Surga Untukmu
Surga Untukmu
Cethrine Gracyana & Michelle Caroline
PROLOG
Suatu tempat dimana banyak tangis sedih dari hati seorang anak, rasa kerinduan yang mendalam, rasa kehilangan orang orang tersayang, suasananya yang ramai namun terasa sepi, tempat itu yang sering disebut dengan panti asuhan. Ada banyak anak yang sedang bermain di dalamnya, ada yang sudah remaja, ada yang sudah dewasa, ada yang masih balita dan ada juga yang masih bayi. Tapi ada satu anak berusia 1 tahun yang hanya diam di tempat tidur bayi dan melihat anak anak lain yang sedang bermain.
*tingtong* suara bel pintu pun berbunyi dan dengan segera ibu Minsuh selaku pemilik panti asuhan pun membukakan pintu dan melihat perempuan menggunakan baju yang tidak megah tetapi rapih dan sopan, berambut pendek, dengan tinggi sekitar 157 cm, badan yang ramping, kulit yang cerah dan bersih, dan dengan raut wajah yang bersinar serta menebarkan senyum yang berbinar, wanita itu tidak sendiri Ia didampingi dengan suaminya yang juga berpakaian rapih senyum lebar dengan memperlihatkan gigi, gaya rambut yang sederhana, dengan tinggi badan sekitar 168 cm, terpancar aura sosok lelaki penyayang, lembut dan hangat. Pasangan itu terlihat sangat serasi dan harmonis, yang dimana dalam hubungan mereka banyak kecocokan serta kasih sayang.
“Halo selamat siang dan selamat datang, ada yang bisa saya bantu?”, tanya ibu Minah sehabis membuka kan pintu.
“Selamat siang bu, apa benar ini panti asuhan anugerah?”, tanya perempuan itu.
“Iya benar ada apa ya bu?”, tanya bu Minsuh dengan raut wajah yang bingung, sepasang kekasih itu pun memberi tahu tujuan mereka datang dipanti asuhan tersebut, dengan segera bu Minsuh sebagai pemilik panti asuhan itu pun mempersilakan sepasang kekasih itu untuk segera masuk dan berbincang bincang didalam.
“Silakan duduk bu, pak”, ucap bu Minsuh sambil mengajak dengan lembut dan diikuti oleh sepasang kekasih itu duduk di sofa bersama.
“Oh iya bu terimakasih, sebelumnya perkenalkan nama saya Yeun Soo dan ini suami saya Kyung Soo”, bu Yeun Soo memperkenalkan dirinya dan suaminya dengan senang hati, sambil berjabat tangan satu sama lain.
“Baik bu, jadi tujuan kalian kesini adalah untuk mengadopsi anak? maaf kalo terkesan tidak sopan saya hanya ingin tahu kenapa kalian memilih mengadopsi anak?”, tanya bu Minsuh dengan penasaran, melihat raut wajah dari pasangan tersebut bu Minsuh pun merasa tidak enak.
“Ah, maaf saya tidak bermaksud jika emang itu alasan pribadi saya tidak masalah, ayo kita bisa langsung masuk ke kamar anak anak”, katanya sambil beranjak dari sofa namun terhenti dengan perkataan dari Kyung Soo suami Yeun Soo.
“Tidak apa ini bukan alasan pribadi, jadi alasan kami memilih mengadopsi anak dari panti asuhan ini disebabkan karena istri saya tidak bisa menghasilkan anak dan saya juga tidak bisa memaksa dia untuk berusaha menghasilkan anak bagi kami berdua, jadi saya menyarankan kepadanya untuk mengadopsi anak saja supaya ketika saya bekerja dia jadi memiliki teman dirumah dan bisa bercanda dengan anaknya sama seperti istri istri lainnya dan dia setuju dengan pendapat saya, maka dari itu kami memilih panti asuhan ini sebagai tempat kami mengadopsi anak”, jawaban pak Kyung Soo dengan detail agar bu Minsuh paham jelas dengan tujuan mereka datang dan mengapa mereka mengadopsi anak. Setelah mendengar cerita tersebut bu Minsuh pun mengajak sepasang kekasih itu berkeliling panti dan bermain dengan anak anak panti tersebut, disana anak anak terlihat sangat ceria dan senang dengan kedatangan Yeun dan Kyung anak anak merasa seperti memiliki orang tua yang lengkap walau hanya dalam waktu sesaat, saat sedang asik bermain dengan anak anak usia balita itu, mata Yeun tertuju pada satu anak yang hanya diam memerhatikan yang lain bermain dan Yeun pun menepuk pundak suaminya dengan memberi isyarat untuk dirinya pergi sebentar, Ia pun berjalan ke arah anak yang dari tadi hanya berdiam diri di atas kasur.
“Halooo anak manis, nama kamu siapa? kok gak ikut main sama yang lainnya?”, tanyanya pada anak itu yang diajaknya berbicara, justru anak itu hanya menunduk dan tidak menjawab pertanyaan Yeun, melihat itu Ia hanya tersenyum dan berpikir bahwa anak itu mungkin malu berinteraksi dengan orang baru.
“Permisi bu Yeun ini daftar identitas anak anak disini bisa ibu lihat untuk memastikan siapa yang ingin ibu adopsi”, Ujar bu Minsuh dengan memberikan berkas yang berisi banyak identitas anak anak di Panti itu serta mempersilahkan Yeun untuk masuk ke dalam ruang tunggu, di dalam sana Yeun menerima berkas tersebut dibuka selembar demi selembar kertas yang ada di dalamnya sampai akhirnya dia menemukan anak yang tadi dia temui, membaca isi identitas anak tersebut memutuskan untuk mengadopsinya.
“Kyung bagaimana jika kita mengadopsi anak ini??”, Tanyanya pada sang suami sambil memperlihatkan data anak tersebut kepadanya, Kyung pun mengambil dan membacanya “Kamu yakin mau adopsi dia?”, Tanya nya ragu kepada sang istri “Yakin emang apa salahnya jika aku memilih untuk mengadopsi anak ini?”, Tanya Yeun balik kepada Kyung karena ia merasa suaminya ragu dengan anak yang dipilihnya, “Ya tidak ada salahnya cuma aku hanya ingin meyakinkan kamu sebelum kita membawa anak untuk pulang kerumah”, Jawab Kyung sambil mengusap helaian rambut Yeun dengan lembut.
