.Tapi janji tinggallah janji,saat keesokan harinya Putri sama sekali tidak mengingatnya.Mentari yang ingin mengingatkannya merasa tidak enak dan sadar diri.Sering kali ia merasa dibeda-bedakan.Dan ia tidak mempermasalahkannya,karena ia disini juga numpang.
Bagi yang penasaran bagaimana dengan sekolahnya Mentari,Floren sudah datang ke sekolahnya dan meminta izin langsung ke wali kelas Mentari.Untuk Arya,koko Mentari,Floren menitipkan uang ke tetangganya untuk sekalian masak lauk Arya.Dan untuk pekerjaan Floren,ia sudah meminta izin kepada bosnya.Jadi setiap bulannya Floren dan Mentari akan ke tempat poponya sekitar 10 hari,dan kembali lagi ke rumahnya
“Aku ngerasa bosen dan kesepian disini.Biasanya ada mama yang nemenin,tapi sekarang aku harus mandiri.Aku takut banget waktu Aulia marah karena aku pinjem bajunya,tapi di satu sisi aku gak mau musuhan sama dia,aku mau punya temen main juga.”
-Mentari-
BAB 3
Hari ini Floren dan Anna sudah pulang.Mentari sangat senang, karena ia sangat merindukan mereka.Tapi ia juga sedih melihat keadaan poponya. Tubuhnya sangat kurus,rambutnya sangat tipis serta wajahnya yang sedikit pucat.
Mentari membiarkan mereka istirahat dan tidak mengganggunya.Sesekali jika Anna terbangun,ia menanyakan apa yang dibutuhkan oleh poponya itu.Akibat keterbatasan bergerak,poponya buang air kecil maupun buang air besar didalam kamar.Disediakan kloset khusus yang terdapat penampungannya. Penampungannya akan dibuang ke kamar mandi dan dibersihkan setiap dipakai. Anna pun tidak diperbolehkan mandi,jadi ia hanya dibersihkan menggunakan handuk basah saja.
Jika Floren sedang ada urusan diluar,Mentari pun turut menjaga Anna dengan senang hati tanpa disuruh. Ia pun sering membersihkan penampungan kloset Anna tanpa ada rasa jijik sedikit pun.
Tak terasa hari ini Floren dan Mentari akan pulang,ia berpamitan kepada Anna,Ika,Indra dan sepupu-sepupunya.Setelah itu ia pun pulang dan sepanjang perjalanan ia hanya tidur.
Saat sudah sampai ia dibangunkan oleh Floren,ia pun langsung mandi,makan dan istirahat. Besoknya ia pun sudah kembali sekolah. Ia merasa sangat ketinggalan pelajaran.Akhirnya Mentari berusaha untuk mengejar pelajaran yang ia lewatkan. Setelah ia berusaha keras,akhirnya ia bisa belajar sampai bab yang sama dengan teman-temannya yang lain.
*
Setiap bulannya Mentari dan Floren masih pergi ke tempat Anna. Dengan Mentari yang ditinggal dengan apak dan kukunya,serta Floren dan Anna yang pergi ke Singapore. Tak jarang Mentari diajak jalan-jalan oleh Ika ke Dufan,Taman Safari dan masih banyak lagi.
Saat pembagian raport,Mentari mendapat juara 1 di kelasnya.Floren pun merasa bangga,karena walaupun Mentari sering ketinggalan pelajaran,ia bisa lebih unggul dari yang lain.
Sekarang Mentari sudah kelas 2,Floren pun memutuskan untuk menitipkan Mentari kepada salah satu saudaranya. Jadi selama ia di Singapore bersama Anna,Mentari tidak lagi bersama Ika.
Fella,biasanya Mentari memanggilnya dengan sebutan ii Fella.Untuk sementara Mentari akan tinggal di rumah Fella. Fella tinggal bersama satu anak perempuannya yaitu Maria. Maria saat ini berusia 16 tahun.Ia sudah kelas 11 SMK. Perbedaan jarak yang jauh membuat Mentari lagi-lagi tak ada teman bermain.
*
Hari ini ia akan diantarkan Floren ke rumah Fella. Fella menasihatinya agar tidak merepotkan iinya. Mentari hanya mengangguk mengerti. Saat sudah sampai Floren pun meminta tolong kepada Fella untuk menjaga Mentari.
“Fella,aku titip Mentari ya.Kalo dia nakal bilang aja sama aku.”ucap Floren.
“Iya pasti itu mah,tapi Mentari mah anak baik,pasti gak bakal nakal.”ucap Fella sambil mengusap rambut Mentari.
“Aku pamit dulu ya Fel.Mentari,mama langsung pulang yaa.”ucapnya sambil memeluk Mentari.
“Iya,dadah hati-hati maa.”ucapnya sambil tersenyum.
*
Pagi ini ia sudah bangun dan segera siap-siap untuk berangkat sekolah.Ia akan berangkat dan pulang sekolah dengan berjalan kaki.Jadi ia harus lebih pagi berangkatnya.
Kringgg…..
Mentari sampai bertepatan dengan bunyi bel masuk
“Huh,untung aja gak telat.”ucapnya dalam hati.
Ia langsung masuk ke kelas untuk menaruh tas dan baris untuk masuk.
Kringgg….
“Oke anak-anak,sihlahkan kalian istirahat ya.”ucap Bu Manda.
“Terima kasih buuu!”ucap mereka kompak.
Mentari yang bosan akhirnya keluar dan duduk di depan kelas.Saat ia sedang diam-diam saja,tiba-tiba ada yang meneriakinya.
“Woyyy! Cina kaleng!” ucap seseorang mengejek Mentari. Teman-temannya pun ikut tertawa.Saat Mentari melihat siapa yang mengejeknya,ia tau itu kakak kelasnya dan wajahnya terlihat sangat nakal.
Mentari hanya diam tak membalas.Ia bingung harus bagaimana menanggapinya.Jika ia ingin melawan ia pasti kalah tenaga,ia seorang perempuan dan lawannya adalah laki-laki.
“Cina kaleng…,cina kaleng….,cina kaleng….”teman-temannya pun ikut mengejeknya.Akhirnya ia tak memperdulikan itu dan langsung masuk ke kelas. Disaat ingin masuk,ia ditahan oleh salah satu dari mereka dengan cengkraman tangan yang keras.Cengkraman itu sangat sakit baginya,tetapi ia harus terlihat kuat,ia tidak boleh terlihat lemah dihadapam mereka. Ia pun melepas cengkraman itu dan pergi ke kantor guru untuk melaporkan itu semua. Dan lagi-lagi saat ia ingin ke kantor guru,ia didorong.
“Kalian kenapa sih jahat banget sama aku,padahal aku ganggu kalian aja enggak!Aku bukan orang Cina,aku orang Indonesia!Sama kayak kalian orang Indonesia,aku lahir di Indonesia,aku tinggal di Indonesia dan aku hidup di Indonesia!Kenapa kalian beda-bedain orang kayak gini sih!”ucapnya sambil menahan air mata yang sudah menumpuk di matanya.
“Aku gak boleh nangis,aku harus keliatan kuat,aku gak boleh lemah.Aku pasti bisa!”ucapnya dalam hati menguatkan dirinya sendiri.
“Halah orang Cina mah orang Cina aja kali,gausah sok sok-an lu bawa-bawa nama Indonesia.Lagian ngapain sih orang Cina disini,nyasar lo?”
Kringgg….
“Awas lu ngelapor-lapor.”ancam salah satu dari mereka lalu mereka pun masuk ke kelasnya.
Mentari pun masuk ke kelasnya lagi.Saat pulang ia ditanya oleh Fella kenapa lututnya terluka,ia hanya menjawab terlalu asik bermain hingga terjatuh.Untungnya Fella percaya kepadanya dan langsung mengobati lukanya.Sejak saat itu Mentari tidak pernah keluar saat istirahat.Jika pulang,ia akan langsung pulang dan sesekali jika ada mereka ia akan meminta tolong bu Manda untuk menemaninya ke gerbang sekolah,lalu ia lari sekencang mungkin saat bu Manda sudah masuk.
Tetapi hari ini,ia memberanikan diri untuk melaporkan mereka ke bu Manda.Ia tak ingin selamanya dikelilingi rasa takut jika di sekolah.
“Bu,aku boleh ngomong gak?”tanyanya pelan.
“Eh Mentari,sini,kamu mau ngomong apa?”
Mentari pun mendekat,
“Jadi beberapa hari yang lalu aku dikata-katain cina kaleng,terus juga aku didorong dan diancem gak boleh ngelapor.”ucapnya.
“Coba tunjukin sama ibu yang mana orangnya,nanti ibu marahin.Ibu pastiin abis ini kamu gak bakal diganggu lagi kok sama mereka,kamu tenang aja ya,ok?”
“Oke bu,makasih ya mau bantu aku.”
“Sama-sama sayang,itu udah jadi kewajiban ibu pokoknya.”
Saat pulang sekolah,Mentari menunjukan orang-orang yang mengganggunya beberapa hari yang lalu.Bu Manda langsung memarahi mereka dan memanggil orang tua mereka.Keesokan harinya,mereka pun meminta maaf pada Mentari dan langsung dimaafkan.Sejak saat itu ia tak pernah diganggu lagi,tetapi jika tak sengaja bertemu mereka terus menatapnya dengan tatapan sinis.
“Sudah mulai ya?Sudah mulaikah penderitaan di hidupku?Baru permulaannya saja…rasanya sangat berat.Apa aku bisa melewatinya?”
-Mentari-
BAB 4
Entah mengapa,rasanya semua orang berubah.Floren mulai tak bisa mengontrol emosinya kadang memukul Mentari. Arya yang pusing dengan sikap Floren juga sering kali melampiaskannya ke Mentari.
“MENTARI! Cepetan nyapunya,abis ini sekalian ngepel. ARYA! Udah belom cuci piringnya,cepetan.”teriak Floren sambil mencubit Mentari dan Arya kesal.
“Iya ma,ini udah selesai kok. Baru mau ngepel.”
“Iya ma, ini udah tinggal dikit lagii.”
Saat sudah malam, Mentari sering kali disuruh Floren untuk memijatnya.Saat sudah selesai, Mentari pun keluar untuk mengerjakan tugas karena lampu kamar sudah dimatikan oleh Floren yang mau tidur.
Hari ini Mentari dijemput oleh Arya karena Floren masih bekerja. Sudah menjadi rutinitas Mentari untuk tidur siang. Tetapi entah mengapa siang ini ia tak mengantuk. Arya yang kesal pun memoles minyak angin di sekitar mata Mentari. Arya tak ingin ia dimarahi oleh Floren karena tak bisa mengurus Mentari.
“Pedes ko..”ucapnya sambil menahan perih disekitar matanya.Bahkan kini matanya pun ikut terasa perih.
“Makanya tidur,dibilangin gak denger sih.” Arya pun langsung lanjut bermain game di hp nya sambil menunggu Mentari tidur.