“Aku yakin aku ingin merawatnya dan membawanya pulang bersama kita dan kita akan memberikan dia keluarga yang cemara dan juga kasih sayang yang selama ini tidak pernah dia dapatkan, kumohon boleh ya??”, Bujuk Yeun
“Iya sayang semua tergantung keinginan mu jika memang anak ini yang ingin kamu rawat silakan aku tidak akan melarangmu”, Jawab Kyung dengan senyuman lembutnya karena ia tidak ingin melarang atau membatasi apapun itu keinginan Yeun. Mendengar percakapan sepasang suami istri itu bu Minsuh pun tersenyum dan bertanya “Baiklah apakah kalian sudah memiliki keputusan?”, Dijawab dengan anggukan dari kedua pasangan itu dan memberikan berkas tersebut kepada Minsuh, setelah menerimanya Minsuh beranjak dari ruangan tersebut dan pergi ke tempat anak anak yang sedang bermain untuk bertemu dengan anak yang ingin di adopsi oleh Yeun dan Kyung “Ayo Byul sayang ikut ibu ke kamar mu sebentar ya”, anak yang diketahui bernama Byul itu pun langsung digendong oleh ibu pantinya untuk masuk ke kamar, sesampainya di kamar Byul, bu Minsuh memberitahui nya bahwa dia akan di adopsi oleh keluarga baru. Walaupun Byul masih berusia sangat kecil, namun ibu Minsuh tetap menjelaskan kepadanya. Lalu, bu Minsuh segera membereskan baju-bajunya untuk dimasukkan ke dalam tas dan bersiap untuk menemui calon keluarga barunya.
Tok tok tok suara ketukan pintu dari luar ruangan pun terbuka dan menampakan Minsuh bersama Byul (anak yang akan di adopsi) serta dengan satu tas yang dibawanya “Permisi bu Yeun dan pak Kyung perkenalkan ini Byul anak yang ibu dan bapak pilh yang akan ibu dan bapak rawat dengan baik sesuai dengan keputusan ibu dan bapak tadi, saya juga sudah memberitahu kepada Byul meski ia belum dapat mengerti apa yang dibicarakan dan Byul pun merasa sangat senang dapat bergabung dengan keluarga barunya”, kata Minsuh, Yeun dengan senyum lebar menyapa Byul calon anak angkat nya “Halo, ternyata nama kamu byul ya? salam kenal Byul. Nama tante Yeun dan ini suami tante Kyung yang sebentar lagi akan menjadi keluarga baru kamu.”, Byul yang melihat itu hanya tersenyum tanpa membalas kegirangan Yeun yang katanya sebentar lagi akan menjadi keluarga barunya atau bisa dibilang akan menjadi Mama angkatnya.
“Ayo Byul kita pulang kerumah baru kamu dan kita akan menjadi keluarga”, seru Yeun dengan semangat agar Byul tidak merasa canggung bersama dengannya, saat ini mereka sedang berada di depan Panti dan bersiap untuk pulang kerumah saat setelah Yeun dan Kyung berpamitan dengan bu Minsuh ibu Panti yang mengurusnya selama 1 tahun ini “Ayo Byul masuk ke mobil”, Ajak Kyung dengan ramah sambil menggendongnya, ia pun membukaan pintu mobil untuk istrinya dan mengalihkan gendongan kepada Yeun setelah itu pintu ditutup dan Kyung memutari mobil untuk masuk kedalam untuk menyetir pulang. Sebelum melenceng dari sana Kyung membunyikan klaksonnya bertandakan ketiga insan tersebut sudah pulang.
Episode 1
Jalanan kala itu sedang dipenuhi oleh dedaunan yang berjatuhan, dipadui dengan suasana berangin yang menyejukan siapa saja yang terkena hembusannya, namun tidak dengan suasana di dalam mobil. Ketiga insan yang sedang melintasi jalan tersebut, didalamnya sangat sunyi tidak ada sepatah kata pun yang keluar dari lisan ketiganya, hanya terdengar suara lagu yang terputar di dalamnya, perjalanan pun terus berlanjut sampai akhirnya ketiga insan tersebut sampai di depan rumah yang tidak terlalu mewah tapi terlihat elegan dengan cat putih yang membuatnya terlihat rapi dan cantik. Kyung mematikan mesin mobilnya lalu keluar dari mobil diikuti oleh Yeun yang juga sedang menggendong Byul
“Hai nak, kita sudah sampai dirumah baru kamu sekarang” ucap Yeun sembari tersenyum, Byul hanya diam tak bersuara ia melihat sekelilingnya dan benar dia sekarang sudah berada di rumah barunya. Sesampainya di dalam rumah itu terlihat sangat elok dan rapi tidak terlihat ada yang berantakan dan lantainya sangat bersih dan terdapat ruang bermain yang menarik perhatian Byul untuk bermain. Yeun yang sedang menggendongnya pun langsung menuju ke tempat bermain itu, dan mengajak Byul bermain.
“Byul, selamat datang dirumah baru kamu, dan terimakasih sudah mau menjadi bagian dari keluarga ini” Ujarnya dengan senyum yang membuat wanita itu terlihat sangat cantik lalu ia mendekap tubuh mungil Byul. Melihat hal itu hati Kyung merasa sangat hangat karena ia tidak pernah melihat istrinya sebahagia itu sebelumnya, ia pun menghampiri istrinya dan anaknya yang sedang bermain.
Ia pun mengatakan hal yang sama seperti istrinya katakan “Byul terimakasih sudah hadir dihidup kami, terimakasih sudah memberi warna dalam hidup kami, mulai dari hari ini, semoga kamu betah dan selalu sayang sama kami seperti kami sayang kepada kamu. Kami berjanji akan menyayangimu dengan sepenuh hati, dan mulai hari ini kamu bisa panggil kami dengan sebutan Mama dan Papa. Sekali lagi selamat datang dirumah dan dikeluarga kami Byul”.
Hari demi hari kehidupan yang dijalani begitu menyenangkan dan hangat oleh keluarga ini. Mereka selalu bersama-sama dan selalu mesra setiap saatnya. Namun, kebahagian itu tidak selamanya terjalin.