Sudah malam tetapi Floren masih belum pulang,ia sibuk mengurus pekerjaannya yang menumpuk karena ia sering izin. Arya sudah memasak untuk makan sore,tetapi ia tidak suka.Rasanya sangat tawar dan tidak enak. Arya yang kesal karena Mentari tidak mau makan mencubit Mentari. Mentari akhirnya berlari ke tetangga dan izin untuk menumpang.Ia sangat takut,bahkan rasa sakit di kulitnya tak sebesar rasa takutnya. Untung saja tetangganya memberikan izin.
“Mentari, kamu ngapain disini, mama cariin kok gak ada dirumah, tau nya disini. Ayok kita pulang ya.”ucap Floren.
“Bu, makasih ya udah jagain Mentari.”
“Iya sama-sama Flo.”ucap tetangganya.
Mentari kira Floren akan mengerti kenapa ia sampai ke rumah tetangga,tetapi tidak. Ia malah dimarahi habis-habisan.
“Kamu ini ngapain sih ke tetangga segala.Bikin repot aja tau gak!”teriak Floren kesal sambil memukul Mentari.
“Maaf ma.”ucap Mentar pelan.
Floren pun tak membalas ucapan Mentari,ia langsung mandi dan tidur. Mentari pun hanya diam dan mengerjakan PR nya. Setelah itu ia menyusul Floren untuk tidur.
*
Keesokan paginya keadaan sudah mulai normal,emosi Floren sudah reda.Mentari pun bersikap seperti biasa,tetapi ada sedikit rasa takut dalam dirinya.Wajar saja, Floren yang biasanya lembut kepadanya,sekarang tak segan untuk kasar dan menyiksa fisiknya. Ia berharap agar hidupnya sama seperti dulu,tetapi itu tidak mungkin.Entah hal apalagi yang akan terjadi pada dirinya, mungkin hanya Tuhan yang tau.
Mentari sudah sampai di sekolahnya dan belajar seperti biasanya.Setelah bel istirahat ia pun pergi ke kantin untuk membeli jajanan.Meskipun sekarang sudah kelas 2, Mentari masih tidak mempunyai teman akrab. Mentari yang tidak terlalu mempermasalahkan jika ia tidak mempunyai teman akrab dan teman sekelasnya yang tidak memperdulikan Mentari. Jadilah ia selalu sendirian di sekolahnya. Suasana kantin lumayan ramai saat ini.
"Woi,cina kaleng!"teriak salah satu siswa.Siswa itu merupakan teman seangkatannya,tetapi beda kelas.
Mentari pun diam, ia tau teriakan itu untuknya.Ia sangat kesal,ia benci perkataan itu. Tetapi ia langsung berjalan tanpa memperdulikannya,ia tak mau mencari masalah. Setelah selesai membeli jajanan di kantin,ia pun menuju kelasnya.
"Cina kaleng apa babi guling yaa??!"ucap siswa itu lagi seolah olah sedang bertanya kepada temannya.
Mentari yang mendengar itu sangat kesal, tetapi lagi-lagi ia hanya cuek.Ia malas untuk meladeninya, karena jika ia balas,maka mereka hanya akan menjadi-jadi.
Hampir setiap hari Mentari mendengar perkataan-perkataan yang mengejeknya,tetapi ia abaikan karena merasa tidak perlu meladeninya. Ia kira mereka akan lelah sendiri karena ejekannya tidak ia pedulikan,tetapi mereka malah semakin sering mengejeknya,bahkan tak jarang mereka membully fisik Mentari juga.
Mentari sempat melaporkan mereka kepada wali kelasnya yang baru,tetapi tidak ada tanggapan dari wali kelasnya itu. Akhir-akhir ini Mentari sering izin sakit,saat dibangunkan oleh Floren,ia akan mengeluh kepala nya pusing atau maag nya kambuh. Maag nya sering kambuh akhir-akhir ini karena ia tidak pernah ke kantin lagi saat jam istirahat dan pusing di kepalanya karena maag nya yang lumayan parah.
Sebenarnya ia masih bisa menahan sakit di kepala dan perutnya, tetapi ia menggunakkan kesempatan itu untuk izin sekolah.Ia sudah sangat kesal diganggu terus menerus. Floren pun merawat Mentari dengan baik, tapi itu hanya awalnya saja. Floren lama-lama kesal karena Mentari yang dikit-dikit mengeluh sakit dan mengira Mentari sangat lemah karena cuma sakit maag saja tidak masuk sekolah.
"Kalo dirasain sakitnya, ya malah jadi sakit. Udah gausah rasain sakitnya,nanti juga pasti ilang sendiri. " itulah perkataan yang sering Floren ucapkan kepada Mentari.
Floren tidak tau bahwa sakit yang dirasakan Mentari lebih dari yang ia lihat,tetapi ia paksakan untuk terlihat baik-baik saja. Ia ingin menjadi anak yang kuat dan mandiri. Ia tidak ingin merepotkan siapapun.Ia harus sadar diri,ia dari keluarga yang pas-pas an. Ia tidak bisa begini terus.
Mentari pun mulai bertekad untuk berubah,ia tidak ingin menjadi pengecut.
"Mulai sekarang,apapun yang mereka lakukan ke aku,aku lakukan ke mereka." tekad Mentari.
“Hai,Mentari yang baru akan datang J”
BAB 5
"Mentari,bangun udah pagi."ucap Floren.
"Enghhh,ia ma."ucap Mentari sambil meregangkan badannya.
"Kamu sekolah gak hari ini?" tanya Floren.
"Sekolah dong ma."balasnya.
"Tumben,biasanya udah ngeluh sakit pagi-pagi."ucap Floren dengan heran.
"Kan sekarang udah enggak." balasnya sambil tersenyum.
"Nah gini baru anak mama." ucap Floren sambil mengelus kepala Mentari.
"Aku harus jadi anak baik dulu ya biar jadi anak mama?" ucapnya sedih dalam hati.
*
"Oii,cina kaleng." kata-kata yang sering Mentari dengar akhir-akhir ini.
Setiap harinya,pasti ada saja yang mengganggu Mentari.Ia pun akhirnya memantapkan diri untuk melawan mereka.Percuma saja ia berdiam diri,bukannya mereka lelah sendiri malah mereka malah semakin gencar mengganggunya.
“Kamu manggil aku?”tanya Mentari.
“Wih nyadar juga lo?” dengan nada yang seakan-akan menantang Mentari.
“Kalo aku cina kaleng kamu apa Aldo?” ya,namanya Aldo.Mentari juga baru tau akhir-akhir ini setelah ia mencari taunya.
“Hah?Apasih lo gak jelas banget cih!Kemana aja lo gak masuk terus,takut?”
Mentari menghela nafasnya dalam.Baru permulaannya saja ia sudah ingin sekali menjambak rambut Aldo.
“Takut?Sama lu?Dih,emangnya lu Tuhan harus gw takutin?Kalo lu Tuhan,baru gw takut sama lu.Tapiii,sayangnya lu cuma manusia biasa.Atauuuu manusia sampah ya?”balas Mentari yang mulai menggunakan bahasa tidak sopan.
“Ngapain juga aku harus sopan sama dia,dia aja gak sopan sama aku”pikir Mentari.
“Ohhh mulai berani ya lo sama gw!”ucap Aldo marah.
“Kan dari awal gw udah bilang,kalo lu Tuhan,baru gw takut sama lu!”
Aldo yang amarahnya naik pun mulai mendorong Mentari,orang-orang yang melihatnya hanya diam saja,tidak ada niat untuk memisahkan keduanya.
“Apaansih kamu dorong-dorong!”teriak Mentari kesal.
“Halah kalo gak biasa ngomong gw-elo gak usah sok-sok an deh lo.”ucap Aldo meremehkan.
“Siapa lu ngurusin hidup gw hah?” balasnya.
“Halah,cina kaleng…cina kaleng.Lo tuh udah cina gak usah sok-sok an deh disini.Sekarang udah gak ada Bu Manda,lo mau ngelaporin gw ke siapa?Emang ada yang mau ngeladenin lo disini hah?”balas Aldo panjang lebar.
Mentari yang mendengar itu sedikit ketakutan,tapi ia sudah meyakinkan hatinya bahwa ia tak akan kalah kali ini.
“Emang di dunia ini isinya cuma murid SD Negeri 1 doang?Masih banyak orang yang bisa ngebela gw!”
Aldo langsung mendorong Mentari,tetapi gagal karena Mentari melawannya.Meskipun tenaga Mentari tak sebesar Aldo,tetapi tenaga Mentari bisa dibilang kuat.
Aldo pun terus berusaha mendorong dan memukul Mentari,tetapi Mentari terus melawannya.Sampai Mentari sudah mulai lelah dan
”Bugh” “AWWW” suara itu terdengar bersamaan.
“Aku lelah dengan semua ini.”
-Mentari-
BAB 6
Mentari yang sudah kelelahan meladeni Aldo pun lengah, ia langsung didorong dengan keras oleh Aldo. Saat ia bangun, ia didorong lagi ke arah bangku.
Lalu Mentari pun mengumpulkan tenaganya dan
“Bugh”
Mentari menonjok wajah Aldo, hidung Aldo tertonjok oleh Mentari dan Aldo menangis. Mentari tertawa dalam hati, ia sangat senang bisa membalas perbuatan Aldo. Ia sejenak melupakan sakit di punggungnya yang terpentok bangku dan jarinya yang tertusuk paku di bangku tersebut.
Akibat kejadian tersebut orangtua Aldo dan Mentari dipanggil ke sekolah. Mentari pun mulai menceritakan yang dialaminya, tetapi Aldo malah seolah-olah membalikan keadaan.Anehnya lagi, semua guru seolah-olah membela Aldo. Floren yang malas meladeninya pun langsung meminta maaf dan langsung menyuruh Mentari untuk meminta maaf juga.
“Maafin Mentari ya bu,namanya juga masih anak-anak,Mentari minta maaf sana sama temennya.”ucap Floren.
Mentari pun menggeleng tidak mau.Melihat itu pun Floren melotot dan langsung mencubit paha Mentari.Dengan tidak ikhlas pun Mentari meminta maaf ke Aldo.
“Maaf ya Aldo.”sambil mengulurkan tangannya.
“Iya lain kali jangan diulangin lagi ya.”ucap Aldo puas.
Mentari pun hanya mengangguk.
*
Saat sampai di rumah,Floren memanggil tukang urut untuk mengurut punggung Mentari.
“Haduhhh, ini kenapa punggungnya sampe memar gini.”tanya ibu urut itu.
“Biasalah bu, berantem sama temennya”ucap Floren
Mentari pun diurut tangan dan punggungnya.Setelah itu luka di jarinya yang terkena paku Floren bersihkan.
Daritadi Floren dan Mentari tidak ada yang mulai percakapan, hingga akhirnya Mentari memulai percakapan.