5 Tahun kemudian, tepatnya sesudah ulang tahun Byul tiba, sang ibu dinyatakan meninggal dunia dikarenakan penyakit yang dideritanya selama ini yaitu kanker stadium 4. Sebelum kepergian Yeun, Yeun berpesan kepada anaknya,
“Anak mama sayang, mama sudah merasakan kebahagian didalam hidup mama, yaitu kehadiran kamu dihidup mama. Tidak ada kebahagian yang dapat mama temukan pada hal lainnya. Saat ini mama sedang sakit, dan mungkin jika nanti mama pergi jauh ke atas sana. Kamu harus tetap bertumbuh untuk menjadi anak yang baik dan berbakti kepada papa. Kamu harus jaga papa, temani papa selama masa hidupnya. Terimakasih sudah membuat mama merasa cukup didalam hidup ini dengan kehadiran kamu, terimakasih sudah menjaga mama dan patuh kepada mama. Walaupun mama belum bisa memberikan seluruh kebahagian kepada kamu” pesan Yeun kepada Byul. Respon Byul hanya terdiam sambil menggengam tangan sang ibu.
Lalu, Yeun pun berpesan kepada suaminya “Sayang, terimakasih sudah memberi kesempatan kepada aku untuk menjadi seorang ibu dan juga menjadi seorang istri yang paling bahagia didunia, walaupun aku belum dapat menjadi yang terbaik, namun aku merasa sangat beruntung dapat memiliki kamu sebagai suamiku didalam sisa hidupku ini. Aku meminta maaf jika aku masih belum bisa menjadi seorang istri yang sempurna dihidupmu. Aku juga meminta maaf jika, umur yang diberikan Tuhan kepadaku tidak lama, sehingga aku tidak dapat menemanimu hingga masa pensiunmu tiba, terimakasih sudah menemani aku selama ini dan sudah sayang kepadaku dan juga Byul, aku harap kamu dapat menemukan penggantiku untuk menemanimu dan juga Byul disisa waktu hidupmu. Sekali lagi aku minta maaf jika aku harus pergi secepat itu, aku yakin kamu pasti kuat dan aku akan selalu menemani dirimu dimanapun kamu berada, walaupun kamu tidak dapat melihatku, sungguh aku mencintaimu sayang”. Kyung pun merespon perkataan Yeun dengan rasa yang bercampur aduk. Ia tidak dapat menahan rasa hancur dan sedih didalam dirinya, “Kenapa kamu berbicara seperti itu sayang, aku yakin kamu wanita kuat yang pastinya bisa melewati masa masa ini, Aku percaya Tuhan akan bantu kamu untuk melanjutkan hidup kamu, aku yakin kamu pasti sembuh dan kita akan melanjutkan kehidupan keluarga kecil kita. Kamu harus sembuh, aku tidak mau mendengar kamu berbicara seperti itu”.
Yeun pun merespon kembali perkataan Kyung “Dokter sudah memberitahu kita bahwa penyakitku ini tidak akan membuat bertahan lama dihidup ini. Tidak apa sayang, kamu harus bisa belajar menerima keadaan yang mungkin memang sulit untuk kamu terima. Pada kenyataannya hidupku ini memang tidak lama lagi, penyakit kankerku yang semakin hari semakin memburuk ini membuat hidupku tidak dapat bertahan lama. Aku berpesan kepadamu untuk dapat menjaga Byul dan mendidik Byul menjadi anak baik, aku percaya kamu pasti bisa tanpa fisikku ini, namun aku akan tetap menemanimu dan Byul dari atas sana”.
Setelah mendengar perkataan Yeun, Kyung pun semakin sedih hatinya dan memeluk erat Yeun sambil mengeluarkan linangan air mata, Yeun pun merangkul Byul untuk bergabung dalam pelukannya.
Tak lama dokter pun masuk kedalam ruang Yeun dirawat, “Selamat sore, maaf mengganggu waktunya ya pak, bu, dek, saya akan membawa pasien ke ruang operasi”, ujar dokternya sambil mengajak asistennya bersiap siap. Kyung pun memeluk Byul dan mulai menjauh dari kasur Yeun, setibanya di ruang operasi Kyung dan Byul pun menunggu diluar ruangan sambil berdoa. Disaat mengharukan tersebut, Byul pun bertanya pada Kyung “Pa, Mama kenapa berbicara akan pergi jauh?”, “Mama sedang sakit nak, orang yang sedang sakit jika tidak segera diobati akan memperburuk keadaannya dan bahkan dapat menyebabkan meninggal dunia. Namun mama pasti akan sembuh dan bergabung pulang bersama kita. Kamu jangan khawatir yaa, kita bantu mama doa yaa”, jawab Kyung dengan meyakinkan hati Byul.
Malam tiba, Byul yang kelelahan menunggu mamanya didepan ruang operasi pun mulai mengantuk, Kyung yang melihat hal tersebut pun langsung sigap dan dengan cepat menyuruh anaknya untuk tidur di kursi panjang rumah sakit, tetapi sebelum Byul tertidur, ayahnya menyuruh ia memakan roti terlebih dahulu agar perutnya terisi makanan. Byul pun memakan roti yang diberikan oleh ayahnya itu, setelah memakan roti ia pun minum dan bersiap untuk tidur. Disaat Byul tertidur, Kyung terpikirkan oleh suatu hal yang membebani isi kepalanya.
Kyung bingung harus membayar biaya administrasi rumah sakit dengan apa, karna permasalahan dipekerjakannya yang membuatnya mengundurkan diri dan masalah isterinya yang sedang sakit. Ia mencari kepala rumah sakit Cahaya Surga, saat bertemu dengan kepala rumah sakit tersebut, ia pun mulai bernegosiasi dan memohon pertolongan. Ia meminta agar dapat mencicil pembayaran biaya rawat istrinya, dengan banyak pertimbangan kepala rumah sakit ini pun berfikir bahwa Kyung bukanlah siapa siapanya, namun ia tersentuh ketika melihat Byul yang tertidur lulang dikursi rumah sakit. Hati pak Sehun itupun mulai tergerak untuk membantunya, namun pak Sehun memberikan penawaran untuk Kyung “Pak Kyung, tadi saya mendengar kamu tidak bekerja, lantas bagaimana kamu akan membayar cicilan rumah sakit ini?? Dengan meminjam uang kesana kemari?? Itu akan membuat hidupmu jauh lebih susah. Bagaimana jika kamu bergabung dengan rumah sakit Cahaya Surga?? Kebetulah ada job kosong yang sedang dibutuhkan, yaitu menjadi pengelola jenazah, mulai dari baru meninggal hingga proses pemakamannya”, penawaran Sehun kepada Kyung dengan ketulusan hati. “Jika pak Sehun memberikan saya penawaran demikian, dengan hati senang saya terima tawaran bapak. Kapankah saya dapat mulai berpartisipasi kerja di rumah sakit ini??” jawaban Kyung dengan hati yang gembira.