“Ma,mama kok gak bela aku sih?Mama tau kan aku gak salah?”tanya Mentari.
Floren diam sejenak sebelum membalas pertanyaan Mentari.
“Mama tau dia yang mulai duluan, tapi kamu gak usah ladenin. Kamu ngapain sih ladenin segala?”
Mentari diam tak percaya apa yang barusan dikatakan Floren.
“Ma….,mama kira aku kurang kerjaan ngeladenin dia? Aku capek ma hampir tiap hari dia gangguin aku, dia ngatain aku cina kaleng lah, babi guling lah. Aku udah gak ngeladenin dia, tapi dia makin jadi. Dia dorong aku bahkan nonjok aku. Aku cuma ngebela diri aku, emang aku salah ya ma?” ucap Mentari menahan tangisnya.
“Kamu tau gak kenapa guru-guru tadi bela Aldo? Karena orangtuanya Aldo itu orang kaya! Mama tuh khawatir sama kamu, kamu cewe terus kamu sekolah di negeri. Orang tua mana yang gak khawatir coba? Mama capek, mama tidur duluan ya” ucap Floren mengalihkan pembicaraan.
Mentari hanya diam,di pipinya sudah mengalir air mata. Ia jarang menangis,bahkan saat tadi disekolah ia disiksa secara fisikpun ia tak menangis. Tapi, Mentari lemah kalau soal mental.Ia sudah lelah.
“Memang kenapa kalau Aldo anak orang kaya? Kenapa mereka ngebela yang salah. Kata mama, kalo aku gak salah aku gak usah takut. Aku gak salah tapi kenapa malah aku yang seolah-olah bersalah. Emang kalo orang kaya bisa berlaku sesukanya ya? Aku cuma mau ngebela diri aku sendiri, apa aku salah?Bahkan mama aja belum jawab pertanyaan aku.” ucap Mentari kepada tembok disebelahnya. Air matanya sudah membasahi pipinya. Ia rindu kasih sayang yang ia dapat dulu.
“Bahkan Tuhan pun tak mengizinkan ku bahagia?”
-Mentari-
BAB 7
Keadaan Mentari tidak terlalu berubah, ia masih sering dibully dan sering dititipkan ke Fella. Malam ini, ia disuruh Floren untuk ke tempat poponya bersama Arya. Ia pun sudah bersiap-siap bertemu Anna. Ia sangat merindukan Anna.
“Bangun,udah sampe” ucap Arya sambil membangunkan Mentari.
“Eunghh,kok bukan dirumah popo?” tanya Mentari saat melihat tempat yang asing baginya.
“Udah turun aja cepetan” ucap Arya tak sabaran.
“Iya iya, sabar.”
Saat sudah turun ia hanya mengikuti langkah kaki Arya yang tak tau kemana. Saat sudah sampai, tiba-tiba tubuhnya lemas, ia tau tempat apa ini.
“Rumah Duka”
Ia tak bodoh untuk mengerti apa yang terjadi. Ia masih terkejut dengan apa yang dilihatnya. Ia mengarah ke peti, ia melihat Anna yang tertidur di dalam peti itu. Air matanya mengalir sacara tidak sadar.
Floren yang baru keluar kamar pun langsung memeluk Mentari, ia melihat Mentari yang menangis tepat dihadapan Anna.
“Sayangg, udah ya jangan sedih.”ucap Floren menenangkan Mentari.
“Iya ma, Mentari gak sedih kok.” ucapnya dengan memasang senyum di wajahnya.
Floren hanya diam saja, ia tau Mentari pasti sangat sedih, tetapi masih bisa tersenyum.
“Yaudah mama tidur duluan ya, kamu jangan tidur malem-malem.” Ucap Floren.
“Iya ma.”
Nyatanya sudah tengah malam dan Mentari masih berada di tempat yang sama.
“Popo kenapa ninggalin aku. Nanti siapa lagi dong yang nemenin aku. Aku sendirian lagi? Mama galak popo, aku takut. Hati aku akan selalu punya tempat sendiri untuk popo, dan itu gak akan tergantikan. Aku sayang popo. Popo pasti disana seneng, karena popo udah gak sakit lagi, pasti disitu banyak temen kan? Pasti popo banyak banget temennya, kan popo baik. Popo adalah orang terbaik yang pernah aku temuin, aku yakin gak ada orang lain sebaik popo. Semoga popo bahagia ya...Kalo popo bahagia, aku pasti akan bahagia.”
Air mata Mentari sudah mengalir deras. Ia menghapus air matanya, lalu ia ke kamar dan tidur.
Hari ini adalah hari pemakaman Anna. Cuaca langit sangat cerah, tetapi tidak panas. Dari awal sampai akhir pemakaman, Mentari tak banyak bicara, ia hanya diam saja. Hingga tak terasa pemakaman sudah selesai, ia juga ikut mendoakan Anna.
Tak terasa malam sudah tiba, Mentari pun bersiap-siap untuk tidur. Setelah sikat gigi ia langsung tidur.
Ia melihat banyak orang yang sedang mengitari sesuatu sambil memegang dupa. Lalu ia yang bingung bertanya kepada orang disebelahnya.
“Ibu, ini kita ngapain ya, kok rame banget?”
“Ini kita lagi ngedoain popo kamu sayang” Jawab ibu itu.
Mentari pun terkejut mendengarnya, ia melihat sekelilingnya ada sekitar seribu orang.
“Bangun Mentari, udah pagi!” Teriak Floren.
Mentari terbangun dan terdiam.
“Cuma mimpi ternyata.” Ucapnya dalam hati.