“Kamu akan mulai bekerja pada pekan depan. Saya tunggu kehadiranmu, selamat bergabung, semoga nyaman dengan pekerjaanmu. Saya izin pamit untuk mengurusi kerjaan lain” ujar pak Sehun selaku kepala rumah sakit Cahaya Surga, sambil berjalan meninggalkan Kyung.
“Baik pak, terimakasih atas kesempatannya!!” jawab Kyung sambil berteriak dengan gembira.
Kyung kembali menghampiri anaknya yang sedang tertidur dan kembali memikirkan istrinya yang sedang berjuang melanjutkan hidupnya didalam ruang operasi.
Tiga jam kemudian dokter dari ruang operasi keluar dan Kyung langsung menghampirinya dengan tergesah gesah, “Ba-bagaimana dok kondisi Yeun, istri saya?? Selamat kan dok?? Lancar kan dok operasinya??” dengan wajar khawatir Kyung melontar kan pertanyaan pertanyaan yang membuatnya penasaran dan dokter pun menjawab “Maaf pak, istri bapak belum bisa kami selamatkan, kanker didalam tubuhnya yang suda terlalu parah membuat kami tidak mampu membantunya. Kami meminta maaf, tertapi kami sudah berusaha semaksimal mungkin untuk dapat menyembuhkan ibu yeun”.
Mendengar hal tersebut hati dan badan Kyung langsung membeku dan tidak dapat berkata kata, ekspresi wajah yang tidak dapat dikendalikan, sedih, marah, kecewa, tidak percaya, bercampur aduk dan membuatnya lemas. Ia pun masuk kedalam ruang operasi, menghampiri istrinya dan memeluk istrinya yang sudah tidak bernyawa itu. Tanpa diketahui Byul yang sudah terbangun dari tidurnya itu pun ikut menghampiri papanya yang sedang menangis sambil memeluk mamanya, Byul ikut menagis dan memeluk mamanya. Proses pemakaman tiba, Kyung dan Byul menghadiri acara pemakaman itu dengan kesedihan hati yang mendalam dan rasa tidak percaya akan hal tersebut.
Hari demi hari berlalu, Kyung dan Byul mulai menjalani hari tanpa sosok istri dan ibu. Tak terasa sepekan pun berlalu, Kyung mulai bekerja di rumah sakit tempat istrinya dirawat itu, bulan demi bulan ia lalui dan hutangnya terhadap rumah sakit itupun mulai terbayar dan terlunasi. Kehidupannya pun mulai tercukupi, Byul bertumbuh dengan pintar, namun ia tidak bersekolah karena keadaan ekonomi ayahnya yang hanya cukup untuk memberinya makan sehari hari.
Episode 2
Tahun demi tahun berlalu kini Byul sudah berusia 17 tahun dan tumbuh menjadi remaja dengan paras yang tampan juga badannya yang jakung, kulitnya yang putih, rambutnya yang hitam legam serta sifatnya yang pendiam ditambah dengan ekspresinya yang selalu datar membuatnya terlihat cuek dan tidak peduli dengan sekitar.
namun alasan dibalik diammya Byul bukan dikarenakan dia tidak suka dengan orang orang bahkan sekitarnya melainkan Byul mengalami sindrom Asperger yaitu kelainan neurologis di mana anak mengalami kesulitan memahami orang lain dalam hubungan sosial sehingga ia sering merasa canggung jika berinteraksi dan sangat sulit untuk mengekspresikan apa yang sedang ia rasakan entah senang,, sedih, ataupun marah.
Hari ini sama seperti hari biasanya Byul pasti akan ikut Kyung untuk bekerja, walau sudah dilarang untuk ikut, ia akan tetap ikut dengan janji ia tidak akan menganggu papanya bekerja dan hanya ingin menemani papanya agar ketika papanya sedang lelah dan butuh sesuatu ia ada disana dan membantunya, beda halnya dengan hari ini Byul sudah beranjak dewasa dan dia sudah mulai mengerti dengan pekerjaan papanya sehingga ia berniat untuk membantu mengerjakan pekerjaan atau terkadang ia yang akan menggangikannya. Kini mereka sudah berada di ruang jenazah, ya mereka akan mengurus jenazah seperti yang ditawarkan dokter beberapa tahun lalu.
Kini Kyung sudah selesai mengurus jenazah yang terbaring di peti itu “Byul bisa tolong bantu papa kesini?”, papanya memanggil Byul dan Byul langsung mendatangi papanya yang berdiri disampingnya “Sekarang jenazahnya sudah papa siapkan ayo kita bawa peti ini ke hadapan keluarganya”, pintanya pada Byul, ia pun mengangguk dan membantu membawakan peti itu kehadapan keluarga jenazah tersebut, bersama keluarganya mereka mendokan yang telah tiada
“Mari kita doakan bersama Tuhan engkau lah yang menciptakan kami maka kami akan kembali kepadamu, berikanlah Hyunwoo tempat terbaik di sisimu, maafkan kesalahannya selama di bumi ya Tuhan juga semua kesalahan Hyunwoo selama di bumi sudah dimaafkan semoga dia tenang di alam sana bersamamu, terimakasih Tuhan amin”, doa Kyung kepada Tuhan agar Hyunwoo pergi dengan tenang setelah mendoakan Kyung dan Byul meminta izin untuk pergi kembali ke ruang jenazah karena mereka harus mengurus jenazah yang lain.
Hari ini benar benar melelahkan Kyung memegangi perutnya yang terasa sakit sekarang karena perutnya belum ada terisi makanan apapun sejak pagi tadi, pasalnya biasa setiap pagi ada Yeun yang menyiapkan sarapan dan menyuruh Kyung dan Byul untuk sarapan sebelum memulai kegiatan masing masing namun sekarang semua sudah beda Yeun sudah tidak ada jadi Kyung mulai tidak teratur dalam menjaga jam makannya, Byul yang melihat papanya merasa sangat lelah pun menegurnya “Pa kalau lelah istirahat saja aku akan melanjutkan pekerjaanmu, pergilah istirahat dan makan”, Sambil tersenyum Kyung menjawabnya “Tidak apa papa hanya sakit perut sedikit kamu-“, belum selesai Kyung menjawab Byul memotong “Sakit perut sedikit juga akan menyebabkan penyakit papa bisa terkena maag jika tidak makan, pergilah makan aku akan melanjutkannya” omelnya, Kyung hanya pasrah dia lalu pergi dan mengambil tempat bekal mereka berdua “Kemarilah kamu juga harus makan pekerjaan bisa kita lanjut lagi setelahnya”, Ajak Kyung menarik tangan Byul untuk keluar dari ruangan dan duduk di kursi depan ruang itu, Kyung membukakan kotak bekal punyanya dan Byul.