“Baru ditinggal sebentar aja,aku udah rindu sama popo.Aku pasti bakal bikin popo bangga,aku janji.Aku bakal jadi anak yang baik dan pinter.Popo baik-baik ya disana,aku juga bakal baik-baik disini.”
“Kalau semuanya baik.”
-Mentari-
BAB 8
Mentari saat ini sudah sekolah seperti biasanya.Namun ia kembali seperti dulu,sering izin dengan alasan sakit sehingga prestasinya menurun. Tapi ia tetap masuk 5 besar. Hal itu berlangsung hingga ia kelas 6. Saat diadakan try out pertama, ia mendapatkan juara 1 dalam angkatannya. Semua orang heran karena yang biasanya ranking 1 saja berada di urutan kedua. Hingga try out berikutnya pun selalu Mentari yang juara 1.
Hingga UN pun akan tiba, Mentari belajar lebih giat lagi. Saat mengerjakan UN ia melihat teman-temannya sedang mengoper kertas dan ia baru tau kalau kertas itu adalah kunci jawaban yang didapat langsung dari guru. Semua orang boleh melihat kunci jawaban itu, asal tidak ketahuan oleh pengawas.
“Mentari” Bisik teman disampingnya.
Mentari pun mengambil kertas itu, ia terdiam sebentar.
“Gak, aku gak boleh curang.Biarin aja mereka curang, aku gak boleh ikutin mereka” Ucapnya dalam hati.
Ia pun langsung mengoper kertas itu kepada teman sebelahnya.
*
UN pun sudah selesai, semua murid kelas 6 sudah libur. Mentari tidak menyia-nyiakan waktu liburnya. Ia memutuskan untuk berjualan kue keliling. Keuntungan yang didapatkannya sebagian ia berikan kepada Floren dan ia hanya mengambil sekitar 20% dari keuntungannya. Kadang ia mentraktir Floren dan Arya makanan.
Tak hanya berjualan kue, ia juga belajar membuat slime. Karena saat itu slime sedang populer. Tetapi masalahnya pewarna yang ia butuhkan banyak dan harganya lumayan mahal. Ia pun berfikir bagaimana gantinya. Dan bukan Mentari namanya kalau tidak cerdas. Ia menggunakan tinta spidol untuk mewarnai slime nya. Hanya dengan 10 ribu ia bisa mendapat banyak warna.
Jualan nya pun laku keras, dalam satu bulan ia mendapat untung sekitar 100 ribu. Disaat teman-temannya menghabiskan liburan dengan menghabiskan uang, Mentari liburan dengan menghasilkan uang.
Hari ini pembagian SKHU, ia dan Floren sudah bersiap-siap. Dan ya, Mentari mendapat juara 1. Ia sangat bangga pada dirinya karena ia bisa tanpa menyontek. Temannya yang biasa sombong karena selalu mendapat ranking 1 mendapatkan nilai rata-rata 77 dan Mentari mendapat nilai 83. Pada zaman itu, nilai 83 terbilang cukup besar.
Floren mulai menyiapkan surat-surat untuk Mentari daftar ke sekolah barunya. Floren tak menyangka kalau Mentari bisa mendapat nilai bagus, padahal ia sering izin sekolah dan ketinggalan pelajaran.
Mentari berhasil diterima di SMPN 2, sekolahnya termasuk sekolah negri unggulan. Ada sekitar 5 temannya juga yang diterima disitu, tetapi lewat jalur billing.
Hari ini Mentari akan menuju sekolahnya untuk melaksanakan MPLS. Mulai dari kepala sekolah memberi sambutan hingga kakak OSIS memperkenalkan diri. Dilanjutkan dengan berkeliling sekolah dan ada games dari OSIS. Para peserta MPLS harus meminta TTD para guru dan anggota OSIS. Setelah itu mereka dibagi kelas dan mulai membersihkan kelasnya masing-masing. Mentari mendapat kelas 7B.
Hari ini hari yang sangat menyenangkan bagi Mentari. Ia mendapat teman dan masih banyak lagi. Ia tadi baru berkenalan dengan teman sebangkunya, namanya Caca.Caca lumayan asik dan baik. Ia pun memilih eskul basket dan ikut OSIS.
“Popo pasti seneng,aku dapet juara 1.Terus aku juga jujur karena aku mau kayak popo,aku mau jadi orang yang baik.Oh iya,aku juga punya temen baru,namanya Caca.Aku juga ikut eskul basket sama OSIS.Hari ini aku bahagia banget,semoga kedepannya aku tetep bahagia.”
-Mentari-
BAB 9
Pagi ini Mentari sangat semangat untuk sekolah.
“Mamaa, ayo berangkat.” Ucap Mentari.
“Iyaa sabar,semangat amat sih.” Jawab Floren.
“Hehe, mama tau aja.” Ucapnya ceria.
Saat sudah sampai disekolah ia pun menyapa Caca.
“Pagi Caca” Sapa Mentari sambil tersenyum.
“Pagi juga Mentari” Balas Caca.
Hari ini mereka sudah mulai belajar. Walaupun belum ada buku tetapi beberapa guru sudah mulai membahas materi. Semuanya berjalan lancar bagi Mentari. Setidaknya ia tidak disekolah yang sama dengan Aldo, orang yang suka membullynya.
Bel pulang sudah berbunyi,mereka semua bersiap-siap untuk berdoa dan pulang.
“Cinaaa!!!” Teriak seseorang kepada Mentari.
Baru saja ia bersyukur karena bisa belajar dengan tenang, tetapi ada saja yang mengganggunya. Seperti biasanya, Mentari tidak peduli dan mengabaikannya. Tetapi semakin lama,orang itu semakin sering mengganggunya.
*
“Permisi pak, saya mau laporin salah satu murid bapak. Dia suka manggil saya dengan sebutan “Cina”. Saya gatau namanya, cuma saya inget orangnya yang mana dan saya tau dia anak murid bapak” Ucap Mentari menjelaskan.
“Ohhh, ayo sini ikut bapak. Tunjukkin orangnya yang mana” Ucap Pak Bambang, wali kelas 7C.
Mentari mengikuti langkah Pak Bambang menuju kelas 7C. Kelas yang tadinya ribut pun menjadi hening.
“Coba tunjuk yang mana orangnya” Ucap Pak Bambang.
“Yang itu pak” Ucap Mentari sambil menunjuk orang yang akhir-akhir ini mengganggunya.
“OHHH, ILHAM SINI KAMU!!” Teriak Pak Bambang.
Ilham pun maju dengan perasaan takut.
“Kenapa ya pak?” Tanya Ilham.
“Kamu ini kenapa-kenapa. Kamu manggil dia cina ya? Ngaku kamuu hah” Ucap Pak Bambang dengan tidak santai.
“I...iya pak.” Balas Ilham dengan gugup.
“Kenapa kamu manggil dia cina?” Tanya Pak Bambang.
“Ya kan emang dia cina pak.” Balas Ilham.
“Ohhh berarti bapak manggil kamu bencong boleh dong? Kan kamu bencong beraninya sama cewek, mulutnya lembek.” Sarkas Pak Bambang.
“Ya gak gitu dong pak” Balas Ilham.
“Udah gak usah bela diri terus, minta maaf kamu sama dia. Kalo bapak tau kamu ganggu dia lagi, bapak panggil orang tua kamu.” Ucap Pak Bambang final.
“Iya pak. Gw minta maaf ya.” Ucap Ilham sambil mengulurkan tangannya.
“Iya dimaafin kok, lain kali jangan gitu lagi ya.” Ucap Mentari.
“Nah gini kan enak, damai.” Ucap Pak Bambang.
“Iya pak, makasih ya pak udah bantu saya.” Ucap Mentari.
“Iya sama-sama, udah kewajiban saya kok sebagai guru. Nanti kalo ada yang ganggu, lapor bapak aja ya. Yaudah bapak duluan ya” Ucap Pak Bambang.
Mentari merasa sangat beruntung. Di sekolahnya dulu, ia tak pernah dianggap oleh guru maupun temannya. Tetapi disini ia memilikki teman yang baik dan guru yang perhatian.
“Aku beruntung banget,walaupun salah yang datang. Kalau aku kuat dan melewatinya,aku percaya pasti bakal ada hal baik yang datang.”
-Mentari-
BAB 10
“Eh kamu tau gak sih, di kelas kita ada yang kembar tau. Dua-duanya cowo, yang kakak namanya Daffi dipanggil abang, yang adek namanya Daffa dipanggil adek.” Ucap Caca.
“Hah, serius? Aku baru tau, emang orangnya yang mana sih?” Tanya Mentari penasaran.
“Ini yang depan kita adeknya, yang diujung abangnya.” Tunjuk Caca.
“Cara bedain nya gimana emang? Keliatannya sama aja.” Bingung Mentari.
“Ihhh beda tau, coba aja kamu perhatiin wajahnya.” Ucap Caca.
Mentari pun memperhatikan wajah mereka berdua. Disaat ia memperhatikan wajah abang, tak sengaja abang pun sedang menoleh kepadanya.
Degg..
Jantung Mentari berdetak lebih cepat.
“Perasaan apa ini, kok aneh?” Tanya Mentari dalam hati.
Mentari pun langsung menoleh kearah lain, jantungnya tak bisa ia kontrol. Ia tak bodoh untuk mengerti apa yang sedang terjadi padanya.
Jatuh cinta.
Mentari sadar ia jatuh cinta pada pandangan pertama. Tetapi ia hanya akan mengagumi nya saja, ia sudah berjanji bahwa ia akan belajar dengan serius dan tidak akan pacaran sebelum lulus SMK.
“Hai kenalin nama gw Daffa, nama lo siapa?” Ucap Daffa sambil mengulurkan tangannya.
“Hai, nama aku Mentari.” Ucap Mentari sambil membalas uluran tangan Daffa.
Dari perkenalan itu, Mentari dan Daffa mulai akrab. Aneh memang, Mentari suka sama Daffi tetapi akrabnya dengan Daffa. Mentari sengaja menjaga jarak dengan Daffi, ia tak ingin terlalu dekat dengannya. Entah apa yang dipikirkan oleh Mentari, padahal ia bisa saja dekat dengan Daffi.
*
Hari ini adalah hari ulang tahun Mentari. Jika biasanya orang lain akan bahagia dan semangat di hari ulang tahunnya, berbeda dengan Mentari. Ia tak terlalu memperdulikan ulang tahunnya. Kadang Mentari iri dengan teman-temannya yang diperlakukan spesial dihari ulang tahunnya, sedangkan Mentari tidak pernah dispesialkan.
Malam ini Mentari, Floren dan Arya pergi keluar untuk makan bersama. Biasanya jika ada yang ulang tahun maka mereka akan keluar dan makan bersama, itu sudah menjadi rutinitas keluarganya. Setelah selesai mereka memutuskan untuk langsung pulang. Mentari pun langsung duduk di ruang tengah dan menyalakan TV untuk menonton, tetapi Arya malah merebut remote TV dan mengganti saluran TV nya.