Saat ingin makan Kyung melihat ekspresi Byul hanya termenung melihat isi dari bekal nya dengan heran Kyung bertanya “Ada apa byul, ada yang salah dengan bekalmu? apa kamu tidak suka? Jika iya papa akan belikan yang lain untukmu”, saat Kyung ingin berdiri untuk pergi ke kantin namun tertahan dengan jawaban dari Byul “Telurnya pecah”, Hanya itu jawaban yang keluar Kyung melihat kotak bekal Byul lalu kotak bekalnya
“Astaga papa kira kamu tidak suka dengan bekalmu, baiklah mari tukar milikmu dengan milik papa, sudah sekarang telur milikmu sudah sempurna kan? Sekarang ayo makan bekalmu”, jawab Kyung sembari menukar telur miliknya dan milik Byul setelah semua selesai Byul memakan bekalnya begitu juga dengan Kyung, mereka memakan bekalnya dengan lahap dan nikmat, mereka tidak pernah mengeluh soal makanan malah mereka selalu bersyukur setiap harinya karena masih diberikan Tuhan makanan hingga saat ini.
Namun papanya masih suka menyembunyikan rasa lapar dari Byul, berangsur angsur cukup lama, kondisi Kyung pun mulai memburuk, dimana umurnya yang semakin menua dan kondisi kesehatannya yang semakin tidak stabil. Kekhawatiran Byul mulai terlihat waktu demi waktu.
“Papa?? Wajah papa begitu pucat, apakah papa sakit??”, lontaran pertanyaan dari Byul yang begitu khawatir dengan kondisi papanya.
“Tidak apa nak, papa baik baik saja”, jawab Kyung dengan kebohongan
“Papa tidak boleh berbohong, mama pernah berpesan kepadaku. Jika sakit harus segera diobati, karena kalau tidak nasib tersebut akan sama seperti mama”, ucap Byul dengan kepolosannya.
Kyung pun mulai berpikir dengan keadaannya tersebut. Namun semua itu sudah terlambat, rasa sakit yang diderita Kyung sudah berlangsung sejak lama, sudah tidak banyak waktu lagi untuk dapat mengubah semuanya.
Suatu hari kondisi Kyung pun menurun drastis, hal tersebutlah yang membuatnya beristirahat total di rumah, Kyung diizinkan untuk tidak melanjutkan kerja dirumah sakit tersebut dikarenakan kondisinya itu, dengan konsekuensi tidak mendapat gaji selama ia tidak masuk.
Byul sepenuhnya membantu dan merawat papanya dirumah, namun ia mulai terpikirkan sesuatu, “Bagaimana jika aku melanjutkan pekerjaan papa, agar tetap mendapatkan penghasilan selama papa beristirahat”, berbicara didalam hatinya dengan rasa tekat yang besar.
Byul datang kembali kerumah sakit Cahaya Surga dan bertemu dengan kepala pimpinan rumah sakit itu, “Maaf pak, kehadiran saya disini bermaksud untuk menggantikan posisi sementara papa saya”, ucap Byul dengan yakin.
“Apakah kamu bisa melakukannya?”, jawab kepala pimpinan dengan ragu.
“Ya, saya bisa”, perkataan Byul tanpa basa basi.
“Baiklah jika kamu menyanggupi hal tersebut, saya mempersilahkan kamu untuk mulai menggantikan papamu besok”, kesempatan yang diberikan kepala pimpinan kepada Byul.
“Baik pak, terimakasih “, kata kata yang dilontarkannya dari mulut Byul sebelum meninggalkan ruangan kepala pimpinan itu.
Keesokan harinya Byul mulai bekerja di rumah sakit itu, ia bangun saat pagi pagi benar untuk menyiapkan sarapan bagi papanya dan menyiapkan obat yang harus diminum papanya, tak lupa ia juga membersihkan kamar tidurnya dan membereskan pekerjaan rumah.
Setelah semuanya selesai, ia pun bersiap untuk pergi kerja, Byul meninggalkan notes yang bertuliskan “Selamat pagi papa, jangan lupa memakan sarapan yang sudah ku siapkan dan jangan lupa memakan obatnya. Aku izin pergi keluar hingga malam nanti”.
Ketika Kyung membaca notes tersebut timbullah rasa kekhawatiran yang begitu besar akan anaknya yang memiliki sindrom Asperger dan tidak bisa melakukan pekerjaan tanpa orang tersayangnya.
Namun itu hanya menjadi kekhawatiran Kyung, sebab kemandirian Byul dalam bekerja sangatlah sempurna, ia dapat melakukan semuanya dengan rapih dan cepat. Ia dapat melakukan semua pekerjaan yang diberikan kepadanya tanpa adanya satu pun kesalahan.
Waktu bekerja sudah selesai, sesuai dengan janjinya di notes tadi pagi. Ia pun kembali ke rumah dengan keadaan matahari sudah terbenam dan kondisi jalan yang sepi.
Ia melewati jalan demi jalan kecil yang gelap dan sunyi. Sampai di suatu ketika, di pertengahan perjalanannya ia bertemu dengan sekelompok orang dengan pakaian hitam disandingkan dengan tampang wajah yang sangar, ototnya besar, badannya berisi, kulit kecokelatan yang dipadukan dengan tato di sekujur tubuhnya. Sekelompok orang tersebut menghampiri Byul dan menegurnya dengan remeh karena kepolosan Byul.
“Berani ya lu lewat kawasan kita”, berbicara dengan kesombongannya sambil menepuk pundak Byul.
“Kalian siapa? Apa yang kalian inginkan dari ku?”, tanya Byul dengan badan yang gemetar ketakutan.
“HAHAHAHA” ejekan dari para sekelompok orang itu.
Byul yang mengetahui bahwa sekelompok orang tersebut adalah kelompokan begal yang sangat terkenal dilingkungan itu pun langsung bersiap untuk berlari dari tempat itu.Namun, para begal itu tetap dapat menahan Byul untuk menghindar.
“Eh mau pergi kemana lu bayar dulu” palak begal tersebut.
“Lepas aku mau pulang, lagian mengapa aku harus membayar kalian aku bahkan tidak punya hutang dengan kalian” jawabnya menatap para begal tersebut.
“Eh lu itu udah lewat kawasan kita jadi lu harus bayar buat lewat sini gak ada alasan cepat mana uang lu” begal itu kembali memalak Byul sembari menyodorkan tangannya untuk meminta uang dari Byul.
“Ta-tapi aku gak punya uang bagaimana bisa aku membayar kalian” jawabnya lagi kali ini kepalanya menunduk.
“Halah alasan periksa semua kantongnya pasti ada gak mungkin dengan tampang lu yang sempurna gak punya uang sama sekali” Seru begal itu dengan raut wajah yang kesal dan menyuruh temannya yang lain memeriksa seluruh kantong Byul.
“Ada bos” kata teman lainnya yang mendapatkan uang dari kantong celana Byul
“Bawa sini, ini buktinya ada lu masih mau ngelak gak punya uang? Cih dikit banget buat beli rokok juga gak cukup ini” kesal bos begal tersebut, mata Byul melihat begal itu dengan memelas “Tolong jangan ambil uang itu, itu untuk beli obat dan makan untuk papa tolong kembalikan uangnya” pintanya berusaha meraih uang yang ada di tangan bos itu namun naasnya perut Byul malah di tendang membuatnya tersungkur di tanah
“Ini baru peringatan kalo lu masih berani ngelawan gua lu bakal kena lebih parah dari ini ngerti! dah cabut tinggalin bocah ingusan ini” tegas bos begal itu lalu pergi dari sana.
Byul masih pada posisinya memegangi perutnya yang terasa sakit sambil meringis, di lain sisi tepatnya di ujung jalan itu terlihat ada seorang anak perempuan yang berlari kearah Byul itu adalah Yuri teman kecil Byul yang sudah dekat dari awal Byul pindah ke rumahnya Yuri itu anak yang ceria dan aktif, postur tubuhnya yang mungil dan rambutnya yang pendek membuatnya terlihat seperti anak kecil walau pada dasarnya dia seumuran dengan Byul, Yuri memiliki paras yang cantik dan imut, dia juga sangat baik dan ramah terutama kepada Byul dan keluarganya.
“Byul kamu tidak apa apa?” tanyanya sambil memeriksa keadaan Byul apakah ada yang terluka parah atau tidak, Byul hanya menggeleng sambil meringis
“Aissh tidak bisakah kamu berhati hati? Kenapa kamu melewati jalan ini bukankah tidak biasa kamu lewat sini? Sekarang lihat karena kamu lewat sini kamu jadi kesakitan kan, apa kita perlu ke dokter? Ayo aku bantu kamu ke dokter” ocehnya kepada Byul.
Yuri anaknya sangat cerewet bahkan dia bisa melawan ocehan dari ibunya yang sangat bawel namun sekarang dia tidak bisa dilawan karena yang sedang meladeninya sekarang bukan ibunya melainkam Byul si anak pendiam.
“Tidak perlu aku tidak terluka aku hanya ingin pulang” jawab Byul mengambil ancang ingin berdiri namun karena perutnya yang masih terasa sakit ia terjatuh lagi.
“Aish kamu ini benar benar ceroboh sudah tau perutmu sakit kenapa memaksakan diri untuk berdiri sendiri, sini biar aku bantu” omelnya lagi sambil mengaitkan lengan Byul ke belakang lehernya untuk membantunya berdiri Byul tidak menolaknya karena tidak bisa dipungkiri perutnya sangat sakit sekarang karena tendangan keras dari bos begal tadi.
Tidak perlu waktu lama akhirnya mereka sampai dirumah Byul, Yuri mendudukannya di sofa dan merenggangkan tangan dan lehernya yang terasa pegal
“Yuri terimakasih sudah menghantarkan aku pulang, maaf membuatmu kelelahan” ucap Byul pelan
“Tidak apa lagian jika aku tadi tidak ada dan tidak membantumu emang siapa yang mau menghantarkanmu pulang? Untung saja aku juga tidak kena hantam oleh begal tadi jika iya kita akan pulang bersama dengan mengesot sampai rumah hahahaha” jawabnya dengan sedikit lelucon namun Byul tidak tertawa dengan lelucon itu membuat ketawa Yuri semakin mereda
“Ah sudahlah salah aku membuat lelucon didepanmu bahkan kamu tidak berekspresi sama sekali, kalau begitu aku pulang dulu kamu istirahatlah agar sakit di perutmu mereda, dah sampaikan salamku pada paman Kyung” pamitnya melambaikan tangan lalu pergi pulang kerumahnya yang berada di seberang rumah Byul.
Setelah Yuri pulang Byul menutup dan mengunci pintu, membersihkan badannya dan pergi tidur.
Episode 3
Seminggu berlalu penyakit karena Kyung semakin parah dirinya dilarikan kerumah sakit untuk perawatan Byul juga meminta izin untuk tidak berkerja sementara agar dia bisa menjaga papanya sampai pulih kembali.
Kyung merasa dirinya beruntung, tidak bukan karena ia sakit sekarang tapi karena ia memiliki putra yang sangat perhatian dengannya, Kyung merasa Byul adalah malaikat yang dikirim Tuhan untuk menjaganya hingga ajalnya menjemput, Kyung tidak pernah menyesal ia tidak pernah menyesal telah mengangkat Byul menjadi anaknya.
Kyung pernah berpikir bagaimana jika dahulu mereka tidak mengadopsi anak mungkin setelah kepergian Yeun ia bisa mati gila karena kehilangan cinta nya.
Kriet.. pintu ruangan itu terbuka menandakan ada seseorang yang datang.
“Bagaimana dengan keadaanmu Kyung” itu suara pria yang tidak asing bagi Kyung
“Joon, bagaimana kau bisa tahu aku berada disini?” tanya nya
Joon soo kakak dari Kyung, mereka memang jarang berinteraksi atau bertemu seperti saudara yang lainnya. Joon itu seorang petinju namun tidak se terkenal Mike Tyson dia hanya berlatih untuk membela diri, dia juga seorang pemabok namun dia tidak pernah menyakiti siapapun ketika sedang mabuk.
“Tidak penting darimana aku tahu kau berada disini yang aku tanya adalah bagaimana dengan keadaanmu?” tanya joon sekali lagi.
“Baiklah, keadaanku baik seperti yang kau lihat sekarang” Jawabnya menghela nafas berat
“Ini aku bawakan makanan kau bisa memakannya nanti” Joon menyerahkan kantong yang berisi makanan kepada Kyung, tak lama setelahnya pintu kembali terbuka menampakan Byul yang baru masuk. Sontak kedua saudara itu melihat kearah Byul
“Byul sini beri salam pada pamanmu kamu masih ingat bukan?” ucap Kyung padanya, segera ia mendekati paman dan papanya serta menyalami pamannya.