“Ihhh,koko jangan diganti,aku kan mau nonton.” Rengek Mentari.
“Gw juga mau nonton.” Ketus Arya.
“MAMAA!!Koko nya ambil remote TV,padahalkan aku duluan.” Adu Mentari.
“Udahlah masalah TV doang jangan bikin pusing, biarin lah koko nonton dulu,nanti gantian.” Ucap Floren.
Mentari hanya diam dan cemberut.
“Padahal hari ini aku ulang tahun, kenapa mama gak biarin aku nonton duluan. Selalu aja koko yang mama bela terus, aku ngerasa kayak anak pungut aja.” Ucap Mentari dalam hati.
*
Masa SMP Mentari berjalan seperti biasanya, ia tak pernah diganggu lagi. Ia bahkan rajin mengikuti eskulnya dan kegiatan OSIS. Tak terasa sebentar lagi ia akan lulus dan sampai saat ini ia masih menaruh hati pada Daffi.
Kegiatan belajar Mentari pun berjalan lancar, ia tak terlalu susah untuk menguasai materi yang dijelaskan oleh gurunya. Ia pun masih berteman baik dengan Caca sampai saat ini.
Akhir-akhir ini Mentari belajar lebih giat lagi karena sebentar lagi ia akan melaksanakan Ujian Nasional. Setiap malam ia mengerjakan latihan-latihan soal Ujian Nasional. Bahkan ia juga sering kurang tidur. Akhir-akhir ini ia sering merasakan sakit di kepalanya dan tubuhnya sering merasa lemas.
Tak terasa besok Mentari akan melaksanakan Ujian. Saat ini ia belajar dengan tenang, Floren dan Arya sedang pergi untuk mengurus sesuatu jadilah ia sendirian di rumah.
*
“MENTARIIII!!!” teriak Floren saat melihat Mentari sudah tergeletak di lantai dan berlumuran darah.
“Aryaaa, cepetan anter Mentari ke UGD!!”
Floren dan Arya pun mengantarkan Mentari ke UGD, sesampainya disana Mentari langsung ditangani.
“Maaf ibu,ibu bisa mendaftarkan pasien terlebih dahulu untuk tindakan selanjutnya.” Ucap dokter yang menangani Mentari.
Floren segera mendaftarkan Mentari, Floren yang baru pulang bertanya-tanya apa yang terjadi pada Mentari.
*
“Pukul 22.08,catat waktu kematiannya.”
“Baik dok.”
*
“Permisi,apa benar ibu keluarga dari saudara Mentari?”
“Iya benar.”
“Saya ingin memberitahukan,bahwa saudara Mentari...maaf..baru saja meninggal tadi pukul 22.08. Kami dari pihak rumah sakit turut berduka cita bu.”
Floren yang mendengar itu sangat shock, air matanya tak terasa sudah menetes.
“Dugaan awalnya dikarenakan beliau bunuh diri. Tidak ada luka lain selain luka tusukan pisau itu,tidak ada juga luka-luka yang disebabkan pemberontakan. Dari data rumah sakit, almarhum Mentari pernah beberapa kali mendaftar disini ke bagian psikiater. Mungkin almarhum memiliki masalah yang berat.”
Floren hanya mendengarkan dengan tatapan kosong.
“Hai popo,kita ketemu lagi. Aku kangen banget sama popo. Untuk mama, aku sayangggg banget sama mama, walaupun kadang aku suka berpikir, mama sebenarnya sayang gak sih sama aku.”
-Mentari-
“Maaf ya kematian aku jadi misteri, karena itu yang aku inginkan. Cerita ini, belum bisa menceritakan masalah-masalah aku yang sangaaat banyak. Dan mungkin ada beberapa cerita, yang aku gak ceritakan disini. Bukan karena gak cukup aku ceritain disini,tapi karena aku pengen mengubur masalah itu. Mungkin berat,tapi aku pasti bisa.”
“Buat kalian yang mungkin punya masalah juga,tetep semangat ya. Semua pasti akan berlalu.”
- Salam sayang Mentari untuk kalian semua.
Untuk Mentari anakku tersayang ;
“Mama mungkin belum menjadi mama yang baik buat kamu. Tapi percaya sama mama,mama udah anggep kamu kayak anak kandung mama.Pasti kamu kaget ya, bener kok kamu bukan anak kandung mama.”
“Dulu, mama divonis gak bisa punya anak lagi. Mama sedihh banget, padahal mama pengen banget punya anak perempuan. Mama akhirnya suka ke panti asuhan,main sama anak-anak panti. Waktu mama lagi jalan keliling panti,mama liat anak kecil di kamar lagi nangis. Mama samperin,terus mama gendong. Disitu mama nangis,mama ngerasa lagi gendong anak mama sendiri. Pulangnya mama langsung minta izin sama papa kamu buat adopsi kamu. Papa kamu setuju dan mama langsung ngomong ke ibu panti. Mama mulai ngurus surat-surat buat adopsi kamu.”
“Oekhhh”
“Disitu mama bahagia banget,akhirnya mama berhasil adopsi kamu, mama ngerasa menjadi orang yang paling bahagia saat itu. Mama bener-bener ngerawat kamu,mama bahkan lupa kalo kamu anak yang mama adopsi”
“Tapi....,mama sadar. Mama sering pilih kasih ke kamu.Mama bukan mama yang baik, mama adalah mama yang paling buruk.Maafin mama ya Mentari. Semoga kamu tenang dan bahagia disana.”
-TAMAT-