Ia tak bertanya kenapa pamannya bisa ada disini karena sudah pasti untuk menjenguk papanya.
“Byul kamu sudah makan?” tanya Kyung yang dijawab dengan gelengan kepala dari Byul.
“Kalau begitu ayo kita makan. Paman Joon membawakan ini untuk kita, bisa kamu tolong bantu siapkan untuk kita makan bersama?” Kyung menunjukkan kantong berisi makanan itu dan memberikannya kepada Byul, dengan segera Byul menyiapkan makanan ketika sudah siap mereka bertiga pun menyantap makanan dengan lahap dan sesekali bercerita satu sama lain.
Tanpa di sadari hari sudah mulai gelap dan Joon berpamitan pulang kepada Byul dan Kyung.
Episode 4
Empat minggu berlalu penyakit Kyung semakin parah membuatnya tidak sadarkan diri.
Byul menyadari papanya tidak bergerak sejak tadi ia pun memanggil dokter. panik dan takut itulah yang dirasakannya saat ini. Ia bergetar dan menggoyang goyangkan tubuh Kyung, dengan harapan Kyung tidak pergi meninggalkannya.
“PAPAA, PAPAAA, BANGUN PAAA, jangan tinggalkan aku sendiri disini” seruan Byul dengan suara yang serak karena tangisnya yang tertahan.
Dengan segera dokter datang dan memeriksa Kyung ia menyuruh Byul untuk keluar ruangan.
Diluar Byul merasa gelisah dan berharap papanya masih selamat dan hanya pingsan.
Beberapa menit berlalu akhirnya dokter keluar dari ruangan lalu ia menghampiri Byul
“Bagaimana keadaan papa dok” tanyanya dengan gelisah
Dokter tersebut memegang bahu Byul dan berkata “Byul maaf, papa kamu tidak bisa kami selamatkan penyakitnya yang tidak ditangani lebih awal membuatnya semakin parah jadi maaf Byul. Pemakaman akan dibantu oleh tim kami sore ini, saya pamit dulu” jelas dokter itu
Byul tidak menangis tapi hatinya sangat sakit begitu juga dengan tenggorokannya yang terasa sakit karena isakan tangisnya yang tertahan.
Sorenya..
Proses pemakaman pun segera diberlangsungkan tangis pecah dari keluarga keluarga, tetangga, teman dekat, atau orang orang yang sadar akan kebaikan Kyung disemasa hidupnya. Terutama Joon ia berjongkok di samping makam Kyung dan menangis sejadi jadinya, tangisan itu terdengar sakit bahkan bagi semua orang tangisannya lah yang terdengar seperti sangat kesal dan tidak terima akan kepergian Kyung. Hari semakin gelap semua orang berpamitan pulang yang tersisa hanya Byul dan Joon.
Episode 5
Sekarang Byul diasuh oleh pamannya. Mereka tinggal berdua dirumah Joon dan rumah peninggalan Byul disumbangkan untuk menjadi bangunan panti asuhan karena rumahnya cukup besar.
Tentunya Byul tidak terbiasa dengan habitat barunya, rumah Joon yang terlihat seperti kapal pecah dari dalam, membuat Byul terganggu. Setelah selesai dari pemakaman, Joon langsung tertidur dikamarnya. Byul berinisiatif untuk membersihkan rumah pamannya itu. Tak lupa ia juga menyiapkan makan malam untuk pamannya dan dirinya.
Setelah Joon bangun dari tidurnya, terkejutlah ia melihat rumahnya yang sudah rapih dan bersih tanpa sedikit debu apapun.
Byul memanggilnya untuk makan malam bersama dan Joon pun terkejut karena melihat berbagai macam hidangan yang telah disediakan oleh Byul.
Keesokan harinya Byul diajari tinju oleh Joon untuk melindungi diri dari bahaya bahaya yang akan menghampirinya jika Byul sedang berjalan sendirian.
Saat sedang istirahat Byul melihat bingkai foto berisi kan 2 anak laki laki yang sedang latihan tinju, ia memperhatikannya terus menerus sampai akhirnya Joon melihatnya sedang memperhatikan foto itu.
“Ada apa Byul?” tanyanya
“Apakah ini papa?” tanya Byul menunjuk salah satu anak laki laki yang berada di foto itu.
Joon tidak langsung menjawab ia hanya terdiam dan ikut menatap anak laki laki itu, Byul yang belum mendapat jawaban pun menoleh kearah Joon lalu ia kembali bertanya “Paman ada apa?”
Joon tersadar dari lamunannya lalu menjawab “Tidak itu bukan papamu”
Byul bingung “Jika itu bukan papanya lalu siapa?” Pertanyaan itu langsung dilontarkan oleh nya.
“Itu adalah sahabatku yang sudah pergi, ia yang membuatku bisa mempercayai orang lain dan ia juga yang mengajariku tinju supaya aku bisa melindungi diriku dan keluargaku” jawabnya dengan nada sedih mengingat kepergian sahabatnya.
“Paman maaf aku membuatmu mengingatnya kembali” ujarnya
Joon mengangguk “Tidak apa Byul lagian kamu bertanya wajar jika aku menjawabnya kamu tidak salah tidak perlu meminta maaf”.
“Apakah kamu lelah Byul? Ayo kita makan” ajaknya lalu berdiri dan berjalan ke dapur, Byul mengikutinya dari belakang.
Joon lalu pergi memasak telur mata sapi untuk Byul dan dirinya karena stok makanan di dapur sedang habis.
“Ini Byul ayo makan setelah itu kamu pergi mandi dan terserah kamu ingin melakukan apa lagi” Joon meletakan piring didepan Byul dan duduk di kursinya.
Saat ia ingin menyantap makanannya ia melihat Byul lalu bertanya
“Mengapa kamu tidak memakannya, apakah kamu tidak suka telur?”
“Telurnya pecah”
Mendengar itu Joon menukar piringnya dengan piring Byul dan mereka makan dengan tenang dan damai. Selesai makan Joon menyuci piring lalu pergi mandi dan bersiap untuk pergi kerja.
“Byul aku akan pergi kerja kamu tidak apa aku tinggal dirumah?” Tanya Joon memastikan bahwa tidak apa jika Byul ditinggal seorang diri
“Jika kamu merasa bosan kamu bisa pergi berjalan jalan keluar tapi berjanjilah bahwa kamu harus pulang sebelum waktu malam, mengerti?” Byul menjawab nya dengan anggukan, paham Byul mengerti Joon segera pergi ke tempat kerjanya
Selang beberapa waktu terdengar suara ketukan pintu Byul mendengarnya lalu membuka pintu tersebut.
“Halo Byul bagaimana dengan kabarmu? Oh iya ini aku bawakan camilan dari bunda untukmu” Sapa Yuri lalu memberikan kantong berisi camilan itu kepada Byul.
“Apakah aku boleh masuk?” tanyanya dijawab dengan anggukan dari Byul, segera ia masuk dan duduk di atas sofa.
“Kenapa kamu kesini Yuri?”
“Tidak apa aku hanya ingin bermain denganmu sudah lama kita tidak pergi bermain bukan?”
“Oh iya Byul apakah kamu ingin pergi ke pantai yang dulu aku sering ajak kamu kesana??” Tanya Yuri dengan antusias
“Aku tidak ingat”
“Kamu ini masa sudah lupa sih, baiklah aku ajak kamu kesana ayo!” Ajak Yuri menarik tangan Byul untuk pergi kesana.
Episode 6
Hari ini cuacanya sedang bagus dan cerah membuat angin pantai bertiup dengan sejuk, daun daun yang berjatuhan, suara ombak yang menenangkan, kicauan burung yang merdu dan pasir pantai yang bersih membuat suasana menjadi adem dan damai seperti berada di surga. Ketenangan yang sangat diinginkan oleh semua orang kini didapatkan oleh kedua sahabat yang berada di pantai itu mereka berdiri di pesisir pantai dan merasakan ombak menghantam kaki kaki mereka.
“Byul apakah kamu ingat dulu kita pernah main kesini dan mengumpulkan kerang di pesisir pantai” tanya Yuri
“Hm aku ingat Yuri, saat itu aku sangat senang bisa melihat pantai bersama mama dan papa ku waktu itu” jawabnya
“Jadi kamu tidak senang saat itu bermain denganku?” ledek Yuri padanya
“Tidak, aku senang bisa bermain denganmu juga saat itu. Hanya saja aku merasakan bahagia saat itu karena aku bisa merasakan pergi bersama keluarga dan mendapatkan teman yang ingin bermain denganku” jawabnya dengan serius
“Baiklah baiklah aku tidak serius menanyakan itu mengapa kamu sangat serius menanggapinya” kekehnya mendengar jawaban Byul, walau sebenenarnya ia juga merasa sedih dengan jawaban Byul merasakan pergi bersama keluarga ia merasakan kesedihan di dalam kata kata itu.
“Byul kamu tahu kamu anak yang kuat bahkan setelah kehilangan kedua orang tua mu kamu masih bisa menjalani hidup, aku harap kamu akan terus seperti ini ya? Tetap jadi temanku dan selalu menjadi temanku. Aku berharap kita bisa bersama hingga tua.” Tuturnya secara tiba tiba
“Byul berjanjilah kepadaku bahwa kamu tidak akan pergi meninggalkan ku janji?” Yuri menjulurkan jari kelingkingnya dihadapan Byul.
Byul melihatnya lalu menatap Yuri lalu menyatukan kelingkingnya dengan kelingking Yuri. Derai ombak dan angin kala itu menjadi saksi janji dari kedua sahabat yang tidak akan meninggalkan satu sama lain.
Episode 7
3 tahun kemudian..
Hari ini adalah hari yang membuat Byul sangat takut pasalnya tadi ia mendapat panggilan dari rumah sakit karena pamannya yang dirawat karena saat perjalanan pulang dengan keadaan mabok ia tertabrak mobil dan pingsan dijalan, untungnya yang tidak sengaja menabrak pamannya bertanggung jawab menghantarkan Joon kerumah sakit.
Dengan langkah tergesa gesa Byul berjalan melewati koridor menuju kamar tempat pamannya dirawat. Byul memasuki kamar pamannya
“Paman apa kamu sudah baik baik saja?” tanyanya dengan khawatir
Joon yang sedang terbaring memijat kepalanya yang sakit karena efek dari alkohol lalu mengubah posisinya menjadi duduk.
“Paman tidak apa apa Byul, maaf membuatmu khawatir”
“Apakah kamu berbohong padaku paman?”
“Paman tidak berbohong Byul, lihat saja buktinya aku tidak ada luka sedikitpun kan?”
“Baiklah paman jika ada yang sakit cepat bilang padaku aku tidak ingin paman menyembunyikan sakit lalu pergi seperti mama dan papa” walaupun ia mengucapkannya tanpa ekspresi tapi Joon tahu ada kekhawatiran di ucapan Byul.
“Byul mereka berbohong karena sayang padamu mereka tidak ingin membuatmu khawatir tentang mereka” jelas Joon
“Apakah paman sayang padaku?”
“Tentu aku sayang padamu, kamu adalah keponakanku”
“Kalau begitu aku memilih paman untuk tidak sayang padaku agar paman tidak menyembunyikan apapun dariku” pintanya membuat Joon terkekeh
“Mengapa begitu itu tidak ada hubungannya Byul”
“Tidak aku tetap memilih paman tidak sayang padaku, dan berjanjilah untuk tidak menyembunyikan apapun dariku apalagi tentang sakit.” Pinta nya lagi lalu menjulurkan jari kelingkingnya dihadapan Joon.
Joon melihat itu menyatukan jari kelingkingnya dengan kelingking Byul, dengan begitu maka ia telah berjanji untuk tidak menyembunyikan apapun dari Byul dan janji itu harus ditepati.
Beberapa minggu setelahnya..
Setelah Joon keluar dari rumah sakit kini ia telah sembuh kembali dan kembali bekerja namun sesekali ia menemani Byul dirumah dan mengajarinya cara bertinju, memasakan makanan padanya, jalan jalan bersama dan sesekali pula Yuri bermain kerumah Byul dan mengajaknya pergi bermain terutama ke pantai, Yuri selalu mengajak Byul untuk ke pantai karena menurutnya disana tempat yang bagus untuk merefresingkan pikiran. Kini kehidupan Byul berjalan dengan bahagia, walau tanpa papa dan mamanya tapi ia bersyukur pernah hidup dan disayangi mereka. Lagi pula jika bukan karena mereka berdua Byul tidak akan bisa merasakan kehidupan seperti sekarang. Terimakasih ma, pa ucapnya dalam hati sembari menghadap ke langit karena ia yakin mama dam papanya pasti sedang melihatnya dari atas langit.